Anda di halaman 1dari 21

PROPOSAL PENELITIAN

REPRESENTASI BUDAYA AFRIKA DALAM FILM BLACK PANTHER

Disusun Oleh :

Nama : Wahyu Darmawan

Nim : 51118143

Jurusan : Ilmu Komunikasi

Dosen : Liza Diniarizky Putri, S.I.P, M.Kesos M.Ikom

PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI

FAKULTAS ILMU SOSIAL, POLITIK, DAN HUKUM

UNIVERSITAS SERANG RAYA

2021

BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Film merupakan gambaran dari fenomena sosial yang diperkenalkan melalui

jenis gambar bergerak yang bersuara. Film tersebut menjadi korespondensi massal

karena film tersebut menjadi sebuah cara untuk menyampaikan pesan kepada

masyarakat luas. Pesan-pesan yang disampaikan dalam film mengambil struktur

yang berbeda mulai dari pesan, data, pengalihan yang hebat bergantung pada misi

produser film. Dalam film kita dapat menceritakan sebuah kisah singkat dan

membuat pengalihan dan dapat menonjol bagi orang-orang dengan masalah dan

pesan yang disampaikan dalam film tersebut. Seperti yang mungkin kita ketahui,

film saat ini menjadi hiburan bagi masyarakat sekitar, film merupakan tontonan

masyarakat untuk menikmati hiburan dengan cara yang sederhana dan juga tidak

perlu terlalu mahal. Film ini dibagi menjadi dua bagian, menjadi fiksi spesifik dan

nyata, film fiksi adalah film yang menceritakan pemikiran produser yang

diperankan oleh seorang entertainer dan bersifat bisnis. Sementara film yang dapat

diverifikasi adalah film yang bergantung pada dunia nyata, itu juga dapat disebut

sebagai cerita asli.

Film dapat dikatakan sebagai modus korespondensi massal apabila pesan dari

film tersebut dapat ditangkap atau dirasakan oleh khalayak, maka film tersebut

sesekali akan membuat khalayak menjadi penghibur dalam film tersebut. Pesan

yang disampaikan dalam film tidak hanya berupa pesan atau data yang layak saja,

pesan dalam film dapat dibundel oleh produser, khususnya film fiksi untuk
memberikan pesan yang berbeda seperti analisis, kegelisahan, atau apa pun yang

dirasakan sebagai sebuah film. Pesan yang disampaikan dalam film tersebut juga

dapat menjawab apa yang dirasakan oleh orang banyak atau orang banyak pada

saat itu. Saat ini, film adalah hiburan yang paling disukai untuk daerah yang lebih

luas, dengan film menjadi hiburan publik. Saat ini, dunia hiburan sedang bersaing

untuk membuat dan menampilkan berbagai jenis film dan cerita. Seperti yang

mungkin kita ketahui, banyak dunia hiburan di planet ini yang memiliki nama

yang sangat terkenal, misalnya dunia hiburan Bollywood dan terlebih lagi

Hollywood, kedua monster raksasa ini selalu bersaing dalam pembuatan film

setiap tahunnya. Di antara dua goliath dunia hiburan, yang paling populer dan

sering didengar adalah dunia hiburan Hollywood.

Industri perfilman Hollywood sering menciptakan sebuah film box office

dengan berbagai macam ide cerita. Perusahaan perusahaan film di Hollywood

seperti Warner Bros, Paramount, LionsGate, Dreamwork, Walt Disney selalu

menyajikan karya karya film mereka setiap tahunnya, tidak heran jika film yang di

produksi oleh industri film Hollywood selalu mendapat predikat Box Office dan

selalu dinanti di bioskop seluruh dunia. Dalam film film yang dikeluarkan, banyak

film yang memberikan pesan sangat tinggi terhadap para penonton nya bahkan

memberikan pesan utuk dunia. Salah satunya ialah film Black Panther, film fiksi

tersebut menceritakan tentang kehidupan suatu daerah di Afrika dengan kemajuan

yang sangat terdepan dibanding negara lain.


