Anda di halaman 1dari 20

D.

JENIS-JENIS FILM
Klasifikasi film dapat dibagi menjadi dokumenter dan non-dokumenter, fiksi dan non-
fiksi, hitam putih dan berwarna, animasi dan non-animasi, studio besar dan studio
independen, rating dan non-rating, Hollywood dan non-Hollywood, dan sebagainya. Klasifikasi
juga bisa dilakukan berdasarkan pada sasaran penonton ataupun gerakan sinema. Klasifikasi
yang paling umum membagi film menjadi 3 (tiga) jenis, dokumenter, fiksi dan eksperimental.
Pembagian ini berdasarkan atas cara bertuturnya, yaitu naratif (cerita) dan non-naratif (non
cerita).
Film fiksi memiliki struktur naratif yang jelas, sementara film dokumenter dan
eksperimental tidak memiliki struktur naratif. Film dokumenter yang memiliki konsep realisme
(nyata) berada di kutub yang berlawanan dengan film eksperimental yang memiliki konsep
formalisme (abstrak). Sementara film fiksi berada ditengah dua kutub tersebut.

D.1. DOKUMENTER
Dokumenter adalah sebutan yang diberikan untuk film pertama karya Lumiere
bersaudara yang berkisah tentang perjalanan (travelogues) yang dibuat sekitar tahun 1890-
an. 36 tahun kemudian, kata ‘dokumenter’ kembali digunakan oleh pembuat film dan kritikus
film asal Inggris, John Grierson, untuk film Moana (1926) karya Robert J. Flaherty. Grierson
berpendapat dokumenter merupakan cara kreatif merepresentasikan realitas. Film
dokumenter menyajikan realita melalui berbagai cara dan dibuat untuk berbagai macam
tujuan.
Kunci utama film dokumenter adalah penyajian fakta. Film dokumenter tidak
menciptakan suatu peristiwa atau kejadian, namun merekam peristiwa yang sungguh-
sungguh terjadi atau otentik. Tidak seperti film fiksi, film dokumenter tidak mempunyai plot
namun memiliki struktur yang umumnya didasarkan oleh tema atau argumen sineas
pembuatnya. Film jenis ini juga tidak memiliki tokoh protagonis-antagonis, konflik, serta
penyelesaian seperti halnya film fiksi. Struktur bertutur biasanya sederhana dengan tujuan
memudahkan penonton memahami dan mempercayai fakta-fakta yang disajikan. Contohnya
Nanook of the North (1919) yang dianggap sebagai salah satu film dokumenter tertua. Film
tersebut secara sederhana menggambarkan keseharian warga suku eskimo di Kutub Utara.
Film dokumenter bisa dipakai untuk beragam maksud dan tujuan, seperti informasi atau
berita, biografi, pengetahuan, pendidikan, sosial, ekonomi, ataupun politik/propaganda.
Poster film Nanook of The North karya Robert J.Flaherty dan salah satu snapshot

Dalam menyajikan fakta film dokumenter dapat menggunakan beberapa metode,


merekam langsung pada saat peristiwa terjadi, ataupun merekonstruksi sebuah peristiwa.
Produksi film dokumenter yang langsung merekam pada saat peristiwa benar-benar terjadi
dapat dibuat dalam waktu singkat, berhari-hari, berbulan-bulan bahkan bertahun-tahun.
Untuk film dokumenter yang merekonstruksi ulang sebuah peristiwa biasanya menggunakan
pengadeganan serta persiapan teknis layaknya film fiksi. Namun, tetap saja sineas tidak dapat
mengontrol akting serta pergerakan pemainnya. Film ini juga dapat berisi wawancara yang
menjelaskan secara rinci sebuah peristiwa serta apa yang mereka pikirkan dan rasakan pada
saat itu.
Film dokumenter mempunyai beberapa karakter teknis khas yang tujuan utamanya
untuk mendapatkan kemudahan, kecepatan, fleksibilitas, efektivitas serta otentitas peristiwa
yang direkam. Umumnya film dokumenter berbentuk sederhana dan jarang sekali
menggunakan efek visual. Jenis kamera umumnya ringan serta menggunakan lensa zoom,
stok film sensitif cahaya, serta perekam suara portable, sehingga memungkinkan pengambilan
gambar dengan kru yang minim (dua orang). Efek suara serta musik ilustrasi jarang
digunakan. Dalam memberikan informasi kepada penonton kerap menggunakan narasi atau
dapat pula dengan metode wawancara.
Teknik seperti itu juga dipakai dalam produksi film fiksi. Hanya perbedaan
mendasarnya adalah para sineas fiksi umumnya menggunakan teknik tersebut sebagai
pendekatan estetik atau gaya, sedangkan sineas dokumenter lebih fokus untuk mendukung
subjeknya (isi atau tema).
Seiring dengan perjalanan waktu, muncul berbagai aliran film dokumenter, misalnya
dokudrama (docudrama) yang menjadikan realita tetap sebagai pegangan. Dalam
dokudrama, terjadi reduksi realita demi tujuan-tujuan estetis, agar gambar dan cerita menjadi
lebih menarik. Meski demikian, perbedaan antara kenyataan dan hasil yang tersaji biasanya
tak berbeda jauh.

