DISUSUN OLEH
RADEN BESAR ARMANTONO, SSn
Dari definisi tersebut, kita mendapatkan empat elemen penting, yang akan dibahas
dalam diktat ini, yaitu :
1. CERITA
2. DITUTURKAN
3. PENONTON, dan
4. RANGKAIAN GAMBAR BERGERAK
Cerita sebenarnya dapat dikisahkan melalui berbagai media, seperti novel, drama
panggung dan sebagainya. Menuturkan cerita melalui film tentu saja berbeda dengan
apabila kita menuturkan cerita melalui novel, misalnya, karena keduanya merupakan
media yang berbeda. Dengan demikian, sebelum menggunakan media film untuk
menuturkan cerita, kita harus terlebih dahulu memahami karakteristiknya.
Se b a g a i ma n a ya n g ki ta ke ta h u i , d a l a m se j a ra h n ya , fi l m a d a l a h
kesinambungan dari fotografi. Pada mulanya film masih bisu, baru kemudian
unsur suara melengkapi unsur gambar. Gambar dan suara, keduanya secara
bersama-sama menceritakan cerita pada penonton. Keduanya mengandung
apa yang dinamakan ekspresi. Kita melihat gambar dan mendengar suara.
Bahwa film bisu mampu bercerita tanpa unsur suara memberikan kepada kita
satu pengertian, gambar mencukupi untuk mengisahkan cerita. Bertutur
menggunakan media film adalah pertama-tama bertutur visual.
Dengan demikian, apabila kita ingin menuturkan cerita melalui film, maka kita
harus BERFIKIR VISUAL. Artinya, berfikir bagaimana suatu informasi akan
disampaikan dalam bentuk GAMBAR.
Ataukah film kita pankang atau pendek, kita tak mungkin berhenti sebelumnya
atau belakangan. Kita tak mungkin menambah panjang film untuk
menyelesaikan cerita. Kita tak mungkin menambah panjang film untuk
menyelesaikan cerita. Bagaimana pun, batasan waktu akan menentukan
pilihan kita dalam memilih materi cerita, dan menghadapkan kita pada satu hal
yang esensial, yaitu: ekonomis dalam bercerita atau efisiensi dalam bertutur.
Oleh karena itu, kita harus menyampaikan hanya informasi yang penting saja.
Yang dimaksud INFORMASI PENTING adalah informasi yang mempunyai
kepentingan:
1. CERITA
2. ARTISTIK, dan
3. DRAMATIK
Berkaitan dengan hal ini, penonton akan selalu menganggap setiap informasi
yang disampaikan PASTI PENTING. Sehingga konsekuensinya adalah:
Pembaca novel, misalnya, jika lelah, bisa berhenti sebentar pada suatu
halaman tertentu untuk istirahat dan meneruskan membacanya di lain waktu.
Pembaca novel juga bisa mengulang membaca bagian-bagian tertentu yang
mungkin sulit dipahaminya. Tetapi penonton film tidak bisa melakukan hal itu,
karena film mengalir dalam waktu. Penonton tidak bisa berhenti atau memutar
ulang bagian-bagian tertentu dalam film untuk memahami bagian-bagian yang
sulit dicerna.
Penonton melihat film terus berjalan dalam sekali duduk. Maka cerita haruslah
diceritakan tanpa membuat mereka merasa lelah dan harus bisa diserap
sepenuhnya. Dengan demikian, bila ada informasi yang dianggap perlu
penekanan khusus atau dianggap sulit dipahami penonton, pembuat film yang
harus melakukan pengulangan itu bagi penonton. Pengulangan dalam film
bukanlah pengulangan biasa atau REPITISI, tetapi pengulangan yang
dinamakan dengan DUPLIKASI, yaitu pengulangan dengan:
BAB II
CERITA
Berdasarkan definisi film adalah CERITA yang dituturkan kepada penonton melalui
rangkaian gambar bergerak, setelah kita memahami media yang akan kita gunakan
untuk menuturkan suatu cerita, maka tentu kita harus mempunyai CERITA yang akan
kita tuturkan.
Banyak istilah dan definisi yang diajukan dalam berbagai referensi mengenai Ide
Pokok dan Tema. Daripada meributkan istilah dan definisi, disini istilah dan
pemahaman mengenai Ide Pokok dan Tema dipilih semata-mata karena
pertimbangan praktis bagi kepentingan penulisan skenario film.
IDE POKOK adalah satu kalimat perenungan yang ingin disampaikan pembuat
film pada penontonnya. Bobot Ide Pokok akan menentukan bobot suatu film.
