Anda di halaman 1dari 33

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Film Dokumenter ialah film yang mendokumentasikan suatu

kenyataan dan fakta. Dalam film dokumenter tidak ada cerita fiktif yang

dibuat-buat untuk mendramatisir adegan sepanjang film. Artinya, film

dokumenter digunakan untuk merepresentasikan kenyataan dan

menampilkan kembali fakta yang ada dalam kehidupan yang dibuat lebih

terstruktur dalam durasi film.

Film dokumenter juga merupakan rekaman kejadian yang diambil

langsung saat kejadian nyata sedang berlangsung. Dalam film dokumenter,

unsur hiburan memang tidak terlalu ditonjolkan. Hal yang menjadi poin

penting tentunya adalah pesan khusus dari tema film dokumenter tersebut.

Meski begitu dalam beberapa film dokumenter juga menampilkan unsur

entertain yang cukup.

Istilah dokumenter dalam kamus indonesia artinya bersifat

dokumentasi sedangkan dalam terminologi dunia istilah dokumenter

pertama kali dilontarkan oleh Jhon Grierson, kemudian istilah dokumenter

tersebut digunakan oleh banyak orang untuk menamai film yang

menceritakan perihal kisah nyata dan sesuai fakta atau film yang bertumpu

pada dokumen yang ada. Sejak saat itu muncul banyak usaha para

Universitas Budi Luhur


2

pengamat film untuk mengamati dan mengembangkan film dokumenter

dan memberi identitas lebih dari film film lain yang sudah ada.

Maka dari hal tersebut pencipta ingin membuat sebuah karya film

dokumenter yang berjudul Jalani Dhipuja, Ritual Pesisir Pantai

Balekambangan dengan men-dokumentasikan sebuah kehidupan dari

masyarakat Desa Srigonco, Kecamatan Bantur, Malang , Jawa Timur.

Film ini menceritakan tentang aktifitas penganut agama hindu di Desa

Srigonco, Malang , Dengan Ritual keagamaan yang dianutnya.

Maka dari hal tersebut pencipta ingin membuat sebuah film

dokumenter, dengan men-dokumentasikan sebuah kehidupan dari

masyarakat desa Srigonco, Kecamatan Bantur, Malang, Jawa Timur.

Jalani Dhipuja sendiri adalah salah satu ritual keagamaan terpenting bagi

umat Hindu di Malang yang memang selalu dilaksanakan di Pantai

Balekambang di Desa Srigonco, Kecamatan Bantur,

Kabupaten Malang Jawa Timur. Sebagaimana diketahui, bahwa pantai

cantik yang berjarak sekira 70 km dari pusat kota ini memiliki tiga pulau

batu karang dimana di salah satunya berdiri sebuah pura Hindu. Pura ini

bernama Pura Ismoyo (sesuai nama pulau tempatnya berada) namun juga

dikenal dengan nama Pura Amerta Jati. Di pura sakral yang berdiri anggun

di atas pulau batu karang inilah, upacara Jalani Dhipuja seringkali

dipusatkan. Untuk mencapai Pulau Ismoyo tempat Pura Amerta Jati berdiri

menantang samudera luas, terdapat sebuah jembatan seluas 1,5 meter

Universitas Budi Luhur


3

dengan panjang sekira 100 meter sebagai penghubung antara pulau dan

garis pantai.

Sehari sebelumnya, masyarakat Hindu akan datang berbondong-bondong

ke pura untuk mempersiapkan jolen atau sesajen dan keperluan upacara

lainnya sehingga ritual jalani dhipuja dapat dilaksanakan dengan baik

keesokan paginya.

Pura Luhur Amertha Jati diresmikan pada 1985 oleh

bupati Malang saat itu, Edi Slamet. Pura yang bentuknya tidak mirip

dengan pura di Bali namun lebih mirip candi-candi kuno di Jawa Timur ini

dibangun berdasar keputusan dari Pemerintah Kabupaten Malang untuk

memberikan pelayanan kepada umat beragama, khususnya umat Hindu.

Terlebih lagi, potensi wisata Pantai Balekambang yang mirip dengan

Pulau Besakih di Bali, dimana sama-sama memiliki 3 pulau juga turut

mendorong pemerintah setempat untuk membangun pura tersebut. Hal ini

terkait dengan usaha meningkatkan pariwisata, terutama di pantai selatan

Malang. Seiiring dengan itu, fasilitas dan akomodasi penunjang kegiatan

berwisata pun dibangun di Pantai Balekambang.

Sejak awal diresmikan, Pantai Balekambang menjadi salah satu

pusat kegiatan ritual keagamaan Hindu dan sekaligus sebagai aset

pariwisata daerah. Pada saat-saat perayaan upacara keagamaan, Pantai

Balekambangan yang menawan akan dipadati ribuan pengunjung, mulai

dari umat Hindu selaku pelaksana upacara jalani dhipuja atau pun

Universitas Budi Luhur


4

masyarakat dan wisatawan yang ingin menyaksikan dari dekat upacara

tersebut.

Selain jalani dhipuja, di Pantai Balekambangan yang menawan

dengan pasirnya yang putih ini juga sering menjadi tempat diadakannya

Suroan, yaitu sebuah perayaan tahun baru Jawa, maka dari itu pencipta

berfokus menjadi seorang sutradara dalam pembuatan karya ini.