D.2. FILM FIKSI


Film jenis ini terikat oleh plot. Dari sisi cerita, film fiksi acap kali menggunakan cerita
rekaan di luar kejadian nyata serta mempunyai konsep pengadeganan yang telah dirancang
sejak awal. Struktur cerita film juga terikat hukum kausalitas. Cerita biasanya memiliki tokoh
protagonis-antagonis, masalah, konflik, penyelesaian, serta pola pengembangan cerita yang
jelas. Dari sisi produksi, film fiksi relatif lebih kompleks mulai dari tahap pra-produksi hingga
pasca produksinya. Manajemen produksinya juga lebih kompleks karena biasanya
menggunakan pemain, kru, perlengkapan serta peralatan dalam jumlah besar, serta relatif
lebih lama dalam produksinya. Persiapan teknis semisal lokasi syuting serta setting
dipersiapkan secara matang baik di dalam maupun di luar studio.
Film fiksi yang berada ditengah kutub nyata dan abstrak sering kali mempunyai
tendensi ke salah satu kutubnya, baik secara naratif maupun sinematiknya. Film fiksi sering
juga menggunakan teknik gaya dokumenter yang sebenarnya telah populer sejak pasca
Perang Dunia Kedua melalui gerakan sinema neorealisme serta new wave Perancis yang
mengusung tradisi cinéma vérite. Tema yang diangkat biasanya keseharian, syuting di lokasi
(non studio), menggunakan pemain non aktor, handheld camera, pencahayaan natural, serta
jumlah kru yang sedikit. Teknik ini dalam perkembangannya masih sering digunakan dalam
film-film produksi independen era 1960-an hingga sekarang. Film-film produksi studio besar
juga kadang-kadang menggunakan teknik gaya dokumenter (handheld camera) sebagai
pendekatan estetiknya.
Cerita film fiksi juga sering diangkat dari kejadian nyata, semisal The Pianist,
Schindler’s List, Gandhi, Malcolm –X, dan JFK yang mengangkat penggalan kisah hidup para
tokoh tersebut. Film fiksi juga kerap pula mengangkat peristiwa penting atau bersejarah,
misalnya Apollo 13 yang menceritakan kisah tragedi kecelakaan yang menimpa kru pesawat
Apollo 13. Atau film All the President Man yang menceritakan kisah dua wartawan Washington
Post mengungkap skandal Watergate. Satu contoh sempurna film transisi fiksi-dokumenter
adalah United 93 karya sutradara Paul Greengrass. Film tersebut merupakan adaptasi dari
kisah salah satu pesawat terbang komersil yang dibajak pada saat tragedi 11 September. Reka
ulang kejadian diangkat dari hasil survei serta wawancara para kerabat yang pada detik-detik
terakhir dihubungi oleh para korban yang tewas dalam tragedi tersebut. Selain menggunakan
teknik gaya dokumenter yang khas, film tersebut juga menggunakan beberapa cuplikan
rekaman gambar dari peristiwa aslinya.
Sementara di kutub lain, sineas fiksi juga kadang menggunakan cerita dan latar
abstrak dalam filmnya. Latar atau setting abstrak sering digunakan untuk mendukung adegan
mimpi atau halusinasi. Sebagai contoh, sineas kawakan Alfred Hitchcock dalam film
Spellbound berkolaborasi dengan pelukis surealis Salvador Dali untuk menggarap sebuah
adegan mimpi.
Dalam beberapa kasus film fiksi hubungan kausalitas cerita dapat sedikit longgar serta
membingungkan karena tidak jelasnya hubungan antara satu adegan dengan adegan lainnya.
Kecenderungan yang bisa ditemukan dalam karya-karya sineas Italia Federico Fellini yang
dikenal suka menggunakan adegan absurd semisal dalam film 8½ serta Satyricon. Sineas
besar Swedia, Ingmar Bergman juga dikenal lewat film-filmnya yang “semi abstrak” seperti
Wild Strawberries, Hour of the Wolf, dan Persona. Salah satu karya terbaik Bergman, The
Seventh Seal adalah satu contoh film terbaik mewakili film transisi fiksi-abstrak. Adegan dalam
film itu yang paling dikenal adalah ketika sang ksatria bermain catur dengan malaikat

Neorealisme : aliran sinema di Italia yang muncul sesaat setelah Perang Dunia Kedua usai. Tema
yang diangkat umumnya persoalan ekonomi, sosial dan ketidakadilan. Karakter khasnya adalah
shot on location serta penggunaan pemain amatir.
New Wave : aliran sinema di Perancis yang muncul pada akhir dekade 1950-an. Karakternya
mirip aliran neorealisme namun menggunakan tema serta teknik yang lebih variatif.
Cinéma vérite : direct cinema, metode perekaman gambar langsung di lokasi sesungguhnya
dengan peralatan yang minim.

pencabut nyawa untuk mengulur waktu kematiannya.


D.3. FILM EKSPERIMENTAL
Film jenis ini merupakan jenis yang sangat berbeda dengan dua jenis sebelumnya.
Para sineas eksperimental umumnya bekerja di luar industri film utama (mainstream) dan
bekerja pada studio independen atau perorangan. Pada umumnya mereka terlibat secara
penuh dalam seluruh produksi film dari awal hingga akhir. Film eksperimental tidak
mempunyai plot, namun tetap mempunyai struktur yang sangat dipengaruhi oleh insting
subjektif sineas, semisal gagasan, emosi, serta pengalaman batin mereka. Film eksperimental
juga umumnya tidak bercerita tentang apapun bahkan kadang menentang kausalitas seperti
yang dilakukan para sineas surealis. Para sineas eksperimental terkemuka lainnya antara lain
Umumnya film ini berbentuk abstrak dan tidak mudah dipahami karena menggunakan simbol-
simbol personal yang mereka ciptakan sendiri. Para sineas eksperimental kadang
mengeksplorasi berbagai kemungkinan dari medium film. Salah satu film eksperimental yang
paling awal Ballet Mécanique karya Fernand Léger. Juga ada Fist Fight karya Robert Bree yang
hanya menggunakan satu frame gambar (kurang dari sedetik) dalam filmnya. Andy Warhol,
Maya Deren, Kenneth Anger.

D.4. FILM-FILM JENIS LAIN


a) PROFIL PERUSAHAAN (CORPORATE PROFILE)
Film ini diproduksi untuk kepentingan institusi tertentu berkaitan dengan kegiatan
yang mereka lakukan. Film ini sendiri berfungsi sebagai alat bantu presentasi atau
promosi termasuk dalam hal membentuk citra perusahaan di mata publik.

b) IKLAN TELEVISI (TV COMMERCIAL)


Film ini diproduksi untuk kepentingan penyebaran informasi, baik tentang produk
(iklan produk) maupun layanan masyarakat (iklan layanan masyarakat atau public
service announcement/PSA). Iklan produk biasanya menampilkan produk yang
diiklankan secara eksplisit, artinya ada stimulus audio-visual yang jelas tentang
produk tersebut. Sedangkan iklan layanan masyarakat menginformasikan
kepedulian produsen suatu produk terhadap fenomena sosial yang diangkat
sebagai topik iklan tersebut. Dengan demikian, iklan layanan masyarakat
umumnya menampilkan produk secara implisit.

c) PROGRAM TELEVISI (TV PROGRAMME)


Program ini diproduksi untuk konsumsi pemirsa televisi. Secara umum, program
televisi dibagi menjadi dua jenis yakni cerita dan non-cerita. Jenis cerita terbagi
menjadi dua kelompok yakni fiksi dan non-fiksi. Kelompok fiksi memproduksi film
serial (TV series), film televisi/FTV dan film cerita pendek. Kelompok non-fiksi
menggarap aneka program pendidikan, film dokumenter atau profil tokoh dari
daerah tertentu. Sedangkan program non-cerita sendiri menggarap variety show,
TV quiz, talkshow.

d) VIDEO KLIP (MUSIC VIDEO)


Video klip adalah sarana bagi produser musik untuk memasarkan produknya lewat
medium televisi yang dipopulerkan pertama kali lewat saluran televisi MTV tahun
1981. Di Indonesia, video klip kemudian berkembang sebagai bisnis yang
menggiurkan seiring dengan pertumbuhan televisi swasta. Akhirnya video klip
tumbuh sebagai aliran dan industri tersendiri. Beberapa rumah produksi memilih
video klip menjadi bisnis utama (core business) mereka.

