KALIAWA
Achmad Augi
NIM. 1455419
Karya film fiksi based on culture story yang berjudul “Kaliawa” ini memilih
keseimbangan antara kebudayaan dengan pendidikan sebagai ide dan tema utama
cerita dengan subjeknya yang merupakan anak kecil atau joki cilik. Dengan
menggunakan metode pendekatan kualitatif dan teknik pengum-pulan datanya
melalui wawancara tidak terstruktur, observasi partisipasi, dan studi pustaka, film
ini menghasilkan sebuah cerita mengenai kedilemaan seorang anak yang
digambarkan dengan visual secara sinematik.
i
KATA PENGANTAR
Laporan Tugas Akhir Penata Kamera Film Fiksi Based on Culture Story yang
jawaban penulis dimulai dari pra produksi hingga pasca produksi dibuat untuk
memenuhi tugas akhir Program Studi Film dan Televisi Institut Seni Budaya
Indonesia.
bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu penulis ingin menyampaikan ucapan
2. Seluruh Dosen dan Staff Jurusan Film dan Televisi serta Fakultas Budaya
3. Seluruh mantan kekasih penulis yang telah banyak membantu penulis dalam
perkuliahan.
Penulis meminta maaf apabila dalam laporan ini masih banyak kesalahan,
Achmad Augi
ii
DAFTAR ISI
ABSTRAK ........................................................................................................... i
KATA PENGANTAR ......................................................................................... ii
DAFTAR ISI ........................................................................................................ iii
DAFTAR TABEL ................................................................................................ v
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... vi
DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................ vii
BAB I PENDAHULUAN .................................................................................... 1
A. Latar Belakang ............................................................................................ 1
B. Rumusan Ide Penciptaan ............................................................................. 3
C. Orisinalitas Karya........................................................................................ 4
D. Metode Penelitian........................................................................................ 4
E. Metode Penciptaan ...................................................................................... 5
F. Tujuan dan Manfaat .................................................................................... 7
BAB II KAJIAN SUMBER PENCIPTAAN ....................................................... 8
A. Kajian Sumber Penata Kamera ................................................................... 8
B. Tinjauan Pustaka ......................................................................................... 11
C. Tinjauan Karya ............................................................................................ 14
BAB III KONSEP PENATA KAMERA ............................................................. 18
A. Naratif ......................................................................................................... 18
B. Visual .......................................................................................................... 19
C. Warna Film.................................................................................................. 20
D. Komposisi ................................................................................................... 20
E. Pergerakan Kamera ..................................................................................... 21
F. Pencahayaan ................................................................................................ 22
G. Pemilihan Kamera ....................................................................................... 23
H. Pemilihan Lensa .......................................................................................... 24
I. Shallow Depth of Field ............................................................................... 24
J. Aspect Ratio ................................................................................................ 25
iii
BAB IV PROSES PENCIPTAAN ....................................................................... 26
A. Pra Produksi ................................................................................................ 26
B. Produksi ...................................................................................................... 38
C. Pasca Produksi ............................................................................................ 41
BAB V PENUTUP ............................................................................................... 42
A. Kesimpulan ................................................................................................. 42
B. Saran ............................................................................................................ 42
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 44
LAMPIRAN ......................................................................................................... 45
iv
DAFTAR TABEL
v
DAFTAR GAMBAR
vi
DAFTAR LAMPIRAN
vii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
alamnya. Sebagai negara yang dilintasi oleh garis khatulistiwa, Indonesia tidak
berbagai penjuru dunia, namun juga mempunyai keaneka ragaman budaya, suku,
ras, kepercayaan agama dan lainnya yang tersebar di setiap daerahnya. Setiap
daerah dan masyarakatnya memiliki corak budayanya masing-masing. Hal ini dapat
dilihat dari bahasa, kesenian, rumah adat, dan sebagainya, yang berbeda-beda dari
daerah satu dengan yang lainnya. Salah satu kebudayaan Indonesia yang masih ada
Tradisi Pacuan Kuda di Pulau Sumba ini sudah diwariskan sejak zaman
nenek moyang, dan kini menjadi even budaya yang rutin digelar pemerintah daerah
setempat setiap tahunnya. Banyak wisatawan luar negeri maupun dalam negeri
yang datang ke Pulau Sumba hanya untuk melihat Pacuan Kuda. Para peserta
Pacuan Kudanya juga tidak terbatas masyarakat Sumba, melainkan berasal dari
Hal yang membuat Pacuan Kuda Sumba ini berbeda dengan yang lainnya
adalah penunggang kuda atau jokinya yang merupakan anak kecil. Dikarenakan
ukuran Kuda Sandalwood yang kecil, maka ukuran tubuh joki yang menaikinya
1
Joki cilik sudah memulai karier mereka di usia yang masih sangat dini.