1.2 RUMUSAN IDE PENCIPTAAN

Dalam penciptaan karya untuk projek riset ini, pencipta lebih

memfokuskan pada proses produksi , menampilkan visualisasi dari film

dokumenter serta peran sutradara pada karya ini. Projek yang akan dikerjakan

adalah sebuah karya dokumenter. Alasan pencipta membuat karya ini adalah

untuk memperkenalkan budaya yang masih bertahan di indonesia khususnya

di kota malang dan pencipta ingin memberikan informasi dan edukasi kepada

penikmatnya.

Film dengan judul Jalani Dhipuja, Ritual Pesisir Pantai

Balekambangan ini akan membahas sejarah adat dan budaya yang

berkembang di desa Srigonco , berdasarkan data desa Srigonco sendiri

memiliki penganut umat hindu yang cukup banyak , maka dari itu di dalam

film ini akan ditampilkan dengan visual dokumenter yang bersangkut dengan

hasil wawancara dari narasumber sesepuh dan ketua adat yang ada pada desa

tersebut, serta menampilkan upacara upacara adat yang terjadi dalam

masyakarat desa Srigonco.

Universitas Budi Luhur


5

Dari keseluruhan diatas pencipta ingin mengetahui peran sutradara serta

melakukan peran sutradara dalam sebuah program yang akan diangkat. Program

tersebut bergenre dokumenter yang pencipta harap dapat memberikan informasi

dan edukasi serta nilai kebudayaan kepada khalayak tentang sebuah kearifan

lokal.

Oleh karena itu pencipta ingin menyajikan sebuah dokumenter yang

memberikan nilai-nilai edukasi, informasi dan nilai kebudayaan bagi penonton

dalam tampilan visual yang bertemakan kearifanlokal.

1.3 TUJUAN KARYA

Pada dokumenter ini, pencipta bertujuan untuk memberikan

pengetahuan edukasi dan informasi kepada masyarakat tentang salah satu

Kearifan lokal yang ada pada Bangsa ini khususnya yang berlaku di kota Bantur ,

Malang, Jawa Timur, serta ingin menjaga sebuah eksistensi Kearifan lokal agar

tidak tergilas oleh peradaban zaman yang berkembang sangat pesat saat ini.

1.4 MANFAAT KARYA

Dalam penyusunan jurnal laporan karya ini, pencipta mengharapkan dapat

memberikan kontribusi pada karyanya pada program dokumenter, yaitu manfaat

umum, manfaat akademis, manfaat praktis.

1.4.1 MANFAAT UMUM

Agar penonton lebih berminat untuk menonton karya dokumenter dan bisa

memberikan inspirasi bagi penonton. Serta menambah wawasan tentang Kearifan

Universitas Budi Luhur


6

lokal, yang salah satu nya dijalani oleh masyarakat srigonco, mulai dari sejarah,

adat & kebudayaan, upacara upacara adat dan lain sebagainya. Manfaat lain

yang diharapkan pencipta dari documenter ini, guna untuk menjaga sebuah

eksistensi Kearifan local di indonesia khususnya di pulau jawa

1.4.2 MANFAAT AKADEMIS

Untuk menerapkam ilmu yang sudah didapatkan selama berkuliah di

Universitas Budi Luhur, Fakultas Ilmu Komunikasi, Program Studi Broadcast

Journalism dengan pembuatan karya program dokumenter. Serta pencipta

berharap karya ini dapat dijadikan acuan mahasiswa Universitas Budi Luhur

tingkat selanjutnya atau angkatan dibawah pencipta, untuk membuat sebuah karya

dokumenter yang digunakan pada saat tugas akhir nanti dan pencipta berharap

karya ini dapat menambah pustaka dalam bidang dokumenter.

1.4.3 MANFAAT PRAKTIS

Untuk memenuhi salah satu syarat kelulusan program S1 Fakultas Ilmu

Komunikasi Universitas Budi Luhur. Dapat menambah referensi angkatan

selanjutnya yang akan membuat tugas akhir berupa karya film dokumenter, lebih

khususnya dokumenter berjenis Kearifan lokal.

Universitas Budi Luhur


7

1.5 SISTEMATIKA PENULISAN

Sistematika penulisan yang terdapat dalam laporan ini , ialah :

BAB I : PENDAHULUAN

Pada bab ini berisi tentang latar belakang pemilihan judul , Rumusan ide

penciptaan, Tujuan karya, dan Manfaat terciptanya karya yang akan pencipta

lakukan, hal ini bertujuan agar konsep yang akan dibuat menjadi jelas dan tidak

terkesan mengambang dari judul yang dibuat.

BAB II : TINJAUAN PUSTAKA

Pada bab ini pencipta menguraikan apa yang terdiri dari landasan teori yang

dipilih, serta pencipta menjelaskan beberapa definisi dari hal yang berkaitan

dengan karya yang akan diciptakan , seperti Komunikasi massa, Media massa,

Media social, Youtube

BAB III : METODE PENCIPTAAN KARYA

Pada bab ini pencipta membahas prosedur penciptaan karya yang akan pencipta

kerjakan , seperti langkah langkah pembuatan karya, budgeting, keterbatasan

karya.

