Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH ANALISIS FILM ALANGKAH LUCUNYA NEGERI INI

BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Film Alangkah Lucunya (Negeri Ini) adalah sebuah film karya Deddy Mizwar yang
mencerminkan realitas social yang ada di dalam kehidupan masyarakat di negeri ini.
Kelompok kami memilih film ini karena beberapa alasan, salah satu alasan pemilihan film
ini sebagai tugas analisis film yang akan dikaitkan dengan system komunikasi yang ada di
Indonesia adalah karena di dalam film ini terkandung berbagai macam makna kehidupan
mulai dari makna religi, nasionalisme, kehidupan social, serta pendidikan untuk memilih
mana yang baik atau benar dan yang mana yang salah.
Pada film ini kami tertarik untuk mengkajinya karena di dalam film ini terpapar jelas
tentang kisah nyata di negeri ini bahwa eksploitasi anak benar-benar ada dan nampak
nyata di negeri. Generasi-generasi muda yang seharusnya belajar dan mencari ilmu
setinggi-tingginya, malah dituntut dan di ajarkan untuk melakukan sesuatu yang tidak
halal, yaitu mencopet. Mereka jadi terbiasa dan menjadikan pekerjaan yang tidak halal ini
menjadi sesuatu yang menyenangkan dan baik bagi mereka. Mereka jadi terbiasa dengan
kehidupan enak dan santai dengan jalan mencopet dan malas untuk mencari pekerjaan
yang halal seperti mengasong contohnya.
Film yang mengandung sedikit komedi di dalamnya ini juga menggambarkan bahwa
kesenjangan social yang ada di masyarakat ternyata mempengaruhi tingkat pendidikan
dari masyarakat itu sendiri. Para masyarakat yang tidak memiliki tingkat ekonomi yang
mencukupi pada kenyataannya mempengaruhi pendidikan dari masyarakat itu sendiri.
Kebanyakan dari mereka yang tidak memiliki keuangan yang mencukupi memiliki
pendidikan yang rendah, bahkan tidak berpendidikan sama sekali. Begitu juga dengan
orang-orang yang telah memiliki gelar belum tentu juga mendapatkan pekerjaan atau
kehidupan yang layak karena di negeri ini, uang adalah hal yang paling penting. Segalanya
sepertinya dapat terbayarkan oleh uang.
Di Film ini juga digambarkan bahwa kurangnya lapangan pekerjaan mempengaruhi
tingkat pengangguran dan kriminalitas di negeri ini dimana orang-orang yang tidak
memiliki kekuasaan atau uang biasanya kebanyakan menjadi pengangguran, pengamen
atau pengemis karena kenyataan di negeri ini bahwa mencari suatu lapangan pekerjaan
itu sangatlah susah dan membutuhkan yang namanya pengalaman, pendidikan,
kekuasaan, dan yang paling utama adalah uang untuk mendapatkan pekerjaan yang
bermakna dan berharga di negeri ini.
Oleh karena susahnya mencari yang namanya pekerjaan atau lapangan pekerjaan di
negeri ini, maka perlu adanya pembangunan paradigm baru, yaitu paradigm
entrepreneurship yang harus dimiliki oleh seluruh generasi muda. Ini bertujuan agar para
generasi muda tidak selalu bergantung pada orang lain dan berusaha untuk menciptakan
lapangan pekerjaan sendiri, dengan begitu di negeri tingkat lapangan kerja dapat
bertambah dan tingkat pengangguran, pengemis dan pengamenpun dapat berkurang.
Pada film ini juga digambarkan bobroknya mental aparatur Negara dalam hal ini lebih
ditekankan pada aparat kepolisian dan anggota DPR. Polisi disini digambarkan sesuai
dengan kenyataan yang ada di negeri ini yang mana begitu mudahnya di bayar oleh uang.

Aparat kepolisian juga diperlihatkan seperti tidak memiliki hati nurani dan perasaan
dengan mengejar dan menangkap para anak-anak penjual asongan yang sedang berusaha
mencari uang secara halal dan tidak memperhatikan bahwa telah jelas di undang-undang
pasal 34 ayat 1 yang berbunyi,fakir miskin dan anak-anak yang terlantar dipelihara oleh
Negara. Tentu saja yang dilakukan oleh para aparat kepolisian itu sangat berlawanan
dengan isi dari pasal tersebut.
Disini juga anak-anak pencopet ini diberi bekal pendidikan tentang nasionalisme dan
religi. Mereka di ajarkan mengenai nilai-nilai yang terkandung didalam pancasila,
bagaimana lagu kebangsaan Negara ini yang mungkin sebelumnya tidak pernah mereka
dengar, serta tentang agama yang mungkin dia tidak tahu sama sekali sebelumnya tentang
pengertian agama itu sendiri. Mereka diajarkan bagaimana cara beribadah dan juga
diajarkan pengetahuan tentang mana hal-hal yang benar atau halal dan mana yang salah
atau halal dari segi agama. Mereka juga dididik tentang kebersihan serta membaca
menulis agar mereka mendapatkan walau hanya sedikit tentang tulisan-tulisan yang pasti
ada disekitar mereka.