E. KLASIFIKASI FILM
E.1. DEFINISI DAN FUNGSI GENRE
Metode yang paling mudah dan sering digunakan untuk mengklasifikasi film adalah
berdasar genre, yang secara umum membagi film berdasarkan jenis dan latar ceritanya.
Masing-masing berkarakteristik khas sebagai pembeda antar genre.
Istilah genre berasal dari bahasa Perancis yang maknanya “bentuk” atau “tipe”.
Sedangkan mengacu pada ilmu Biologi, kata ini sepadan dengan genus, sebuah klasifikasi
flora-fauna yang tingkatannya berada di atas spesies dan di bawah family. Genus
mengelompokkan beberapa spesies yang memiliki kesamaan ciri-ciri fisik tertentu.
Dalam film, genre dapat didefinisikan sebagai jenis atau klasifikasi sekelompok film
yang mempunyai karakter atau pola sama (khas) seperti setting, isi dan subjek cerita, tema,
struktur cerita, aksi atau peristiwa, periode, gaya, situasi, ikon, mood serta karakter. Klasifikasi
tersebut menghasilkan genre-genre populer seperti aksi, petualangan, drama, komedi, horor,
western, thriller, roman, dan sebagainya.
Fungsi utama genre adalah untuk memudahkan klasifikasi sebuah film. Sejak awal
perkembangan sinema hingga kini telah jutaan film diproduksi. Genre membantu memilah
film-film sesuai spesifikasinya. Industri film pun sering menggunakan genre sebagai strategi
pemasaran. Genre yang sedang tren akan menjadi tolok ukur film yang akan diproduksi. Selain
untuk klasifikasi, genre juga bisa berfungsi sebagai antisipasi penonton terhadap film yang
akan ditonton. Jika seseorang telah memutuskan ingin melihat sebuah film bergenre tertentu,
maka sebelumnya ia sudah mendapatkan gambaran umum di kepalanya tentang film yang
akan ia tonton. Misalnya, jika ingin mendapatkan hiburan ringan umumnya orang akan
memilih film bergenre aksi atau komedi.

E.2. KLASIFIKASI GENRE


Perkembangan film dari masa ke masa juga diimbangi perkembangan genre. Sebuah
genre biasanya ditetapkan setelah beberapa film yang mewakili genre tersebut sukses di
pasaran dan berkembang menjadi tren. Hampir semua genre besar mengalami pasang surut
dalam perkembangannya dan tidak selalu populer sepanjang masa. Ambil contoh film-film
musikal yang kini tidak sepopuler masa keemasannya era 1940-an, ketika pada era tersebut
film-film terlaris didominasi oleh film musikal. Contoh lain film-film bencana sejak era 1990-
an hingga kini masih sangat populer, namun sebenarnya genre ini telah mengalami masa
keemasan pada era 1970-an.
Variasi genre jumlahnya bisa mencapai ratusan. Tiap periode dan wilayah (negara)
masing-masing punya genre khas. Di Jepang dikenal genre-genre populer seperti chambara
(aksi pedang), hahamono (ibu/keluarga), serta sarariman (pekerja kantor). Di Jerman dikenal
heimatfilm, tentang kehidupan di kota kecil, serta kammerspiel sebuah drama yang ber-
setting cerita (ruang) terbatas. Di India dikenal dengan genre musikalnya yang khas. Di Italia
sempat dikenal white telephone, yaitu film yang berkisah tentang kehidupan masyarakat atas,
serta spaghetti western (western produksi Italia).
Kebanyakan film merupakan kombinasi dari beberapa genre sekaligus, yang sering
diistilahkan genre hibrida (campuran). Meski demikian, biasanya dalam sebuah film tetap
memiliki satu atau dua genre yang dominan. Sebagai contoh, seri film populer James Bond
yang secara umum dapat dikategorikan sebagai genre spionase. Jika diamati lebih jauh film-
film James Bond juga merupakan campuran dari genre aksi, petualangan, thriller, fiksi-ilmiah,
roman, politik, komedi dan sebagainya. Perlu dicatat, klasifikasi film berdasarkan genre
hanyalah merupakan suatu konvensi umum yang bersifat dinamis. Karekteristik sebuah genre
boleh jadi tidak mengacu pada satu masa tertentu namun terus bekembang setiap saat.
Faktor-faktor inilah yang menjadikan studi terhadap genre begitu sulit dilakukan.
Genre juga terdapat pada berbagai jenis serta bentuk film. Film dokumenter misalnya,
bisa dikelompokkan menjadi beberapa genre seperti perang, flora, fauna, ekspedisi, politik,
budaya, agama dan sebagainya. Bentuk film animasi juga mempunyai genre walaupun
umumnya diproduksi untuk konsumsi keluarga dan anak-anak. Film-film animasi populer
seperti The Beauty and The Beast, Aladdin, The Little Mermaid memiliki perpaduan antara
genre roman, fantasi, serta musikal. Sementara film Prince of Egypt menampilkan genre epik
sejarah.
Hollywood sebagai pusat industri perfilman terbesar sejak awal dijadikan titik tolak
perkembangan genre-genre besar dan berpengaruh. Genre-genre besar tersebut dapat dibagi
menjadi dua kelompok, yaitu genre induk primer dan genre induk sekunder. Genre-genre
induk merupakan landasan utama pengembangan genre-genre kecil/khusus dibawahnya.
Masing-masing genre memiliki karakteristik serta pola dasar yang berbeda-beda.

Skema Genre Induk Primer dan Sekunder


Genre Induk Primer Genre Induk Sekunder
Aksi Bencana
Drama Biografi
Epik Sejarah Detektif
Fantasi Film noir
Fiksi Ilmiah Melodrama
Horor Olahraga
Komedi Perjalanan
Kriminal dan Gangster Roman
Musikal Superhero
Petualangan Supernatural
Perang Spionase
Western Thriller

E.2.1. GENRE INDUK PRIMER


Genre induk primer merupakan genre-genre pokok yang telah ada dan populer sejak
awal perkembangan sinema era 1900-an sampai 1930-an. Setiap film mengandung setidaknya
satu unsur genre induk primer namun lazimnya sebuah film adalah kombinasi dari beberapa
genre induk sekaligus. Tidak semua genre induk primer populer dan sukses dari masa ke
masa. Genre-genre seperti aksi, drama, komedi, horor, fantasi, dan fiksi ilmiah relatif masih
populer. Sedangkan genre-genre seperti musikal, epik sejarah, perang, serta western jauh
lebih populer pada era lampau.

