Anda di halaman 1dari 73

DOKUMENTER POTRET

“BAPAK MAESTRO LELE SANGKURIANG”

SEBAGAI POTRET TOKOH INSPIRATIF DALAM


PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MELALUI
BUDIDAYA IKAN LELE SANGKURIANG DI KEC
MEGAMENDUNG KABUPATEN BOGOR

SIDANG TUGAS AKHIR

Friskal
Reza

FAKULTAS ILMU KOMUNIKASI


UNIVERSITAS PANCASILA
JAKARTA
SEMESTER GENAP
2022/2023
A. Latar Belakang

Indonesia merupakan negara yang sangat kaya akan sumber daya, baik
sumber daya manusia maupun sumber daya alam. Kekayaan alam yang melimpah
ini digunakan untuk kemakmuran seluruh rakyat Indonesia, namun demikian,
Indonesia yang kaya akan sumber daya alam dan manusia, tetap saja masih
menghadapi masalah besar, terlebih dalam bidang kemiskinan. Salah satu faktor
yang sering dijumpai penyebab terjadinya kemiskinan adalah karena kurang
tersedianya kesempatan kerja sehingga banyak masyarakat dari kita yang menjadi
pengangguran.

Pengangguran cenderung tinggi di beberapa daerah, seperti Kabupaten


Bogor. Pada Maret 2021, jumlah pengangguran publik mencapai hampir setengah
juta, atau sekitar 390.7321 jiwa dari total penduduk 5.385.219 jiwa, menurut
keterangan dari Badan Pusat Statistik (BPS) yang dikutip dalam
megapolitan.antaranews.com. Jika dipersentasekan, jumlah pengangguran terbuka
di Kabupaten Bogor sekitar 9,24%. Lebih spesifiknya, menurut hasil Boling (Rebo
Keliling) Kecamatan Megamendung tahun 2012, mencapai 95.184 jiwa. Di
antaranya, jika rata-rata tingkat pengangguran TPT di Kabupaten Bogor adalah
9,24%, maka jumlah TPT di Kecamatan Megamendung sekitar 8.695 orang dari
total penduduk yang ada.

2
Menyikapi permasalahan sosial tersebut, salah satu kemungkinan untuk
mengatasinya adalah dengan memperkuat posisi dan pengembangan usaha
mikro. Pengembangan usaha mikro melalui budidaya Perikanan mempunyai
peranan penting dan strategis dalam pembangunan perkonomian nasional,
terutama dalam meningkatkan perluasan kesempatan kerja, pemerataan
pendapatan, dan peningkatan taraf hidup bangsa pada umumnya, nelayan
kecil, pembudidayaan ikan kecil, dan pihak-pihak pelaku usaha di bidang
perikanan dengan tetap memelihara lingkaran kelestarian dan ketersediaan
sumber daya ikan (UU No 13,2004)

Ide pembuatan film dokumenter potret “Bapak Maestro Lele


Sangkuriang” berfokus pada Abah Nasrudin merupakan tokoh masyarakat
bapak Lele Sangkuriang. Julukan tersebut merupakan apresiasi untuknya
karena kiprahnya yang telah mengembangkan serta menyebarluaskan ikan
dari BBPBAT ini hingga ke seluruh nusantara.

Visi misinya untuk mengangkat harkat dan martabat para pengangguran,


korban PHK dan anak putus sekolah membuat dirinya mengabdikan diri pada
mereka untuk berbagi ilmu secara terbuka dengan harapan akan ada
pengusaha-pengusaha sukses yang muncul dari ikan Lele Sangkuriang,
khususnya di Kecamatan Megamendung. Dengan begitu pengangguran di
Kecamatan Megamendung dapat ditanggulangi dengan cara peningkatan dan
pengembangan usaha mikro melalui budidaya ikan Lele Sangkuriang.

Peran Abah Nasrudin ini merupakan suatu upaya pemberdayaan dalam


pemberian keterampilan budidaya ikan Lele Sangkuriang, dengan harapan
terjadi penurunan angka pengangguran di Indonesia khususnya di Kecamatan
Megamendung, dan membentuk jiwa wirausaha agar masyarakat menjadi
lebih mandiri dalam menghadapi problem sosial yang mereka hadapi

Berdasarkan penjelasan di atas, pencipta karya karya bermaksud untuk


membuat dokumenter potret dengan tema tokoh inspiratif dikota Bogor .

3
1.1 Rumusan Ide Penciptaan
Dokumenter ini sediri terdiri dari 4 segmen, dimana informasi akan
dipaparkan oleh narasumber yang memaparkan dengan data dan fakta. Kemudian
cerita juga akan diperkuat dengan visual-visual yang didokumentasikan dan hasil
wawancara langsung dengan narasumber. Dari penjelasan di atas, pencipta karya
karya akan membuat karya dokumenter yang berbeda dari karya-karya
sebelumnya dan dikemas secara menarik tanpa meninggalkan orientasi dari sisi
edukasi dengan judul Dokumenter Potret “Bapak Maestro Lele Sangkuriang”.
Dari latar belakang di atas, pencipta karya karya sebagai produser ingin
menciptakan konsep dokumenter dengan visual yang menarik untuk disaksikan
dari

awal hingga akhir dan memberikan informasi melalui riset mendalam yang belum
banyak diketahui penonton. Dengan rencana tersebut, diharapkan akan memikat
lebih banyak minat penonton. Maka pencipta karya memiliki nama judul karya
yaitu: “Dokumenter Potret ‘Bapak Maestro Lele Sangkuriang” Sebagai Potret
Minimnya Tokoh inspiratif pemberdayaan Masyarakat melalui budidaya ikan lele
Sangkuriang. Berikut ini adalah beberapa definisi dari susunan kerangka ide
penciptaan karya proyek karya ini:
Dokumenter : Sebuah sajian audio visual yang
menceritakan tentang kejadian fakta, yang
dikupas secara mendalam dari kesaksian
narasumber dan data – data otentik,
dikemas secara kreatif dengan maksud
menyampaikan pesan realitas dari pokok
bahasan tersebut.1
Potret : Dokumenter ini merupakan representasi
kisah pengalaman hidup seseorang atau pun
anggota masyarakat yang dianggap hebat,
unik, dan/atau menarik untuk dibahas.
Bentuk dokumenter ini umumnya berkaitan
dengan human interest. Sementara isi
ceritanya bisa merupakan kritik,
4
penghormatan, atau simpati.2
Lele Sangkuriang : Merupakan ajaran dari agama Yudaisme
yang sangat radikal. Penganutnya dikenal
sangat kaku dalam mentaati seluruh hukum
Taurat. Misalnya, mereka memilih berjalan
kaki menuju Sinagoge, karena tidak boleh

Abah Nasrudin :

5
B. Tujuan Penciptaan Karya
Dokumenter ini bertujuan sebagai media edukasi kepada masyarakat di
Indonesia, yaitu inspirasi (to inspiration) penonton berupa suatu pesan yang
tersampaikan dapat diterapkan dalam keseharian kepada setiap orang yang
menontonnya menjadi media yang mempengaruhi (to influence) sebagai referensi
peluang usaha atau bisnis

C. Manfaat Karya
Manfaat dari hasil karya ini untuk menyampaikan sebuah informasi.
Pencipta karya pun berharap dapat memberikan kontribusi karyanya pada
dokumenter ini yaitu manfaat umum, manfaat akademik dan manfaat praktis.

a. Manfaat Umum
Karya ini diharapkan menjadi sebuah tontonan yang menarik dengan
memberikan informasi yang belum banyak diketahui masyarakat dan juga dapat
menghibur sekaligus memberi pengetahuan kepada khalayak yang menonton
dokumenter ini.

b. Manfaat Akademik
Untuk memenuhi salah satu syarat kelulusan gelar Sarjana Ilmu
Komunikasi Strata Satu (S1) di Fakultas Ilmu Komunikasi. Dapat menambah
referensi dokumenter berjenis potret, serta bisa dijadikan acuan atau

6
contoh bagi para pencipta karya lainnya yang ingin memiliki tema proyek yang
sama.

c. Manfaat Praktis
Untuk menerapkan ilmu yang telah didapatkan selama diperkuliahan
Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Pancasila Jakarta dengan pembuatan karya
dokumenter potret.

D. Kerangka Penciptaan
Pada Tugas Akhir ini pencipta karya menggunakan kerangka pemikiran
sebagai berikut:

7
Gambar 1.1

Sumber Daya Manusia

Ikan Lele Sangkuriang

Tentang
pemberdayaan Tentang sikap
Tentang keberadaan Masyarakat melalui Inspiratif dan
komunitas lele Budidaya Lele motivator Abah
Sangkuriang Sangkuriang Nasrudin

Narasumber: Narasumber: Narasumber:


Atmojo ( Peserta Abah Nasrudin Aditya Dwiguna
Budidaya Lele (Maestro Lele (Ketua Umum
Sangkuriang Sangkuriang) Paguyuban Lele
Sangkuriang)

Dokumenter Potret “Bapak Maestro Lele


Sangkuriang”

8
E. Jenis Karya

1.1 Dokumenter
Berdasarkan pendapat para ahli dapat disimpulkan bahwa film merupakan
salah satu media komunikasi massa yang menampilkan serangkaian gambar
bergerak dengan suatu jalan cerita yang dimainkan oleh para pemeran yang
diproduksi untuk menyampaikan suatu pesan kepada para penontonnya
Dokumenter adalah film yang mendokumentasikan cerita nyata dan dilakukan
pada lokasi sesungguhnya. Juga sebuah gaya dalam memfilmkan dengan efek
realitas yang diciptakan dengan cara penggunaan kamera, suara, dan lokasi. Selain
mengandung fakta, film dokumenter juga mengandung subjektivitas pembuatnya,
yakni sikap atau opini pribadi terhadap suatu peristiwa. Oleh karena itu, film
dokumenter bisa menjadi wahana untuk mengungkapkan realitas dan
menstimulasi perubahan.
Dari definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa dokumenter adalah sebuah
karya yang menceritakan sebuah fakta dan data segala aspek yang terkandung di
dalam sebuah kehidupan nyata. Karya dokumeter terkandung pesan yang
bermanfaat bagi khalayak.
Ada empat kriteria yang menerangkan bahwa dokumenter adalah film
nonfiksi:
a. Pertama: setiap adegan film dokumenter merupakan rekaman kejadian yang
sebenarnya, tanpa interpretasi imajinatif seperti halnya dalam film fiksi. Bila
pada film fiksi latar belakang (setting) adegan dirancang, pada dokumenter
latar belakang harus spontan otentik dengan situasi dan kondisi asli (apa
adanya).
b. Kedua: yang dituturkan dalam film dokumenter berdasarkan peristiwa nyata
(realita), sedangkan pada film fiksi isi cerita berdasarkan karangan
(imajinasi).

