Anda di halaman 1dari 4

CONTOH NASKAH FILM DOKUMENTER

JULY 3, 2013 | HANIFAHTEJARAKHILA
Sang Laskar Kaki Kecil bandung script film documenter

Sang Laskar Kaki Kecil Bandung


A.     Latar Belakang Cerita
Kota Bandung merupakan miniatur kota Jakarta yang jumlah punduduknya telah memadati
wilayah tersebut hingga warganya harus bermigrasi ke luar kota.
Disamping padatnya penduduk di wilayah kota Bandung, semakin sedikit pula lahan kerja
bagi warga.
Lowongan pekerjaan di pabrik-pabrik sudah tak mampu menampung para calon pegawai
yang hendak melamar kerja, lahan-lahan pesawahan pun semakin menyempit karena banyak
dibangun perumahan dan gedung-gedung, persaingan pegawai swasta maupun pegawai
negeri diperketat oleh syarat ijazah yang minimal tingkat SMA.
Memperhatikan demikian, warga yang memiliki tingkat perekonomian rendah menjadi sulit
mendapat pekerjaan. Kesempatan mereka menjadi berkurang dan lebih memilih pekerjaan
jasa kuli juga pembantu.
Begitupun anak-anak yang tergolong kurang mampu. Mereka hidup membantu orang tuanya.
Terkadang mereka mengabaikan sekolahnya, sehingga diantara mereka ada yang putus
sekolah.
Disamping pengaruh faktor ekonomi, faktor yang menyebabkan anak-anak putus sekolah
ialah faktor lingkungan teman-teman sepermainannya. Memang, tidak terlepas dari latar
belakang ekonomi, namun yang paling berpengaruh bagi anak-anak yang memutuskan untuk
tidak sekolah ialah lingkungan yang secara tidak langsung mengajarkan doktrin “gak usah
repot-repot sekolah kalo cuma buat ngehasilin duit” juga kurangnya support dari diri mereka
dikarenakan kurangnya keilmuan dalam memahami pentingnya sekolah serta didorong oleh
naluri anak yang masih senang untuk bermain.
Kami, tim dari PK Himi STAI Persisi Bandung, terinspirasi untuk membuat film documenter
mengenai kisah para anak jalanan di Bandung, karena mereka adalah sosok prajurit yang
hidup di bawah penderitaan orang lain serta prajurit yang harus bangkit dengan susah payah
dari keterpurukan mereka, baik dari segi perekonomian maupun pendidikan mereka, hingga
suatu saat mereka harus menjadi warga Negara Indonesia yang berintelektual juga patuh
beragama dan berbudipekerti luhur.
Oleh karena itu, dengan film documenter ini, mudah-mudahan akan merekontruksi semangat
Himi dalam menbina serta mendidik anak jalanan yang membutuhkan uluran tangan dari para
intelektual muslim. Dengan demikian, kami ingin mengangkat film documenter yang
berjudul Sang Laskar Kaki Kecil Bandung