Universitas Budi Luhur


8

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 PENCIPTAAN KARYA TERDAHULU

Pencipta memilih beberapa karya film dokumenter terdahulu yang

dijadikan sebagai acuan poembuatan karya film dokumenter Jalani Dhipuja,

Ritual Pesisir Pantai Balekambangan, berikut adalah film dokumenter yang

menjadi acuan pencipta :

Universitas Budi Luhur


9

No Karya Film Detail Film Sinopsis Perbedaan / Persamaan

1 Muludan Sutradara : Sri Karya film dokumenter ini Perbedaannya terletak

Kampung Pulo Suci Nurhayati bercerita tentang pada pencucian benda

bermulanya persiapan pusaka, di dalam jalani


Kameramen :
sebelum diadakan bulan dhipuja, masyarakat
Erlin Lulu,
mulud di kampung pulo, tidak mencuci benda
Mimose Adel S. ,
serta pembasuhan benda pusaka melainkan
Ria Restianti
pusaka, penjelasan tentang melakukan pengarakan

Editor : Erlin bulan mulud di agama air suci dari pura

Lulu, Syarif islam menuju pendeta agung

yang kemudian

memberikan sesajen di

laut.

2 Ngertakeun Bumi Produser : Denny Karya Film ini bercerita Persamaannya dalam

Lamba Ramadhany F. tentang penjelasan sejarah film ini terjadinya

sunda, serta ritual ritual adat yang terjadi


Director :
Ngertakeun Bumi Lambai melalui lokasi lokasi
Muhammad
yang mengambarkan pesan tertentu, lokasi difilm
Yusuf
dari sesepuh bahwa harus Ngertakeun Bumi

Script Writter : selalu menjaga kesucian Lamba sendiri terjadi

Dimas Surya gunung dengan cara di Gunung Tangkuban

Perahu yang telah

Universitas Budi Luhur


10

Rifqi Maulana pensucian dalam ritual adat turun temurun dari

para leluhur
Production :

Mipit Amit

Production

3 Jelajah Indonesia Produser : Nina Karya Film Dokumenter Perbedaannya dalam

Episode Upacara Gianita ini bercerita tentang karya dokumenter ini

Saparan Bekakak Tradisi Ritual Saparan ditujukan untuk


Sutradara :
bekakak yang diadakan di menghormati para
Christian Arianto
Daerah Istimewa tetuah yang telah

Jogjakarta, meninggal dengan cara

ritual penyembelihan

Hewan / Manusia

namun di film ini

menggunakan boneka

manusia sebagai

medianya

Tabel 2.1

Universitas Budi Luhur


11

2.2 LANDASAN TEORI

2.2.1 KOMUNIKASI MASSA

Pengertian Komunikasi Massa menurut Dominick (1996 ) adalah

merupakan sebuah organisasi kompleks yang dengan bantuan dari satu atau lebih

mesin membuat dan menyebarkan pesan publik yang ditujukan pada audiens

berskala besar serta bersifat heterogen dan tersebar

Sedangkan menurut buku Ilmu Komunikasi Proses & Strategi karya Dr.

Hadiono Afdjani pengertian Komunikasi Massa adalah :

Komunikasi Massa berasal dari istilah bahasa inggris, Mass Communication,

sebagai kependekan dari Mass Media Communication. Artinya, Komunikasi yang

menggunakan media massa atau komunikasi yang Mass Mediated. Istilah Mass

Communication atau Communications diartikan sebnagai salurannya, yaitu

media massa ( Mass Media ) sebagai kependekan dari Media of Mass

Communiucation1

Jadi Komunikasi Massa dapat diartikan Komunikasi yang terjadi antara

Komunikator dengan khalayak banyak melalui peran sebuah media.

1
Hadiono Afdjani , Ilmu Komunikasi Proses & Strategi , ( Tangerang : Indigo Media, 2014 ) Hal 141

Universitas Budi Luhur


12

2.2.2 MEDIA MASSA

Media Massa adalah alat yang digunakan dalam penyampaian pesan-pesan

dari sumber kepada khalayak (menerima) dengan menggunakan alat-alat

komunikasi mekanis seperti surat kabar, film, radio, TV (Cangara, 2002). Media

massa adalah faktor lingkungan yang mengubah perilaku khalayak melalui proses

pelaziman klasik, pelaziman operan atau proses imitasi (belajar sosial).

Dua fungsi dari media massa adalah media massa memenuhi kebutuhan

akan fantasi dan informasi (Rakhmat, 2001). Media menampilkan diri sendiri

dengan peranan yang diharapkan, dinamika masyarakat akan terbentuk, dimana

media adalah pesan. Jenis media massa yaitu media yang berorentasi pada

aspek(1) penglihatan (verbal visual) misalnya media cetak, (2) pendengaran

(audio) semata-mata (radio, tape recorder), verbal vokal dan (3) pada pendengaran

dan penglihatan (televisi, film, video) yang bersifat ferbal visual vokal (Liliweri,

2001).2

2.2.3 SOSIAL MEDIA

Sosial media adalah sebuah media yang berfungsi untuk bersosialisasi satu

sama lain tanpa bertatap mata secara langsung serta kegiatannya dilakukan secara

online atau tersambung dengan koneksi internet yang memungkinkan manusia

untuk saling berinteraksi tanpa dibatasi ruang dan waktu.