9
Bila film dokumenter memiliki interpretasi kreatif, maka dalam film fiksi
yang dimiliki adalah interpretasi imajinatif.
c. Ketiga: sebagai sebuah film nonfiksi, sutradara melakukan observasi pada
suatu peristiwa nyata, lalu melakukan perekaman gambar sesuai apa adanya,
dan
d. Keempat: apabila struktur cerita pada film fiksi mengacu pada alur cerita atau
plot, dalam dokumenter konsentrasinya lebih pada isi dan pemaparan.11
Berdasarkan penjelasan di atas, karya dokumenter merupakan sebuah
karya yang menceritakan sebuah fakta dan data dengan segala aspek yang
terkandung di dalam sebuah kehidupan nyata. Pada karya dokumenter
mengandung pesan yang bermanfaat bagi khalayak. Inilah point of interest dari
seorang pencipta karya dokumenter.
Selain itu ada berbagai macam jenis film dokumenter berdasarkan gaya
dan bentuk tayanganya, antara lain:
a. Sejarah
Dokumenter sejarah menjadi salah satu tayangan yang sangat tergantung
pada referensi peristiwa dan keakuratan data. Pada dokumenter ini sebisa mungkin
tidak boleh ada yang salah dalam proses pemaparan data. Contoh: Metro Files
(Metro TV).
b. Potret/Biografi
Dokumenter ini merupakan representasi kisah pengalaman hidup
seseorang atau pun anggota masyarakat yang dianggap hebat, unik, dan/atau
menarik untuk dibahas. Bentuk dokumenter ini umumnya berkaitan dengan
human interest. Sementara isi ceritanya bisa merupakan kritik, penghormatan,
atau simpati. Dokumenter potret atau biografi akan banyak menayangkan proses
sejarah dari lingkungan, situasi, kondisi, tempat, dan waktu.
c. Laporan Perjalanan
Jenis ini bisa dikatakan dengan istilah lain, yaitu travelogue, travel film,
travel documentary, atau adventure film. Dokumenter yang satu ini adalah

10
dokumentasi antropologi dari para ahli etnolog atau etnografi. Seiring dengan
perkembangannya, jenis dokumenter ini berkembang dengan proses penyampaian
pesan dan gaya yang lebih kekinian. Contohnya, My Trip My Adventure (Trans
TV).
d. Nostalgia
Bisa dikatakan jenis film dokumenter ini tak begitu jauh dengan
dokementer sejarah. Hanya saja yang satu ini lebih menekankan pada kilas balik
atau napak tilas dari kejadian seseorang atau sekelompok. Contohnya dokumenter
tentang grup lawak Warkop DKI dan H. Benyamin Su’eb.
e. Rekonstruksi
Dokumenter jenis ini memberi gambaran ulang terhadap peristiwa yang
terjadi secara utuh. Ada kesulitan tersendiri dalam mempresentasikan kepada
penonton sehingga harus dibantu dalam proses rekonstruksinya. Peristiwa yang
bisa dibuat rekonstruksinya seperti peristiwa kriminal, bencana, dan lainnya. Jenis
ini bisa dikombinasikan antara video aslinya dengan ilustrasi, grafis, dan animasi.
Contohnya dokumenter mengenai misteri kematian Kurt Cobain Nirvana (Soaked
In Bleach).
f. Investigasi
Jenis dokumenter ini merupakan kepanjangan dari investigasi jurnalistik.
Peristiwa yang diangkat umumnya peristiwa yang ingin diketahui secara
mendalam proses kejadiannya. Terkadang dokumenter ini membutuhkan
rekonstruksi untuk membantu memperjelas suatu peristiwa.
g. Perbandingan/Kontradiksi
Dokumenter ini menengahkan sebuah perbandingan, bisa dari seseorang
atau sesuatu. Contohnya film Hoop Dream karya Steve James yang dirilis tahun
1994. Dimana ia selama 4 (empat) tahun mengikuti perjalanan dua remaja
Chicago keterunan Afro-America, William Gates dan Arthur Agee. Contoh lain,
dokumenter mengenai perbandingan kekuatan militer Uni Soviet dan Amerika.

11
h. Ilmu Pengetahuan
Jenis film dokumenter ini bisa dikatakan sangat dekat dengan masyarakat
Indonesia. Jenis ini terbagi menjadi dua sub genre, yaitu film dokumenter sains
dan film instriksional. Contohnya, Laptop Si Unyil dan Bocah Petualang (Trans
7).
i. Buku Harian
Seperti halnya manusia dengan catatan hariannya, jenis film dokumenter
ini mengacu pada catatan perjalanan kehidupan seseorang yang diceritakan
kepada orang lain. Sudut pandangnya pun terasa lebih subjektif sebab sangat
berkaitan dengan apa yang dirasakan subjek pada lingkungan/tempat tinggal dan
peristiwa. Struktur cerita cenderung linier serta kronologis, narasi menjadi unsur
suara yang lebih banyak digunakan. Contoh program D’Journey yang sempat
tayang di RCTI.
j. Musik
Jenis film dokumenter ini menjadi yang termuda jika dibandingkan dengan
jenis lainnya. Namun sejak 1980, jenis ini lebih sering diproduksi. Dimana Donn
Alan Pannebaker menjadi orang yang pertama kali mendokumentasikan
pertunjukan musik. Contohnya dokumenter musik tentang perjalanan band The
Beatles.
k. Association Picture Story
Jenis film dokumenter ini dipengaruhi oleh film eksperimental. Sesuai
dengan namanya, film ini mengandalkan gambar-gambar yang tidak berhubungan
namun ketika disatukan pada proses editing, maka makna yang muncul akan
ditangkap penonton melalui asosiasi yang terbentuk dibenak mereka.

l. Dokudrama
Jenis ini merupakan penafsiran ulang terhadap kejadian nyata. Pada
dokumenter ini, hampir seluruh aspek peristiwa tokohnya akan direkonstruksi.
Setting tempat dan tokohnya pun akan dibuat mirip mungkin dengan aslinya.
Contohnya adalah film G 30 S PKI.12

12
13
Film dokumenter ini menceritakan kehidupan seorang tokoh masyarakat

yang hanya lulusan SD mampu membangun pembangunan ekonomi di kampung

halamannya, Abah Nas yang terkenal, sering muncul di televisi dan media dalam

beberapa tahun terakhir. Letkol pada nama depannya bukan berarti kepangkatan

resmi suatu lembaga, tetapi merupakan singkatan dari Letnan Kolam (disingkat

letkol). Nasrudin sendiri adalah nama aslinya dan nama yang tertera di KTP-nya.

Nama pendeknya bukan berarti pendek pengalaman dalam budidaya ikan.

Jam terbang dan stamina yang luar biasa untuk menahan pasang surut bisnis

menghasilkan keterampilan dan keahlian yang dibutuhkan untuk menjalankan

bisnis budidaya ikan lele yang sukses dan menguntungkan. Akibatnya, banyak

orang dari seluruh pulau belajar darinya. Semua orang bersiap untuk tiba di

Sukabirus RT.4 RW.5, Desa Gadog, Kecamatan Megamendung, Bogor, Jawa

Barat.

Salah satu keunggulan teknik Abah merupakan totalitas organik dengan

harga yang murah. Termasuk dalam penanganan penyakit, tidak memakai bahan

kimia. Dan penting bahwa perawatannya efektif, dan bukan hanya mimpi belaka.

Untuk penulis pribadi, setelah membaca banyak literatur dan mempraktekkan

langsung, ada pendekatan teknik yang direkomendasikan dalam buku karangannya

dengan yang bisa diterapkan dilapangan. Sangat hemat dan ekonomis, sehingga

bisnis dapat menguntungkan. Tidak heran beberapa orang memanggilnya Maestro

Lele

14
F. Metode Pembuatan Karya

Metode penciptaaan karya ini mencakup langkah-langkah penciptaan karya


yang pencipta karya lakukan dalam menciptakan sebuah karya dokumenter. Langkah-
langkah tersebut dimulai dari deskripsi karya, obyek karya, analisai karya, teknik
pengumpulan data, adanya perencanaan konsep kreatif dan konsep teknis, hingga
proses praproduksi, produksi, dan pascaproduksi. Berikut tahapan-tahapan yang
pencipta karya lakukan dalam menciptakan karya dokumenter ini:
Deskripsi Karya
a. Kategori Karya : Informasi dan Edukasi
b. Format Karya : Potret
c. Judul Karya : ‘Bapak Maestro Lele Sangkuriang”
d. Durasi Karya : 12 Menit
e. Target Audience
1) Umur : Remaja/Dewasa
2) Jenis Kelamin : Pria dan Wanita
3) Status Ekonomi Sosial : A (Menengah ke atas)
B (Menengah)
f. Karakteristik Produksi : Recorded

a) Kategori Karya: Informasi dan Edukasi

Kategori program pada karya dokumenter ini adalah informasi dan

edukasi. Dimana pada karya dokumenter ini pencipta karya ingin memberikan

pesan yang bersifat informatif dan edukatif kepada penonton. Gerzon R. Ayawaila

dalam buku Dokumenter: dari ide sampai produksi, menjelaskan bahwa potret

merupakan representasi kisah pengalaman hidup seorang tokoh terkenal ataupun

anggota masyarakat biasa yang riwayat hidupnya dianggap hebat, menarik, unik

atau menyedihkan. Bentuk potret umumnya berkaitan dengan human interest, isi

tuturan bisa merupakan kritik, penghormatan atau simpati. Potret tidak harus

mengenai seseorang atau individu, tetapi dapat


15
pula mengenai sebuah komunitas, sekelompok kecil individu atau sebuah lokasi

(Ayawaila 2008, 45).

Dokumenter potret berkaitan dengan sosok seseorang. Mereka yang

diangkat menjadi tema utama biasanya seseorang yang dikenal luas di dunia,

atau masyarakat tertentu, atau seseorang yang biasa namun memiliki

kehebatan, keunikan, ataupun aspek lain yang menarik (Fachrudin 2012,

325).

Format program yang penulis buat adalah karya program dokumenter

Potret/Biografi. genre ini lebih terkait dengan sosok seseorang. Kemandirian

yang ditunjuk sebagai subjek biasanya seseorang yang terkenal di dunia, atau

komunitas, atau orang biasa yang memiliki aspek hebat, unik, atau

menarik.Biografi cenderung mengkaji secara kronologis apa yang dapat

dikatakan dari awal kelahiran tokoh hingga momen tertentu (kehadiran,

kematian atau keberhasilan tokoh) yang diinginkan oleh pembuat film-nya .

16
.

b) Judul Karya: Bapak Maestro Lele Sangkuriang

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia online judul adalah nama

yang dipakai untuk buku atau bab yang dapat mengisyaratkan secara pendek

isi atau maksud buku atau bab itu.Bedasarkan kutipan diatas, judul disini

adalah judul untuk sebuah karya program dokumenter yang penulis buat

bertujuan untuk menggambarkan ataupun menjelaskan mengenai isi yang

terkandung dari karya dokumenter ini.

Menurut Andi Fachrudin (2014:351) Judul sebaiknya sederhana,

mudah dicerna, menimbulkan daya tarik, dan tidak banyak kata-kata. Nama

lokasi, orang, benda/bangunan dapat dijadikan bagian judul dengan

harapan mendapatkan

17
dukungan emosi dan pendefinisian identitas.

Dalam memilih topik film, peneliti harus memilih topik yang

menyampaikan konsep film dokumenter itu sendiri, topik harus menyampaikan

manfaat dan tujuan film dokumenter yang akan ditayangkan, dan judul film

dokumenter harus memiliki citra untuk film. Penggunaan kata “Sangmaestro”

pada judul “Sangmaestro Lele Sangkuriang” mempunyai arti pada suatu kata

benda atau golongan nama sedemikian rupa sehingga dapat menyebutkan nama

seseorang, tempat atau benda apapun dan segala sesuatu yang menjadi keahlian

atau menerangkan seseorang yang memiliki pengalaman dalam suatu bidang, baik

itu seni, budaya maupun sosial, atau dengan kata lain adalah Empu. Nasrudin

sendiri dikenal sebagai master pengelolaan benih lele Sangkuriang

c) Durasi Karya: 13 Menit


Dokumenter berjudul “Bapak Maestro Lele Sangkuriang” ini berdurasi 13 menit.
Durasi tersebut diharapkan mampu menampilkan semua informasi yang
bermanfaat bagi penonton dengan konstruksi cerita yang menarik.

18
d) Target Audience
Target audience pada dokumenter ini adalah untuk remaja dan dewasa
berjenis kelamin laki-laki dan perempuan dengan rentang usia 18-40 tahun, serta
berada pada status sosial ekonomi A dan B. Pemilihan kelompok usia tersebut
dikarenakan penonton sudah mempunyai tingkat intelektualitas yang cukup baik
untuk menerima dan mempunyai cara pandang untuk menyikapi sebuah informasi
yang disampaikan pada dokumenter ini.

e) Karakteristik Produksi: Recorded


Pembuatan dokumenter ini memerlukan waktu dan proses yang panjang.
Sehingga pencipta karya memilih recorded dibandingkan siaran secara live.
Dengan begitu, pencipta karya akan lebih bisa memaksimalkan dan dapat
menyajikan informasi yang baik dengan kemasan yang menarik.

G. Term Of Reference (TOR)


TOR merupakan outline dari suatu kegiatan yang mendeskripsikan tujuan
dan struktur suatu proyek, negosiasi, atau pertemuan sebelum kegiatan dimulai.
Dalam pembuatan karya ini, pencipta karya telah membuat sebuah fokus cerita
dan masalah.

19
Tabel 1.3
TOR (Term of Reference)

TOR (Term Of Reference)


Dokumenter Potret “Bapak Maestro Lele Sangkuriang”

Production: Enam Musim Produser : Rheza Agaditya


Project Title : Bapak Maestro
Lele Sangkuriang
Sutradara: Friskal Pabian
Penulis Naskah : Friskal Pabian
Durasi: Menit

Masalah :
Abah Nasrudin tokoh masyarakat sekaligus bapak Lele Sangkuriang. Visi misinya untuk mengangka
.