AKSI (ACTION)
Film-film yang berhubungan dengan adegan-adegan aksi fisik seru, menegangkan,
berbahaya, spektakuler, non-stop dengan tempo cerita yang cepat. Film-film aksi umumnya
berisi adegan aksi kejar-mengejar, perkelahian, tembak-menembak, balapan, berpacu dengan
waktu, ledakan, serta aksi-aksi fisik lainnya. Aksi kejar-mengejar yang ditampilkan sering kali
menggunakan berbagai cara dan moda transportasi mulai dari berlari hingga penggunaan
pesawat tempur, sehingga tidak jarang menghabiskan biaya produksi besar. Film aksi sering
sukses secara komersil di pasaran walaupun kualitasnya masih sering dipertanyakan. Film-
film aksi juga umumnya memiliki karakter protagonis-antagonis yang jelas serta konflik berupa
konfrontasi fisik. Tokoh protagonis biasanya mahir dalam pertempuran tangan kosong
maupun bersenjata, dan biasanya merupakan seorang penegak hukum seperti polisi, detektif,
agen rahasia, tentara atau veteran perang dan sebagainya. Dalam cerita film umumnya pihak
protagonis terancam jiwanya dan berada dibawah tekanan pihak antagonis. Meski ada juga
aktris yang bermain dalam film genre ini, namun umumnya bintang-bintang yang populer
adalah para aktor semisal Arnold Schwarzenegger, Silvester Stallone, Bruce Willis, Steven
Seagal, Jean-Claude van Damme, Chuck Norris, Wesley Snipes, Charles Bronson, Mel Gibson,
Jacky Chan, Jet Li.
Genre ini termasuk genre yang adaptif terhadap genre lainnya karena mampu
berkolaborasi dengan semua genre induk seperti petualangan, thriller, kriminal, fiksi ilmiah,
drama, komedi, perang, fantasi dan bencana.

DRAMA
Boleh jadi genre ini yang paling banyak diproduksi karena jangkauan ceritanya yang
sangat luas. Film-film drama umumnya berhubungan dengan tema, cerita, setting, karakter
serta suasana yang memotret kehidupan nyata. Konflik bisa dipicu oleh diri sendiri,
lingkungan, maupun alam. Kisahnya sering mampu menggugah emosi, dramatik bahkan
menguras air mata penontonnya. Tema yang diangkat umumnya isu-isu sosial skala besar
(masyarakat) maupun kecil (keluarga) seperti ketidakadilan, kekerasan, diskriminasi,
rasialisme, ketidakharmonisan, masalah kejiwaan, penyakit, kemiskinan, politik, kekuasaan
dan sebagainya. Kisahnya banyak juga yang diadaptasi dari pertunjukan, karya sastra, novel,
puisi, catatan harian, dan sebagainya. Film genre ini umumnya tidak fokus pada aksi fisik dan
jarang sekali menggunakan efek visual.
Sama halnya genre aksi film drama mampu berkombinasi dengan genre apapun,
misalnya komedi, thriller, fiksi ilmiah, western, kriminal, fantasi, horor atau perang. Genre
roman, melodrama dan biografi merupakan pengembangan langsung dari genre drama. Film
drama meski bisa ditonton segala umur namun sering juga membidik penonton berdasarkan
klasifikasi usia tertentu seperti keluarga, remaja, dan anak-anak.
Film-film drama kadang kurang sukses di pasaran, namun hal tersebut justru kadang
berbanding terbalik dengan di ajang festival. Film-film yang mampu memenangkan
penghargaan film terbaik pada ajang festival umumnya bergenre drama beserta
pengembangannya.

EPIK SEJARAH
Film genre ini umumnya mengambil tema periode masa silam/sejarah dengan latar
sebuah kerajaan, peristiwa atau tokoh besar yang menjadi legenda, mitos atau kisah biblikal.
Film epik sejarah umumnya kolosal dengan setting mewah dan megah, melibatkan ratusan
bahkan ribuan figuran, aneka variasi kostum dengan aksesoris unik, serta beragam peralatan
perang. Film genre ini juga kerap menyajikan adegan aksi pertempuran skala besar yang
berlangsung lama. Tokoh utamanya biasanya sosok heroik, gagah berani, dan disegani lawan.
Genre biografi merupakan pengembangan genre ini. Namun tidak seperti biografi, tingkat
akurasi cerita dalam film epik sejarah sering dikorbankan. Beberapa contoh film epik sejarah
yang sukses dan termashyur antara lain The Ten Commandments, Ben Hur, Cleopatra,
Spartacus, The Last Emperor, Braveheart, Gladiator, Troy, 300, Kingdom of Heaven, serta
Saur Sepuh.

FANTASI
Film genre ini berhubungan dengan tempat, peristiwa serta karakter yang tidak nyata,
unsur magis, mitos, negeri dongeng, imajinasi, halusinasi serta alam mimpi. Film-film fantasi
berhubungan dengan naga, kuda terbang, pedang dan mantra gaib, karpet terbang, dewa-
dewi, penyihir, jin serta peri. Film genre ini terkadang juga berhubungan dengan aspek religi,
seperti Tuhan atau malaikat yang turun ke bumi, campur tangan kekuatan Ilahi, surga dan
neraka, dan sering juga mengadaptasi Kisah 1001 Malam serta mitos Yunani. Biasanya
bersinggungan juga dengan fiksi ilmiah, petualangan, supernatural, dan horor. Seri Star Wars
merupakan contoh gabungan genre fantasi dan petualangan. Beberapa contoh film fantasi
antara lain The Wizard of Oz, trilogi The Lord of The Ringss, seri Harry Potter, serta
Constantine. Oleh studio besar seperti Walt Disney film genre fantasi juga sering diproduksi
menggunakan teknik animasi semisal The Little Mermaid, The Beauty and The Beast, dan
Aladdin. Umumnya film ini dibuat untuk segmen remaja dan anak-anak, namun adakalanya
kaum dewasa juga terpikat.

FIKSI ILMIAH
Genre ini berhubungan dengan masa depan, perjalanan angkasa luar, percobaan
ilmiah, penjelajahan waktu, invasi, atau kehancuran bumi. Genre fiksi ilmiah sering
berhubungan dengan teknologi serta kekuatan yang berada diluar jangkauan teknologi masa
kini, kaya efek visual sehingga menghabiskan biaya sangat besar untuk mewujudkannya
dalam film. Selain itu, biasanya juga berhubungan dengan karakter artifisial atau non-manusia
seperti mahluk asing atau alien, robot, monster, hewan purba, dan sebagainya. Masa
keemasan film ini pada era 1950-an, namun hingga kini masih tetap sangat populer. Film fiksi
ilmiah mampu berkolaborasi dengan dengan genre apapun misalnya aksi, petualangan,
fantasi, drama, horor, western, atau komedi. Beberapa contoh film genre ini misalnya 2001:
A Space Odyssey, E.T., Star Trek, seri Alien, seri The Terminator, Planet of the Apes, Jurrasic
Park, The Independence Day, Godzilla, Wild Wild West, serta trilogi The Matrix.