Meski masih kecil, orang tua mereka tidak segan untuk mengajarkan bagaimana
cara menunggangi kuda. Hal tersebut dianggap wajar karena kuda adalah bagian
tidak terpisahkan dari kehidupan orang Sumba. Namun, setiap hal pasti ada positif
maupun negatifnya. Walaupun hal positif dari Pacuan Kuda adalah sebagai ajang
ini juga dipengaruhi oleh jauhnya letak sekolah dari kampung, rendahnya jumlah
sekolah yang dibangun, kurangnya jumlah guru yang mengajar, serta adat / tradisi
yang masih menguasai masyarakat. Adat tersebut ialah letak suatu kampung dengan
kampung masih sulit karena jumlah guru yang mengajar juga masih sedikit. Meski
permasalahan tersebut bisa diatasi dengan membangun sekolah atau kelas di tengah
kedua kampung, namun letaknya masih sekitar 5-10 km. Itulah yang membuat
sebagian anak Sumba lebih memilih pacuan kuda daripada bersekolah, karena
dengan pacuan kuda mereka bisa mendapatkan uang untuk biaya keperluan hidup
sehari-hari.
Dalam film yang kan dibuat ini. penulis akan menjadi Penata Kamera
yang dibuat oleh penulis naskah dengan look and mood yang ditentukan oleh
sutradara dan sesuai dengan konsep yang telah direncanakan, serta memilih sudut
2
penempatan kamera. Acuannya bisa saja didapat dari kesepakatan yang secara
bersama sudah diputuskan pada saat hunting location dilakukan, ataupun penentuan
yang merupakan penyesuaian dengan blocking pemain dan situasi pada set yang
Film yang bergenre drama ini akan mengangkat isu pendidikan dan juga
budaya pacuan kuda yang berada di Sumba, Nusa Tenggara Timur. Tak lupa juga
dalam film. Ini membuat penulis untuk memilih Pulau Sumba sebagai film fiksi
ide penciptaan, yaitu “bagaimana menuangkan potret kehidupan seorang joki cilik
yang juga seorang pelajar ke dalam sebuah bentuk visual film” yang diuraikan ke
3
C. Orisinalitas Karya
berbagai film, sejauh yang penulis amati film-film tersebut lebih banyak
kondisi sekolahnya yang kurang dan terbatasan. Film ini juga mengangkat bumbu
spirit anak dalam bersekolah namun terdapat perbedaan dengan film-film lain
dengan tema dan genre serupa karena film ini mengambil Sumba sebagai lokasi
shooting. Di dalam film ini akan diperlihatkan mengenai kebudayaan Sumba apa
D. Metode Penelitian
Metode ini memiliki dua tujuan utama, yaitu menggambarkan dan mengungkap (to
describe and explore) serta menggambarkan dan menjelaskan (to describe and
1. Wawancara
atau baku. Dengan menggunakan teknik ini peneliti bisa melakukan pendekatan
peneliti wawancara antara lain: Racun (Joki Cilik), Novi Kristanti (Pengajar),
4
Umbu Febri (Pemilik Kuda), Andi (Mantan Joki), Joshua (Murid SD), dan Niko
2. Observasi
gejala yang diteliti. Observasi yang dilakukan disini ialah observasi partisipasi,
yang berarti peneliti terlibat langsung secara aktif dengan objek yang diteliti.
3. Studi Pustaka
Dalam studi pustaka, peneliti memperoleh data-data dari buku, laporan, jurnal,
dan internet. Studi ini membantu peneliti dalam menambah wawasan mengenai
E. Metode Penciptaan
penceritaan.
2) Menetapkan lokasi shooting hasil dari tim hunting lokasi bersama sutradara
membuat floorplan.
5
4) Menjabarkan konsep visual dalam pencapaian look dan mood (mencakup
2. Tahap Produksi
pencahayaan.
6
3) Kebutuhan seorang sinematografer terhadap kontrol akhir melalui color-
timing.
1. Tujuan
Pembuatan film ini memiliki tujuan yang ingin dicapai, diantaranya adalah
sebagai berikut:
2. Manfaat
semakin bertambah.
7
BAB II
KAJIAN SUMBER PENCIPTAAN
Sumba memiliki 4 bagian wilayah yaitu Sumba Timur dengan ibukota Waingapu,
jarak antar rumah di Sumba berjauhan dan biasanya di dalam satu lingkungan itu
akan tinggal sebuah keluarga besar yang saling bertetangga satu sama lain. Rumah
yang berjauhan itu disebabkan oleh sistem kerajaan nenek moyang mereka di
zaman dahulu, walau sebenarnya sistem kerajaan tradisonal itu tidak ada karena di
Sumba sebuah daerah atau kampung dipimpin oleh kepala kampung. Saat jaman
kerjasama agar diakui secara sah sebagai pemimpin sebuah daerah untuk
selanjutnya mereka sebut sebagai raja. Sejak saat itulah istilah kerajaan di Sumba
muncul.
masing. Ketika sistem kerajaan itu mulai samar, ada beberapa orang yang
menempati tanah-tanah bekas peninggalan raja yang diakui sebagai hak mereka,
sehingga saat ini kita akan banyak menemui rumah-rumah yang saling berjauhan di
Sumba. Jarak rumah yang saling berjauhan ini menyulitkan anak-anak untuk
8
bersekolah di Sumba, belum lagi ada beberapa sungai yang menghalangi perjalanan
Joshua merupakan anak kecil yang penulis temui di Lapinu, sebuah daerah
di Sumba Timur. Joshua harus berjalan selama 2 jam untuk sampai di sekolahnya
setiap hari. Terkadang Joshua tidak bersekolah apabila hujan datang ataupun
diminta oleh kedua orang tuanya untuk membantu di ladang. Meski banyak hal
kampungnya, tidak ada yang bisa mengalahkan anak berumur 8 tahun ini dalam
bermain catur. Bahkan Joshua pernah membawa nama sekolahnya yang beralaskan
tanah dan berdinding kayu lapuk sampai ke juara 2 catur tingkat nasional di Jakarta.