Dengan adanya film, seseorang mendapatkan suasana baru dan berbeda untuk

melepaskan diri dari rasa jenuh dalam kehidupan sehari-hari. Munculnya kembali

bioskop-bioskop dan didukung kemajuan teknologi, kini film telah menjadi media

untuk merepresentasikan sebuah gejala-gejala sosial maupun adat istiadat dan

budaya daerah tertentu. Bahkan di kota-kota besar, film telah menjadi kebutuhan

dan gaya hidup, kebutuhan akan hiburan dan informasi di tengah-tengah padatnya

aktivitas masyarakat di era globalisasi.

Film Black Panther adalah sebuah film superhero yang di produksi oleh

Marvel Studios yang diangkat dari komik marvel yang di sutradarai oleh Ryan

Coogler. Black Panther ini merupakan superhero pertama berkulit hitam dan

berasal dari Afrika dalam marvel, film Black Panther ini diawali dengan

memperlihatkan negara Afrika yang sedang berperang dalam memperebutkan

sebuah meteor yang memiliki vibranium didalamnya. Dalam cerita film Black

panther Wakanda ialah suatu daerah di Afrika yang tidak banyak diketahui oleh

orang. Wakanda bisa menjadi maju dan canggih seperti itu berkat adanya

vibranium yang mereka miliki dan tidak diketahui oleh banyak orang. Daerah

Wakanda tersebut terdiri dari berbagai macam macam suku Afrika. Film Black

Panther ini menunjukkan banyak mempresentasikan budaya Afrika dalam film

tersebut, dan juga beberapa pesan di film tersebut.

Penulis melihat tanda-tanda dan pesan yang membuat penulis tertarik untuk

meneliti Film Black Panther. Film Black Panther memperlihatkan sebagaimana

dalam sebuah percakapan kehidupan sosial dan budaya Afrika didalam film ini.
A. Indentifikasi Masalah

Dari beberapa uraian yang dikemukakan pada latar belakang, maka dapat

diidentifikasi masalahnya adalah terjadinya marginalisasi pada budaya kulit hitam

dalam film Black Panther.

1.2. Batasan Masalah

Agar masalah yang diteliti lebih terfokus serta menghindari ruang lingkup

yang terlalu luas dan mengaburkan penelitian, maka penulis membatasi masalah

yang akan diteliti. Penulis meneliti berupa scene/dialog/teks yang menampilkan

budaya Afrika.

1.3. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka dapat dirumuskan sebuah

permasalahan yaitu bagaimana budaya negara Afrika yang ada di dalam Film

Black Panther yang di produksi oleh Marvel Studios dan disutradarai oleh Ryan

Coogler?

1.4. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui budaya masyarakat Afrika

yang ditampilkan dalam Film Black Panther yang diproduksi oleh Marvel Studios

dan disutradarai oleh Ryan Coogler.

1.5. Manfaat Penelitian

Adapun yang menjadi manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut :


1. Secara Akademis

hasil penelitian ini dapat disumbangkan kepada Fakultas Ilmu Sosial,

Politik, Dan Hukum Universitas Serang Raya khususnya jurusan Ilmu

Komunikasi dalam rangka memperkaya literatur bacaan dan khasanah

penelitian bagi Mahasiswa.

2. Secara Non Akademis

hasil penelitian ini dapat diharapkan bisa memberi manfaat dan masukan

kepada berbagai pihak khususnya kepada lembaga-lembaga yang terkait

dalam hal budaya dan menjadi referensi untuk penelitian selanjutnya.

1.6. Sistematika Penelitian

Untuk membahas sistematika yang ada, maka penulisan dibagi dalam

beberapa bab sebagai berikut :

BAB I : Pendahuluan

Berisikan tentang latar belakang, identifikasi masalah, batasan masalah,

perumusan masalah, tujuan penelitian,manfaat penelitian dan sistematika

penulisan.

BAB II : kajian teori

Berisikan tentang teori penelitian terdahulu, kerangka konseptual,

kerangka teori dan kerangka pemikiran.


BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1. Penelitian Terdahulu

Adapun penelitian ini merujuk pada beberapa penelitian yang dilakukan oleh

peneliti sebelumnya antara lain:

Nama Penulis

dan Tahun Judul Penelitian Variabel/ Hasil

Dendi Gunawa Representasi Budaya Hasil penelitian dari film ini telah

(2018) Bugis-Makasar Dalam merepresentasikan budaya Bugis-Makasar

Film Uang Panai (Analisis didalamnya, mulai dari nilai-nilai budaya, tradisi

Semiotika Film Uang pernikahan budaya bugis-makasar, dan juga arti

Panai Karya Halim Gani uang mahar dalam budaya bugis (Uang Panai)

Safia) yang ditampilkan melalui potangan-potongan

adegan(scene).

Devy Rianty Representasi Budaya Dari hasil penelitian dan pembahasan ditemukan

Anwar, Dra. Bontang Dalam Film 12 bahwa dalam film ini dapat dipetik berbagai

Lisbet Menit Untuk Selamanya representasi yang terkandung dalam film 12

Situmorang, Menit Untuk Selamanya melalui ide dan bahasa.

M.Si, dan

Sabiruddin,

S.Sos. I., M.A


(2018)

Cindenia Representasi Budaya Hasil penelitian skripsi ini menunjukkan bahwa

Puspasari, Dalam Film Salawaku dalam Film Salawaku ditemukan representasi dua

Masriadi, dan tanda kebudayaan antara lain budaya benda yang

Rahmah Yani terdiri dari : (a) Seni Budaya (b) Bahasa (c)

(2013) Produk Makanan dan Minuman Lokal(Pappeda

dan Sopi) dan budaya bukan benda, yaitu : (a)

Kepercayaan/Upacara Adat (b) Hubungan

Personal

2.2. Kerangka Konseptual

Dalam penelitian, seorang peneliti menggunakan istilah yang khusus untuk

menggambarkan secara tepat dan fenomena yang ditelitinya. Inilah yang disebut

konsep, yakni istilah dan definisi yang digunakan untuk menggambarkan secara

abstrak kejadian, kelompok, atau individu yang menjadi pusat perhatian ilmu

sosial. Melalui konsep, peneliti diharapkan akan dapat menyederhanakan

pemikirannya dengan menggunakan istilah untuk beberapa kejadian yang

berkaitan satu dengan yang lainnya.

2.3. Kerangka Teori

A. Film

1. Pengertian Film
Definisi Film berbeda di setiap Negara; di Prancis ada pembedaan antara film

dan sinema. “Filmis” berarti berhubungan dengan film dan dunia sekitarnya.

Misalnya social politik dan kebudayaan. Kalau di Yunani, film dikenal dengan

istilah cinema, yang merupakan singkatan cinematograph (nama kamera dari

Lumiere bersaudara). Cinematograhpie secara harfiah berarti cinema (gerak), tho

atau phytos adalah cahaya, sedangkan graphie berarti tulisan atau gambar. Jadi,

yang dimaksud cinematographie adalah melukis gerak dengan cahaya. Ada juga

istilah lain yang berasal dari bahasa Inggris, yaitu movies; berasal dari kata move,

artinya gambar bergerak atau gambar hidup (Vera, 2014 :91).

Film merupakan salah satu media komunikasi massa. Dikatakan sebagai

media komunikasi massa karena merupakan bentuk komunikasi yang

menggunakan saluran (media) dalam menghubungkan komunikator dan

komunikan secara missal, dalam arti berjumlah banyak, tersebar dimana-mana,

khalayaknya hetegrogen dan anonym, dan menimpulkan efek tertentu. Film dan

televisi memiliki kemiripan, terutama sifatnya yang audio visual, tetapi dalam

proses penyampaian pada khalayak dan proses produksinya agak sedikit berbeda

(Tan dan Wright, dalam Vera, 2014: 91)

2. Karakteristik Film

Faktor faktor yang dapat menunjukkan karakteristik film adalah layar lebar,

pengambilan gambar, konsentrasi penuh dan identifikasi psikologis. (Ardianto,

2014: 145-146)
a. Layar yang luas/ lebar. Kelebihan media film dibandingkan dengan

televisi adalah layar yang digunakan untuk pemutaran film lebih

berukuran besar atau luas. Dengan layar film yang luas, telah memberikan

keleluasaan penontonnya untuk melihat adegan-adegan yang disajikan

dalam film.

b. Pengambilan gambar. Dengan kelebihan film, yaitu layar yang besar,

maka tekhnik pengambilan gambarnya pun dapat dilakukan atau dapat

memungkinkan dari jarak jauh atau extreme long shot dan panoramic shot.