HOROR
Tujuan utama film genre ini adalah memberikan efek rasa takut, kejutan, serta teror
yang mendalam bagi penontonnya. Plot film horor lazimnya sederhana, yakni bagaimana
usaha manusia untuk melawan kekuatan jahat dan biasanya berhubungan dengan dimensi
supernatural atau sisi gelap manusia. Film horor umumnya menggunakan karakter-karakter
antagonis non-manusia yang berwujud fisik menyeramkan. Pelaku teror dapat berwujud
manusia, mahluk gaib, monster hingga mahluk asing. Genre yang biasanya berkolaborasi
dengan horor antara lain supernatural (melibatkan mahluk supernatural atau gaib seperti
hantu, werewolf atau vampir), fiksi ilmiah (melibatkan mahluk luar angkasa atau hasil uji coba
ilmiah semisal alien, zombi, atau mutan), serta thriller (melibatkan seorang psikopat atau
pembunuh berantai). Umumnya film genre ini memiliki setting gelap dengan dukungan
ilustrasi musik yang mencekam. Segmentasi lazimnya untuk kalangan remaja dan dewasa.
Beberapa contoh film horor populer misalnya Frankenstein, The Exorcist, Dracula, Nightmare
on The Elm Street, Night of the Living Dead, Friday the 13th, The Omen, Scream, serta Jeeper
Creeper.

KOMEDI
Boleh jadi ini adalah genre paling populer diantara semua genre sejak era silam.
Tujuan utama film genre ini jelas untuk memancing gelak tawa penontonnya. Biasanya berupa
drama ringan yang melebih-lebihkan aksi, situasi, bahasa hingga karakternya. Film komedi
juga biasanya berakhir dengan penyelesaian cerita yang memuaskan penonton (happy
ending). Film komedi secara umum dibagi dua jenis: komedi situasi dan komedi lawakan. Film
komedi situasi unsur komedinya menyatu dengan cerita, sedangkan komedi lawakan unsur
komedinya bergantung pada figur komedian. Kedua jenis ini juga sering berkombinasi. Genre
komedi secara khusus dapat dipecah menjadi beberapa jenis dan bentuk, yaitu slapstick
(menekankan aksi konyol) misalnya Ace Ventura, komedi verbal (menekankan dialog)
misalnya Annie Hall, screwball comedy (komedi tim berpasangan dan populer di era 1940-an)
misalnya Bringing Up Baby dan His Girl Friday, komedi hitam (mengangkat tema gelap seperti
perang, kematian, kriminal) misalnya Dr.Strangelove, serta parodi atau satir (imitasi film-film
populer) seperti dalam Scary Movie dan Austin Powers. Genre komedi sering berkombinasi
dengan genre aksi, drama, musikal, serta roman. Pada era klasik nama-nama seperti Charlie
Chaplin, Buster Keaton, Marx Brothers, Laurel & Hardy, Abbot & Castello, Mr.Hulot, serta grup
Monty Phyton. Sementara figur komedian yang populer masa kini antara lain Steve Martin,
Eddie Murphy, Martin Lawrence, Robin Williams, Rowan Atkinson, Jim Carrey, Chris Rock,
serta Mike Myers.

KRIMINAL DAN GANGSTER


Film genre ini berhubungan dengan aksi-aksi kriminal seperti perampokan, pencurian,
pemerasan, perjudian, pembunuhan, persaingan antar kelompok, serta aksi kelompok bawah
tanah yang bekerja di luar sistem hukum. Sering kali film genre ini mengambil kisah kehidupan
kriminal besar yang diinspirasi dari kisah nyata lengkap dengan perseteruan dengan penegak
hukum seperti polisi, detektif swasta, pengacara atau agen rahasia. Tidak seperti film aksi,
film genre kriminal dan gangster sering menampilkan adegan kekerasan yang lebih tidak
manusiawi atau sadis. Adegan khas genre ini adalah penggunaan tongkat pemukul, bom mobil
serta senapan mesin. Tokoh kriminal biasanya dicitrakan seorang laki-laki ambisius,
materialistis, sadis, amoral, dan menggunakan segala cara untuk mencapai tujuan. Sebaliknya
tokoh penegak hukum biasanya sosok yang taat hukum, keras, serta menggunakan caranya
sendiri untuk menangkap sang kriminal buruannya. Lazimnya, cerita mengambil latar kota
besar dengan penduduk yang padat. Dalam sejarah perkembangannya genre ini berkembang
menjadi genre detektif (misteri), film noir, serta film penjara atau narapidana. Genre ini sangat
populer di era 1930-an dan bangkit kembali di era 1970-an. Beberapa film genre ini yang
populer antara lain trilogi The Godfather, The French Connection, Dirty Harry, Scarface, A Dog
Day Afternoon, Heat, Goodfellas, Casino, Road to Perdition, serta The Departed.

MUSIKAL
Film genre ini menggabungkan unsur musik, lagu, tari/dansa, serta gerak koreografi.
Lagu-lagu dan tarian biasanya mendominasi sepanjang film dan menyatu dengan cerita.
Penggunaan musik dan lagu bersama liriknya biasanya mendukung jalannya alur cerita. Cerita
yang diusung umumnya ringan, seperti percintaan, kesuksesan serta popularitas dengan
sasaran untuk dikonsumsi oleh anak-anak, remaja bahkan seluruh anggota keluarga. Film-
film musikal berskala besar mengalami masa keemasan pada era 1940-an hingga 1960-an
melalui film-film populer seperti Singin’ in the Rain, West Side Story dan karya abadi The
Sound of Music. Masa 1970-an film musikal masih menyisakan kesuksesan lewat Saturday
Night Fever dan Grease. Pada era masa kini film genre ini jarang diproduksi. Walt Disney lebih
sering memproduksi film animasi-musikal seperti The Beauty and The Beast, Aladdin,
Pocahontas, Mulan, dan The Lion King. Sementara film-film musikal non-animasi yang
menonjol dua dekade terakhir tercatat diantaranya Evita, Moulin Rouge, Chicago serta
Dreamgirls.