BAB II
KAJIAN TEORI
A. PENGERTIAN FILM
Film adalah gambar-hidup, juga sering disebut movie. Film, secara kolektif, sering disebut
sinema. Sinema itu sendiri bersumber dari kata kinematik atau gerak. Film juga
sebenarnya merupakan lapisan-lapisan cairan selulosa, biasa di kenal di dunia para sineas
sebagai seluloid. Pengertian secara harafiah film (sinema) adalah Cinemathographie yang
berasal dari Cinema + tho = phytos (cahaya) + graphie = grhap (tulisan = gambar = citra),
jadi pengertiannya adalah melukis gerak dengan cahaya. Agar kita dapat melukis gerak
dengan cahaya, kita harus menggunakan alat khusus, yang biasa kita sebut dengan
kamera.
Film dihasilkan dengan rekaman dari orang dan benda (termasuk fantasi dan figur palsu)
dengan kamera, dan/atau oleh animasi. Kamera film menggunakan pita seluloid (atau
sejenisnya, sesuai perkembangan teknologi). Butiran silver halida yang menempel pada
pita ini sangat sensitif terhadap cahaya. Saat proses cuci film, silver halida yang telah
terekspos cahaya dengan ukuran yang tepat akan menghitam, sedangkan yang kurang
atau sama sekali tidak terekspos akan tanggal dan larut bersama cairan pengembang
(developer).
Definisi Film Menurut UU 8/1992, adalah karya cipta seni dan budaya yang merupakan
media komunikasi massa pandang-dengar yang dibuat berdasarkan asas sinematografi
dengan direkam pada pita seluloid, pita video, piringan video, dan/atau bahan hasil
penemuan teknologi lainnya dalam segala bentuk, jenis, dan ukuran melalui proses
kimiawi, proses elektronik, atau proses lainnya, dengan atau tanpa suara, yang dapat
dipertunjukkan dan/atau ditayangkan dengan sistem Proyeksi mekanik, eletronik,
dan/atau lainnya;

Istilah film pada mulanya mengacu pada suatu media sejenis plastik yang dilapisi dengan
zat peka cahaya. Media peka cahaya ini sering disebut selluloid. Dalam bidang fotografi
film ini menjadi media yang dominan digunakan untuk menyimpan pantulan cahaya
yang tertangkap lensa. Pada generasi berikutnya fotografi bergeser padapenggunaan
media digital elektronik sebagai penyimpan gambar.
Dalam bidang sinematografi perihal media penyimpan ini telah mengalami perkembangan
yang pesat. Berturut-turut dikenal media penyimpan selluloid (film), pita analog, dan yang
terakhir media digital (pita, cakram, memori chip). Bertolak dari pengertian ini maka
film pada awalnya adalah karya sinematografi yang memanfaatkan media selluloid
sebagai penyimpannya.
Sejalan dengan perkembangan media penyimpan dalam bidang sinematografi, maka
pengertian film telah bergeser. Sebuah film cerita dapat diproduksi tanpa menggunakan
selluloid (media film). Bahkan saat ini sudah semakin sedikit film yang menggunakan
media selluloid pada tahap pengambilan gambar. Pada tahap pasca produksi gambar yang
telah diedit dari media analog maupun digital dapat disimpan pada media yang fleksibel.
Hasil akhir karya sinematografi dapat disimpan Pada media selluloid, analog maupun
digital.
Perkembangan teknologi media penyimpan ini telah mengubah pengertian film dari istilah
yang mengacu pada bahan ke istilah yang mengacu pada bentuk karya seniaudio-visual.
Singkatnya film kini diartikan sebagai suatu genre (cabang) seni yang menggunakan
audio (suara) dan visual (gambar) sebagai medianya.Istilah film pada mulanya mengacu
pada suatu media sejenis plastik yang dilapisi dengan zat peka cahaya. Media peka cahaya
ini sering disebut selluloid. Dalam bidang fotografi film ini menjadi media yang dominan
digunakan untuk menyimpan pantulan cahaya yang tertangkap lensa.
Pada generasi berikutnya fotografi bergeser padapenggunaan media digital elektronik
sebagai penyimpan gambar. Dalam bidang sinematografi perihal media penyimpan ini
telah mengalami perkembangan yang pesat. Berturut-turut dikenal media penyimpan
selluloid (film), pita analog, dan yang terakhir media digital (pita, cakram, memori chip).
Bertolak dari pengertian ini maka film pada awalnya adalah karya sinematografi yang
memanfaatkan media selluloid sebagai penyimpannya.
Sejalan dengan perkembangan media penyimpan dalam bidang sinematografi, maka
pengertian film telah bergeser. Sebuah filmcerita dapat diproduksi tanpa menggunakan
selluloid (media film). Bahkan saat ini sudah semakin sedikit film yang menggunakan
media selluloid pada tahap pengambilan gambar. Pada tahap pasca produksi gambar yang
telah diedit dari media analog maupun digital dapat disimpan pada media yang fleksibel.
Hasil akhir karya sinematografi dapat disimpan Pada media selluloid, analog maupun
digital.
Perkembangan teknologi media penyimpan ini telah mengubah pengertian film dari istilah
yang mengacu pada bahan ke istilah yeng mengacu pada bentuk karya seniaudio-visual.
Singkatnya film kini diartikan sebagai suatu genre (cabang) seni yang menggunakan
audio (suara) dan visual (gambar) sebagai medianya.