Menurut Umbu Febri, seorang narasumber yang penulis temui, pada zaman
dahulu di Sumba terdapat 1000 ekor kuda di setiap para pemilik kuda. Namun
dikarenakan kebutuhan akan kuda yang semakin tinggi maka populasi kuda
semakin menurun. Hubungan manusia dan kudanya telah menjadi sebuah nilai
historis yang sangat kuat di Sumba. Hubungan ini dikatakan telah ada sejak abad
ke 18.
menjadikan kuda bukan hanya sebagai kendaraan, namun kuda juga sudah masuk
(belis), syarat mengadakan upacara adat, seserahan pada saat penguburan jenazah
kendaraan leluhur.
9
Pacuan Kuda merupakan sebuah kebudayaan yang sudah menjadi sebuah
industri yang mengasilkan banyak uang bagi para pelakunya, mulai dari pemilik
kuda, panitia, joki sampai ke warga Sumba sendiri. Joki yang dimaksud disini
Pacuan Kuda itu nyatanya menjadi sebuah alasan bagi Racun, seorang anak berusia
Racun memutuskan untuk berhenti bersekolah untuk fokus pada pacuan dan
keputusannya itu justru didukung oleh orang tuanya. Hal itu tidaklah aneh karena
Racun sendiri bisa menghasilkan 15-20 juta dalam seminggu saat menjuarai Pacuan
Kuda, terlebih saat ini Racun merupakan joki cilik terbaik di Sumba. Bahkan ada
yang mengatakan bila para penghobi kuda tidak mengenal Racun maka sama saja
tidak mengenal Tuhan. Namun mau bagaimana pun juga, Racun harus tetap
bersekolah untuk mendapatkan hidup yang layak di masa depan. Hal ini ditunjang
oleh Andi, seorang mantan joki cilik yang kini sudah berusia 18 tahun. Andi
menuturkan saat ia masih menjadi joki, memang banyak anak yang memutuskan
untuk berhenti sekolah karena ingin fokus berkuda termasuk dirinya. Kini, seorang
mantan joki juara hanya bisa menjadi pelatih kuda yang upahnya jauh lebih kecil
dari joki itu sendiri. Itulah yang menyebabkan dirinya menyesali keputusannya
10
B. Tinjauan Pustaka
Dalam penelitian dan pembuatan konsep penata kamera untuk film ini
penulis menggunakan beberapa tinjauan pustaka dan sumber lain sebagai referensi,
diantaranya adalah:
Picture Filming Techniques Simplified. Jakarta: FFTV IKJ PRESS. Di dalam buku
ini memperlihatkan bahwa teknik penggarapan film cerita dapat di terapkan dengan
baik pada penyajian film non cerita, termasuk pada pembuatan film dokumenter.
buku ini adalah kebenaran yang mutlak. Banyak aturan secara bertahap telah
berkembang dalam perjalanan tahun, dan hal itu merupakan kelaziman. Di samping
5C (camera, angel, continuity, cutting, close up, composition) yang disajikan dari
buku ini, sebetulnya ada satu C yang penting, yaitu cheating (tipuan). Hal itu tidak
bisa dipelajari dalam buku ini maupun buku lainya. Tipuan seni menata orang atau
lainya agar memberikan kesan berbeda dari sebenarnya hanya di pelajari dari
meraka ditipu.
Widya. Dalam buku ini dijelaskan mengenai proses pembuatan film dimulai dari
pra produksi sampai pasca produksi hingga teknik, bagian, dan cara
mengoperasikan kamera. Di buku ini juga menjelaskan tentang tugas penata kamera
11
“Penata kamera harus menguasai cerita, paham alat, tahu bagaimana
menceritakan sesuatu, bisa menentukan penggambaran cerita itu, dan
menguasai teknik pencahayaan. Menguasai kemampuan manajerial maupun
membuat jaringan komunikasi serta mempunyai hubungan yang baik
dengan sutradara.” (hal. 6)
pembentukan film, diantaranya adalah unsur naratif dan unsur sinematik. Beberapa
bagian yang ada di dalam buku ini penulis kutip sebagai referensi dalam
sinematografi yang akan ada di film, diantaranya slow-motion, extreme long shot,
dan pergerakan kamera. Teknik slow-motion dalam film memiliki fungsi yang
beragam namun umumnya digunakan untuk memberi efek dramatic pada sebuah
momen atau peristiwa (hal. 93-94). Extreme long shot merupakan jarak kamera
yang paling jauh dari objeknya. Wujud fisik manusia nyaris tidak tampak. Teknik
ini umumnya untuk menggambarkan sebuah objek yang sangat jauh atau panorama
yang luas (hal. 105). Pergerakan kamera berfungsi umumnya untuk mengikuti
pergerakan seorang karakter serta objek. Pergerakan kamera juga sering digunakan
untuk menggambarkan situasi dan suasana sebuah lokasi atau suatu panorama (hal.