Fokus :
Ketulusan Hati Abah Nasrudin dalam membantu orang

Angle:
Mengisahkan tentang komunitas Paguyuban Lele sangkuriang yang merasakan Dampak dari pembe

20
H. Sinopsis
Sinopsis merupakan sebuah ringkasan cerita dari keseluruhan isi cerita.
Keseluruhan isi cerita dalam dokumenter ini telah dirangkum secara umum
sehingga dapat langsung dipahami isi dari keseluruhan cerita pada dokumenter
ini.

Tabel 3.2
Sinopsis

SINOPSIS
Dokumenter Potret “Bapak Maestro Lele Sangkuriang”

Film dokumenter potret “Jejak Bintang David di Nusantara” akan dibuka


potret wajah seorang tokoh inspiratif Visi misinya untuk mengangkat harkat
dan martabat para pengangguran, korban PHK dan anak putus sekolah
membuat dirinya mengabdikan diri pada mereka untuk berbagi ilmu secara
terbuka .

i. Perencanaan Konsep Teknis


Dalam konsep teknis, pencipta karya yang juga sebagai penulis naskah
melakukan tahap-tahap pra produksi yaitu pencipta karya mencari dan
mengumpulkan data-data atau materi yang berkaitan dengan tema yang diangkat
sebagai referensi. Materi ini baik berupa tulisan, foto, video maupun informasi
yang didapatkan dari narasumber-narasumber untuk kemudian dikumpulkan
hingga dapat dirangkum dan dikembangkan oleh pencipta karya.

ii. Shooting Script


Naskah dalam dokumenter ini disesuaikan dengan pemaparan narasumber.
Selain untuk menguatkan data, proses penyampaian data juga akan menggunakan
konsep narasi. Pemilihan konsep narasi dipilih karena pencipta karya ingin
menceritakan melalui konsep tiga babak, melalui fakta yang didapat, riset, dan
21
observasi yang dilakukan.

22
Tabel 3.3
Shooting Script
Segmen Visual Audio Durasi
1 Opening TUNE
Teaser TUNE
 Pengenalan Indonesia sebagai negara
yang multikultural dan banyak
agama di dalamnya.
Footage landscape Indonesia dan
rumah ibadah di Indonesia.
 Di antara agama resmi yang ada di
Indonesia, terdapat agama yang sudah
tua di Indonesia namun tidak
mendapatkan legalitas hukum. Agama
itu adalah Yahudi.
Footage proses ibadah Yahudi.
 Sentimen terhadap Yahudi di
Indonesia sangat besar. Hal tersebut
terlihat dari banyaknya aksi
demonstrasi terhadap Israel dan
Yahudi itu sendiri.
Visual aksi demonstrasi masyarakat
Indonesia terhadap Yahudi dan Israel.
 Masuk kepada potret Kota Jakarta.
Dimana Jakarta sebagai ibu kota
negara memiliki populasi yang sangat
besar dengan pluralistis di dalamnya.
Namun di antara banyaknya
masyarakat dari kelompok mayoritas
di Jakarta, terdapat pula kelompok

23
minoritas yang berjuang bertahan
hidup. Kelompok minoritas itu adalah
komunitas Yahudi Indonesia.
Footage landscape Kota Jakarta.
 Pengenalan Rabbi Benjamin Meijer
Verbrugge, pemimpin komunitas
Yahudi Indonesia.
Insert aktivitas Rabbi Benjamin.
 Wawancara Rabbi Benjamin
menjelaskan tentang agama Yahudi.
2  Memaparkan populasi orang Yahudi
di Indonesia.
Insert motion grafis.
 Disebutkan penyebaran awal mula
masuknya agama Yahudi di
Indonesia.
Infografis.
Gelombang pertama, bangsa Yahudi
dari Yaman, Maroko, dan Irak yang
ingin berdagang.
Gelombang kedua, penjelajah Portugis
Vasco da Gama ke Indonesia pada
tahun 1600.
Ketiga, kedatangan VOC ke Batavia.
Dimana 80% orang VOC merupakan
Yahudi.
 Kemudian disebutkan jika di
Indonesia, agama Yahudi besar di
Jakarta, Surabaya, dan Manado.

24
 Wawancara Rabbi Benjamin
menjelaskan tentang keberadaan
orang Yahudi di Indonesia.
 Salah satu hari raya umat Yahudi
adalah Hari Raya Sukkot atau
perayaan hari raya panen. Minimnya
kebebasan hidup yang dimiliki orang
Yahudi membuat mereka harus
melakukan ritual ibadah dengan
tertutup.
Insert aktivitas ritual ibadah perayaan
Hari Raya Sukkot.
 Wawancara Rabbi Benjamin,
menceritakan tentang pengalaman
pahitnya menjadi orang Yahudi di
Indonesia.
 Wawancara Rachel Agustin, penganut
agama Yahudi lain. Ia menceritakan
kesulitan yang dialami selama
menjadi orang Yahudi di Indonesia.
Insert footage tempat ibadah
komunitas Yahudi di Indonesia di
tempat bekas kafe, karena sinagogue
atau rumah ibadah Yahudi dilarang
dibangun di Indonesia.
 Wawancara Rabbi Benjamin,
menceritakan tentang sinagogue di
Surabaya yang dihancurkan karena
adanya sentimen negatif dari
masyarakat Indonesia.

25
Insert footage sinagogue di Surabaya
pada saat sebelum dan sesudah
dihancurkan.
3  Salah satu realitas minimnya
kebebasan hidup orang Yahudi di
Indonesia terlihat dari proses
pernikahannya. Orang Yahudi harus
menggelar pernikahan jauh dari
keramaian agar terhindar dari
sentimen negatif di Indonesia. Selain
itu mereka juga harus meminjam
sertifikat pernikahan agama lain
sebagai syarat catatan sipil
pernikahan.
Insert aktivitas pernikahan penganut
agama Yahudi.
 Nampak visual ritual-ritual
pernikahan penganut Yahudi yang
dilakukan berdasarkan ajaran dari
kitab Taurat.
 Wawancara Saefudin Syafi’I, Kepala
Pusat Kerukunan Umat Beragama
Kementerian Agama, menjelaskan
tentang sikap pemerintah terhadap
keberadaan orang Yahudi di
Indonesia.
 Wawancara Rabbi Benjamin,
menjelaskan tentang usaha komunitas
Yahudi Indonesia untuk mendapatkan
legalitas dari pemerintah Indonesia.

26
 Wawancara Rachel Agustin,
menjelaskan harapannya untuk
masyarakat dan pemerintah Indonesia.
 Wawancara Rabbi Benjamin,
mengutarakan harapannya terhadap
keberadaan komunitas Yahudi di
Indonesia.
Closing TUNE

Credit Title TUNE

iii. Penentuan Narasumber


Dalam menentukan narasumber sebagai sumber informasi, pencipta karya
melakukan riset dan observasi ke lokasi penelitian. Hasil dari observasi tersebut,
pencipta karya menemukan beberapa narasumber yang pencipta karya rasa
relevan dalam memberikan informasi untuk film dokmenter ini. Berikut daftar
narasumber dan alasan pencipta karya memilih narasumber tersebut:

Tabel 3.4
Daftar Narasumber
No. Nama Narasumber Posisi/Jabatan Alasan
1. Benjamin Meijer Rabbi Yahudi Dokumenter ini
Verbrugge juga akan
menampilkan
proses ibadah
Yahudi. Sebagai
seorang Rabbi
yang meminpin
proses ibadah,

27
tentu
kesaksiannya
dibutuhkan untuk
memperdalam
informasi yang
akan diungkap
pada dokumenter
ini.
2. Rachel Agustin Penganut/Pengikut Untuk
Yahudi memperdalam
informasi yang
akan disampaikan,
sosok
penganut/pengikut
ajaran agama ini
dibutuhkan untuk
mendapatkan
sudut pandang
yang berbeda.
3. Saefudin Syafi’I Kepala Pusat Untuk
Kerukunan Umat memberikan
Beragama Kementerian pendapat tentang
Agama pandangan
pemerintah
dengan
keberadaan orang
Yahudi di
Indonesia yang
minim kebebasan
hidup.

28
iv. Equipment/Peralatan
Selain ide dan konsep yang baik, peralatan juga menjadi hal wajib yang
harus ada pada saat proses pembuatan sebuah karya dokumenter. Tanpa adanya
alat untuk produksi, sebuah karya dokumenter tidak akan bisa terealisasi. Pada
proses pembuatan karya dokumenter potret “Jejak Bintang David di Nusantara”
ini, pencipta karya menggunakan peralatan yang banyak, mulai dari tahap pra-
produksi, produksim hingga pasca-produksi. Intensitas penggunaan peralatan pun
sangat tinggi pada saat proses produksi berlangsung. Adapun peralatan yang
pencipta karya gunakan pada proses pembuatan karya dokumenter ini di
antaranya:

Tabel 3.5
Equipment/Peralatan
Karya Dokumenter Potret “Jejak Bintang David di Nusantara”
Production : Attena Production Produser : Toni Dwi Saputra
Judul Film : Masked Captivity Sutradara : Toni Dwi Saputra
Durasi : 24 Menit Penulis Naskah : Toni Dwi Saputra
Jenis Keterang
No. Merk Jumlah
Barang an
KAMERA
Canon
Kamera
1. 5D Mark 2 Pribadi
DSLR
III
DJI
DJI
2. Osmo 1 Pribadi
Osmo
Pocket
DJI
3. Drone Phantom 1 Pribadi
4
LENSA

29
Canon
4. Lensa 24-70 1 Pribadi
f2.8
Canon
5. Lensa 70-200 1 Pribadi
f.4
Canon
6. Lensa 70-300 1 Pribadi
f5.6
AKSESORIS KAMERA
Microph
7. Rode 1 Pribadi
one
8. Clip On Boya 1 Pribadi
Sandisk
Memory
9. Extreme 2 Pribadi
Card
32GB
Canon
10. Baterai 4 Pribadi
LP-E6
11. Tripod Libec 1 Pribadi
LAPTOP
Asus
12. Laptop 1 Pribadi
ROG
Toshiba
13. Hardisk 1 Pribadi
1TB

v. Proses Pra Produksi, Produksi, Pasca Produksi


Terciptanya karya dokumenter potret ‘Jejak Bintang David di Nusantara’
harus melalui tiga tahapan penting, yaitu pra produksi, produksi, dan pasca
produksi. Berikut ini pencipta karya paparkan proses tiga tahapan tersebut hingga
terciptanya karya dokumenter ini.

30
1. Pra Produksi
Tahap pra produksi adalah tahap awal yang dilakukan pencipta karya
dalam proses pembuatan karya dokumenter potret “Jejak Bintang David di
Nusantara”. Untuk membuat karya dokumenter ini, pencipta karya sudah
melakukan riset setidaknya sekitar dua tahun dari berbagai literatur. Hal tersebut
sangat berguna untuk mendapatkan fakta dan data yang akurat, sehingga tidak
terjadi kesalahan dalam penyampaian pesan pada karya dokumenter ini.

Setelah melakukan riset yang mendalam, proses selanjutnya tidak kalah


sulitnya. Pencipta karya harus mencari informasi langsung terkait keberadaan
komunitas Yahudi di Indonesia. Kemudian pencipta karya pun membuat skenario,
daftar pertanyaan, hingga daftar persiapan alat. Hal tersebut berguna untuk
mempermudah saat dilakukannya proses syuting.

Pada proses pembuatan karya dokumenter ini, pencipta karya juga dibantu
oleh tim yang akan bertugas pada posnya masing-masing agar tercipta sirkulasi
yang baik pada proses pengerjaan karya dokumenter ini.