B. Unsur-Unsur Film
Film mempunyai unsur-unsur yang terkandung di dalam unsur-unsur tersebut adalah:
a. unsur Intrinsik

unsur yang terdapat di dalam karya sastra.yang mempengaruhi karya sastra


tersebut,unsure intrinsik dalam cerita meliputi
Tema
Pokok persoalan dalam cerita.
Karakter tokoh
Tokoh dalam cerita. Karakter dapat berupa manusia, tumbuhan maupun benda
Karekter dapat dibagi menjadi:
Karakter utama: tokoh yang membawakan tema dan memegang banyak peranan dalam
cerita
Karakter pembantu: tokoh yang mendampingi karakter utama
Protagonis : karakter/tokoh yang mengangkat tema
Antagonis : karakter/tokoh yang memberi konflik pada tema dan biasanya berlawanan
dengan karakter protagonis. (Ingat, tokoh antagonis belum tentu jahat).
Konflik
Konflik adalah pergumulan yang dialami oleh karakter dalam cerita dan . Konflik ini
merupakan inti dari sebuah karya sastra yang pada akhirnya membentuk plot. Ada empat
macam konflik, yang dibagi dalam dua garis besar:
Konflik internal
Individu-diri sendiri: Konflik ini tidak melibatkan orang lain, konflik ini ditandai dengan
gejolak yang timbul dalam diri sendiri mengenai beberapa hal seperti nilai-nilai. Kekuatan
karakter akan terlihat dalam usahanya menghadapi gejolak tersebut
Konflik eksternal
Individu Individu: konflik yang dialami seseorang dengan orang lain
Individu alam: Konflik yang dialami individu dengan alam. Konflik ini menggambarkan
perjuangan individu dalam usahanya untuk mempertahankan diri dalam kebesaran
alam. Individu- Lingkungan/ masyarakat : Konflik yang dialami individu dengan
masyarakat atau lingkungan hidupnya.

Seting
Keterangan tempat, waktu dan suasana cerita.
Sebuah cerita harus jelas dimana berlangsungnya, kapan terjadi dan suasana serta
keadaan ketika cerita berlangsung
Plot
Jalan cerita dari awal sampai selesai
Eksposisi : penjelasan awal mengenai karakter dan latar( bagian cerita yang mulai
memunculkan konflik/ permasalahan)
Klimaks : puncak konflik/ ketegangan

Falling action: penyelesaian


Sudut pandang
Sudut pandang yang dipilih penulis untuk menyampaikan ceritanya.
Orang pertama: penulis berlaku sebagai karakter utama cerita, ini ditandai dengan
penggunaan kata aku. Penggunaan teknik ini menyebabkan pembaca tidak mengetahui
segala hal yang tidak diungkapkan oleh sang narator. Keuntungan dari teknik ini adalah
pembaca merasa menjadi bagian dari cerita.
Orang kedua: teknik yang banyak menggunakan kata kamu atau Anda. Teknik ini
jarang dipakai karena memaksa pembaca untuk mampu berperan serta dalam cerita.
Orang ketiga: cerita dikisahkan menggunakan kata ganti orang ketiga, seperti: mereka
dan dia.