108).
pencahayaan, tata suara, hingga editing. Salah satu teknik pengambilan gambar
yaitu komposisi. Komposisi adalah suatu cara untuk meletakan objek gambar di
dalam layar sehingga gambar tampak menarik, menonjol, dan mendukung alur
cerita (hal. 43). Sementara untuk pencahayaan, dianggap sebagai unsur terpenting
12
di dalam proses pembuatan gambar, setidaknya mempunyai 3 fungsi utama yang
Buku ini meninjau mengenai standarisasi pendidikan yang ada di Indonesia, salah
Wajib belajar merupakan suatu keharusan yang harus ditepati oleh setiap warga
negara. Indonesia telah mulai melaksanakan wajib belajar dalam bentuk universal
tujuan, serta problematika pendidikan yang ada di Indonesia. Secara garis besar,
13
dalam pembentukan keimanan, ketakwaan, kecerdasan, keterampilan,
maupun akhlak mulia dikalangan para peserta didik dan guru.” (hal. 16)
belakang, keadaan, serta adat istiadat yang ada di Sumba yang menjadi referensi
Rizki A.K., Fajar. 2016. Identifikasi Sifat Kualitatif Dan Kuantitatif Pada
Kuda Suma Jantan. Bandung: Universitas Padjajaran. Jurnal ini meneliti tentang
Kuda Sandalwood yang ada di Sumba. Kuda adalah salah satu bentuk dari
keanekaragaman hewan yang dimiliki oleh Indonesia. Asal usul kuda di Indonesia
belum diketahui secara pasti, namun beberapa peneliti mengatakan bahwa nenek
C. Tinjauan Karya
Beberapa film yang menjadi referensi penulis untuk pembuatan film ini dari
14
1) Serdadu Kumbang
Amek adalah salah satu murid dari sekian banyak murid SDN 08 yang tidak
lulus ujian tahun lalu. Amek tinggal bersama kakak dan ibunya, Minun dan
Siti, di desa Mantar. Minun sangat menyayangi Amek, bukan saja karena
adiknya itu tidak lulus ujian tahun lalu, lebih dari itu, Amek memiliki
15
2) Laskar Pelangi
sangat menegangkan bagi dua guru luar biasa, Muslimah dan Pak Harfan,
16
3) No Country For Old Men
Berlatar di Texas pada tahun 1980, film yang diadaptasi dari novel berjudul
juta dolar, dengan Anton Chigurh, pembunuh berdarah dingin, dan seorang
17
BAB III
KONSEP PENATA KAMERA
A. Naratif
a) Identitas Film
Judul : Kaliawa
Tema : Pendidikan
Genre : Drama
Durasi : 48 menit
b) Sinopsis
Rambu merupakan seorang anak SD yang gemar berkuda. Agar bisa meraih
berlatih bersama kuda dan pamannya, Umbu Febri, setiap hari. Ketika
Rambu terancam tidak naik kelas, ia dimarahi oleh ayahnya dengan alasan
keluarganya dan juga merelakan impiannya, kini Rambu harus mencari cara
18
B. Visual
Untuk memperkuat dan memberikan mood yang sesuai dengan cerita dan
konsep pada film ini, visual yang akan disajikan cenderung mengarah pada status
sosial menengah ke bawah. Hal ini didasari karena letak lokasi film yang berada di
daerah pedesaan Sumba Timur yang masih indah dan dikelilingi dengan bukit-bukit
dan sabana yang menghampar luas disekitarnya. Film ini banyak menyuguhkan
“mise en scene” diprioritaskan dalam film ini dengan mengandalkan letak geografis
lokasi, master scene akan menangkap keindahan latar tempat dengan komposisi
long shoot, namun dalam beberapa adegan menggunakan gambar yang statis.
Kamera statis mempunyai catatan, objek atau subjek harus bergerak dalam frame
tersebut. Hal ini bertujuan agar gambar yang diambil tidak seperti foto atau still
image.
Penggunaan efek slow motion dengan menggunakan frame per second yang
bertujuan agar gambar yang disajikan lebih dramatis dan memberikan penekanan
visual pada gerak. Sebagai contoh penulis akan menggunakan efek ini ketika
Racun berkuda di antara hamparan padang sabana, Racun berlari ketika kudanya
diambil, sehingga adegan tersebut mendapatkan motion speed yang baik dalam
gambar.
19
C. Warna Film
Sejatinya dalam ilmu psikologi, warna selalu memiliki arti dan makna
tertentu. Untuk mendukung mood yang ingin disampaikan kepada penonton, film
ini akan mengarahkan dominasi warna sesuai dengan karakteristik ruang dan iklim
di daerah Sumba yang panas dan dikelilingi bukit-bukit dengan rumput berwarna
kuning keemasan. Dengan begitu, warna yang dimunculkan akan dominan kuning
dengan dominasi warna coklat untuk mendapatkan kesan gersang dan memperkuat
mood film itu sendiri. Dari segi kontras warna, film ini menggunkan konsep low
contras, ini berupaya untuk memunculkan kesan natural yang ingin disampaikan.