 Produser : Toni Dwi Saputra


 Sutradara : Toni Dwi Saputra
 Penulis Naskah : Toni Dwi Saputra
 Penata Gambar : 1. Toni Dwi Saputra
: 2. Robby Firmansyah
: 3. Darwis Sinambela
: 4. Alfi Khairi
: 5. Ainur Rofiq
 Droner : Robby Firmansyah
 Penyunting Gambar : Toni Dwi Saputra
 Pengisi Suara : Dhea Irvidella

31
2. Breakdown Budget
Breakdown biaya yang akan dikeluarkan mulai dari tahap pra produksi,
produksi hingga pasca produksi pembuatan film dokumenter potret “Jejak Bintang
David di Nusantara” adalah sebagai berikut:

Tabel 3.6
Breakdown Budget
No. Item Rate Unit Jumlah
Pra Produksi
1. Briefing Produksi
 Konsumsi Rp 50.000 - Rp 50.000
Riset dan Observasi ke
2.
Lapangan
 Transportasi dan
Rp 100.000 - Rp 100.000
Konsumsi
Subtotal: Rp 150.000
Produksi
Syuting Footage Kota
1.
Jakarta
 Transportasi dan
Rp 150.000 - Rp 150.000
Konsumsi
Syuting Pernikahan
2.
Yahudi
 Transport Motor dan
Rp 100.000 - Rp 100.000
Konsumsi
Syuting Wawancara Rabbi
3
Benjamin
 Transport Motor Rp 40.000 - Rp 40.000
Syuting Wawancara
4.
Rachel Agustin

32
 Transport Motor Rp 20.000 - Rp 20.000
 Baterai Clip On Rp 35.000 - Rp 35.000
 Biaya Tak Terduga Rp 165.000 - Rp 165.000
Syuting Tambahan ke
5. Lokasi Ibadah Komunitas
Yahudi
 Transport Mobil Rp 150.000 - Rp 150.000
Subtotal: Rp 660.000
Pasca Produksi
1. Voice Over
 Naskah Pertama Rp 150.000 - Rp 150.000
 Naskah Tambahan Rp 150.000 - Rp 150.000

Subtotal: Rp 300.000
Total Rp 1.110.000

3. Jadwal Kerja
Agar kegiatan produksi berjalan lancar, diperlukan manajemen schedule
yang baik. Karena itu pencipta karya membuat jadwal kerja sebagai pedoman saat
menjalankan proses syuting agar jadwal produksi menjadi efektif dan efisien.

Tabel 3.7
Jadwal Kerja
Target Per
No. Tahap Aktifitas Minggu
1 2 3 4

1. Pra Pembuatan Ide dan Konsep

2. Produksi Pengembangan Gagasan

33
3. Pengumpulan Materi Berlangsung
Sejak 2017 –
4. Riset
November 2019

November 2019

5. Menentukan Tim Produksi √

6. Menghubungi Narasumber √

7. Observasi ke Lapangan √

8. Mengurai Budget Produksi √

9. Membuat Jadwal Kerja √ √

10. Membuat Jadwal Shooting √ √

Desember 2019

11. Persiapan Perlengkapan √

12. Syuting √

13. Evaluasi √

Januari 2020

14. Syuting Lanjutan √


Produksi
15. Syuting Lanjutan √

16. Syuting Lanjutan √

Maret 2020

17. Syuting Lanjutan √

Juni 2020

18. Syuting Tambahan √

April 2020

34
19. Editing Draft-1 √

Mei 2020

20. Pasca Editing Draft-2 √

Produksi Juni 2020

21. Editing Draft-3 √

22. Final Editing √

4. Jadwal Syuting
Sebelum melakukan syuting, pencipta karya terlebih dahulu membuat
schedule. Tujuannya agar tercipta iklim yang tertata rapi selama proses syuting.
Sehingga terjadi harmonisasi keseragaman antara ketersediaan waktu narasumber
dengan kesiapan tim untuk melakukan pengambilan gambar.

Tabel 3.8
Jadwal Syuting
No. Tanggal Waktu Pelaksanaan Kegiatan
1. 22 Desember 2019 09.00 WIB - Selesai Syuting Penikahan
Yahudi
2. 10 Januari 2020 10.00 WIB – Selesai Syuting Footage Kota
Jakarta
3. 17 Januari 2020 15.00 WIB - Selesai Lanjutan Syuting
Footage Kota Jakarta
4. 31 Januari 2020 10.00 WIB - Selesai Syuting Wawancara
Rabbi Benjamin
5. 9 Maret 2020 09.00 WIB - Selesai Syuting Wawancara
Rachel Agustin

35
6. 14 Juni 2020 12.00 WIB – Selesai Syuting ke Lokasi
Ibadah Komunitas
Yahudi di Jakarta

5. Produksi
Produksi merupakan tahapan lanjutan setelah pra produksi, yaitu realisasi
pelaksanaan syuting dari perencanaan konsep, schedule, dan target narasumber
yang telah direncanakan. Pada tahap produksi, pencipta karya mengatur jalannya
kegiatan pengambilan gambar mulai dari pembuatan schedule hingga mengontrol
proses syuting agar sesuai dengan kebutuhan cerita. Pencipta karya sebagai
produser juga dituntut untuk terus menjalin komunikasi yang baik dengan
narasumber agar tercipta ruang harmonis. Sehingga proses syuting bisa terus
berjalan hingga kebutuhan cerita terpenuhi seluruhnya.

6. Pasca Produksi
Tahap pasca produksi menjadi tahapan yang sangat vital dalam proses
pembuatan sebuah karya dokumenter. Dimana pada penciptaan karya dokumenter
potret “Jejak Bintang David di Nusantara” ini, pencipta karya yang juga bertugas
sebagai editor menyunting gambar demi gambar yang sudah diambil pada proses
produksi. Kejelian dan kepekaan saat melakukan preview gambar menjadi
tuntutan yang sangat penting untuk dilakukan seorang editor, agar bisa membuat
struktur cerita yang baik dalam proses pembuatan karya dokumenter ini.

A. Logging
Pencipta karya juga berperan sebagai editor melakukan penyuntingan
gambar mulai dari meninjau kembali gambar yang telah diambil dan mencatat
gambar mana saja yang dipakai maupun tidak terpakai.
B. Editing
1. Melakukan penyusunan gambar untuk menciptakan konstruksi cerita
yang baik dan menarik untuk ditonton.
2. Menggabungkan hasil rekaman voice over untuk mendukung konstruksi
cerita yang telah dibuat.

36
3. Menata scoring untuk menciptakan unsur audio yang mampu mendukung
emosi pada cerita yang telah dibuat.
C. Mixing
Setelah konstruksi cerita sudah tersusun dengan baik, proses selanjutnya
adalah membuat unsur-unsur grafis yang menarik dan mampu mendukung cerita.
Sehingga pesan pada karya dokumenter ini dapat tersampaikan dengan baik
kepada penonton. Pada tahapan ini juga pencipta karya sebagai editor melakukan
color corection untuk mengoreksi terjadinya kesalahan warna dan pencahayaan
yang terjadi pada saat proses pengambilan gambar.
D. Preview
Setelah proses editing selesai, kemudian pencipta karya beserta tim
melakukan preview. Proses preview ini dilakukan sebagai evaluasi akhir untuk
final control, apakah teknis yang dilakukan pada proses editing menghasilkan
hasil yang baik atau tidak. Selain itu agar pada proses preview ini pencipta karya
dapat mengetahui apa saja kelebihan dan kekurangan dari karya dokumenter ini
sebelum dikonsumsi oleh penonton.

Tabel 3.9
Perangkat Editing
No. Hardware
1. Processor Intel(R) Core(TM) i7 @2.60 GHz
2. RAM 12 GB
3. Hardisk 1 TB
4. Motherboard ASUS
5. VGA NVIDIA GeForce GTX 950M
Accessories
6. Monitor LCD Asus 16 Inci
7. Audio Logitech Speaker Z213
8. Keyboard & Mouse Asus & Logitech
Software

37
9. Editing Adobe Premiere CC 2018
10. Motion Grafis Adobe After Effect CC 2018
11. Desain Grafis Adobe Illustrator CC 2018
12. Dubbing Adobe Audition CC 2018

38
BAB IV
IMPLEMENTASI KARYA

4.1 Pembahasan Karya


Karya dokumenter potret “Jejak Bintang David di Nusantara” merupakan
film dokumenter dengan jenis potret. Lewat dokumenter ini, pencipta karya ingin
memperlihatkan realitas kehidupan komunitas Yahudi di Jakarta yang hidup
dalam belenggu minimnya kebebasan hidup. Dokumenter ini akan
memperlihatkan bagaimana aktivitas hingga cerita-cerita dari pemeluk agama
Yahudi di Indonesia ini bertahan hidup di negara yang menciptakan stigma “kafir”
untuk orang-orang Yahudi. Dalam dokumenter ini diceritakan kejadian-kejadian
yang dialami penganut agama Yahudi selama hidup di Indonesia. Mulai dari
hinaan, hingga Tindakan kekerasan, sudah menjadi kisah yang sangat sering
mereka rasakan. Hal tersebut pun membuat mereka menutup rapat-rapat identitas
mereka sebagai orang Yahudi.
Lewat karya dokumenter ini, pencipta karya berharap dokumenter ini
mampu membawa pesan perdamaian dan menyebarkan cinta kasih kepada para
penontonnya. Pencipta karya pun berharap dokumenter ini dapat memberikan
informasi yang nampaknya sangat sedikit diketahui masyarakat Indonesia.
Diharapkan dokumenter ini akan membuat masyarakat bisa lebih mengenal
dengan orang-orang Yahudi yang ada di Indonesia. Sehingga stiga yang
“mengkafirkan” orang-orang di luar keyakinan agama yang dipeluknya dapat
dihilangkan. Agar tercipta sebuah dunia yang penuh damai dan tidak lagi
menyebarkan kebencian yang mengatasnamakan agama.
Dalam pembuatan karya dokumenter ini, pencipta karya
mengimplementasikan konsep yang sudah dilakukan lewat riset yang mendalam
dari berbagai sumber literatur yang terkait dengan agama Yahudi. Pencipta karya
yang berperan sebagai produser mengimplementasikan konsep produser lewat
jenis dokumenter potret hingga tercipta sebuah karya dokumenter berjudul "Jejak
Bintang David di Nusantara".

39
Tabel 4.1
Deskripsi Karya Dalam Sudut Pandang Pencipta Karya Sebagai Produser
No. Gambar Pembahasan

1. Bagian awal film dokumenter


potret “Jejak Bintang David di
Nusantara” menampilkan
visual Indonesia sebagai
negara yang luas dengan
keanekaragaman hayati dan
jumlah penduduknya yang
sangat banyak.

2. Selain keanekaragaman hayati,


Indonesia juga merupakan
negara yang memiliki
keberagaman agama. Terdapat
visual enam agama resmi di
Indonesia yaitu Islam, Kristen,
Katolik, Hindu, Budha,
Konghucu.

3. Cerita mulai masuk kepada


keberadaan penganut agama
Yahudi yang sudah sangat
lama ada di Indonesia namun
masih menjadi kelompok
minoritas yang mendapatkan
banyak sentiment negatif dari
masyarakat Indonesia.

4. Kemudian diperlihatkan
visual- visual potret gerakan
anti Yahudi di Indonesia.
Untuk memperlihatkan realitas
jika Yahudi memang
mendapatkan sentiment yang
sangat negatif dari masyarakat
Indonesia.

40
5. Pada segmen kedua, nampak
visual peliknya kota Jakarta
yang penuh dengan kehidupan
masyarakat mayoritas.

6. Di tengah peliknya kota


Jakarta yang dipenuhi
masyarakat mayoritas, terdapat
juga masyarakat minoritas
yang terkucilkan. Mereka
adalah komunitas Yahudi
Indonesia.
Pada segmen ini dijelaskan
tentang kehidupan orang
Yahudi, bagaimana mereka
bersosial hingga menjalankan
aktivitas beribadah di tengah
minimnya kebebasan hidup
orang Yahudi di Indonesia.
7. Kemudian diperkenalkan
sosok Benjamin Meijer
Verbrugge yang merupakan
Rabbi sekaligus pemimpin
komunitas Yahudi Indonesia.
Ia menjelaskan tentang agama
Yahudi dan bagaimana ajaran
Judaisme.
Rabbi Benjamin Meijer Verbrugge
(Pemimpin Komunitas Yahudi
Indonesia)

41
8. Rabbi Benjamin sedang
melakukan ibadah. Tujuannya
untuk memvisualkan kepada
penonton bagaimana cara
beribadah agama Yahudi.

9. Visual peta sebaran orang-


orang Yahudi di Indonesia.
Dimana di seluruh Indonesia
terdapat 5.000 orang keturunan
Yahudi, namun hanya 240
orang yang masih memeluk
agama Yahudi.

10. Visual sejarah awal masuknya


orang Yahudi ke Indonesia.
Mulai sejak tahun 70 masehi
saat Bait Suci dihancurkan
oleh Romawi, hingga
gelombang terakhir masuknya
orang Yahudi ke Indonesia
yaitu saat Belanda masuk ke
Indonesia.
11. Pada segmen ketiga,
diceritakan bagaimana proses
ritual agama Yahudi. Ritual
yang sedang dijalani ini
merupakan perayaan Hari
Raya Sukkot, yang merupakan
salah satu hari raya Yahudi.
Karena sentimen negatif yang
ada di Indonesia, pemeluk
agama Yahudi pun selalu
menjalankan ibadah atau pun
ritual-ritual dengan sangat
tertutup.