Teknik penggunaan bahasa


Dalam menuangkan idenya, penulis biasa memilih kata-kata yang dipakainya sedemikian
rupa sehingga segala pesannya sampai kepada pembaca. Selain itu, teknik penggunaan
bahasa yang baik juga membuat tulisan menjadi indah dan mudah dikenang. Teknik
berbahasa ini misalnya penggunaan majas, idiom dan peribahasa.
Amanat
Nilai (amanat) : pesan atau nasihat yang ingin disampaikan pengarang emalalui
cerita

BAB III
ANALISIS
SINOPSIS
Film Alangkah Lucunya (Negeri Ini) merupakan film yang disutradarai oleh Deddy
Mizwar dan didukung oleh sejumlah pemain seperti Reza rahardian, Slamet Rahardjo, Tio
Pakusadewo dll. Film yang sarat akan pesan moral dan kritikan sosial yang tersampaikan
dengan apik dari awal film sampai akhir.
Film ini mengisahkan mengenai Muluk (Reza Rahadian), seorang pemuda yang
mempunyai gelar sarjana management, namun masih belum menemukan pekerjaan yang
tepat untuknya. Akan tetapi, ia tak pernah patah semangat. Ia selalu mendapat dukungan
dari sang ayah, Pak Makbul (Deddy Mizwar), serta sang kekasih, Rahma. Suatu ketika,
saat Muluk sedang melewati pasar, ia bertemu dengan pencopet cilik yang bernama Komet
sedang mencopet seorang bapak-bapak. Merasa tersinggung karena tahu betapa susahnya
mencari uang, Muluk pun menangkap pencopet itu dan berniat membawanya ke kantor
polisi. Namun urung dilakukannya.
Merasa tertolong karena tidak diadukan ke polisi, pencopet cilik ini mulai akrab dengan
Muluk dan dia membawanya ke markas pencopet. Lalu, Muluk diperkenalkan dengan
Bang Jarot (Tio Pakusadewo) selaku bos pencopet yang mengurus sekumpulan anak-anak

yang pekerjaannya tidak lain adalah mencopet. Muluk mengajak Bang Jarot dan anakanak pencopet ini untuk melakukan kerjasama dengannya. Sebuah kerjasama yang
melibatkan ilmu yang didapatnya dari bertahun-tahun kuliah, yakni manajemen. Ia akan
melakukan sistem manajemen terhadap setiap penghasilan yang didapat dari setiap
pencopet di setiap harinya. Muluk beralasan, dengan cara ini, maka sedikit demi sedikit,
uang tersebut akan terkumpul dan para pencopet cilik tersebut nantinya dapat membuka
sebuah usaha dan tak perlu lagi mencopet.
Dengan mengenakan biaya 10% dari hasil setiap mencopet akan diberikan pada Muluk,
Jarot pun setuju menjalani kerjasama tersebut.
Kemudian dengan bantuan dari dua orang temannya, Pipit (Ratu Tika Bravani) dan
Samsul (Asrul Dahlan), untuk mengajarkan anak-anak tersebut ilmu kewarganegaraan
serta ilmu agama. Hasilnya, kini anak-anak pencopet tersebut telah menjadi orang yang
berpendidikan, baik secara sosial maupun relijius.
Namun, apakah pendidikan mampu membuat mereka untuk berhenti dari mencopet?
Berbagai kritik moral dan sosial yang terjalin di sepanjang jalan cerita film ini, tentu saja
merupakan sebuah tamparan keras pada mereka orang-orang yang mengaku
berpendidikan dan memiliki nilai moral tinggi, namun dengan tega merampas hak-hak
rakyat yang seharusnya mereka berikan. Hal ini mampu disampaikan Deddy Mizwar
dengan jalan yang lancar, komikal dan dipenuhi anekdot-anekdot politis yang pas
ukurannya.
Hasilnya, tanpa disadari oleh setiap penontonnya, berbagai pendidikan moral nan religius
mengalir lancar dalam 100 menit masa penayangan film ini.
Dengan cemerlang, Deddy Mizwar dapat membungkus pesan-pesan menusuk tersebut
lewat kemasan komedi yang menghibur. Walau disampaikan dengan tidak serius dan
dibawakan lucu oleh para pemainnya, namun jangan salah, justru formula seperti ini yang
biasanya mujarab menyentil hati nurani kita. Sepertinya tidak ada satu pun yang luput
dari kritikan, apalagi ketika berbicara soal para petinggi negeri ini yang duduk di kursi
empuk setiap harinya. Dengan menggunakan simbol `pencopet`, Deddy Mizwar berusaha
menyampaikan pesan-pesan moral ke dalam film. Dialog-dialog yang hadir sepertinya
secara halus menyentil mereka (para pemimpin negeri) yang tidak lagi peduli dengan nasib
bangsa ini dan mereka yang betah memperkaya diri sendiri, membuang muka dari
kenyataan bahwa negeri ini sedang menderita. Mungkin juga kritikan tersebut akan
mampir mengetuk hati nurani kita, setidaknya berharap bisa sedikit mengingatkan betapa
lucunya tanah air yang kita tinggali dari lahir ini.
Alangkah Lucunya (Negeri Ini) ditampilkan dengan ringan sehingga mudah mengena
kepada para penontonnya. Dengan dukungan barisan jajaran pemeran yang sangat kuat,
naskah cerita yang tampil sederhana dan tidak berlebihan, serta dukungan teknis berupa
tata suara dan sinematografi yang seringkali mengisi masuk ke dalam jalan cerita yang
disampaikan, Alangkah Lucunya (Negeri Ini) mungkin akan menjadi suatu fenomena
tersendiri di industri film Indonesia dimana film ini mampu berbicara secara kualitas serta
dengan mudah akan disukai para penontonnya.
HASIL ANALISIS
Unsur Intrinsik