D. Komposisi
membutuhkan Type of Shot (TOS) yang bervariatif. Namun film ini lebih dominan
menggunakan komposisi dasar rule of third. Komposisi rule of third dikenal dalam
teknik fotografi, dimana komposisi dibagi tiga bidang garis horizontal dan tiga
komposisi golden ratio yang biasa disebut golden section. Rule of third sangat
menguntungkan pada framing statis dan long take agar fokus visual pertama
mengarahkan pada ruang dan waktu lalu pada peristiwa yang direkam. Pemilihan
long shot pada adegan outdoor berfungsi untuk memberi penekanan kepada letak
geografis dan tata letak ruang. Sementara itu medium shot dan close up
20
Penulis menggunakan komposisi ini dengan tujuan ingin memberi pesan dalam
gambar sesederhana mungkin. Dengan demikian penonton tidak terlalu sulit untuk
E. Pergerakan Kamera
pengambilan gambar adegan-adegan cepat seperti adegan berpacu diatas kuda dan
kamera agar tetap dinamis dan tidak terlalu goyang. Jenis pergerakan kamera yang
21
objek. Pergerakan external kamera digunakan untuk memberi dampak psikologi
pendukung, penonton bisa merasa dekat dan terlibat secara emosi dengan subjek
F. Pencahayaan
Penataan cahaya pada film ini berfungsi untuk menerangi dan membantu
eksposur kamera dalam pengambilan gambar. Selain itu, penataan cahaya juga
dengan naskah yang telah ada. Dengan adanya penataan cahaya yang baik akan
memberikan nilai estetika pada gambar tersebut dan juga menimbulkan efek
kedalaman ruang tiga dimensi dimana dapat terlihat perbedaan antara foreground,
Sumber cahaya yang digunakan akan berasal dari natural light (matahari)
dan artificial light (lampu syuting). Natural light dipergunakan saat melakukan
syuting outdoor / exterior. Jika dirasa kurang sesuai dengan yang diinginkan akan
perbandingan cahaya gelap-terang yang dihasilkan oleh pengaturan tata letak key
light, feel light, dan back light. Untuk pencahayaan di bagian interior sendiri
menggunakan konsep pencahayaan realis dimana cahaya yang dibuat di dalam film
mengikuti pencahayaan aslinya. Di dalam film ini lampu yang digunakan tidak
terlalu banyak, diantaranya adalah satu arri hmi dan satu read head. Hal ini
dikarenakan keadan asli di desa-desa Sumba minim cahaya. Penulis ingin tetap
22
memperlihatkan nuansa gelap tersebut tanpa harus menggelapkan pada bagian main
object.
film ini:
G. Pemilihan Kamera
Film ini akan direkam menggunakan kamera mirroless, jenis kamera ini
dipilih karena mempunyai teknologi dan feature yang sesuai untuk kebutuhan film
ini. Kamera mirrorless yang dikeluarkan pabrikan Sony dengan seri alpha 7 Mark
II ini memiliki beberapa keunggulan dengan sensor 12mp full-frame Exmor CMOS
Sensor ditujukan untuk lebih optimal ketika merekam video Full HD dalam format
full frame dengan pfs 60 pfs, selain itu kamera ini memiliki picture profile S-Log2
23
gamma dan display assist function yang sangat membantu untuk kebutuhan
perekaman film, ini memberikan jangkauan dinamis yang luas dan kemudahan
pengerjaan koreksi warna. Beda dengan camera mirrorless pada umunya yang
mempunyari profile gambar yang standar, dengan jangkauan yang dinamis dan luas
postproduction, selain itu Gamma Display Assist adalah fitur untuk memonitor
gambar atau mengatur fokus saat merekam video dalam format S-Log 2. Ini feature
yang memberi kesan low contras pada gambar yang dihasilkan. Selain itu dengan
yang dihasilkan akan tetap tajam, walapun dalam kondisi kamera yang bergerak-
gerak.
H. Pemilihan Lensa
Gambar akan terlihat semakin filmis dan sinematik jika memilih lensa dengan baik.
prime dengan focal length 24 mm, 35 mm, 50 mm, 85 mm, 200 mm. Dengan
menggunakan lensa ini penuis berharap sensor full frame yang dimiliki oleh camera
moroles dapat menghasilkan gambar yang maksimal dengan prime lens ini.
mulai dari f/8.0, f/11.0, dst. Akibatnya gambar terasa tidak tajam karena ruang
24
tajam (depth of field) sangat lebar. Penulis berencana menggunakan bukaan-bukaan
lebar seperti f/2.8, f/3.5, atau f/5.6. Bukaan sempit maka akan menghasilkan ruang
tajam yang lebih sempit. Alhasil gambar yang dihasilkan akan tajam di subjek,
J. Aspect Ratio
panjang dan lebar gambar anda adalah 16:9. Standar ratio yang dipakai oleh industri
film adalah 2.35:1 atau 1.85:1. Artinya gambar yang dihasilkan gambar yang
dihasilkan terasa lebih panjang dan memberikan panorama yang pas pada gambar
dengan menggunakan teknik ini saat produksi. Penulis akan memberi marker guide
pada monior kamera agar saat masuk tahap post production editor tidak akan
kebingungan saat menambakan cinema bar. Hal ini dilakukan karena lensa yang
digunakan bukan lensa anamorphic yang di desain untuk shooting dengan format
25
BAB IV
PROSES PENCIPTAAN
A. Pra Produksi
1. Pemilihan Kru
Tahap pra produksi atau tahap awal ini berkaitan dengan persiapan produksi
film di lapangan. Langkah awal yang dilakukan adalah pemilihan crew untuk
departemen kamera, yang terdiri atas camera person dan pilot drone. Berikut
No Nama Jabatan
and mood yang dihasilkan dari setiap scenenya. Setelah itu pengkarya
film tersebut.