42
12. Rachel Agustis sebagai
pemeluk agama Yahudi juga
memberikan statement tentang
bagaimana menjalani hari-hari
sebagai kelompok yang dicap
kafir oleh masyarakat
Indonesia.
Berbagai kesulitan dan
kejadian yang tak
Rachel Agustin
mengenakkan turut
(Pemeluk Agama Yahudi, Istri Rabbi diceritakannya.
Benjamin)
13. Salah satu kepahitan menjadi
orang Yahudi di Indonesia
adalah minimnya kebebasan
hidup dalam beribadah.
Diperlihatkan pula visual
tempat ibadah komunitas
Yahudi di Jakarta yang
beribadah di sebuah bangunan
bekas café yang terlihat tidak
cukup terawat. Hal itu mereka
lakukan demi menghindari
sentiment negatif dari
masyarakat.
14. Kemudian diceritakan juga
pengalaman pahit mereka
selama menjadi orang Yahudi
di Indonesia. Salah satu yang
sangat teringat hingga
membuat mereka trauma
adalah ketika sinagogue di
Surabaya dihancurkan oleh
kelompok Islam, dimana NU
termasuk di dalamnya.

43
15. Kesulitan lain yang turut orang
Yahudi di Indonesia rasakan
adalah saat proses pernikahan
orang Yahudi. Dimana mereka
harus meminjam catatan sipil
agama lain karena agama
Yahudi tidak dilegalkan di
Indonesia.
Pada segmen ini juga
diceritakan proses pernikahan
pasangan pengantin Yahudi
yang menikah di Jakarta.
16. Saefudin Syafi’I yang
merupakan Kepala Pusat
Kerukunan Umat Beragama
Kementerian Agama
memberikan pendapat tentang
pandangan pemerintah dengan
keberadaan orang Yahudi di
Indonesia yang minim
kebebasan hidup.
Saefudin Syafi’i
(Kepala Pusat Kerukunan Umat
Beragama Kementerian Agama)
17. Pada akhir cerita disampaikan
harapan-harapan Rabbi
Benjamin dan Rachel Agustin
sebagai kelompok minoritas
yang mendapatkan banyak
sentimen negatif di Indonesia.

4.1.1 Konsep Produser


Pencipta karya sebagai produser memiliki tanggung jawab dalam
keseluruhan proses pembuatan karya dokumenter potret “Jejak Bintang David di
Nusantara” ini. Mulai dari tahap pra produksi, produksi, hingga pasca produksi,
pencipta karya harus bisa memastikan jika semua aktivitas yang dilakukan pada
proses pembuatan dokumenter ini sesuai dengan konsep yang sudah direncanakan.

44
Lewat dokumenter ini, pencipta karya ingin menciptakan sebuah film yang
mampu memberikan pesan edukasi kepada para penontonnya tentang topik
minimnya kebebasan hidup komunitas Yahudi di Indonesia.
Pencipta karya karya sebagai produser ingin menciptakan konsep
dokumenter dengan visual yang menarik untuk disaksikan dari awal hingga akhir
dan memberikan informasi melalui riset mendalam yang belum banyak diketahui
penonton. Dengan rencana tersebut, diharapkan akan memikat lebih banyak minat
penonton.

4.1.1.1 Pra Produksi


Tahap pra produksi menjadi langkah awal pencipta karya sebagai produser
untuk memulai proses pembuatan karya dokumenter potret berjudul “Jejak
Bintang David di Nusantara”. Ide awal pembuatan dokumenter ini bermula dari
kegundahan pencipta karya dengan situasi sosial di lingkungan sekitar pencipta
karya. Dimana sangat terasa kefanatikan terhadap suatu agama menjadikan
manusia menciptakan sentimen negatif terhadap kelompok penganut agama lain
dengan menciptakan stigma “kafir” untuk orang-orang yang berada di luar
keyakinan yang dianutnya. Pencipta karya pun merasa situasi tersebut membuat
manusia kehilangan tugasnya untuk menyebarkan cinta kasih dan damai.
Kemudian pencipta karya mempelajari sejarah agama-agama melalui
sumber-sumber literatur yang mampu mendukung proses pencarian informasi
tersebut. Setidaknya pencipta karya melakukan riset sekitar dua tahun untuk
sampai menemui ide untuk menciptakan sebuah karya dokumenter dengan topik
minimnya kebebasan hidup komunitas Yahudi di Indonesia.
Berikut adalah beberapa sumber literatur yang pencipta karya gunakan
dalam melakukan riset tentang topik yang akan diangkat pada karya dokumenter
potret “Jejak Bintang David di Nusantara”:
 Buku “Menguak Misteri Ajaran Agama-agama Besar” karya Prof. H.M. Arifin,
M.Ed.
 Buku “Yerusalem Satu Kota, Tiga Agama” karya Karen Armstrong.
 Buku “Sejarah Tuhan” karya Karen Armstrong.

45
Untuk membuat sebuah karya dokumenter tentang Yahudi, tentu pencipta
karya memerlukan akses untuk bisa bertemu dengan komunitas Yahudi yang ada
di Indonesia. Setelah melalui proses pencarian yang cukup panjang, akhirnya
pencipta karya pun bisa mendapatkan akses untuk berkenalan dengan orang
Yahudi yang tinggal di Jakarta. Proses perkenalan tersebut pun kemudian
membawa pencipta karya untuk bisa bertemu dengan komunitas Yahudi di Jakarta
yang dipimpin oleh seorang Rabbi bernama Benjamin Meijer Verbrugge. Proses
pecarian panjang pencipta karya pun membuahkan hasil. Pencipta karya
mendapatkan izin dari Rabbi Benjamin untuk bisa masuk ke dalam lingkungan
komunitas Yahudi di Jakarta guna terciptanya karya dokumenter ini.
Riset panjang tentang keberadaan Yahudi di Indonesia kemudian membuat
pencipta karya memutuskan untuk membuat dokumenter jenis potret. Dimana
dokumenter potret merupakan representasi kisah pengalaman hidup seseorang
atau pun anggota masyarakat yang dianggap hebat, unik, dan/atau menarik untuk
dibahas. Bentuk dokumenter ini umumnya berkaitan dengan human interest.
Sementara isi ceritanya bisa merupakan kritik, penghormatan, atau simpati.
Kemudian pencipta karya pun membuat skenario, daftar pertanyaan,
hingga daftar persiapan alat. Hal tersebut berguna untuk mempermudah saat
dilakukannya proses syuting. Pencipta karya selaku produser juga membuat
timeline schedule proses syuting agar tercipta iklim syuting yang rapi dan teratur.

4.1.1.2 Produksi
Produksi merupakan tahapan lanjutan setelah pra produksi, yaitu realisasi
pelaksanaan syuting dari perencanaan konsep, schedule, dan target narasumber
yang telah direncanakan. Pada tahap produksi, pencipta karya mengatur jalannya
kegiatan pengambilan gambar mulai dari pembuatan schedule hingga mengontrol
proses syuting agar sesuai dengan kebutuhan cerita. Pencipta karya sebagai
produser juga dituntut untuk terus menjalin komunikasi yang baik dengan
narasumber agar tercipta ruang harmonis. Sehingga proses syuting bisa terus
berjalan hingga kebutuhan cerita terpenuhi seluruhnya.

46
Tahap ini merupakan tahap yang paling sulit dalam proses pembuatan
karya dokumenter potret “Jejak Bintang David di Nusantara”. Itu karena proses
produksi karya dokumenter ini tidak lepas dari kejadian-kejadian di luar prediksi.
Dari skenario yang telah pencipta karya buat, ternyata tidak semua mendapatkan
izin dari komunitas Yahudi Indonesia. Sehingga pencipta karya sebagai produser
dituntut untuk berfikir taktis untuk menyelesaikan kejadian seperti ini. Dengan
bekal riset yang mendalam, pencipta karya pun bisa menggantikan kebutuhan
cerita yang sudah dituangkan dalam skenario dengan cerita baru yang didapatkan
di lapangan.

4.1.1.3 Pasca Produksi


Tahap pasca produksi menjadi tahapan yang sangat vital dalam proses
pembuatan sebuah karya dokumenter. Dimana pada penciptaan karya dokumenter
potret “Jejak Bintang David di Nusantara” ini, pencipta karya yang juga bertugas
sebagai editor menyunting gambar demi gambar yang sudah diambil pada proses
produksi. Kejelian dan kepekaan saat melakukan preview gambar menjadi
tuntutan yang sangat penting untuk dilakukan seorang editor, agar bisa membuat
struktur cerita yang baik dalam proses pembuatan karya dokumenter ini.
Selepas merampungkan semua proses syuting, pencipta karya kemudian
melakukan penyuntingan gambar mulai dari meninjau kembali gambar yang telah
diambil dan mencatat gambar mana saja yang dipakai maupun tidak terpakai.
Pada proses editing ini, pencipta karya melakukan penyusunan gambar untuk
menciptakan konstruksi cerita yang baik dan menarik untuk ditonton.
Kemudian dilanjutkan dengan menggabungkan hasil rekaman voice over
untuk mendukung konstruksi cerita yang telah dibuat. Penataan musik scoring pun
tidak kalah pentingnya untuk menciptakan unsur audio yang mampu mendukung
emosi pada cerita yang telah dibuat.
Setelah konstruksi cerita sudah tersusun dengan baik, proses selanjutnya
adalah membuat unsur-unsur grafis yang menarik dan mampu mendukung cerita.
Sehingga pesan pada karya dokumenter ini dapat tersampaikan dengan baik
kepada penonton. Pada tahapan ini juga pencipta karya sebagai editor
melakukan color

47
corection untuk mengoreksi terjadinya kesalahan warna dan pencahayaan yang
terjadi pada saat proses pengambilan gambar.
Setelah proses editing selesai, kemudian pencipta karya beserta tim
melakukan preview. Proses preview ini dilakukan sebagai evaluasi akhir untuk
final control, apakah teknis yang dilakukan pada proses editing menghasilkan
hasil yang baik atau tidak. Selain itu agar pada proses preview ini pencipta karya
dapat mengetahui apa saja kelebihan dan kekurangan dari karya dokumenter ini
sebelum dikonsumsi oleh penonton.

4.1.2 Dokumenter Potret


Dokumenter merupakan sebuah karya audio visual yang disajikan
berdasarkan kejadian yang sesungguhnya. Berbeda dengan film fiksi, dokumenter
menyajikan kejadian yang merupakan fakta yang sebenarnya terjadi tentang suatu
peristiwa. Film “Jejak Bintang David di Nusantara’’ juga merupakan film
dokumenter karena menceritakan kisah nyata tentang komunitas Yahudi di
Jakarta. Sebelum memproduksi karya dokumenter potret “Jejak Bintang David di
Nusantara ini”, pencipta karya melakukan riset panjang tentang sejarah Yahudi
dan mencari keberadaan komunitas Yahudi di Indonesia. Riset panjang tersebut
kemudian membuat pencipta karya memutuskan untuk membuat dokumenter jenis
potret. Dimana dokumenter potret merupakan representasi kisah pengalaman
hidup seseorang atau pun anggota masyarakat yang dianggap hebat, unik,
dan/atau menarik untuk dibahas. Bentuk dokumenter ini umumnya berkaitan
dengan human interest. Sementara isi ceritanya bisa merupakan kritik,
penghormatan, atau simpati.

4.1.3 Berdasarkan Penempatan Segmen


a. Segmen Pertama
Dokumenter ini dibukan dengan mengenalkan Indonesia sebagai negara
yang multikultural dan memiliki banyak agama di dalamnya. Di antara agama
resmi yang ada di Indonesia, terdapat agama yang sudah tua di Indonesia namun
tidak mendapatkan legalitas hukum. Agama itu adalah Yahudi.