1. Tokoh:
Muluk: diperankan oleh Reza Rahardian. Adalah seorang sarjana management yang tak
kenal putus asa dalam mencari pekerjaan.
Samsul: sarjana pendidikan yang kerjanya hanya bermain gaple di pos ronda.
Diperankan oleh Asrul Dahlan.
Pipit: putri haji sarbini yang pekerjaannya hanya mengikuti kuis di tv. Karakter ini
diperankan oleh Ratu Tika Bravani. Bersama dengan Samsul mengajar para pencopet.
Pak Makbul : Ayah Muluk yang diperankan oleh sang sutradara sendiri, yakni Dedy
Mizwar. Seorang ayah yang taat pada ajaran agamanya.
Haji Rahmat: Ayah Pipit yang juga bertetangga dengan Muluk.
Para Pencopet: Komet, Glen, Ribut dll.
.

2. Penokohan
Muluk
:Pantang menyerah, gigih, baik, pintar, resah
Pipit
:Pintar, kurang berusaha
Syamsul :Pintar, mudah menyerah
Makbul :Tegas, sensitif
H.Sarbini
:Suka memandang rendah orang lain, keras kepala
H.Rahmat
:Tenang
Jarot
:Kasar, sadar akan pendidikan
Rahma
:Pendiam, solehah
Jupri
:Besar mulut

2. Alur
Alur maju. Karena menceritakan secara runtut peristiwa dari awal sampai akhir.
3. Setting/latar

Tempat: Pasar, Mall, Bis umum, Gedung usang tempat tinggal copet, rumah

Waktu : Pagi, siang, sore, malam

Suasana:Mengharukan, memprihatinkan, menyedihkan

AMANAT
Itu hasil pendidikan sul, kalo lo nga berpendidikan, lo nga akan tahu kalau pendidikan itu
nga penting, makanya pendidikan itu penting ~ Muluk