Pengambilan gambar yang seperti ini dapat memunculkan kesan artistik

dan suasana yang sesungguhnya.

c. Konsentrasi penuh. Karena kita menonton film di bioskop, tempat yang

memiliki ruangan kedap suara, maka pada saat kita menonton film, kita

akan fokus pada alur cerita yang ada di dalam film tersebut. Tanpa adanya

gangguan dari luar.

d. Identifikasi psikologis. Konsentrasi penuh saat kita menonton di bioskop,

tanpa kita sadari dapat membuat kita benar-benar menghayati apa yang

ada dalam film tersebut. Penghayatan yang dalam itu membuat kita secara

tidak sadar menyamakan diri kita sebagai salah seorang pemeran dalam

film tersebut. Menurut ilmu jiwa sosial, gejala seperti ini disebut sebagai

identifikasi psikologis.

3. Struktur Film

Ada beberapa unsur dalam suatu film yang membentuk suatu kesatuan

sehingga menjadi satu film yang utuh, unsur-unsur tersebut adalah:


a. Shot

Shot adalah proses potretnya sebuah subyek, saat tombol kamera ditekan dan

dilepaskan, sebagaimana yang ditentukan dalam skenario dengan durasi bebas.

Satu Shot berakhir ketika tombol kamera dilepas.

b. Scene

Scene adalah klan Shot dalam suatu lokasi penting. Meskipun di dalam film

tersebut ada Shot di lebih dari satu lokasi tetap disebut satu scene, dengan catatan

Shot dan ceritanya masih berkesinambungan.

c. Sequence

Sequence adalah kumpulan dari scene. Sequence bisa mengandung satu atau

lebih scene. Dalam satu sequence bisa mengandung berbagai lokasi, asalkan scene

tersebut masih berkesinambungan. Sequence berakhir ketika ada pergantian

karakter atau cerita yang tidak berkesinambungan.

4. Jenis-Jenis Film

Sebagai seorang komunikator adalah penting untuk mengetahui jenis-jenis

film agar dapat memanfaatkan film tersebut sesuai dengan karakteristiknya. Film

dapat dikelompokkan pada jenis film cerita, film berita, film dokumenter dan film

kartun. (Ardianto, 2014:148-149)

a. Film Cerita
Film cerita (story film), adalah jenis film yang mengandung suatu cerita

yang lazim dipertunjukkan di gedung-gedung bioskop dengan bintang film

tenar dan film ini didistribusikan sebagai barang dagangan.

b. Film Berita

Film berita atau newsreel adalah film mengenai fakta, peristiwa yang

benarbenar terjadi. Karena sifatnya berita maka film yang disajikan kepada

publik 22 harus mengandung nilai berita (news value). Kriteria berita itu

adalah penting dan menarik atau penting sekaligus menarik.

c. Film Dokumenter

Film dokumenter (Documentary Film) didefenisikan oleh Robert Flaherty

sebagai “Karya cipta mengenai kenyataan” (creative treatment of

actuality). Berbeda dengan film berita yang merupakan rekaman

kenyataan, maka film documenter merupakan hasil interpretasi pribadi

(pembuatnya) mengenai kenyataan tersebut.

d. Film Kartun

Film Kartun (Cartoon Film) dibuat untuk konsumsi anak-anak. Dapat

dipastikan, kita semua mengenal tokoh Donal Bebek (Donald Duck), Putri

Salju (Snow White), Miki Tikus (Mickey Mouse) yang diciptakan oleh

seniman Amerika Serikat Walt Disney. Sebagian besar film kartun,

sepanjang film itu diputar akan membuat kita tertawa karena kelucuan

para tokohnya. Namun ada juga film kartun, sepanjang yang membuat iba

penontonnya karena penderitaan tokohnya. Sekalipun tujuan utamanya

menghibur, film kartun bisa juga mengandung unsur pendidikan.