2. Penetapan Lokasi
Dikarenakan dari awal tim kami telah memilih Pulau Sumba (Nusa Tenggara
Timur) sebagai lokasi shooting, maka tim pendahulu berangkat lebih awal untuk
mencari tempat yang pas dengan naskah yang telah dibuat. Setelah
26
utama yaitu rumah dan sekolah yang berada di Bukit Wairinding, Sumba Timur.
Sementara untuk lokasi lainnya berada di daerah Kampung Raja dan sekitarnya.
3. Kebutuhan Alat
tersebut bertujuan untuk meminimalisir alat-alat yang akan dibawa dan bisa
digunakan dengan sangat efisien. List kebutuhan yang digunakan antara lain:
27
4. Floor Plan
Setelah kebutuhan alat telah di list, pengkarya membuat floor plan. Berikut hasil
28
5. Shot List
SHOT CAMERA
SCENE LOCATION SHOT MOVEMENT DESCRIPTION
TYPE ANGLE
1 Bukit 1 Fs Eye Level Still Dua Anak Pembaca Luluk Duduk Saling
Wairinding 2 Ms Eye Level Still Berhadapan Dengan Gambar Siluet
3 Ms Eye Level Still
2 Padang 1 Ls H Level Follow Seorang Anak Kecil Sedang Memacu
Sabana Kudanya Dengan Cepat
Djanggo 2 Ms Eye Level Follow
- 3 Cu Eye Level Track
3 Antara Bukit 1 Fs Eye Level Track Terlihat Nafas Kuda Yang Terengah-Engah,
Dan Padang 2 Cu Low Anggle Pan Kaki Kuda Berlari Begitu Cepat
Sabana 3 Air Air Eagle
4 Bukit 1 Fs Fs Follow Focus Dari Kejauhan Terlihat Sebuah Bis
Tele In To Out (Angkutan Umum) Yang Berjalan Mendekat
(Dalam Posisi Frontal Ke Arah Kamera)
Kadang Tajam Kadang Kabur Dan Terus
Bergerak-Gerak Sebagai Bagian Dari
Fatamorgana
2 Efs Fs Still Terlihat Sebuah Mobil Angkutan Yang
Berjalan Melewati Perbukitan
3 Ms Eye Level Rig Seorang Wanita Berpakaian Backpacker
Dengan Topi Bulat
Sadengsang 4 Fs Fs Pan Savana
Ronin
5 Kampung 1 Establish Fs Stil Makam Raja
Raja Ultra Wide
29
2 Fs Fs Pan Hewan Ternak
3 Cu Cu Still Babi Dan Kuda
4 Ms Eye Ploating Serang Ibu Menenun
Mv Alvin 5 Ms Eye Level Still Terlihat Seorang Pria Melempar Salam
Tele Kepada Novi Saat Melewati Novi
6 Ms Eye Level Still Nopi Menjawab Salam
Tele
6 SD Ndata 1 Establish Extreme Ls Still
Exterior 2 Fs Extreme Still Dari Kejauhan Memasuki Sd Lapinu. Novi
Menghampiri Kepala Seolah
3 Ms Os Still Sambutan
7 Ruang Kelas 1 Fs Os Still Perkenalan
SD Ndata
Interior The Miror 2 Ms Os Ploating Pertanyaan Murid
Never Lies
Djanggo 3 Fs Fs Zoom In Rambu Tidak Ada Di Sekolah
8 Padang 1 Ms Eye Level Ronin Bray Diawali Kaki Kuda Kemudian Rambu Di
Sabana To To Long Shot Atas Kuda
Fs
Djanggo 2 Ms Eye Level Still Umbu Dan Cornelius Memperlihatkan
Rambu
3 Fs Fs Tripod Umbu Febri Meninggalkan Rambu Bersama
Tilt Up Thunder. Rambu Segera Memakai Baju
Seragamnya.