PETUALANGAN
Film genre petualangan berkisah tentang perjalanan, eksplorasi, atau ekspedisi ke
suatu wilayah yang belum pernah tersentuh manusia. Film-film petualangan selalu menyajikan
panorama alam eksotis seperti hutan rimba, pegunungan, gurun pasir, savana, lautan serta
pulau terpencil. Cerita umumnya seputar pencarian sesuatu yang bernilai seperti artefak,
harta karun, kota yang hilang, mineral berharga (emas dan berlian); atau upaya penyelamatan
diri dari suatu wilayah tak dikenal; atau bisa juga usaha penaklukan sebuah wilayah. Film
petualangan sering berkolaborasi dengan aksi, epik sejarah, fantasi, fiksi ilmiah, atau perang.
Dengan khalayak sasaran seluruh anggota keluarga maka biasanya adegan-adegan aksinya
lebih halus daripada film-film aksi yang mengumbar kekerasan. Di era klasik film genre ini
kadang juga melibatkan sosok-sosok pahlawan seperti Tarzan, Zorro, Sinbad atau Robin
Hood. Biaya produksinya biasanya sangat besar dan sebanding dengan kesuksesan di
pasaran. Beberapa film petualangan yang populer diantaranya seri Indiana Jones, Congo, seri
Pirates of the Caribbean, The Mummy, serta King Kong.

PERANG
Genre ini mengangkat kengerian serta teror yang ditimbulkan oleh aksi perang lewat
adegan-adegan pertempuran di darat, laut, maupun udara. Dalam film ini biasanya
diperlihatkan kegigihan, perjuangan dan pengorbanan para prajurit dalam melawan musuh
mereka. Tidak seperti epik sejarah, film perang umumnya menampilkan adegan perang
dengan kostum, peralatan, perlengkapan, serta strategi yang relatif modern mulai dari
seragam dan kelengkapannya, pistol, senapan, meriam, tank, kapal laut, pesawat tempur,
dan sebagainya. Film-film genre ini biasanya mengambil setting periode perang sipil di
Amerika dan Rusia, Perang Dunia Pertama dan Kedua, Perang Vietnam, Perang Teluk, serta
konflik di beberapa kawasan dunia. Genre ini berkembang menjadi film-film bertema kamp
tawanan perang, holocaust, kamp pelatihan perang, serta veteran perang. Genre perang juga
sangat mudah dikombinasikan dengan genre lain seperti drama, fiksi ilmiah, western,
petualangan, roman, thriller, komedi, serta epik sejarah. Terkadang film perang juga
digunakan sebagai media propaganda anti perang melalui isu-isu seputar moral serta
kehancuran akibat perang.
Film-film perang yang populer diantaranya The Bridge Is Too Far, The Alamo,
Apocalypse Now, The Deer Hunter, Das Boot, Top Gun, Platoon, Full Metal Jacket, Saving
Private Ryan, Black Hawk Down, U-571, We Were Soldiers, serta Pearl Harbour. Sedangkan
beberapa film kombinasinya diantaranya Predator (fiksi ilmiah), The English Patient (roman),
The Pianist (biografi), The Last Mohicans (western) serta Stalag 17 (komedi).

WESTERN
Inilah genre orisinil Amerika Serikat dengan beberapa ciri karakter tema serta fisik
yang sangat spesifik. Tema film biasanya seputar konflik antara pihak baik dengan pihak jahat.
Setting biasanya menampilkan kota kecil, bar/saloon, padang gersang, rel kereta api, sungai,
pohon kaktus, ranch serta perkampungan suku Indian. Karakter-karakter khas dalam film
western yaitu koboi, indian, sheriff, deputi, kavaleri berkuda; hewan-hewan seperti kuda, ular
derik, sapi, keledai, burung bangkai, serigala, coyote, dan sebagainya. Adegan film genre ini
umumnya aksi tembak-menembak, berkuda, lempar laso, serta trademark-nya yaitu aksi duel.
Karakter-karakternya mempunyai perlengkapan dan kostum yang khas seperti topi, pistol,
senapan, jaket kulit, sabuk, sepatu bot, hingga aksen dialog yang khas pula.
Kisah-kisah dalam western kerap merujuk pada tokoh-tokoh terkenal seperti Wyatt
Earp, Billy the Kid, dan Buffalo Bill. Sementara beberapa aktor besar yang menjadi ikon film
western antara lain John Wayne, Gary Cooper, dan Clint Eastwood. Nama-nama seperti John
Ford, Sergio Leone, dan Sam Peckinpah dijuluki sineas spesialis western. Genre-genre yang
sering dikolaborasikan dengan western yaitu drama, perang, dan petualangan. Spaghetti
western adalah contoh pengembangan genre western produksi Italia pada era 1960-an.
Beberapa judul yang populer antara lain High Noon, Stagecoach, The Searchers, The Good
The Bad and The Ugly, The Wild Bunch dan Once Upon A Time in the West. Selepas era 1970-
an film-film western kian jarang diproduksi, meski demikian beberapa diantaranya menuai
kesuksesan semisal Dances With the Wolves serta Unforgiven. Contoh variasi genre western
diantaranya Blazzing Saddles dan Shanghai Noon (komedi), serta Back To the Future III (fiksi
ilmiah).

E.2.2. GENRE INDUK SEKUNDER


Genre ini adalah genre-genre besar dan populer yang merupakan turunan atau
pengembangan dari genre induk primer. Genre induk sekunder mempunyai ciri-ciri karakter
yang lebih khusus dibandingkan dengan genre induk primer. Seperti halnya genre induk
primer, dalam genre induk sekunder pun beberapa masih populer hingga kini. Genre-genre
detektif, film noir, dan perjalanan jauh lebih populer pada masa silam, sementara thriller,
bencana, superhero, serta spionase masih berjaya dalam dua dekade terakhir.

BENCANA
Film-film bencana berhubungan dengan tragedi atau musibah berskala besar maupun
kecil yang mengancam jiwa banyak manusia. Secara umum film genre ini dibagi dua jenis:
bencana alam dan bencana buatan manusia. Bencana alam misalnya gunung berapi, badai,
banjir, tornado, gempa, meteor, efek pemanasan global, serta temasuk serangan hewan
seperti lebah, laba-laba, ular, burung, kelelawar, ikan hiu, virus dan sebagainya. Bencana
buatan manusia berhubungan dengan tindak kriminal atau faktor kesengajaan manusia
misalnya aksi terorisme, kecelakaan moda transportasi, kebocoran reaktor nuklir, kebakaran
gedung, malfungsi jaringan komputer dan sebagainya. Untuk memproduksi film bencana
biasanya membutuhkan biaya yang besar karena skala filmnya sangat luas serta penggunaan
efek visual yang intensif. Contoh-contoh film bencana alam yang berhasil menuai kesuksesan
antara lain Earthquake, Poseidon Adventure, Jaws, Dante’s Peak, Twister, Armageddon, The
Perfect Storm, The Day After Tomorrow, serta 2012. Sementara film bencana buatan manusia
misalnya The Towering Inferno, Airport, serta Apollo 13. Beberapa film bencana yang
bersinggungan dengan fiksi ilmiah misalnya The War of the World, dan The Independence
Day. Sama seperti film-film genre fiksi ilmiah dan superhero, film genre bencana pada dua
dekade terakhir biasanya menjadi garansi kesuksesan di pasaran.