2
Nuramalina Prihantiny Pengertian Media Massa
http://www.kompasiana.com/nur.amalina22/pengertian-media-
massa_550069dfa333115c73510b26, Pada tanggal 15 April 2017 pukul 02:08

Universitas Budi Luhur


13

Menurut Chris Garrett Sosial Media adalah alat, jasa, dan komunikasi yang

memfasilitasi hubungan antara orang satu dengan yang lain serta memiliki

kepentingan atau ketertarikan yang sama.3

2.2.4 YOUTUBE

Youtube adalah sebuah website jejaring sosial yang terkonsep sebagai

tempat streaming video atau video sharing , para penggunanya dapat mereview

ribuan macam video yang di unggah oleh para pengguna lain serta dapat

mengunggah video penggunanya, Youtube sendiri tergolong sebagai Sub dari

Sosial Media serta format video yang digunakan adalah .flv yang dapat diputar

oleh para penikmatnya yang memiliki aplikasi Flash Player

2.2.5 FILM DOKUMENTER

Menurut Frank Beaver dalam buku Dictionary of Film Terms Film

Dokumenter adalah Sebuah film non-fiksi. Film Dokumenter biasanya di-shoot di

sebuah lokasi nyata, tidak menggunakan actor dan temanya terfokus pada subyek

subyek seperti sejarah, ilmu pengetahuan, social atau lingkungan. Tujuan

dasarnya adalah untuk memberi pencerahan, member informasi, pendidikan,

melakukan persuasi dan memberikan wawasan tentang dunia yang kita tinggali.4

3
Bang Fuji Pengertian Media Sosial Menurut Para Ahli
http://www.trigonalmedia.com/2015/08/pengertian-media-sosial-menurut-para.html pada
tanggal 15 April 2017 Pukul 02:22
4
Kusen Dony Hermansyah Definisi Film Dokumenter http://filmpelajar.com/tutorial/definisi-
film-dokumenter. Pada Tanggal 15 April 2017 Pukul 02:58

Universitas Budi Luhur


14

Berikut contoh 12 macam film dokumenter berdasarkan genrenya yaitu :

a. Laporan Perjalanan

Film Dokumenter dengan Genre laporan perjalanan ini bisa dikatakan

dengan istilah lain, yaitu travelogue, travel film, travel documentary,

dan adventures film. Bisa dikatakan jenis film dokumenter yang satu

ini adalah dokumentasi antropologi dari para ahli etnolog atau

etnografi. Dan seiring dengan perkembangannya, membahas banyak

yang disesuaikan dengan pesan dan gaya yang ingin disampaikan.5

b. Sejarah

Dalam film dokumenter, genre sejarah menjadi salah satu yang sangat

kental aspek referential meaning-nya (makna yang sangat bergantung

pada referensi peristiwanya) sebab keakuratan data sangat dijaga dan

hampir tidak boleh ada yang salah baik pemaparan datanya maupun

penafsirannya.6

c. Potret/Biografi

Sesuai dengan namanya, jenis ini lebih berkaitan dengan sosok

seseorang. Mereka yang diangkat menjadi tema utama biasanya

seseorang yang dikenal luas di dunia atau masyarakat tertentu

atau seseorang yang biasa namun memiliki kehebatan, keunikan

ataupun aspek lain yang menarik. Ada beberapa istilah yang

merujuk kepada hal yang sama untuk menggolongkannya. Pertama,

5
Kusen Dony Hermasnyah Definisi Film Dokumenter http://filmpelajar.com/berita/jenis-jenis-
genre-film%C2%A0dokumenter. Pada Tanggal 15 April 2017 Pukul 03:09
6
Ibid

Universitas Budi Luhur


15

potret yaitu film dokumenter yang mengupas aspek human interest

dari seseorang. Plot yang diambil biasanya adalah hanya peristiwa

peristiwa yang dianggap penting dan krusial dari orang tersebut.

Isinya bisa berupa sanjungan, simpati, krtitik pedas atau bahkan

pemikiran sang tokoh. Kedua, biografi yang cenderung mengupas

secara kronologis dari yang secara garis penceritaan bisa dari awal

tokoh dilahirkan hingga saat tertentu (masa sekarang, saat

meninggal atau saat kesuksesan sang tokoh) yang diinginkan oleh

pembuat filmnya.7

d. Nostalgia

Film jenis ini sebenarnya dekat dengan jenis sejarah, namun biasanya

banyak mengetengahkan kilas balik atau napak tilas dari kejadian

kejadian dari seseorang atau satu kelompok.8

e. Rekonstruksi

Dokumenter jenis ini mencoba memberi gambaran ulang terhadap

peristiwa yang terjadi secara utuh. Biasanya ada kesulitan tersendiri

dalam mempresentasikannya kepada penonton sehingga harus

dibantu rekonstruksi peristiwanya. Perisitiwa yang memungkinkan

direkonstruksi dalam film-film jenis ini adalah peristiwa kriminal

(pembunuhan atau perampokan), bencana (jatuhnya pesawat dan

tabrakan kendaraan), dan lain sebagainya.9

7
Ibid
8
Ibid
9
Ibid

Universitas Budi Luhur


16

f. Investigasi

Jenis dokumenter ini memang kepanjangan dari investigasi jurnalistik.