48
Sentimen terhadap Yahudi di Indonesia sangatlah besar. Hal tersebut
terlihat dari banyaknya aksi demonstrasi terhadap Israel dan Yahudi itu sendiri.
Kemudian cerita masuk kepada potret Kota Jakarta. Dimana Jakarta sebagai ibu
kota negara memiliki populasi yang sangat besar dengan pluralistis di dalamnya.
Namun di antara banyaknya masyarakat dari kelompok mayoritas di Jakarta,
terdapat pula kelompok minoritas yang berjuang bertahan hidup. Kelompok
minoritas itu adalah komunitas Yahudi Indonesia.
Cerita pun berlanjut kepada pengenalan Rabbi Benjamin Meijer
Verbrugge, yang merupakan pemimpin komunitas Yahudi Indonesia.

b. Segmen Kedua
Pada segmen ini, film dokumenter ini memaparkan populasi orang Yahudi
di Indonesia. Dijelaskan pula bagaimana penyebaran awal mula masuknya agama
Yahudi di Indonesia. Gelombang pertama, bangsa Yahudi dari Yaman, Maroko,
dan Irak yang ingin berdagang. Gelombang kedua, penjelajah Portugis Vasco da
Gama ke Indonesia pada tahun 1600. Ketiga, kedatangan VOC ke Batavia.
Dimana 80% orang VOC merupakan Yahudi. Kemudian disebutkan jika di
Indonesia, agama Yahudi besar di Jakarta, Surabaya, dan Manado.
Cerita kemudian dilanjutkan dengan penuturan Rabbi Benjamin yang
menjelaskan tentang keberadaan orang Yahudi di Indonesia. Salah satu hari raya
umat Yahudi adalah Hari Raya Sukkot atau perayaan hari raya panen. Minimnya
kebebasan hidup yang dimiliki orang Yahudi membuat mereka harus melakukan
ritual ibadah dengan tertutup.
Rabbi Benjamin kemudian menceritakan tentang pengalaman pahitnya
menjadi orang Yahudi di Indonesia. Cerita tersebut dipertebal oleh Rachel
Agustin, yang juga merupakan penganut agama Yahudi di Indonesia. Ia
menceritakan kesulitan yang dialami selama menjadi orang Yahudi di Indonesia.
Penghancuran sinagogue di Surabaya pun menjadi peristiwa yang paling tidak
terlupakan oleh Rabbi Benjamin. Sentimen negatif tersebut bahkan membuatnya
menjadi trauma.

49
c. Segmen Ketiga
Cerita kemudian dilanjutkan dengan memperlihatkan realitas minimnya
kebebasan hidup orang Yahudi di Indonesia. Salah satunya terlihat dari proses
pernikahan orang Yahudi di Indonesia. Orang Yahudi harus menggelar
pernikahan jauh dari keramaian agar terhindar dari sentimen negatif di Indonesia.
Selain itu mereka juga harus meminjam sertifikat pernikahan agama lain sebagai
syarat catatan sipil pernikahan.
Saefudin Syafi’I yang merupakan Kepala Pusat Kerukunan Umat
Beragama Kementerian Agama, juga turut hadir pada dokumenter ini. Ia
menjelaskan tentang bagaimana sikap pemerintah terhadap keberadaan orang
Yahudi di Indonesia.
Cerita pun ditutup dengan harapan-harapan Rabbi Benjamin dan Rachel
Agustin untuk agama Yahudi di Indonesia. Mereka berharap agar para penganut
Yahudi di Indonesia bisa mendapatkan kesamaan hak yang sama dengan warga
negara Indonesia yang lainnya. Lebih dari itu, mereka pun berharap adanya
edukasi dari pemerintah atau pun kesadaran masyarakat Indonesia untuk tidak lagi
menciptakan sentimen negatif terhadap orang Yahudi.

4.1.4 Analisis Karya


Terdapat beberapa bagian dalam menganalisa karya yang telah
diselesaikan. Di antaranya analisa yang terbentuk dalam SWOT, prospek karya,
serta pembahasan secara menyeluruh.
1. Strenght/Kekuatan
Strength (Kekuatan) pada karya dokumenter terletak pada ide cerita yang
sangat menarik dan jarang diketahui masyarakat umum mengingat komunitas
Yahudi Indonesia sangat tertutup dengan kehadiran orang asing. Pencipta karya
pun sangat meyakini jika karya dokumenter ini akan menjadi pengetahuan baru
bagi sebagian besar masyarakat Indonesia.
2. Weakness (Kelemahan)
Weakness (Kelemahan) pada karya dokumenter ini terletak pada proses
pengambilan gambar. Dimana pencipta karya melakukan pengambilan gambar
hanya seorang diri saat berada di komunitas Yahudi Indonesia. Komunitas Yahudi

50
yang sangat tertutup dengan kehadiran orang asing membuat pencipta karya tidak
diizinkan membawa tim untuk melakukan proses pengambilan gambar. Hal
tersebut berdampak pada tidak cukup maksimalnya gambar yang dihasilkan.
Ruang gerak pencipta karya yang dibatasi juga membuat gambar yang seharusnya
bisa sangat vatiatif menjadi berkurang.
3. Opportunity (Peluang)
Opportunity (Kesempatan) pada karya dokumenter ini membuat pencipta
karya dapat mempunyai sebuah karya yang bermanfaat dalam mencerdaskan
kehidupan berbangsa dan bernegara. Dimana sesuai dengan tujuan pencipta karya
dalam menciptakan karya dokumenter ini adalah agar masyarakat Indonesia dapat
menjadi masyarakat yang memiliki toleransi beragama yang tinggi. Sehingga
tidak ada lagi prasangka dan kebencian mendalam yang mengatasnamakan agama.
4. Treath (Ancaman)
Treath (Ancaman) yang mungkin akan terjadi dari terciptakan karya
dokumenter ini adalah kontroversi yang terjadi di masyarakat Indonesia.
Mengingat sentimen negatif Yahudi yang sangat besar di Indonesia membuat
masyarakat mayoritas akan cenderung bersikap defensive terhadap kebenaran-
kebenaran yang diceritakan pada karya dokumenter ini.

4.1.2 Positioning/Posisi
Dokumenter yang pencipta karya buat ini ditargetkan untuk masyarakat
usia di atas 18 tahun. Dimana pada usia tersebut dirasa sudah memiliki
pengetahuan yang cukup tentang konsep agama, ketuhanan, dan toleransi.
Sehingga pesan yang disampaikan dalam karya dokumenter ini akan lebih tepat
sasaran.

4.1.3 Prospek Karya


Prospek karya yang pencipta karya harapkan dari karya dokumenter ini
adalah agar dokumenter ini bisa ditayangkan di berbagai festival-festival film baik
nasional bahkan hingga internasional. Selain untuk menyebarluaskan pesan pada
dokumenter ini, pencipta karya juga berharap bisa mendapatkan apresiasi dan
penghargaan dari berbagai festival dan juga masyarakat Indonesia.

51
4.2 Laporan Penciptaan Karya
Proses kerja produksi film dokumenter tentu tidak luput dari kendala yang
menyertai di dalamnya, baik kendala teknis maupun kendala nonteknis. Begitu
pula proses produksi dokumenter potret “Jejak Bintang David di Nusantara” yang
tidak lepas dari kendala yang harus dihadapi. Pencipta karya melaporkan kendala
yang dihadapi pada proses penciptaan karya ini.

4.2.1 Perubahan Perencanaan Produksi


Pembuatan sebuah karya tentu tidak terlepas dari kendala. Proses
pembuatan dokumenter potret “Jejak Bintang David di Nusantara” ini juga tidak
lepas dari lika- liku yang harus pencipta karya hadapi. Salah satu yang tersulit
adalah perubahan perencanaan produksi. Pada proses perencanaan produksi,
pencipta karya sudah membuat konsep cerita yang dirasa sangat menarik. Tapi
kenyataannya di lapangan pencipta karya tidak bisa bebas melakukan apa yang
pencipta karya inginkan karena komunitas Yahudi merupakan komunitas yang
sangat tertutup. Situasi tersebut membuat pencipta karya harus membuang
beberapa konsep cerita yang dirasa sangat menarik dan memutar otak untuk bisa
mendapatkan cerita menarik lainnya tanpa mengganggu privasi komunitas Yahudi
itu sendiri.

4.2.2 Kendala dan Keterbatasan Penciptaan Karya


Kendala dan keterbatasan yang dialami pada penciptaan karya ini terletak
pada proses pengambilan gambar. Dimana pencipta karya melakukan
pengambilan gambar hanya seorang diri saat berada di komunitas Yahudi
Indonesia. Komunitas Yahudi yang sangat tertutup dengan kehadiran orang asing
membuat pencipta karya tidak diizinkan membawa tim untuk melakukan proses
pengambilan gambar. Hal tersebut berdampak pada tidak cukup maksimalnya
gambar yang dihasilkan. Ruang gerak pencipta karya yang dibatasi juga membuat
gambar yang seharusnya bisa sangat vatiatif menjadi berkurang.

52
4.3 Karya Pendukung dan Strategi Promosi
Sebuah karya yang tercipta tidak akan berarti tanpa adanya promosi dan
publikasi. Promosi dan publikasi bertujuan untuk menyebarluaskan sebuah karya
untuk bertemu dengan penontonnya, termasuk juga dengan karya dokumenter
potret “Jejak Bintang David di Nusantara”. Untuk membuat karya dokumenter ini
bertemu dengan penontonnya, pencipta karya menggunakan strategi promosi
menyebarkan karya dokumenter ini melalui festival film dokumenter. Pencipta
karya memilih festival film karena festival film merupakan titik temu antara karya
dengan penonton. Dengan begitu, karya akan berada pada tempat yang eksklusif
dan tepat sasaran. Eksklusif yang dimaksud adalah sebuah karya akan
diperlakukan dengan baik dan meminimalisir dari tindak pembajakan. Selain itu,
tujuan pencipta karya untuk mempublikasi karya dokumenter lewat festival film
adalah untuk menilai apakah karya dokumenter milik pencipta karya bisa
dianggap baik oleh dewan juri dari festival tersebut. Jika baik, pencipta karya
berharap untuk bisa mendapatkan penghargaan. Namun jika tidak baik, hal
tersebut akan menjadi evaluasi untuk pencipta karya agar bisa menciptakan karya
yang lebih baik lagi ke depannya.

4.3.1 Festival Film Dokumenter Jogja


Festival Film Dokumenter (FFD) merupakan titik temu sekaligus perayaan
tahunan bagi para pegiat dan penikmat film dokumenter Indonesia. Perhelatan ini
diselenggarakan oleh Forum Film Dokumenter, sebuah lembaga nonprofit
berbasis di Yogyakarta yang bergerak di bidang riset, pengarsipan, dan apresiasi
film dokumenter untuk tujuan pendidikan dan distribusi pengetahuan. Tahun 2020
ini, FFD membuka Call For Entries untuk Program Kompetisi. Terdapat empat
kategori yang kami buka dalam Program Kompetisi. Pertama, kategori
Dokumenter Panjang Internasional dibuka untuk film-film dokumenter berdurasi
di atas 40 menit yang diproduksi oleh pembuat film dari seluruh dunia. Kedua,
kategori Dokumenter Panjang Indonesia dibuka untuk film-film dokumenter
berdurasi di atas 40 menit yang diproduksi oleh pembuat film
berkewarganegaraan Indonesia. Ketiga, kategori Dokumenter Pendek bagi film-
film dokumenter Indonesia berdurasi

53
maksimal 40 menit. Keempat, kategori Dokumenter Pelajar ditujukan bagi film-
film dokumenter karya pelajar Indonesia setingkat SMP (Sekolah Menengah
Pertama) hingga SMA (Sekolah Menengah Atas) atau sederajat.
Dari seluruh submisi yang masuk, FFD akan memilih beberapa film untuk
dijadikan nominasi final. Selanjutnya, film-film terpilih akan didiskusikan
kembali oleh juri-juri undangan untuk menentukan film terbaik yang berhak
mendapatkan penghargaan: Dokumenter Panjang Internasional Terbaik,
Dokumenter Panjang Indonesia Terbaik, Dokumenter Pendek Terbaik,
Dokumenter Pelajar Terbaik. Pendaftaran dan pengiriman film untuk semua
kategori ditutup pada tanggal 5 Agustus 2020. Pencipta karya pun mendaftarkan
film dokumenter potret “Jejak Bintang David di Nusantara” pada Festival Film
Dokumenter Jogja ini. Berikut pencipta karya lampirkan proses submit karya pada
laman ofisial Festival Film Dokumenter Jogja.

54
Gambar 4.1
Proses Submit Film Dokumenter Potret “Jejak Bintang David
di Nusantara” Pada Festival Film Dokumenter Jogja

55
Gambar 4.2
Proses Submit Film Dokumenter Potret “Jejak Bintang David di
Nusantara” Pada Festival Film Dokumenter Jogja

56
4.3.2 Poster
Poster berfungsi sebagai media promosi dan identitas sebuah film, poster
film sebagai suatu bentuk produk desain grafis, saat ini juga telah menjadi suatu
bentuk karya seni. Desain poster yang dibuat menarik juga dapat menjadi sebuah
karya seni yang mengangkat nilai jual sebuah film. Di samping harus mampu
mewakili produk karya film itu sendiri, poster yang mempunyai nilai estetika
yang tinggi akan mempunyai nilai tambah, karena poster tersebut membangun
rasa ketertarikan dan tetap melekat dalam ingatan khalayak pemirsa. Berikut
adalah poster film dokumenter potret “Jejak Bintang David di Nusantara”.