Unsur Ekstrinsik
1.Nilai moral
Keinginan menurunkan jumlah copet anak
Bertemu dengan Komet yang kedua kalinya di warung makan, bukannya Muluk yang
menawari membayarkan makan Komet si pencopet justru Komet lah yang menawarkan
untuk membayar
Makan Muluk. Dialog ini mencerminkan bahwa anak-anak bisa memiliki uang lebih
banyak dari pada orang dewasa yang berpendidikan meskipun pekerjaannya adalah
seorang pencopet pasar. Kemudian dari dialog tersebut, munculah ide dan strategi untuk
mendapatkan pekerjaan dari Komet yakni me-manage uang hasil copet dengan
membudidayakan bagi hasil 10 persen dengan Muluk. Tujuan Muluk selain mendapatkan
pekerjaannya adalah mengubah pekerjaan mereka dari pencopet menjadi pengasong.
Suatu pekerjaan yang menghasilkan uang lebih halal dan memberikan masadepan kepada
anak anak pencopet. Intinya, Muluk ingin memberikan sesuatu yang berharga untuk masa
depan anak anak pencopet dengan mengembangkan sumberdaya mereka sehingga jumlah
pencopet di negeri ini menurun.
Tidak Putus Asa
Awal film yang menceritakan tokoh utama, Muluk, dia berusaha mencari pekerjaan dalam
kondisi apapun dengan jalan kaki. Dalam film ini diceritakan bahwa banyak sarjana
pengangguran
yang kemudian oleh haji Sarbini bahwa pendidikan itu tidak penting, sebab di kampong
tersebut sarjananya pengangguran dan stress.
Meskipun Muluk mendapat ejekan dari masyarakat, dia tetap mencari kerja dengan gelar
Sarjana Management nya. Pertama, di Perusahaan bangkrut yang sudah menggunakan
segala teknik management tetapi hasilnya adalah bangkrut, kedua penawaran TKI
bukannya ia ditolak tapi malah menolak. Namun, dia tetap berusaha mencari segala jenis
pekerjaan baik lewat Koran maupun membaca buku tentang bisnis cacing.
meminta dengan baik
Ketika Muluk bertemu dengan Komet si pencopet pasar, dia menangkap Komet dan
menegaskan pada Komet, mintalah uang dengan cara yang baik, bukan dengan mencopet.
Muluk,
Sedang kesusahan mencari pekerjaan untuk menghasilkan uang, ia merasa betapa sulitnya
di negeri ini mencari nafkah, sedangkan Komet dengan enaknya mencuri dompet dompet
orang. Sangat tidak manusiawi mendapatkan hasil orang lain tanpa merasakan keringat
susahnya mencari uang. Meskipun di akhir perjumpaan Komet dan Muluk yang pertama
ini, Komet berani mengatakan kan saya copet, Bang. Bukan pengemis. Lantas Muluk
hanya terdiam.
Pentingnya pendidikan
Gambar disamping adalah adegan ketika Samsul sarjana pendidikan menejelaskan betapa
pentingnya pendidikan bagi mereka (read: anak-anak pencopet). Meskipun Samsul sendiri
tidak mengetahui apa esensi dari
Pendidikan itu sendiri karena dia sebagai Sarjana pendidikan saja sampai sekarang
pengagguran dan tiap harinya pekerjaannya adalah gambling. Bagi Samsul, pendidikan
adalah sesuatu yang tidak penting meskipun dia sudah sarjana karena sampai sekarang
Samsul tetap pengangguran. Bagi Muluk, disitulah pentingnya pendidikan yang berhasil

menyadarkan Samsul bahwa pendidikan itu sesuatu yang tidak penting. Meskipun Samsul
tidak mampu menjelaskan kepada mereka apakah orang berpendidikan bisa mencopet,
tapi justru Muluk menjelaskan pada mereka, bahwa dengan pendidikan hidup mereka
bisa berubah. Tanpa pendidikan, mereka mungkin akan tetap menjadi pencopet dengan
penghasilan yang sama setiap harinya. Tapi
orang berpendidikan tidak akan mencopet, orang berpendidikan akan mencuri dari
brankas, dari bank dan lain sebagainya. Pesan pentingnya pendidikan juga digambarkan
dalam dialog anak-anak pencopet dengan Bang Jarot sebagai pelindung mereka. Copet
itu paling top masa depannya di penjara tau! Tua, tidor, mampus dan tetep miskin!
Ucapnya pada anak-anak pencopet. Kalau koruptor, korupsi, duitnya tetep banyak,
keluar dari penjara duitnya juga tetep banyak! Kenapa? Karena mereka sekolah!
Kaliankan tidak sekolah, kalian Cuma copet! Lu gak punya harapan!
Begitulah seorang bos pencopet mennggambarkan pentingnya pendidikan, paling tidak
untuk kejelasan masa depan mereka.
2.Kepercayaan
Nilai kepercayaan pertama yang ditawarkan oleh Muluk adalah ketika ia menjelaskan
bahwa prinsip bisnis mereka (anak-anak pencopet dengan Muluk) adalah kepercayaan.
Tanpa adanya kepercayaan dari keduanya, mungkin tidak akan berjalan seperti yang
sudah di rancangkan oleh Muluk. Seperti itulah bisnis berjalan, kepercayaan merupakan
kunci keberhasilan dari suatu strategi. Kemudian, kepercayaan kedua adalah kepercayaan
sesama teman yakni kepercayaan Muluk terhadap Pipit dan Samsul untuk
mengajar anak-anak pencopet meskipun pekerjaan keduanya sehari hari hanyalah
menulis kupon berhadiah dan main kartu. Nilai kepercayaan tersirat dalam film
Alangkah Lucunya (negari ini) selain dua
hal tersebut adalah ketika seorang Muluk, mempercayai Komet seutuhnya untuk menjaga
kotak asongan dan bukan lagi menjadi pencopet melainkan menjadi pengasong untuk
masa depan. Hal terpenting dalam point kepercayaan ini adalah, Muluk sendiri yakin dan
percaya pada mereka, bahwa suatu saat mereka akan berubah. Melakukan perubahan
seperti yang diajarkan oleh Muluk, Pipit dan Samsul.
Selain itu, anak-anak mengajarkan untuk
saling percaya dengan rekan kerjanya untuk
melakukan tugasnya.
3.Kewajiban orang berpendidikan
Ibarat sebuah buku, ia hanya diam tak bergerak tapi mampu memberikan banyak ilmu
pada semua orang. Ia mempertanggungjawabkan tugasnya sebagai sebuah buku,
memberikan ilmu. Ketika Muluk cs mengajak anak-anak pencopet untuk mengunjungi
pagar DPR, sebagaimana yang dijelaskan oleh Samsul bahwa inilah tempat yang harus di
hormati, tempat dimana orang-orang berpendidikan duduk, tempat dimana orang-orang
membela rakyat.
Tapi juga tempat yang disalahgunakan menjadi tempat korupsi. Tempat yang diharapkan
oleh mereka untuk memawa suatu perubahan dalam hidup mereka. Tempat yang mampu
membuat mereka kagum dan berharap.
Cinta Tanah Air
Pencopet juga bagian dari negri ini. Meskipun mereka miskin, meskipun mereka tak
berpendidikan, meskipun hidup tanpa orang tua, meskipun hanya seorang pencopet dan
sekali lagi hanya pencopet yang menghancurkan negara,