Biasanya aspek visualnya yang tetap ditonjolkan. Peristiwa yang

diangkat merupakan peristiwa yang ingin diketahui lebih mendalam,

baik diketahui oleh publik ataupun tidak.10

g. Perbandingan & Kontradiksi

Dokumenter ini mentengahkan sebuah perbandingan, bisa dari

seseorang atau sesuatu.11

h. Ilmu pengetahuan

Jenis Film Dokumenter memiliki beberapa Sub-Genre , Diantaranya

adalah :

a. Film Dokumenter Sains

Film ini biasanya ditujukan untuk publik umum yang

menjelaskan tentang suatu ilmu pengetahuan tertentu misalnya

dunia binatang, dunia teknologi, dunia kebudayaan, dunia tata

kota, dunia lingkungan, dunia kuliner dan sebagainya.

b. Film Dokumenter Instruksional

Film ini dirancang khusus untuk mengajari pemirsanya

bagaimana melakukan berbagai macam hal mereka ingin

lakukan, mulai dari bermain gitar akustik atau gitar blues pada

tingkat awal, memasang instalasi listrik, penanaman bungan

yang dijamin tumbuh, menari perut untuk menurunkan berat

10
Ibid
11
Ibid

Universitas Budi Luhur


17

badan, bermain rafting untuk mengarungi arung jeram dan

sebagainya.12

i. Buku Harian ( Diary )

Seperti halnya sebuah buku harian, maka film bergenre ini juga

mengacu pada catatan perjalanan kehidupan seseorang yang

diceritakan kepada orang lain. Tentu saja sudut pandang dari tema

temanya menjadi sangat subjektif sebab sangat berkaitan dengan apa

yang dirasakan subjek pada lingkungan tempat dia tinggal, peristiwa

yang dialami atau bahkan perlakuan kawankawannya terhadap

dirinya. Dari segi pendekatan film jenis memiliki beberapa ciri, yang

pada akhirnya banyak yang menganggap gayanya konvensional.

Struktur ceritanya cenderung linear serta kronologis, narasi menjadi

unsur suara lebih banyak digunakan serta seringkali mencantumkan

ruang dan waktu kejadian yang cukup detil, misalnya Rumah Dadang,

Jakarta. Tanggal 7 Agustus 2011, Pukul 13.19 WIB. Pada beberapa

film, jenis diary ini oleh pembuatnya digabungkan dengan jenis lain

seperti laporan perjalanan (travel-doc) ataupun nostalgia.13

j. Musik

Genre musik memang tidak setua genre yang lain, namun pada masa

1980 hingga sekarang, dokumenter jenis ini sangat banyak

diproduksi. Dalam film ini tidak hanya diperuntukan dalam

mendokumentasikan acara kegiatan pertunjukan musik saja, ada

12
Ibid
13
Ibid

Universitas Budi Luhur


18

beberapa film dokumenter musik yang memang dibuat lebih mendalam

dengan menggunakan konsep genre biografi, sejarah, diary dan

sebagainya agar terlihat lebih dekat.14

k. Association Picture Story

Jenis dokumenter ini dipengaruhi oleh film eksperimental. Sesuai

dengan namanya, film ini mengandalkan gambargambar yang tidak

berhubungan namun ketika disatukan dengan editing, maka makna

yang muncul dapat ditangkap penonton melalui asosiasi yang

terbentuk di benak mereka.15

l. Dokudrama

Selain menjadi sub-tipe film, dokudrama juga merupakan salah satu

dari jenis dokumenter. Film jenis ini merupakan penafsiran ulang

terhadap kejadian nyata, bahkan selain peristiwanya hampir seluruh

aspek filmnya (tokoh, ruang dan waktu) cenderung untuk

direkonstruksi. Ruang (tempat) akan dicari yang mirip dengan tempat

aslinya bahkan kalau memungkinkan dibangun lagi hanya untuk

keperluan film tersebut. Begitu pula dengan tokoh, pastinya akan

dimainkan oleh aktor yang sebisa mungkin dibuat mirip dengan tokoh

aslinya.16

14
Ibid
15
Ibid
16
Ibid

Universitas Budi Luhur


19

2.2.6 SUTRADARA

Sutradara adalah orang yang bertugas mengarahkan sebuah film sesuai

dengan skenario. Skenario digunakan untuk mengontrol aspek-aspek seni dan

drama. Pada masa yang sama, sutradara mengawal kru film dan pemeran untuk

memenuhi wawasan pengarahannya. Sutradara juga berperan dalam membimbing

kru dan para pemeran film dalam merealisasikan kreativitas yang dimilikinya.

Sutradara bertanggung jawab atas aspek-aspek kreatif pembuatan film, baik

interpretatif maupun teknis. Ia menduduki posisi tertinggi dari segi artistik dan

memimpin pembuatan film tentang bagaimana yang harus tampak oleh

penonton. Selain mengatur tingkah laku di depan kamera dan mengarahkan akting

serta dialog, sutradara juga mengontrol posisi beserta gerak kamera, suara,

pencahayaan, dan hal-hal lain yang menyambung kepada hasil akhir sebuah film.

Dalam melaksanakan tanggung jawabnya, sutradara bekerja bersama para kru film

dan pemeran film, di antaranya penata fotografi, penata kostum, penata kamera

dan lain sebagainya. Selain itu ia juga turut terlibat dalam proses pembuatan film

mulai dari pra-produksi, produksi, hingga pasca produksi.17

17
Lulu Fahrulla Peran dan tugas sutradara film http://cinemags.id/peran-dan-tugas-seorang-
sutradara-film/ Pada tanggal 16 April pukul 01:42

Universitas Budi Luhur


20

2.2.7 TEKNIK PENGAMBILAN GAMBAR

Shotting merupakan proses pengambilan gambar dalam membuat sebuah

video atau film. Termasuk dalam proses produksi yang membutuhkan Persiapan,

Pengetahuan, dan Skill dalam melaksanakan shoting. Salah satunya adalah dengan

mengetahui teknik shot itu sendiri dalam video, diantaranya yaitu :18

a. Sudut Pengambilan Gambar ( Camera Angle )

1. Frog Eye Teknik pengambilan gambar dengan ketinggian kamera sejajar

dengan dasar (alas) kedudukan obyek atau dengan ketinggian yang lebih

rendah dari dasar (alas) kedudukan obyek. Dengan teknik ini dihasilkan

satu pemandangan objek yang sangat besar. Biasanya terjadi distorsi

perspektif berupa pengecilan ukuran subyek, sehingga menghasilkan kesan

keangkuhan, keagungan, dan kekokohan.