BIOGRAFI
Sering diistilahkan biopic : biography picture, secara umum merupakan
pengembangan dari genre drama dan epik sejarah. Film biografi menceritakan penggalan
kisah nyata atau kisah hidup seorang tokoh berpengaruh di masa lalu maupun kini. Umumnya
mengambil kisah berupa suka duka perjalanan hidup sang tokoh sebelum ia menjadi orang
besar atau keterlibatan sang tokoh dalam sebuah peristiwa besar. Dalam perkembangannya
film biografi dapat berkombinasi dengan genre-genre lain yang lebih spesifik sesuai dengan
latar belakang sang tokoh seperti pahlawan perang, spiritualis, kriminal, penyanyi atau
kelompok musik, dokter, petualang, atlet, pelukis, penulis, presiden, dan sebagainya. Film-
film jenis ini sering juga mendapat pengakuan terhormat dari para pengamat film. Contoh
beberpa film genre biografi yang popule antara lain Patton, Lawrence of Arabia, Amadeus,
Capote, Gandhi, Malcolm X, JFK, Schindler’s List, Ali serta Walk the Line.
DETEKTIF
Merupakan pengembangan dari genre kriminal dan gangster, serta lebih populer pada
era klasik daripada masa kini. Inti cerita pada umumnya berpusat pada suatu kasus kriminal
pelik yang belum terpecahkan. Tokohnya seorang polisi atau detektif yang menelusuri kembali
jejak kasus tersebut dengan merangkai semua bukti, mencari bukti baru, menginterogasi saksi
dan sebagainya. Alur cerita sulit diduga serta penuh misteri. Pada akhir cerita tokoh utama
biasanya menemukan bukti konkret yang memberatkan seorang tersangka. Pelaku kejahatan
biasanya ialah orang yang tidak diduga sebelumnya dan pada klimaks cerita sering kali terjadi
konfrontasi fisik dengan tokoh utama. Film-film detektif yang populer di era 1930-an dan
1940-an antara lain seri Sherlock Holmes, seri Charlie Chan, seri The Thin Man, serta adaptasi
novel detektif Agatha Christie seperti The ABC Murders dan Murders on The Orient Express.
Pada era modern, film-film detektif sering berkombinasi dengan genre aksi dan thriller seperti
seri Dirty Harry, seri Lethal Weapon, Seven, The Bone Collector ; juga komedi seperti The
Pink Panther dan Rush Hour.

FILM NOIR
Film noir (:noa) yang bermakna “gelap” atau “suram” merupakan turunan dari genre
kriminal dan gangster yang mulai populer pada awal dekade 1940-an hingga akhir 1950-an.
Genre ini dibandingkan dengan genre-genre lain merupakan genre paling unik dari sisi
pendekatan tema dan sinematiknya. Temanya selalu berhubungan dengan tindak kriminal
pembunuhan, pencurian, serta pemerasan. Alur ceritanya penuh misteri, sulit ditebak, serta
kadang membingungkan. Film noir juga sering menggunakan penuturan kilas balik serta
narator. Tokoh-tokoh utama pria biasanya seorang penyelidik seperti seorang detektif swasta,
polisi, agen pemerintah, petugas asuransi, veteran perang, atau kriminal. Sementara tokoh
utama wanitanya sering diistilahkan femme-fatale, yaitu seorang wanita cantik berambut
pirang yang memiliki karakter manipulatif, bermuka dua, misterius dan berbahaya.
Film noir memiliki elemen-elemen estetik yang khas dalam membentuk mood-nya.
Setting cerita umumnya berlangsung malam hari dan sering mengambil lokasi di jalanan
beraspal basah, lorong, bar, rumah, apartemen, kantor, gudang, dan lain-lain yang
bersuasana gelap. Asap rokok juga dominan dalam banyak adegannya. Tata cahayanya
menggunakan low-key lighting serta sering menggunakan efek bayangan. Tata kamera
biasanya menggunakan teknik low angle serta kadang deep focus dan kemiringan kamera.
Film noir orisinal yang populer pada masanya antara lain The Maltese Falcon, The Big Sleep,
Double Indemnity, dan The Touch of Evils. Pengaruh film noir masih tampak hingga kini dan
sering diistilahkan dengan neo-noir, misalnya Chinatown, The Usual Suspect, L.A.Confidential,
serta Mulholland. Pengaruh film noir juga tampak dalam film-silm fiksi ilmiah seperti Blade
Runner, Dark City serta The Matrix.

MELODRAMA
Genre ini merupakan pengembangan dari genre drama yang juga sering diistilahkan
opera sabun atau film “cengeng” karena menguras air mata. Melodrama menggunakan cerita
yang mampu menggugah emosi penontonnya secara mendalam dengan dukungan unsur
“melodi” atau ilustrasi musik. Karakter utama biasanya seorang wanita dan sering
menggunakan tema seputar kegagalan cinta, perkawinan yang retak, perceraian, tragedi atau
musibah, trauma, serta masalah-masalah sosial lainnya. Tokoh utama lazimnya mendapat
tekanan besar dari lingkungan sosialnya, pasangan, keluarga, anak, teman, tempat kerja,
serta lainnya. Dengan sasaran penonton adalah kaum wanita dan keluarga, maka alur cerita
biasanya memperlihatkan bagaimana sang tokoh mengalami masa-masa sulit dalam hidupnya
namun mampu menjalaninya dengan tegar, berani, penuh keteguhan hati, serta
pengorbanan. Film-film melodrama yang sukses misalnya Wuthering Heights, Love Story,
Kramer vs Kramer, Ordinary People, My Life serta Dying Young.

OLAHRAGA
Film genre ini mengambil kisah seputar aktifitas olahraga, baik atlet, pelatih, agen,
maupun ajang kompetisinya sendiri. Biasanya diadaptasi dari kisah nyata baik biografi maupun
sebuah peristiwa olahraga besar. Jenis-jenis olahraga yang paling sering diadaptasi adalah
bola basket, hoki es, american football, baseball, sepakbola, tinju, balap mobil, golf, surfing,
serta balap kuda. Cerita filmnya sering mengambil kisah seorang atlet pemula atau mantan
atlet yang kembali berlaga. Film olahraga biasanya penuh dengan momen emosional yang
menggambarkan perjuangan, tekad dan semangat sang atlet untuk meraih kejayaannya. Film
olahraga sering bersinggungan dengan genre drama, aksi, komedi, fiksi ilmiah, serta fantasi.
Film-film olahraga yang populer misalnya seri Rocky, Raging Bull, Bull Durham, Karate Kid,
Jerry Maguire, Sea Biscuit, serta Million Dollar Baby.