Gambar 4.3
Poster Film Dokumenter Potret “Jejak Bintang David di Nusantara”

57
BAB V
EVALUASI DAN SIMPULAN

5.1 Evaluasi
Dari penciptaan karya dokumenter potret "Jejak Bintang David di
Nusantara" ini, pencipta karya sebagai seorang produser melakukan evaluasi
terhadap karya dokumenter yang telah diciptakan. Pencipta karya mengevaluasi
seluruh proses pembuatan karya dokumenter ini, mulai dari proses pra produksi,
produksi, hingga pasca produksi.

5.1.1 Pra Produksi


Tahap pra produksi adalah tahap awal yang dilakukan pencipta karya
dalam proses pembuatan karya dokumenter potret “Jejak Bintang David di
Nusantara”. Untuk membuat karya dokumenter ini, pencipta karya sudah
melakukan riset setidaknya sekitar dua tahun dari berbagai literatur. Hal tersebut
sangat berguna untuk mendapatkan fakta dan data yang akurat, sehingga tidak
terjadi kesalahan dalam penyampaian pesan pada karya dokumenter ini.
Setelah melakukan riset yang mendalam, proses selanjutnya tidak kalah
sulitnya. Pencipta karya harus mencari informasi langsung terkait keberadaan
komunitas Yahudi di Indonesia. Beberapa kali pencipta karya mendapatkan
penolakan, itu karena komunitas Yahudi yang memang sangat tertutup dengan
kehadiran orang asing. Namun setelah meyakinkan dengan kesungguhan, pencipta
karya pun mendapatkan izin untuk mendokumentasikan kehidupan komunitas
Yahudi Indonesia.
Pada proses observasi dengan bertemu dengan Rabbi Benjamin yang
merupakan pemimpin komunitas Yahudi di Indonesia, pencipta karya kemudian
memutuskan untuk membuat dokumenter dengan jenis potret. Dokumenter potret
merupakan jenis yang tepat untuk menyampaikan pesan lewat karya dokumenter
ini. Itu karena dokumenter jenis potret dapat mengupas aspek human interest dari
seseorang atau suatu kelompok. Lewat dokumenter potret ini, pencipta karya ingin
menampilkan sudut pandang komunitas Yahudi di Indonesia yang selama ini
hidup

66
dalam belenggu minimnya kebebasan hidup. Dengan masuk kepada sudut
pandang tersebut, pencipta karya berharap akan memunculkan simpati kepada
penonton. Dengan begitu, diharapkan pesan yang disisipkan dalam dokumenter
potret “Jejak Bintang David di Nusantara” ini dapat tersampaikan dengan baik
kepada penonton. Karena sesuai dengan tujuan dari pembuatan karya dokumenter
ini, pencipta karya ingin menyampaikan pesan edukasi kepada penonton terhadap
stigma “kafir” terhadap orang Yahudi di Indonesia. Agar tidak ada lagi kebencian
yang ditimbulkan dengan mengatasnamakan agama.
Setelah menentukan jenis dokumenter yang akan dibuat, kemudian
pencipta karya pun membuat skenario, daftar pertanyaan, hingga daftar persiapan
alat. Hal tersebut berguna untuk mempermudah saat dilakukannya proses syuting.
Pencipta karya selaku produser juga membuat timeline schedule proses syuting
agar tercipta iklim syuting yang rapi dan teratur.

5.1.2 Produksi
Pada tahap produksi, pencipta karya mengatur jalannya kegiatan
pengambilan gambar mulai dari pembuatan schedule hingga mengontrol proses
syuting agar sesuai dengan kebutuhan cerita. Pencipta karya sebagai produser juga
dituntut untuk terus menjalin komunikasi yang baik dengan narasumber agar
tercipta ruang harmonis. Sehingga proses syuting bisa terus berjalan hingga
kebutuhan cerita terpenuhi seluruhnya.
Meski demikian, proses produksi juga tidak lepas dari kejadian-kejadian di
luar prediksi. Dari skenario yang telah pencipta karya buat, ternyata tidak semua
mendapatkan izin dari komunitas Yahudi Indonesia. Sehingga pencipta karya
sebagai produser dituntut untuk berfikir taktis untuk menyelesaikan kejadian
seperti ini.
Pada konsep dokumenter potret yang sudah dibuat pada tahap pra
produksi, pencipta karya ingin mengulik lebih dalam tentang aktivitas keseharian
orang Yahudi selama hidup di Indonesia. Seperti bagaimana bentuk komunikasi
mereka dengan lingkungan sekitar, bagaimana tanggapan tetangga sekitar jika
mengetahui mereka adalah orang Yahudi, atau bahkan tidak ada satu orang pun
di lingkungan

67
sekitar mereka yang mengetahui identitas mereka, hingga melihat bagaimana
anak- anak mereka bersekolah dan beraktivitas dengan teman-temannya. Dengan
konsep dokumenter potret ini, pencipta karya sangat ingin menampilkan
bagaimana cara orang Yahudi bertahan hidup di Indonesia.
Berbagai tindakan persuasif sudah pencipta karya lakukan terhadap Rabbi
Benjamin dan komunitas Yahudi di Jakarta agar diberikan kebebasan untuk
mengambil gambar tersebut pada proses produksi. Namun realitasnya pencipta
karya tidak diberikan izin kebebasan mengambil gambar. Pasalnya Rabbi
Benjamin menilai hal itu dapat membahayakan komunitasnya sendiri, karena
berpotensi menimbulkan keramaian dan membuat identitas mereka diketahui
orang luas.
Namun dengan bekal riset yang mendalam, pencipta karya pun bisa
menggantikan kebutuhan cerita yang sudah dituangkan dalam skenario dengan
cerita baru yang didapatkan di lapangan.

5.1.3 Pasca Produksi


Tahap pasca produksi menjadi tahapan yang sangat vital dalam proses
pembuatan sebuah karya dokumenter. Dimana pada penciptaan karya dokumenter
potret “Jejak Bintang David di Nusantara” ini, pencipta karya yang juga bertugas
sebagai editor menyunting gambar demi gambar yang sudah diambil pada proses
produksi. Kejelian dan kepekaan saat melakukan preview gambar menjadi
tuntutan yang sangat penting untuk dilakukan seorang editor, agar bisa membuat
struktur cerita yang baik dalam proses pembuatan karya dokumenter ini.
Tidak jarang pencipta karya harus membongkar pasang timeline project
saat proses editing. Terlebih pencipta karya harus bisa menyusun cerita agar
konsep potret yang sudah disusun untuk memberikan informasi dari sudut
pandang orang Yahudi di Indonesia dapat tersampaikan dengan baik kepada
penonton. Pada proses pasca produksi ini, pencipta karya juga membuat voice
over untuk menjelaskan informasi-informasi yang jarang diketahui orang
masyarakat Indonesia tentang agama dan komunitas Yahudi itu sendiri. Sehingga
diharapkan dapat menimbulkan ketertarikan dan keingintahuan terhadap penonton
yang melihatnya. Pencipta karya sebagai editor tentu memiliki tuntutan untuk bisa
membuat struktur bercerita yang
68
baik dan menjaga tensi film tanpa menghilangkan pesan yang akan disampaikan.
Pertimbangan-pertimbangan seperti menarik perhatian penonton dan menjaga
mood penonton tentu sangat difikirkan dalam proses editing karya dokumenter
ini.

5.1.4 Screening Karya


Screening karya atau pemutaran karya adalah sebuah acara dimana sebuah
karya diputar atau dipamerkan untuk dipertunjukkan kepada khalayak atau
penonton. Tidak terkecuali dengan film dokumenter potret “Jejak Bintang David
di Nusantara”, pencipta karya juga menyelenggarakan screening pemutaran film
ini. Pencipta karya mengundang sejumlah penonton untuk turut hadir dalam
screening film ini. Hanya saja, proses penyelenggaraan screening film ini berbeda
dari acara screening pada umumnya. Karena proses pembuatan film dokumenter
ini bertepatan dengan pandemi Covid-19, pencipta karya pun memanfaatkan
kecanggihan teknologi untuk menggelar screening dengan virtual.
Setelah memutar film dokumenter potret “Jejak Bintang David di
Nusantara” melalui screening virtual, pencipta karya membagikan kuisioner
kepada penonton untuk mendapatkan respon setelah menonton film tersebut. Dari
kuisioner yang terkumpul, pencipta karya menerima respon positif dari
terciptanya karya dokumenter ini. Penonton pada screening tersebut menyatakan
jika pesan pada film tersebut tersampaikan dengan baik kepada penonton.
Pengemasan dokumenter potret ini juga dinilai memberikan sudut pandang yang
konsisten dari sisi kehidupan orang Yahudi di Indonesia. Penonton juga
memberikan tanggapan mereka terkait kelebihan dan kekurangan dari film “Jejak
Bintang David di Nusantara” untuk selanjutkan akan dijadikan bahan evaluasi
pencipta karya untuk membuat karya yang lebih baik lagi ke depannya.

5.1.4.1 Pesan yang Terkandung Dalam Karya Menurut Penonton


Dari kuisioner yang dibagikan kepada penonton setelah menonton film
dokumenter potret “Jejak Bintang David di Nusantara”, penonton mengatakan jika
pesan yang pencipta karya berikan melalui karya tersebut tersampaikan dengan
baik. Menurut penonton, ide yang menarik dan riset yang mendalam membuat
karya
69
dokumenter ini memiliki cerita yang baik. Penonton pun berharap pesan untuk
meningkatkan toleransi terhadap sesama manusia dapat tersebarluaskan melalui
karya dokumenter ini.

5.1.4.2 Kelebihan Karya Menurut Penonton


Film dokumenter potret “Jejak Bintang David di Nusantara” mendapatkan
respon yang baik dari penonton. Dari semua penonton yang menghadiri screening
virtual, hampir semuanya mengatakan jika kelebihan yang sangat terlihat dari film
ini terletak pada editingnya. Penyuntingan struktur cerita yang rapi dinilai
penonton tidak membuat bosan saat menontonnya.

5.1.4.3 Kekurangan Karya Menurut Penonton


Setiap karya yang diciptakan lumrahnya tidak lepas dari kekurangan.
Perspektif yang berbeda dari setiap individu pun turut membuat terciptanya
banyak pendapat dari sebuah karya. Terciptanya film dokumenter potret “Jejak
Bintang David di Nusantara” pun tidak lepas dari kekurangan menurut sudut
pandang penonton. Dari kuisioner yang ditanggapi penonton pada screening
virtual film tersebut, Sebagian penonton menyoroti kekurangan teknis yang
terdapat pada film “Jejak Bintang David di Nusantara”. Dimana terdapat beberapa
gambar yang dinilai over exposure dan seharusnya bisa dihasilkan gambar yang
lebih baik lagi. Sementara Sebagian yang lain menilai dari segi isi pesan. Dimana
sebaiknya dilakukan penambahan narasumber dari masyarakat umum atau dari
tokoh lintas agama untuk memperkaya cerita pada film.
Terlepas dari kekurangan yang disampaikan menurut sudut pandang
penonton, pencipta karya menanggapi semuanya dengan sangat positif. Pencipta
karya pun berharap film dokumenter potret ‘Jejak Bintang David di Nusantara” ini
dapat menjadi pengalaman berkarya yang dapat membawa banyak ilmu lagi untuk
pribadi pencipta karya.

70 Universitas Budi Luhur


5.1.4.4 Testimoni Penonton
Dari sejumlah respon yang pencipta karya kumpulkan dari hasil screening
virtual film dokumenter potret “Jejak Bintang David di Nusantara”, berikut
beberapa testimoni yang diberikan penonton.

 Greg Arya (Editor Film, Peraih Penghargaan Penyunting Gambar


Terbaik Festival Film Indonesia 2019)
“Film ini secara topik menarik, eksekusi secara teknis bagus. Hanya saja
topik yang disajikan kurang digali lebih dalam lagi. ”

 Ismail Fahmi Lubis (Sutradara Film Dokumenter, Peraih


Penghargaan Film Dokumenter Panjang Terbaik Festival Film
Indonesia 2019) “Film ini oke agar penonton tahu adanya agama Yahudi
di Indonesia, walaupun sulit tetap ada mereka. Sudah cukup untuk naik di
TV nasional.”