Mereka mencintai tanah airnya! Mereka menghormati tanah airnya, buktinya mereka
menyanyikan lagu kebangsaan, dengan menghadap kearah bendera negaranya. Untuk
apa? Untuk menghormatinya. Lalu bagaimana dengan kita yang berpendidikan? Apakah
ekspresi menghormati dan mencintai tanah air kita sama dengan mereka yang tak
berpendidikan dan masih anak-anak?
4.Nilai sosial
Peduli masyarakat
Pertama, kepedulian Muluk pada Komet yang mencopet di pasar, itulah sebabnya ia
mengikuti Komet dan berusaha menegurnya. Kedua, kepedulian terhadap sesame yang
dalam film ini digambarkan pihak pemerintah setempat membagikan sembako gratis
kepada penduduk setempat. Sebagai bukti bahwa rasa sosial terhadap sesama sangat
dibutuhkan bagi orang-orang pinggiran. Kemudian,
kepedulian Muluk kepada anak-anak pencopet adalah ketika ia memutuskan untuk
mengajak Samsul untuk mengajar mereka. Hatinya tergerak ketika mengetahui tidak ada
satupun diantara mereka yang bisa mencatat. Karena kepeduliannya kepada mereka, ia
mengajak Samsul tanpa adanya pembagian lagi. Secara tersirat, ia menunjukkan bahwa
bukan uanglah tujuan Muluk, karena ia juga memikirkan masa depan anak-anak
pencopet.
Yang terakhir adalah melihat betapa bahagianya Muluk melihat Komet dan anak buahnya
mengasong di jalanan. Kemudian, ketika Satpol PP datang untuk menangkap mereka,
Muluk
melepaskan salah satu dari mereka yang sudah tertangkap dan menyerahkan dirinya
untuk ditangkap karena ia lah yang telah menyuruh mereka untuk mengasong. Bagi
Muluk, anak-anak pengasong tak bersalah. Mereka hanya berusaha mencari uang dengan
cara yang halal, bukan mencopet lagi. Ia membiarkan anak-anak pergi sedangkan ia
ditangkap adalah salah satu tindakan kepeduliannya terhadap masa depan mereka.
Sebagai orang berpendidikan dan bertanggungjawab, ia harus peduli pada lingkungannya,
pada masyarakatnya, pada negara dimana ia dibesarkan, pada anak-anak
yang ditelantarkan negaranya. Ia peduli pada semuanya, pada pembentukan moral anakanak pencopet, pada masa depan mereka, dan pada negaranya karena meskipun mereka
hanyalah pencopet sekali lagi, mereka juga generasi penerus bangsa yang seharusnya di
pelihara oleh negara Fakir miskin dan anak-anak yang terlantar dipelihara oleh negara.
Pasal 34 ayat (1) UUD 1945.
Ini negara bebaa dan merdeka, mereka bebas melakukan apa saja.
Adegan akhir ini sedikit menggelitik ketika ia menanyakan kenapa anak-anak harus
ditangkap, kenapa mereka tidak merasa terganggu dengan adanya koruptor dan
menangkap mereka.
Kekeluargaan
Anak-anak pencopet ini bukanlah berasal dari satu ayah dan satu ibu, melainkan dari
berbagai macam temapt ayah dan ibu. Tetapi mereka tinggal bersama dan hidup bersama
dan bekerjasama. Kelompok pencopet pasar yang dipimpin Komet, anak buahnya adalah
sepenuhnya haknya karena mereka satu tim. Sedangkan kelompoknya Glenn-pencopet
mall- itu haknya Glenn. Namun, ketika ada Bang Jarot, ia sudah seperti Bapak bagi
mereka. Sehingga, meskipun sering bertengkar, mereka selalu bekerja sama untuk
memenuhi kehidupan. Salah satunya adalah karena mereka saling memiliki sense of
belonging.