PERJALANAN
Seperti halnya genre western, genre perjalanan atau sering diistilahkan road films
merupakan genre klasik khas Amerika Serikat yang sangat populer di era klasik. Film
perjalanan sering bersinggungan dengan aksi, drama, serta petualangan. Film genre ini
biasanya mengisahkan perjalanan darat—umumnya menggunakan mobil—jarak jauh dari satu
tempat ke tempat lain dengan atau tanpa tujuan tertentu. Perjalanan sering kali menjadi
tempat pelarian, pencarian, perenungan kehidupan, cinta, kebebasan, spiritual, serta
eksistensi diri. Sepanjang perjalanan para tokohnya biasanya juga mengalami berbagai
peristiwa secara episodik yang nantinya tanpa disadari mendewasakan diri mereka. Film-film
perjalanan yang populer Bonnie and Clyde, Five Easy Pieces, The Sugarland Express, Thelma
and Louise, serta Little Miss Sunshine. Film perjalanan yang bersinggungan dengan genre lain
seperti Cannonball Run (olahraga), Duel (thriller), From Dusk Till Dawn (horor), RV dan
Wildhogs (komedi), serta The Motorcycle Diaries (biografi).

ROMAN
Seperti halnya melodrama, roman merupakan pengembangan dari genre drama. Film
roman lebih memusatkan cerita pada masalah cinta, baik kisah percintaannya sendiri maupun
pencarian cinta sebagai tujuan utamanya. Tema film roman umumnya adalah pasangan yang
saling cinta namun menghadapi banyak ujian serta masalah dari dalam maupun luar yang
menghalangi hubungan mereka, atau bisa pula bagaimana usaha seseorang untuk
mendapatkan pasangan impiannya. Kisah film umumnya berakhir “happy ending” , sepasang
kekasih akhirnya mampu melewati semua cobaan, atau tokoh utama akhirnya mendapatkan
pasangan impiannya. Meski demikian tidak jarang pula mereka mengalami kegagalan atau
berakhir tragis. Film roman juga sering berkombinasi dengan genre komedi dan musikal.
Beberapa film genre ini yang populer misalnya Roman Holiday, Sabrina, Manhattan, Sleepless
in Seattle, Serendipity, French Kiss, serta Notting Hill.

SUPERHERO
Genre ini adalah genre fenomenal yang merupakan perpaduan antara genre fiksi
ilmiah, aksi serta fantasi. Film superhero adalah kisah klasik perseteruan antara sisi baik
melawan sisi jahat, yaitu kisah kepahlawanan sang tokoh super dalam membasmi kekuatan
jahat. Karakter superhero memiliki kekuatan serta kemampuan fisik ataupun mental jauh
diatas manusia rata-rata. Cerita biasanya diawali dengan latar belakang sang superhero
mendapatkan kekuatannya dan selalu diakhiri dengan duel melawan si tokoh jahat. Film
superhero umumnya juga penuh dengan adegan-adegan aksi menawan yang kaya efek visual.
Film-film superhero besar biasanya diadaptasi dari komik populer terbitan DC Comics
(Superman, Batman, Robin, Catwoman) dan Marvel (Spiderman, X-men, Hulk, Daredevil,
Fantastic Four, serta Iron Man). Film genre ini biasanya diproduksi dengan biaya tinggi, dan
hingga kini terbukti masih menjadi formula yang sangat ampuh untuk menarik minat
menonton dari berbagai kalangan.
SUPERNATURAL
Film-film supernatural berhubungan dengan mahluk-mahluk gaib seperti hantu, roh
halus, keajaiban, serta kekuatan mental seperti membaca pikiran, masa depan, masa lalu,
telekinesis dan sebagainya. Film supernatural sangat mudah bersinggungan dengan genre
horor, fantasi, drama, dan fiksi ilmiah. Film-film seperti The Exorcist, The Shining, The
Haunting, The Ring, Poltergeist, The Omen, serta Sleepy Hollow adalah film horor
supernatural. Tidak seperti film horor, genre supernatural jika berdiri sendiri tidak
dimaksudkan untuk memancing rasa takut penontonnya, misalnya pada film-film populer
seperti Ghost, The Frighteners, Phenomenon, The Craft, serta The Sixth Sense. Film genre ini
juga bisa ditujukan untuk anak-anak dan remaja seperti pada film Ghostbuster, The Haunted
Mansion, serta Casper.

SPIONASE
Spionase atau agen rahasia adalah satu genre populer kombinasi antara aksi,
petualangan, thriller, serta politik, dengan karakter utama seorang mata-mata atau agen
rahasia. Latar cerita sering kali pada periode perang dingin atau intrik internasional antar
negara. Tema biasanya berurusan dengan senjata pemusnah massal, seperti nuklir, senjata
biologis, teknologi atau informasi penting yang dapat mengganggu keamanan nasional negara
atau dunia. Film-film spionase umumnya mengambil lokasi cerita di berbagai wilayah dan kota
di seluruh dunia. Tokoh utama biasanya seorang laki-laki dewasa berpenampilan menarik,
cerdas, cekatan, menguasai dan mahir dalam menggunakan berbagai jenis senjata serta moda
transportasi, menguasai banyak bahasa, serta mahir perkelahian tangan kosong. Film-film
spionase selalu berisi adegan aksi-aksi seru dan menegangkan berpacu dengan waktu. Seri
populer James Bond adalah contoh sempurna genre spionase. Sementara film-film spionase
populer lain misalnya The Hunt for The Red October, Clear and Present Danger, seri Mission
: Impossible, serta trilogi Bourne. Film-film spionase kadang diparodikan seperti pada Austin
Powers.

THRILLER
Film genre ini mempunyai tujuan utama memberi rasa ketegangan, penasaran,
ketidakpastian, serta ketakutan pada penontonnya. Alur cerita film thriller sering berbentuk
aksi nonstop, penuh misteri, kejutan, serta mampu mempertahankan intensitas ketegangan
hingga klimaks film. Film thriller biasanya mengisahkan tentang orang biasa yang terjebak
dalam situasi luar biasa, seperti seseorang yang terlibat perkara kriminal yang tidak ia lakukan.
Karakter utama bisa siapa saja yakni seorang pembunuh, kriminal, pelarian, psikopat, teroris,
politikus, wartawan, agen pemerintah, polisi, detektif, dan lainnya. Film thriller lazimnya
bersinggungan dengan beragam genre seperti drama, aksi, kriminal, politik, dan lainnya.
Sineas master thriller, Alfred Hitchcock sepanjang karirnya selalu memproduksi film-film
thriller berkualitas seperti Notorious, Vertigo, North by Northwest, Rear Windows, serta
Psycho. Adapun film-film thriller yang populer misalnya Seven (kriminal), The Silence of The
Lamb (psikopat), Alien (fiksi ilmiah), All The President Men (politik), The Fugitive (tahanan),
serta Speed (aksi).

Anda mungkin juga menyukai