2. Low Angle Sudut pengambilan dari arah bawah obyek sehingga kesan

objek jadi membesar.

3. Eye Level Sudut pengambilan gambar sejajar dengan obyek. Hasilnya

memperlihatkan tangkapan pandangan mata seseorang yang berdiri atau

pandangan mata seseorang yang mempunyai ketinggian tubuh tepat

tingginya sama dengan obyek. Sering disebut dengan normal shot.

18
Bartholo Bush Sawa Tehnik Pengambilan Gambar Video
http://www.dumetschool.com/blog/Teknik-Pengambilan-Gambar-Video Pada Tanggal 16 April
pukul 02:12

Universitas Budi Luhur


21

4. High Angle Sudut pengambilan dari atas obyek sehingga kesan obyek jadi

mengecil. Selain itu teknik pengambilan gambar ini mempunyai kesan

dramatis, yakni kesan kerdil.

5. Bird Eye Teknik pengambilan gambar yang dilakukan juru kamera dengan

ketinggian kamera di atas ketinggian obyek yang direkam. Hasil

perekaman teknik ini memperlihatkan lingkungan yang demikian luas

dengan benda-benda lain yang tampak di bawah demikian kecil.

6. Slanted Jenis shot ini merupakan perekaman dengan sudut tidak frontal

dari depan atau frontal dari samping obyek, melainkan dari sudut 45 dari

objek, sehingga obyek yang lain ikut masuk kedalam bingkai rekam.

7. Over Shoulder Shot ini merupakan versi close-up dari slanted shot

sehingga seakan-akan objek lain di-shot dari bahu obyek utama.19

19
Ibid

Universitas Budi Luhur


22

b. Ukuran Gambar

1. Extreme Close Up (ECU) Pengambilan gambar sangat dekat sekali,


sampai pori-pori kulit pun terlihat. Memperlihatkan detail suatu obyek
secara jelas.
2. Big Close Up (BCU) Pengambilan gambar dari atas kepala hingga dagu

obyek. Menonjolkan obyek untuk menimbulkan ekspresi tertentu.

3. Close Up (CU) Pengambilan gambar dari tepat atas kepala sampai bawah

leher. Untuk memberi gambaran obyek secara jelas.

4. Medium Close Up (MCU) Ukuran gambar sebatas kepala hingga dada.

Untuk menegaskan profile seseorang.

5. Medium Shot (MS) Ukuran gambar sebatas dri kepala hingga pinggang.

Bertujuan untuk memperlihatkan sosok seseorang.

6. Full Shot (FS) Pengambilan gambar penuh dari atas kepala hingga kaki.

Memperlihatkan obyek secara keseluruhan.

7. Long Shot (LS) Pengambilan gambar melebihi full shot. Menunjukan

obyek dengan latar belakangnya.

8. One Shot (1S) Pengambilan gambar satu obyek. Memperlihatkan

seseorang dalam in frame.

9. Two Shot (2S) Pengambilan gambar dua obyek. Biasanya memperlihatkan

adegan dua orang sedang bercakap.

10. Group Shot (GS) Pengambilan gambar sekelompok orang. Misalnya ada

adegan pasukan sedang berbaris atau lainnya.20

20
Ibid

Universitas Budi Luhur


23

BAB III

METODE PENCIPTAAN KARYA

3.1 LANGKAH KERJA

Berikut adalah langkah langkah yang pencipta lakukan saat pembuatan

sebuah karya film dokumenter Sejarah Jalani Dhipuja , Ritual Pesisir Pantai

Balekambangan , yakni :

3.1.1 TARGET AUDIENCE

Target audience dari Karya Dokumenter ini adalah Semua Umur ,

dikarenakan tema yang diangkat dalam Karya Dokumenter Sejarah ini adalah

sebagian besar tentang ritual keagamaan umat hindu di daerah Malang, Jawa

Timur, dibuatnya segmentasi semua umur karena sebuah sejarah sudah harus

dimengerti dan dipahami oleh anak anak hingga orang dewasa.

Melalui karya ini pencipta mengharapkan pesan pesan yang disampaikan

dapat menjadi informasi serta edukasi pada penikmatnnya.

3.1.2 FORMAT PROGRAM

Format Program ini adalah Film Dokumenter, karena di era ini film

dokumenter sangat jarang peminatnya, dan para penikmat film lebih condong

menyukai film dengan genre fiktif.

Didalam film ini pencipta akan menampilkan sebuah acara kegiatan ritual

keagamaan umat hindu di kota malang, yang kemudian di lanjutkan dengan

Universitas Budi Luhur


24

penjelasan beberapa ahli sejarah tentang adat dan istiadat umat hindu tentang

ritual keagamaan Jalani Dhipuja yang dilakukan setiap tahunnya.

3.1.3 WAKTU PENAYANGAN

Waktu penayangan film ini difokuskan dimana mendekati dan sesudahnya

hari besar umat hindu seperti Nyepi dan lain lainnya, pencipta bertujuan akan

sangat tepat apabila film ini ditayangkan pada waktu tersebut karena di dalam film

ini sendiri memang terfokus pada kegiatan ritual keagamaan umat hindu di kota

Malang, Jawa Timur.