9 Rumah 1 Fs Fs Still Rambu Menyapa Ayah
Rambu 24
10 1 Establish Rumah Atau Landscape
2 Cu Eye Still Ruang Makan
30
Rumah 3 Ms Ts Still Ruang Makan
Rambu
Interior
31
3 Mcu Eye Ploating Umbu Kecewa Dengan Rambu
4 Fs Fs Still Umbu Meninggalkan Rambu
Exspresi 5 Cu Cu Still Rambu Dielama
16 Rumah 1 Fs Eye Handhald Or Rambu Di Marahi Ayah Karna Ayah Tau
Rambu Ronin Rambu Sering Bolos
Arka 2 Cu Cu “ Novi Membujuk Rambu Sekolah
3 Ts Ms “ Novi Pamit
Cut To
17 Rumah 1 Os Eye Still Terlihat Api Menyala Dan Expresi Rambu
Rambu 2 Cu Eye Still Ayah Menatap Racun
3 Mcu Eye Still Bridge Ging
18 Depan 1 Mcu Eye Handheld Rambu Telat Kesekolah
Sekolah 2 Cu Eye Handhald Dialog
Ndata
Bridge 3 Extreme Fs Still Rambu Dkk Melanjutkan Perjalanan
Full
19 Ruang Kelas 1 Mcu Mcu Still Ekspresi Novi
SD Ndata 2 Ms Os Still Ekspresi Anak Anak
Koboy Cu 3 Cu Eye Still Ekspresi Rambu Melihat Nopi
20 Ruang Kelas 1 Establish Fs Still Bendera
SD Ndata 2 Fs Eye Still Dialog
3 Ms Eye Still Anak Salaman Kepada Novi
Bgm 4 Fs Eye Still Rambu Tidak Mencium Tangan Novi
21 Arena Pacuan 1 Ms Eye Still Umbu Kasal Menunggu Rambu
2 Cu Eye Ploating Dialog
3 Cu Os Ploating Dialog
4 Fs Eye Still Rambu Bimbang
32
Establish Alam Sumba
22 Rumah 1 Cu Eye Still Ayah Bertanya Pada Rambu
Rambu Dialog
2 Cu Os Still Rambu Menjawab
3 Ms Eye Still Ayah Terdiam Rambu Pergi
23 Ruang Kelas 1 Fs Eye Pan Novi Melihat Bangku 3 Anak Kosong
SD Ndata 2 Cu Eye Tilt Up Rambu Mengintip
3 Ms Ms Pan Rambu Diskusi Dkk
4 Fs Eye Still Rambu Dkk Masuk Kelas
5 Ms Eye Still Novi Memberikan Pertanyaan
6 Cu Eye Still Ekspresi Rambu Tersenyum
Bgm Insert Kelas 7 Mcu Eye Handdeld Suasana Kelas
To 24
24 Pohon Establi Ultra Fs Ronin Pohon Besar
Persaudaraan sh Wide Ped
Bgm Estb Ultra Ps Still Daun Daun Pohon Dan Rumput
From Wide
23
1 Ms Eye Level Follow Rambu Menghamiri Teman Teman
2 Mcu Eye Ronin Dialog Cita Cita
3 Cu Eye Ronin Dialog
Siluet Beauty Shot 4 Fs Fs Still Tiga Sekawan Di Atas Bukit
Menjela
ng Sore
25 Ruang Kelas Extrem Fs Still Tampak Anak Anak Keluar Sekolah
Fs
SD Ndata e
2 Ms
3 Cu Rambu Terdiamm
33
4 Ms Eye Ploating Novi Menggandeng Anak Anak
Cut To
26 Jalan Lurus 1 Fs Fs Still Novi Berjalan Di Jalan Yang Lurus
(Tanah) Jauh
Mars 2 Ms
3 Cu Dialog
Long 4 Fs Fs Still Kuisssss
27 Kamar 1 Montase Montase Montasee Rambu Belajar
Rambu
2 Fs Fs Fs
3 Ms Ms Still
Bgm To Bridge To Montase
Montase
28 Montage: 1 Ms Ts Ploating Rambu Dan Novi Sering Bersama
Sekolah Dan Edan
Latihan (Puru Eling
Kambera) Keunn
2 Cu Os Ploating Ekspresi Novi Rambu Hutri Bondan
Siluet 3 Fs Fs Paning Rambu Berkuda Bersama Teman Teman
Cu
Drone
Drone 4 Airial Ls Follow Lari Lari Di Bukit
Djangg Ronin 5 Cu To Tarcking Rambu Berkuda Dengan Cepat
o Full Shot
6 Panorama Fs Still Dari Bukit Bukit Terlihat Racun Dkk
7 Fs Fs Poating Aktivitas Liburan
Hutri Bondan Dan Rambu
Bridge 8 Fs Fs Pan Rambu Menuju Pantai
34
29 Pantai 1 Mcu Eye Still Dialog Rambu
2 Ts Eye Still
3 Cu Eye Still Umbu Memegang Pundak Rambu
30 Kamar 1 Fs Eye Still Rambu Senang Mau Bolos Besok
Bridge 2 Mcu Ekspresi
Bgm
31 Rumah 1 Ls Eye Level Still Rambu Pamtan
Rambu
32 Ruang Kelas 1 Fs High Angle Still Novi Menanyakan Rambu Tidak Masuk
SD Ndata Sekolah
33 Arena Pacuan 1 Cu To Low To High Ronin Di Awali Kaki Kuda
Test Full Shot Kemudian Ke Ekspresi Rambu
Akhir
2 Ms Low Angle Still Ekspresi Umbu Melihat Rambu
Tele 3 Ls Ls Pan Kiri Rambu Berbelok
Slow Tele 4 Ms Ms Pan Kanan Rambu Menyalip
Mo
Slow Tele 5 Insert Eye Level Ploating Ekspresi Kuda Dan Rambu
Mo
6 Fs Fs Stil Kornelius Pamit
34 Rumah 1 Fs Fs Still Dari Dalam Rumah Rambu Melihat Ayah
Rambu Memasukan Kuda Ke Dalam Otoo
Gelut Ronin And Rambu Mengejar Tunder
Ploating
Banyak Aja Biar Ga Krinch Why Gitu
in
Krinch
35
35 Montage: 1 Ls Ls Lanscape
Rambu Galau
Sadeng 2 Ms Ms Rambu Melihat Kuda Kuda
Sang
3 Cu High Anggle Rambu Galau Ekspresi
Deniass 4 Drone
Siluet 5 Establih Lautan Yang Kosong Tempat Latihan
6 Fs Rambu Melihat Nak Anak Berkuda
36 Ruang Kelas 1 Establis Pengumuman Ujian
SD Ndata [ Bendera ]
2 Mcu High Still Rambu Sedang Bersedih Di Dalam Kelas