5.Budaya
Pasar tradisional
Di awal film ini menyorot adanya sebuah pasar tradisional yang berisi dukun-dukun dan
peramal-peramal. Ini menunjukkan bahwa masyarakatnya memiliki budaya yang
mempercayai dukun dan peramal

BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Ironis memang ketika kita mendapati salah satu pasal UUD 1954 yaang menyatakan
bahwa fakir miskin dan anak-anak terlantar dipelihara oleh negara sementara
kenyataan yang terjadi pada negara ini sebenarnya menunjukkan kebalikannya. Menilik
dari sistem komunikasi Indonesia yang ditonjolkan pada film ini menunjukkan bahwa
sampai kapanpun persepsi orang tentang pencopet tidak akan berubah sekalipun mereka
telah mendapatkan pendidikan akademik maupun agama.
Persepsi seperti inilah yang menyebabkan susahnya masyarakat negeri ini untuk bergerak
maju dan mendapatkan perubahan yang signifikan. Masyarakat Indonesia sudah terlalu
terpaku ada suatu hal yang mereka nilai dari luarnya sehingga terkadang lupa oleh apa
yang sebenarnya terjadi. Perbandingan yang ditonjolkan pada film ini sebenarnya sangat
klasik, koruptor dan pencopet.

Film yang disutradarai oleh Deddy Mizwar ini bisa dikatakan telah memenuhi
standar perfilman meskipun ada sedikit kekurangan karena Tak ada gading yang tak
retak.Film yang bertemakan kehidupan sosial memiliki nilai moral dan sosial yang
tinggi, menjunjung tinggi pendidikan, serta memiliki banyak pesan yang sebaiknya kita
terapkan dalam kehidupan kita.
Dalam film ini, para pemain telah menguasai teknik melakukan gerakan dengan
baik.Mereka tidak berlebihan dalam berakting (overacting).Mereka hanya melakukan
gerakan sewajarnya sehingga tidak menimbulkan kesan ramai. Dalam film ini para
pemain telah melakukan gesture atau gerakan-gerakan kecil yang bermakna, seperti
mengerinyitkan dahi, menggelengkan kepala. Dalam film ini, pemain juga telah
melakukan business atau aktivitas seorang pemain ketika ia tidak berdialog dan berbuat
suatu kesibukan sehingga suasana menjadi hidup.
Dari segi teknik penguasaan panggung, Pemain telah menguasai panggung dengan
baik, karena penonton bisa terfokus pada mereka disebabkan mereka telah pandai
memilih posisi dan tidak membelakangi wajahnya terhadap layar kaca. Selain itu, pemain
juga telah melakukan blocking(Pengelompokan pemain) dengan benar. .Contohnya pada
saat perkelahian antara Komet dan Glenn(Pencopet), Kelompok yang lain telah dapat

menempatkan dirinya dengan baik sehingga mereka tidak menghalangi pandangan


penonton terhadap adegan tersebut.
Kemudian Dalam film ini sebagian besar para pemain telah memiliki vokal yang
jelas. Namun, ada sebagian kata yang kurang tepat pelafalannya seperti kata Dinas
dibacanya dengan Dines dan kata Sekali yang dibaca Skale.Tetapi tekanan yang
diberikan pada ucapannya telah bervariasi dan tepat.

B. SARAN
Adapun saran yang penulis berikan ialah :
Diharapkan para pembaca makalah ini dapat lebih mengenal dan mengetahui
akan penokohan yang ada dalam makalah ini.
Hendaknya mengambil hikmah dari isi film ini sebagai salah satu acuan hidup
para pemuda Indonesia untuk kehidupan masa depan kelak.
Hendaknya dapat meneladani sifat tokoh utama dalam kehidupan.

DAFTAR PUSTAKA

Suryanto, Alex., Haryanta, Agus.2007.Panduan Belajar Bahasa dan


Sastra Indonesia.Tangerang:esis.

www.google .co.id

Anda mungkin juga menyukai