3.1.4 KARAKTERISTIK PRODUKSI

Pada Karya Film Dokumenter Sejarah ini pencipta menggunakan sistem

record dengan menggunakan beberapa tehknik angle kamera yang di tambahkan

dengan audio music dan atmosfer lokasi pengambilan gambar yang selanjutnya

disatukan dalam proses editing

3.1.5 KARAKTERISTIK PROGRAM

Karakteristik Program dalam Film Dokumenter yang bergenre Sejarah ini

adalah menggunakan sistem record dan menggunakan beberapa teknik angle

kamera yang yang bertujuan agar visual yang ditampilkan membuat para

penontonnya tidak merasa jenuh dengan gambar yang disajikan , serta

ditambahkan dengan beberapa audio khas Jawa yang akan membuat atmosfer

terasa lebih kental saat menikmati karya dokumenter ini.

Universitas Budi Luhur


25

3.1.6 DURASI PROGRAM

Film Dokumenter dengan genre Sejarah ini akan ditampilkan dalam durasi

25 menit, pencipta mengharapkan dengan durasi tersebut penonton dapat

memahami pesan pesan yang disajikan didalam karya dokumenter ini .

3.1.7 PRA PRODUKSI

Pra Produksi adalah tahapan inti dari sebuah produksi film, ditahap inilah

semua data dan konsep dikumpulkan agar terciptanya sebuah film yang baik,

sebuah produksi film akan berjalan dengan lancar apabila materi yang

dikumpulkan ditahap ini dipersiapkan secara matang dan berkualitas.

Berikut adalah tahapan Pra Produksi yang pencipta lakukan dalam

pembuatan karya dokumenter ini :

a. Penemuan Ide Penciptaan Karya

Ide Film Dokumenter sejarah ini muncul ketika pencipta melihat mulai

berkurangnya perhatian akan budaya yang berkembang di negeri ini,

padahal secara history indonesia adalah negara yang didalamnya

memiliki berbagai macam suku dan budaya, namun di era ini masyarakat

mulai enggan untuk menyaksikan ritual adat yang ada di negeri ini.

b. Pengumpulan Materi

Dalam pengumpulan materi pencipta melakukan pencarian data melalui

website, jejaring sosial serta narasumber yang pernah melihat secara

langsung ritual adat Jalani Dhipuja.

Universitas Budi Luhur


26

c. Menentukan Khalayak Sasaran

Didalam Karya Dokumenter Sejarah ini pencipta tertuju kepada

segmentasi semua umur, dikarenakan sebuah sejarah harus mulai

dikenalkan mulai dari anak masih kecil dan tentunya orang yang lebih

dewasa harus lebih lebih mengerti tentang sebuah sejarah agar dapat

menuntun para masyarakat yang paham arti sebuah sejarah, maka dari itu

pencipta berharap para masyarakat khususnya indonesia dapat lebih

mendalami sejarah yang ada di dalam negeri agar dapat selalu terjaga

eksitensinya serta tidak tergilas oleh zaman.

d. Menentukan Alur Cerita

Pada Karya Dokumenter ini pencipta menentukan sebuah alur cerita

berdasarkan data yang sebelumnya telah dicari melalui tahap

pengumpulan data dan di atur secara baik agar tidak tercipta karya yang

monoton setelah film ini selesai di produksi.

3.1.8 PRODUKSI

Tahap selanjutnya adalah tahap Produksi yang dimana pencipta

melakukan shooting berdasarkan rencana yang telah dibuat di tahap Pra

Produksi , didalam tahap ini adalah tahap dimana seluruh agenda

kegiatan di record , baik secara kegiatan ritual serta wawancara terhadap

narasumber yang telah dipilih pencipta melakukan shooting serta untuk

tidak membuat karya terlihat monoton pencipta menambahkan gambar

gambar tambahan atau biasa disebut Stock Shoot dengan tehknik

Universitas Budi Luhur


27

pengambilan gambar yang berbeda, hal ini bertujuan agar para

penontonnya tidak jenuh pada karya yang dibuat.

3.1.9 PASKA PRODUKSI

Tahap selanjutnya adalah tahap Paska Produksi, tahap Paska

Produksi adalah tahap terakhir dalam pembuatan sebuah karya

dokumenter yang dimana terdiri dari beberapa proses, yaitu :

a. Logging

Proses Logging adalah dimana proses mereview dan mencatat hasil

shooting yang telah dilakukan, proses ini dilakukan untuk

menentukan hasil data shooting yang akan dipilih saat proses editing.

b. Transcripting

Proses Transcripting adalah proses pencatatan hasil shooting

wawancara dengan narasumber yang kemudian dijadikan sebagai

penguat statement yang telah dibuat.

c. Editing

Proses Editing adalah proses penggabungan video yang telah direcord

saat tahap produksi hingga menjadi siquence atau film utuh

berdasarkan alur cerita yang telah dibuat , dan ditahap ini tidak hanya

penggabungan video saja yang dilakukan namun penambahan audio

visual serta pemilihan video yang akan digabungan terjadi ditahap

ini.

Universitas Budi Luhur


28

3.2 PERENCANAAN BUDGET

Perencanaan Budget atau biasa disebut Budggeting adalah

perencanaan biaya yang dibutuhkan selama proses pembuatan Karya

Dokumenter berlangsung , dengan adanya proses Budgeting pencipta

dapat melihat biaya yang akan dikeluarkan secara rinci pada proses

produksi.