5. Unsur-unsur Film

Unsur film berkaitan erat dengan karakteristik utama yaitu audio visual. Unsur

audio visual dikategorikan di dalam dua bidang, yaitu sebagai berikut (Vera,

2014:92- 93).

a. Unsur naratif; yaitu materi atau bahan olahan, dalam cerita unsure naratif

adalah penceritaan.

b. Unsur sinematik; yaitu cara atau dengan gaya seperti apa bahan olahan itu

digarap.

6. Representasi

Representasi berasal dari bahasa Inggris, representation yang berarti

perwakilan, gambaran atau penggambaran. Secara sederhana, representasi dapat

diartikan sebagai gambaran mengenai suatu hal yang terdapat dalam kehidupan

yang digambarkan melalui suatu media.

Representasi menurut Chris Barker adalah konstruksi sosial yang

mengharuskan kita mengeksplorasi pembentukan makna tekstual dan

menghendaki penyelidikan tentang cara dihadilkannya makna pada beragam

konteks. Representasi dan makna budaya memiliki materialistis tertentu. Mereka

melekat pada bunyi, prasasti, objek, citra, buku, majalah dan program televisi.

Mereka diproduksi, ditampilkan, digunakan dan dipahami dalam konteks sosial

tertentu (Barker, 2004:9). Yasraf Amir Piliang (2003:28) menjelaskan,

representasi pada dasarnya adalah sesuatu yang hadir, namun menunjukkan


sesuatu diluar dirinyalah yang dia coba hadirkan. Reprsentasi tidak menunjuk

kepada dirinya sendiri, namun kepada yang lain. (Vera, 2014:96-97).

7. Budaya

a. Pengertian budaya

Kata “Budaya” berasal dari Bahasa Sansekerta “Buddhayah”, yakni bentuk

jamak dari “Budhi” (akal). Jadi, budaya adalah segala hal yang bersangkutan

dengan akal. Selain itu kata budaya juga berarti “budi dan daya” atau daya dari

budi. Jadi budaya adalah segala daya dari budi, yakni cipta, rasa dan karsa.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia budaya artinya pikiran, akal budi, hasil,

adat istiadat atau sesuatu yang sudah menjadi kebiasaan yang sukar diubah.

Budaya adalah suatu cara hidup yang berkembang dan dimiliki bersama oleh

sebuah kelompok orang dan diwariskan dari generasi ke generasi. Budaya

terbentuk dari banyak unsur yang rumit, termasuk sistem agama dan politik, adat

istiadat, bahasa, perkakas, pakaian, bangunan, dan karya seni. Bahasa,

sebagaimana juga budaya, merupakan bagian tak terpisahkan dari diri manusia

sehingga banyak orang cenderung menganggapnya diwariskan secara genetis.

Ketika seseorang berusaha berkomunikasi dengan orang-orang yang berbeda

budaya dan menyesuaikan perbedaan-perbedaannya, membuktikan bahwa budaya

itu dipelajari.

Kebudayaan adalah kompleks yang mencakup pengetahuan, kepercayaan,

kesenian, moral, hukum, adat dan kebiasaan-kebiasaan yang dilakukan oleh

sekumpulan anggota masyarakat.3 Merumuskan sebagai semua hasil karya, rasa,


dan cipta masyarakat. Karya masyarakat menghasilkan teknologi dan kebudayaan

kebendaan atau kebudayaan jasmaniah (material culture) yang diperlukan oleh

manusia untuk menguasai alam sekitarnya agar kekuatan serta hasilnya dapat

diabdikan untuk keperluan masyarakat.