 Sofia Setyorini (Pengamat Film, Juri Festival Film Dokumenter)


“Salut mau mengangkat isu minoritas dan sensitif ini, dibutuhkan nyali
nih. Konfik pada film ini masih terbilang flat, seharusnya bisa
diperlihatkan bagaimana kehidupan bermasyarakatnya, bagaimana
tetangga menilainya, atau bagaimana anak-anaknya di sekolah.’’

 Safriadi (Wartawan Senior Metro TV)


“Top, keren ini barang. Secara cerita layak sekali, layak juga naik ke TV.
Pasti ada kontroversi. Ada kekurangan pasti, tapi kamu sudah berbuat.
Salut.”

 Rabbi Benjamin Meijer Verbrugge (Pemimpin Komunitas Yahudi


Indonesia UIJC)
“Film ini jadi pesan yang sangat bagus untuk menyebarkan pesan cinta
kasih dan damai. Tidak perlu kita melakukan aksi anarkis dan berdebat
tentang agama. Film ini sudah membawa pesan yang sangat baik.”

71
5.2 Rekomendasi Karya
Terselesaikannya penciptaan karya ini yang dimulai dari tahap pra
produksi, produksi, hingga pasca produski membuat pencipta bersemangat untuk
kembali menciptakan karya-karya film lagi ke depannya. Melalui karya ini
pencipta banyak mendapatkan pengetahuan baru yang tentunya akan menjadi
pengalaman berharga untuk menciptakan karya-karya selanjutnya. Melalui proses
penciptaan karya ini, pencipta karya belajar bagaimana cara berkomunikasi dan
menjalin hubungan yang baik dengan orang-orang baru yang selama ini hidup
sebagai kelompok minoritas. Pencipta karya juga belajar menjalin kerja sama
dalam sebuah tim, serta menghargai setiap personal di dalam tim tanpa
meremehkan seorang pun. Sehubungan dengan hal tersebut, pencipta karya
bermaksud memberikan masukan kepada pembaca hasil laporan penulisan ini,
penonton, dan juga calon pencipta karya berikutnya yang mungkin terinspirasi
dari karya dokumenter ini.

5.2.1 Rekomendasi untuk Pembaca Tugas Akhir


Sebagai rekomendasi, pencipta karya telah melakukan usaha yang terbaik
untuk menyelesaikan karya dokumenter dan penulisan ini. Bagi pembaca,
diharapkan untuk melihat terlebih dahulu format penulisan yang pencipta
gunakan, karena perubahan format penulisan selalu berubah setiap periodenya.
Oleh karena itu, isi dalam setiap bab juga akan berbeda.
Berikut ini adalah rekomendasi pencipta karya kepada pembaca hasil
laporan Tugas Akhir. Apabila akan menciptakan karya yang memiliki kesamaan
dalam format karya:
a. Sebelum membuat sebuah produksi dokumenter, hendaknya kita
memahami dahulu apa saja jenis-jenis dokumenter.
b. Untuk memulai sebuah kegiatan produksi, hendaknya kita memiliki ide,
tema yang matang dan konsep yang jelas. Sehingga pesan yang akan
disampaikan pada karya dokumenter akan tepat sasaran.
c. Film adalah sebuah media komunikasi audio visual untuk menyampaikan
pesan kepada orang lain. Oleh sebab itu pesan yang disampaikan pada
sebuah film harus dikemas dengan menarik.

72
5.2.2 Rekomendasi untuk Penonton Karya
Karya dokumenter ini disajikan dengan berisi data dan fakta dari sumber
literatur yang dapat dipertanggungjawabkan. Mengingat tema film yang mungkin
bisa memicu kontroversi, diharapkan kepada penonton untuk dengan bijak
mengambil pesan positif dari karya dokumenter ini. Bagi yang ingin menonton
dokumenter ini bisa menghubungi pihak petugas perpustakaan atau pun petugas
laboratorium Broadcast Journalism Universitas Budi Luhur, dan diharapkan juga
menonton dengan syarat yang ditentukan oleh pihak terkait.

5.2.3 Rekomendasi untuk Pencipta Karya Selanjutnya


Dalam proses penciptaan karya, banyak hal-hal yang harus dipelajari dan
dipersiapkan terlebih dahulu dengan sebaik-baiknya. Oleh karena itu pencipta
karya ingin memberikan masukan kepada calon pencipta karya berikutnya,
khususnya yang berperan sebagai produser agar dapat membuat dan
menyelesaikan karyanya dengan baik. Berikut saran pencipta karya:
1. Membuat ide dan konsep semanarik mungkin, dan menggali sedalam-
dalamnya informasi mengenai ide dan konsep yang akan dibuat. Hal ini
bertujuan agar mempermudah pencipta untuk menjalankan produksi pada
saat di lapangan.
2. Memilih rekan kerja yang berkualitas untuk membuat sebuah tim. Jika
bisa, pilih rekan yang memang mengerti dan memiliki pengalaman dalam
pembuatan karya dokumenter.
3. Usahakan persiapkan ide dan konsep dengan matang ketika saat
mengajukan kepada dosen pembimbing karya yang bersangkutan.
4. Perhitungkan budget dengan benar, baik untuk pelaksanaan riset maupun
produksi.
5. Siapkan budget untuk biaya tak terduga, karena dalam proses produksi
pasti akan terjadi hal-hal yang tidak pernah terpikirkan sebelumnya.
6. Lakukan riset yang panjang untuk mendapatkan informasi yang mendalam.
7. Dalam membuat sebuah karya dokumenter membutuhkan waktu yang

73
sangat lama, sehingga bagi para pencipta harus bisa mempertimbangkan
dan membuat timeline schedule yang baik.
8. Kondisikan semua yang berhubungan dengan pendukung teknis maupun
nonteknis.
9. Sebagi produser harus aktif dalam situasi dan kondisi apapun.
10. Terus menjaga komunikasi yang baik dengan seluruh narasumber yang
bersangkutan.
11. Pastikan semua pembagian tugas telah disepakati dan dipahami bersama
dengan tim produksi, hal ini agar tidak terjadi kekeliruan dan saling
menyalahkan satu sama lain.
12. Seorang produser juga harus bisa mengontrol proses produksi dan mengatur
budget produksi dengan sebaik-baiknya.
13. Sebelum meninggalkan lokasi syuting, alangkah lebih baiknya jika
memeriksa semua peralatan syuting yang telah digunakan, perlengkapan-
perlengkapan lainnya, serta me-review hasil rekaman setiap selesai
syuting.

5.3 Simpulan
Dari keseluruhan proses penciptaan karya dokumenter potret "Jejak
Bintang David di Nusantara", pencipta karya menilai pesan pada karya
dokumenter ini tersampaikan dengan baik kepada penonton. Pengemasan
dokumenter potret ini juga dinilai memberikan sudut pandang yang konsisten dari
sisi kehidupan orang Yahudi di Indonesia.
Pencipta karya juga memaparkan simpulan yang dibagi menjadi dua poin,
yaitu kelayakan karya dan implementasi dampak langsung serta dampak tidak
langsung terhadap khalayak yang menonton karya dokumenter ini.

5.3.1 Kelayakan Karya


Karya yang telah berhasil diselesaikan oleh pencipta karya sebagai
produser ini memiliki kelayakan untuk ditonton publik. Dalam penciptaan karya
ini, pencipta karya telah mengikuti panduan dan prosedur sesuai dengan landasan-
landasan teori yang telah ada, serta syarat-syarat dalam membuat program
dokumenter.

74
Isi dalam karya dokumenter ini mengandung informasi yang dapat
menambah wawasan masyarakat luas mengenai keberadaan komunitas Yahudi di
Indonesia sebagai potret kaum minoritas serta agar tercipta harmonisasi dalam
kerukunan umat beragama di Indonesia. Konsep kreatif yang telah dibuat beserta
pemaparan oleh para narasumber, serta disuguhkan berdasarkan data dan fakta,
diharapkan film ini akan bermanfaat bagi masyarakat luas.

5.3.2 Implementasi Dampak Terhadap Khalayak


Dalam karya dokumenter ini berisi hal-hal baru mengenai informasi dan
pesan yang terdapat di dalamnya. Sehingga akan timbul dampak terhadap
khalayak yang menonton karya dokumenter ini, baik itu dampak langsung
maupun dampak tidak langsung.

5.3.2.1 Dampak Langsung


Dampak yang langsung dapat dirasakan oleh penonton yang menyaksikan
karya dokumenter ini yaitu penambahan wawasan dan informasi. Penonton akan
mendapatkan informasi mengenai mengenai keberadaan komunitas Yahudi di
Indonesia sebagai potret kaum minoritas. Konsep potret yang disajikan pada
dokumenter ini juga memberikan sudut pandang orang Yahudi yang jarang
diketahui masyarakat Indonesia tentang minimnya kebebasan hidup mereka.

5.3.2.2 Dampak Tidak Langsung


Dampak tidak langsung yang dirasakan oleh penonton adalah dapat
memberikan pesan kepada penonton bahwa sejatinya agama selalu mengajarkan
untuk menyebarkan cinta kasih dan selalu menghormati sesama. Agar suatu hari
Indonesia bisa menjadi negara yang penuh cinta kasih dan damai. Dimana tidak
ada lagi prasangka dan kebencian mendalam yang mengatasnamakan agama.

75
DAFTAR PUSTAKA

Afdjani, Hadiono. 2013. Proses dan Strategi Edisi Pertama. Tangerang : Empat
Pena Publishing, 2013.

Ardianto, Elvinaro. 2014. Komunikasi Massa Suatu Pengantar Edisi Pertama.


Bandung : Simbiosa Rekatama, 2014.

Arifin, Prof. HM. 2002. Menguak Misteri Ajaran Agama-agama Besar. Jakarta :
PT. Golden Trayon Press, 2002.

Ayawaila, Gerzon R. 2008. Dokumenter Dari Ide Sampai Produksi Cetakan


Kedua. Jakarta : FFTV-IKJ, 2008.

Baskoro, Adi. 2009. Panduan Praktis Searching di Internet. Jakarta : PT. Trans
Media, 2009.

Cangara, Hafied. 2006. Pengantar Ilmu Komunikasi. Jakarta : PT Raja Grafindo


Persada Cangara, 2006.

Effendy, Heru. 2002. Mari Membuat Film Panduan Menjadi Produser.


Yogyakarta : Panduan dan Yayasan Konfiden\, 2002.

Fachruddin, Andi. 2015. Cara Kreatif Memproduksi Program Televisi.


Yogyakarta : CV Andi Offset, 2015.

Fachruddin, Andi. 2012. Dasar-dasar Produksi Televisi Edisi Pertama. Jakarta :


Kencana, 2012.

Fachruddin, Andi; Well, Paul;. 2012. Dasar-dasar Produksi Televisi Edisi


Pertama. Jakarta : Kencana, 2012.

KN, Anto Mabruri. 2013. Manajemen Produksi Program Acara Televisi Format
Acara Drama. Jakarta : PT. Grasindo, 2013.

KN, Anton Mabruri. 2018. Produksi Program TV Non-Drama. Jakarta : PT.


Gramedia, 2018.

76
Kutanto, Haronas. 2016. Dokumenter FIlm dan Televisi. Jakarta : FDBL, 2016.

Muslimah, Nurul. 2018. Bikin Film Yuk! Yogyakarta : Araska, 2018.

Pratista, Himawan. 2008. Homerian Pustaka. Yogyakarta : Homerian Pustaka,


2008.

Vera, Nawiroh. 2008. Pengantar Komunikasi Massa Edisi Pertama. Jakarta :


Renata Pratama MEdia, 2008.

Widagdo, Wahyu; Gora, Winastwan;. 2004. Bikin Sendiri Film Kamu Edisi
Pertama. Yogyakarta : Anindya, 2004.

Sumber Online:

https://tirto.id/berkenalan-dengan-komunitas-yahudi-indonesia-bV9E, diakses
pada 27-10-2018, pukul 21.37 WIB

https://www.suara.com/news/2019/04/10/073500/yahudi-ortodoks-di-jakarta-
hidup-melawan-stigma-meretas-jalan-pengakuan, diakses pada 10-6-2019 , pukul
19.27 WIB
LAMPIRAN

Behind The Scene


Link Google Drive Private Film Dokumenter Potret “Jejak Bintang David di
Nusantara”

Anda mungkin juga menyukai