Universitas Budi Luhur


29

Perancanaan Budget (Budgeting)


Film Dokumenter Sejarah
Jalani Dhipuja,Ritual Pesisir Pantai Balekambangan
NO ITEM UNIT RATE AMOUNT NOTES
PRA PRODUKSI
1 Konsumsi 4 4 x Rp 20.000.00,- =
Rp 80.000.00 x 2 =
Rp 160.000.00
2 Briefing Rp 100.000.00,-
produksi
3 Biaya tak Rp 50,000.00,-
Terduga
Sub total Rp 310.000.00,-
PRODUKSI (TEKNIK)
4 Perangkat 3 - Ada
Kamera tersedia
5 Perangkat Rp 1.000.000.00,- sewa
Lighting
6 Perangkat Rp 800.000.00,- sewa
Audio
Subtotal Rp1.800.000.00,-

PRODUKSI (UNIT)
7 Konsumsi 4 4 x Rp 20.000.00,- = Produksi
Rp 80.000.00 x 3 = tidak
Rp 240.000.00 x 6 = Rp hanya
1.440.000 sekali
8 Transportasi Rp 500.000.00,- x 4 = Rp Produksi
2.000.000 tidak
hanya
sekali
9 Tempat Tinggal Rp. 1.000.000.00,- Sewa
10 Biaya tak Rp. 500.000.00,-
Terduga
Sub total Rp 4.940.000.00,-
PASCA PRODUKSI

10 Processing Rp 200.000.00,-
11 Editing Rp 250.000.00,-
12 Copy master Rp 200.000.00,-
13 Biaya tak Rp. 150.000.00,-
Terduga
Subtotal Rp 800.000.00
TOTAL KESELURUHAN BIAYA PRODUKSI Rp 7.850.000,-
Tabel 3.1

Universitas Budi Luhur


30

3.3 EQUIPMENT LIST

Equipment List adalah sebuah daftar alat apa saja yang digunakan

saat masa produksi, Perlengkapan yang pencipta gunakan selama produksi

pembuatan Karya Dokumenter ini ialah :

EQUIPMENT LIST
Film Dokumenter Sejarah
Jalani Dhipuja,Ritual Pesisir Pantai Balekambangan

No Nama Seri Jumlah Keterangan


1. Kamera DSRLCanon 600D Milik Sendiri
DSLR Canon 650D 3
2 Laptop Milik Sendiri
Toshiba
1
3. Kaset/Memory Transcend 16GB Milik Sendiri
Card Class 10
Sandisk 16GB
Class 10
Sandisk 8GB Class
10 3
4. Tripot Exel promos Milik Sendiri
2
5. Charger Canon Milik Sendiri
3
6. Baterai Canon Milik Sendiri
5
7. Handphone Iphone 4S Milik Sendiri
Iphone 5C 2
8. Lighting Unomat 800 watt 2 Sewa
9. Clip On - Sewa
1
10 Boom Mic Sewa
Rode
2
Tabel 3.2

Universitas Budi Luhur


31

3.4 SHOOTING SCRIPT

Shooting Script adalah sebuah naskah yang dijadikan acuan pada

setiap proses produksi film dokumenter, seperti teknik pengambilan

gambar, detik yang ditentukan hingga lokasi yang ingin di visualisasikan.

SHOOTING SCRIPT

Film Dokumenter Sejarah


Jalani Dhipuja,Ritual Pesisir Pantai Balekambangan
Format : Dokumenter Sejarah
Durasi : 25 Menit
Tema : Jalani Dhipuja

Scene Shot Visual Audio

1 1 Stock Shot Pura Amarta


Jati
2 Stockshot Bentuk
Bangunan Pura Amarta Instrument Java
Jati
3 Stock Pengunjung Pantai
Balekambangan
4 Stockshot Pintu Masuk
Pantai Balekambangan

1 Stockshot Persiapan Atmosfer Lokasi


2 2 Ritual Adat Pantai
Stockshot Sesajen Balekambangan

3 Wawancara Narasumber Voice Narasumber

Universitas Budi Luhur


32

1 Persiapan Ritual Jalani Atmosfer


3 Dhipuja
2 Keramaian Arak Arakan Voice Narasumber
menuju Pura Amarta Jati
Atmosfer
3 Wawancara Narasumber

4 Saat Ketua Adat Berdoa Atmosfer

5 Saat Kegiatan Jalani Atmosfer


Dhipuja

1 Antusias masyarakat Atmosfer


4 mengikuti ritual Jalani
Dhipuja
2 Saat Pensucian Umat Atmosfer
Hindu
3 Wawancara budayawan Voice Narasumber
menurut sudut pandang
ilmu budaya
4 Pelepasan Sesajen ke laut Atmosfer
5 Stockshot setelah adat Musik
berlangsung
Tabel 3.3

Universitas Budi Luhur


33

JALANI DHIPUJA, RITUAL DI PESISIR PANTAI


BALEKAMBANGAN

PENCIPTAAN KARYA

Nama : Muhammad Nur Imam


NIM : 1471504090
Program Studi : Ilmu Komunikasi
Konsentrasi : Broadcast Journalism

FAKULTAS ILMU KOMUNIKASI


UNIVERSITAS BUDI LUHUR
JAKARTA
2017

Universitas Budi Luhur

Anda mungkin juga menyukai