3 Cu Eye Level Still Novi Menatap Rambu Yang Sedang
Bersedih
37 Jalan Depan 1 Fs Fs Still Novi Mengejar Rambu
Marlina SD Ndata
Skala 2 Mcu Eye Level Still Rambu Berpaling Dari Novi
Niskala
3 Two Shot Still Rambu Pergi Dari Novi
38 Pohon 1
Persaudaraan
39 SD Ndata 1
40 Rumah 1 Ls Ls Still Novi Membujuk Ayah Rambu
Rambu
Sowan Ekspresi
36
41 Montage: 1 Sama Kaya Scene Lalu
Denias Rambu Galau
2
37
B. Produksi
1. Peta Lokasi
Tahap produksi merupakan tahap realisasi dari konsep yang telah dibuat
2. Jadwal Produksi
Jadwal shooting yang dilakukan berdasarkan jarak lokasi dan waktu yang telah
ditentukan dalam call sheet. Dimulai di lokasi di bukit, rumah, sekolah, arena
No Tanggal Lokasi
38
6. Rabu, 1 Agustus 2018 Padang Sabana dan Pantai Walakiri
39
4. Kendala dan Solusi
Selama proses shooting, tidak semuanya berjalan lancar seperti apa yang
shooting, diantaranya:
Kuda yang disewa untuk shooting ternyata belum bisa jinak sepenuhnya di
hari pertama. Kuda yang sudah lama tidak keluar kandang cenderung shock
saat pertama kali keluar kandang, apalagi ketika harus ditunggangi oleh
orang baru. Hal ini sedikit menunda pengambilan gambar, namun bisa
samping itu, kami juga harus mengejar scene yang padat setiap harinya.
meskipun matahari tepat diatas kepala. Tak lupa juga cuaca yang panas
Ini merupakan hal yang tidak pernah kami bayangkan sebelumnya bahwa
mengarahkan adegan.
40
4) Angin yang berhembus kencang
Angin yang berhembus kencang ini menjadi tantangan sendiri bagi kami
C. Pasca Produksi
melihat hasil editing yang telah dilakukan serta memberikan masukan dalam hal
41
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
untuk negara Indonesia yang banyak kebudayaannya ini. Salah satu kebudayaan
unik yang terdapat di Timur Indonesia adalah joki cilik, yang dipilih menjadi ide
film fiksi ini. Melalui ide ini, penulis sebagai penata kamera harus bisa
yang dinamis, kekuatan dalam frame “mise en scene” diprioritaskan dalam film ini
menangkap keindahan latar tempat dengan komposisi long shoot. Penulis berusaha
menghasilkan sebuah visual yang dapat memberikan kesan sinematik baru bagi
B. Saran
memaksimalkan pra produksi agar tidak terjadi hal-hal yang diluar dugaan atau
42
dengan item-item penunjang, agar alat yang digunakan bisa menghasilkan kualitas
gambar yang lebih sinema dan sesuai dengan konsep yang diinginkan.
Untuk pihak Prodi Film dan Televisi serta orang-orang yang berada di
mimbar akademis agar lebih mempertimbangkan hal apapun yang berhubungan dan
Untuk mahasiswa Televisi dan Film ISBI Bandung disarankan untuk lebih
banyak eksplorasi karena apa yang didapatkan di kelas belum cukup untuk
menghadapi persaingan di dunia kerja. Sebab apa yang kita dapat di kampus hanya
dapat kita jadikan sebagai modal awalnya. Tidak lupa juga untuk terus berkarya.
43
DAFTAR PUSTAKA
Hernawan dkk. 2017. Panduan Tugas Akhir Jurusan Film dan Televisi. Bandung:
Jurusan Film dan Televisi Press
Irawan, Etsa Indra dan Laelasari. 2011. Sinematografi. Bandung: Yrama Widya
Joseph V. Mascelli, A.S.C. 2010. The five C’s of Cinemtography, Montion Picture
Filming Techniques Simplified. Jakarta: FFTV IKJ PRESS
Rizki A.K., Fajar. 2016. Identifikasi Sifat Kualitatif Dan Kuantitatif Pada Kuda
Sumba Jantan. Bandung: Universitas Padjajaran
Sumber Internet:
https://www.ntt-news.com/2016/07/18/balapan-kuda-pantai-ada-di-sumba-timur/
(diakses tanggal 29 Desember 2017 pukul 18.12 WIB)
44
LAMPIRAN
No Jabatan Nama
1. Executive Producer Billy Ardiansyah
2. Line Producer Faisal Latief
3. Production Manager Nashifa Nur Huril Aini
4. Director M Luis Firdaus
5. Script Writer Dinda Tamara W
6. Director of Photography Achmad Augi
7. Film Editor Rika Indani Arsyi
8. Production Designer Irvan Aulia
9. Assistant Director 1 Don Juandarpis
10. Assistant Director 2 Regiansyah Pratama
Irvan Aditya Rahman
11. Camera Operator
Alif Nurul Iman
12. Sound Recordist Andri Ramadhan Sudrajat
13. Drone Pilot M Rifky Akmal Ramadhan
14. Animal Director Andi Rizaldi
Iqraman Bahctiar
15. Location Manager
Dharma Puanduka
Lampiran 2. Daftar Tim Produksi
45