B.     Kronologi, Ketentuan,  dan Alur cerita


Berawal dari rapat kepengurusan PK Himi STAI Persis Bandung untuk mempersiapkan
pembuatan film documenter mengenai anak jalanan.
Setelah menyusun scenario, kemudian kami pun bergegas untuk mempersiapkan segalanya,
hingga kami pun melantunkan yel-yel semangat crue. Dengan meletakkan tangan di depan,
kami berjanji akan terus bekerjasama sampai pembuatan film documenter ini selesai.
Dimulailah perjalan kami dalam pembuatan film documenter.
Film documenter yang dibawakan oleh 3 pewawancara (host) beserta tim, memainkan
perannya sbb:
1. Hasna Afifah
a. Notulen: Suci/ Iis Aisyah
b. Kameramen: Lisda
c. Guide & guard:
2. Wita
a. Notulen: Zaenab
b. Kameramen: Fortina/ Nike
c. Guide & guard:
3. Maulina
a. Notulen: Yohanida
b. Kameramen: Jihan/ Nurhabibah
c. Guide & guard:
Sebuah perjalan yang dilakukan oleh host Himi dalam rangka pembuatan film dokumentasi,
diawali oleh suadari Hasna.
Ketentuan umum tiap crue:
 Mempersiapkan cinderamata/ kudapan untuk narasumber
 Terdiri dari 5 orang, yaitu 3 orang perempuan sebagai cameramen, host utama & host
pembantu, 2 orang laki-laki sebagai guide & guard
 Host pembantu didwifungsikan sebagai notulen (persiapan tim, data lokasi, data
narasumber, & peristiwa yang tak terduga)
Yang harus dipersiapkan host:
 Berpenampilan rapi dan sederhana
 Ramah, sopan
 Mahir dalam bertutur dan mampu membujuk narasumber menjawab tiap pertanyaan
Inti wawancara:
1. Salam, senyum, & sapa
2. Bertanya mengenai keadaan narasumber (disertai penghayatan)
 Sedang apa, mengapa (pengalaman selama menjadi anak jalanan)
 Tempat tinggal
 Aktifitas sehari-hari (pengalamannya)
 Orang tua & keadaannya
 Cita-cita
 Umur
 Sekolah/ tidak sekolah & alasannya
 Nasihat & solusi
1. Cindramata
2. Rangkul, salam
3. Wawancara diusahakan untuk tidak terlalu memakan waktu (maks 25 menit)
Ketentuan kameramen tiap crue:
 1 kamera atau lebih (bawa batere cadangan/ siap pakai full)
 3 menit pertama ialah pengambilan gambar semi disengaja keadaan tim Crue I/II/III
di lalu lintas
 5 menit pertama saat host membawakan acara pembuka
 3 menit kedua saat host mulai bercuap-cuap mengenai lokasi & kondisi perjalan
 Merekam kilas kondisi anak jalan di lokasi durasi 10-15 menit disertai perekaman
kilas lokasi (tidak mendetil dikarenakan untuk menghindari kesan mensponsorkan suatu
produk)
 Perekaman wawancara dilakukan saat salah satu crue mulai mendekati narasumber,
sekitar 10 m dari lokasi. Terus dishoot hingga wawancara selesai. (bisa memakan banyak
waktu, dan harap para guard mengkondisikan sekitar karena dikhawatirkan akan datang
sekelompok orang yang tak diundang)
 Setelah jeda perekaman beberapa saat setelah acara wawancara selesai, rekam suasana
narasumber saat mulai meninggalkan lokasi (durasi 5 menit)
 Usahakan untuk merekam peristiwa menakjubkan yang tak terduga (jika ada)
Sekenario bebas, contoh: Suatu hari, Hasna beserta timnya melakukan perjalanan di satu
tempat, jalanan di daerah kota Bandung.
“teman-teman, kali ini kita akan melakukan perjalanan untuk mewawancarai anak jalanan di
sekitar daerah Bandung. Mereka akan menjadi inspirasi kita untuk melakukan suatu langkah
pergerakan yang mudah-mudahan dapat membantu mereka dalam menggapai masa depan
yang cerah.” (durasi 5 menit)
“sekarang kami ada di daerah … dan saat ini perjalanan terasa … mudah-mudahan, temen-
temen semua dalam keadaan yang masih semangat yaa…! ” (durasi 3 menit)
Suatu ketika, saat mereka berhenti di lampu lalu lintas, mereka melihat anak jalanan.
Kemudian mereka mendekatinya. (diusahakan dengan cara yang santai & tidak mengejutkan
narasumber)
Mereka menyimpan kendaraannya di tempat yang aman & agak jauh dari lokasi narasumber.
Lalu, perlahan mereka mendekati narasumber seolah-olah mereka hanya pejalan kaki biasa,
& mulailah mewawancarainya. (usahakan membawa makanan untuk narasumber, dan
mencari tempat yang teduh, dan tidak terlalu ramai agar dapat diajak ngobrol dengan santai).
Hanifah Teja P.
6_28_2013
Kesan: Ada rasa kekecewaan ketika suatu kesempatan hilang dan naskah ini menjadi hanya
sebuah naskah, tidak dapat dikerjakan dan ditayangkan tepat pada waktunya.

Anda mungkin juga menyukai