8. Unsur-unsur Budaya atau Kebudayaan

Beberapa orang sarjana telah mencoba merumuskan unsur-unsur pokok

kebudayaan misalnya pendapat yang dikemukakan oleh Melville J. Herskovits

bahwa unsur pokok kebudayaan terbagia menjadi empat bagian yaitu: Alat-alat

teknologi, Sistem ekonomi, keluarga, dan kekuasaan politik. Sedangkan

Bronislaw Malinowski, menyebut unsur-unsur kebudayaan antara lain:

a. Sistem normal yang memungkinkan kerja sama antara para anggota

masyarakat di dalam upaya menguasai alam sekelilingnya.

b. Organisasi ekonomi.

c. Alat-alat dan lembaga atau petugas pendidikan, perlu diingat bahwa

keluarga merupakan lembaga pendidikan yang utama.

d. Organisasi kekuatan.

Tujuh unsur kebudayaan yang dianggap sebagai culture universal, yaitu:

a. Peralatan dan perlengkapan hidup manusia (pakaian perumahan, alat-alat

rumah tangga, senjata, alat-alat produksi, transpor dan sebagainya.

b. Mata pencaharian hidup dan sistem-sistem ekonomi (pertanian,

peternakan, sistem produksi, sistem distribusi dan sebagainya).


c. Sistem kemasyarakatan (sistem kekerabatan, organisasi politik, sistem

hukum, sistem perkawinan).

d. Bahasa (lisan maupun tertulis).

e. Kesenian (seni rupa, seni suara, seni gerak, dan sebagainya).

f. Sistem pengetahuan.

g. Religi (sistem kepercayaan).

Selain itu, beberapa unsur-unsur budaya atau kebudayaan, diantaranya adalah

sebagai berikut:

a. Kebudayaan Material (Kebendaan), adalah wujud kebudayaan yang

berupa benda-benda konkret sebagai hasil karya manusia, seperti rumah,

mobil, candi, jam, benda-benda hasil teknologi dan sebagainya.

b. Kebudayaan nonmaterial (rohaniah) ialah wujud kebudayaan yang tidak

berupa benda-benda konkret, yang merupakan hasil cipta dan rasa

manusia, seperti:

1. Hasil cipta manusia, seperti filsafat serta ilmu pengetahuan, baik yang

berwujud teori murni maupun yang telah disusun untuk diamalkan

dalam kehidupan masyarakat (pure sciences dan applied sciences).

2. Hasil rasa manusia, berwujud nilai-nilai dan macam-macam norma

kemasyarakatan yang perlu diciptakan untuk mengatur masalah-

masalah sosial dalam arti luas, mencakup agama (religi, bukan wahyu),

ideologi, kebatinan, dan semua unsur yang merupakan hasil ekspresi

jiwa manusia sebagai anggota masyarakat.

2.3. Kerangka Pemikiran


Kerangka berfikir dapat berupa kerangka teori dan kerangka penalaran logis.

Kerangka teori tersebut merupakan uraian ringkas tentang teori yang digunakan

dan cara menggunakan teori tersebut dalam menjawab pertanyaan penelitian.

Kerangka berfikir bersifat operasional, yang diturunkan dari satu atau beberapa

teori, atau dari pernyataan-pernyataan yang logis. Apabila kerangka berfikir

berupa kerangka teori, tugas peneliti dalam tahap ini adalah menyistematisasikan

teori-teori yang berkembang untuk digunakan dalam penelitian tersebut

(Mahmud, 2011). Maka kerangka pemikiran penelitian ini digambarkan sebagai

berikut:

Dialog
Scence gestur
Budaya
Afrika Film
Black
Panther

Berdasarkan kerangka pemikiran diatas maka akan dilakukan penelitian untuk

mengetahui budaya Afrika dalam film Black Panther yang di produksi oleh

Marvel Studios dan disutradarai oleh Ryan Coogler.


BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Pendekatan dan Jenis Penelitian

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif.

Menurut Bungin (2012) Pendekatan kualitatif adalah pendekatan yang lebih

diketahui maknanya, yang berdasarkan fakta, dilihat dari fakta yang ditemukan

kemudian di pahami secara mendalam serta membuat deskripsi fenomena yang

diamati. Kemudian jenis penelitian dalam penelitian ini adalah deskriptif. Jenis

penelitian deskriptrif adalah penelitian yang berusaha mendeskripsikan suatu

peristiwa secara sistematis sesuai dengan apa adanya. Penelitian ini dilakukan

untuk memperoleh informasi mengenai keadaan saat ini. Dalam penelitian ini,

peneliti mencoba menentukan sifat situasi sebagaimana adanya pada waktu

penelitian dilakukan (Nyoman, 2012 : 51).

3.2. Unit Amatan dan Unit Analisis

Unit amatan berguna sebagai sumber untuk memperoleh data dalam

rangka menggambarkan atau menjelaskan tentang suatu analisa. Dalam penelitian

ini unit amatannya adalah film Black Panther.

Unit Analisis adalah seluruh hal yang akan diteliti untuk mendapatkan

penjelasan mengenai keseluruhan unit dan untuk menjelaskan perbedaan antara

unit analisis tersebut. Dalam penelitian ini unit analisisnya adalah representasi

Budaya dalam Film Black Panther.


3.3. Metode Pengumpulan Data

3.3.1. Jenis Data

Menurut Moeleong (2015) , jenis data dalam penelitian

kualitatif adalah naratif dan deskriptif. Berdasarkan jenisnya data

penelitian kualitatif terdiri atas katakata dan tindakan, sumber data

tertulis, foto serta statistik. Sedangkan jenis penelitian yang berupa

sumber data tertulis atas dokumen pribadi dan dokumen resmi.

Jenis data terdiri dari dua, yaitu data primer dan data

sekunder. Data primer adalah data yang dikumpulkan, diolah serta

diterbitkan sendiri oleh organisasi yang menggunakannya

(Kuswadi 2004 : 172 ). Data primer yang digunakan peneliti adalah

Film Black Panther.

Sedangkan data sekunder adalah data yang tidak dibuat atau

diterbitkan oleh penggunanya (Kuswadi 2004 : 172 ). Data

sekunder yang digunakan oleh peneliti melihat dari komentar-

komentar netizen terhadap film Black Panther.

3.3.2. Sumber Data

Sumber data dalam penelitian ini adalah berasal dari film

Black Panther.

3.3.3. Teknik Pengumpulan Data


Dalam penelitian ini menggunakan 2 teknik

pengumpulan data, yaitu analisis Tekstual dan wawancara.

a. Analisis Tekstual

Yaitu melakukan pengamatan secara cermat terhadap apa yang

hendak diteliti, dalam hal ini representasi Budayadalam film “

Black Panther” dengan meninjau analisis semiologi Roland

Barthes dengan aspek-aspek yang terdiri dari denotasi, konotasi,

dan mitos.

b. Wawancara

Menurut Yuswadi (dalam bungin 2004), wawancara secara

mendalam merupakan salah satu teknik untuk mengumpulkan data

atau informasi dengan cara langsung bertatap muka dengan

informan, dengan maksud mendapatkan gambaran secara lengkap

tentang topik yang hendak diteliti. Peneliti harus menyiapkan

pertanyaan yang berkaitan dengan topik penelitian agar mendapat

informasi yang sesuai dengan topik.

3.4. Teknik Pengumpulan Data

Analisis data yang dilakukan adalah melihat kembali Film “ Black

Panther” dimana film tersebut terbagi dari beberapa Scene atau adegan. Setelah

itu peneliti melihat kembali representasi Budaya Afrika seperti apa saja yang

sudah disampaikan dalam film tersebut. Dari situ peneliti ingin melihat teori
representasi Budayaapakah sudah bekerja atau belum dalam film “Black

parnther”.

3.5. Keabsahan Data

Dalam penelitian ini peneliti menggunakan analisis triangulasi peneliti

dimana dalam menganalisanya peneliti melihat film “ Black panther” lalu melihat

representasi budaya Afrika dengan teori semiotika Roland Barthes dimana

denotasi, konotasi dan mitos dalam film tersebut dimakanai peneliti. Untuk

menghindari subjektifitas yang tinggi peneliti mengikut sertakan dua narasumber

untuk memaknai atau menafsirkan makna konotasi dalam film “Black Panther”

sehingga subjektifitasnya yang tinggi dapat berkurang.

Anda mungkin juga menyukai