BOBOT FILM ditentukan oleh BOBOT IDE POKOK dan CARA PENYAJIAN,
sedangkan BOBOT IDE POKOK ditentukan oleh KEDALAMAN PEMIKIRAN dan
KELUASAN JANGKAUANNYA. Artinya, makin mendalam pemikiran dan semakin
luas jangkauan pemikiran, semakin universal, renungan yang ingin disampaikan,
maka semakin berbobot ide pokoknya. Ide Pokok dirumuskan dalam SATU
KALIMAT PERNYATAAN.
Tentang………………..(protagonist), yang………………..(action)
Sebenarnya tidak jadi masalah ataukah kita terlebih dahulu menetapkan ide pokok
dan tema. Tetapi hubungan antara ide pokok dan tema harus terlihat jernih. Tema
harus mencerminkan Ide Pokok yang ingin disampaikan, misalnya:
Dari contoh tersebut, terlihat hubungannya yang jelas antara ide pokok dan tema.
Hubungan TIDAK JELAS jika, katakanlah, dengan ide pokok yang sama
dirumuskan tema “tentang seorang remaja yang jatuh cinta pada nenek-nenek”.
Remaja jatuh cinta pada nenek-nenek tidak ada hubungannya dengan
“perbedaan status sosial” tetapi mungkin rumusan ide pokoknya menjadi, “cinta
tidak mengenal perbedaan usia”. Jika tidak terlihat hubungan yang jelas antara ide
pokok dan tema, kita harus merubah rumusan ide pokok atau tema atau merubah
rumusan keduanya.
Se b a g a i ma n a ya n g te l a h d i u ra i ka n , te ma d i ru mu ska n d e n g a n :
“Tentang……………….. (protagonist) yang……………….. (action). Berdasarkan
rumusan ini, kita mempunyai dua unsur penting dari tema, yaitu PROTAGONIS
dan ACTION.
B. PROTAGONIS
“Kebaikan” dalam hal ini dituliskan dalam tanda kutip, karena yang dimaksud
kebaikan ini relatif sifatnya. Tidak harus tokoh protagonis itu seorang alim ulama
atau seorang pendeta, tapi bisa saja sosok penjahat kita jadikan sebagai
protagonis.
C. ACTION
Setelah kita mempunyai tokoh protagonis, maka tokoh protagonis ini harus
melakukan suatu aksi (action). Action terjadi bukannya tanpa sebab. Tidak ada
action tanpa sebab, baik action dari benda mati atau manusia. Proses terjadinya
action mengikuti hukum alamiah tertentu.
Pada dasarnya manusia selalu ingin berada dalam keadaan tanpa gangguan
(undisturbed stage), yaitu kondisi dimana manusia terbebas dari “rasa sakit”.
Tetapi tidak mungkin manusia dalam keadaan tidak terganggu sepenuhnya. Kita
dilahirkan sudah dengan sifat alami yang mengganggu, seperti : lapar, haus,
dingin dan sebagainya. Ketergangguan ini menimbulkan “rasa sakit”.
Setelah motive tercipta melalui rasa sakit, motive menghasilkan kehendak untuk
mencapai suatu tujuan. Ada pun tujuan dari kehendak adalah hilangnya
ketergangguan. Karena tujuan dari kehendak adalah menghilangkan rasa sakit,
maka kehendak akan menempuh CARA YANG PALING CEPAT DAN PALING
PINTAS, karena orang ingin segera terbebas dari rasa sakit.
TANPA GANGGUAN
undisturbed stage
KETERGANGGUAN
disturbed
ALASAN
Motive
KEHENDAK TUJUAN
Intention Goal
HAMBATAN
1. KONDISI TANPA GANGGUAN
Tidak ada action dihasilkan dari keadaan tanpa gangguan. Sebuah film
mungkin saja diawali dengan kondisi tanpa gangguan, baru kemudian
dimasukkan situasi ketergangguan. Kita memperlihatkan keluarga bahagia,
sebelum masuk pada kedatangan orang ketiga. Jika film dimulai dengan
kondisi ketergangguan, keadaan tanpa gangguan harus terimplikasi atau
tersirat. Untuk menggerakkan action, kita harus menciptakan ketergangguan.
2. KETERGANGGUAN
Ketergangguan ini bisa besar (orang yang dicintai dibunuh) bisa juga kecil
(digigit nyamuk), bisa fisik (dipukul), bisa juga psikis (dihina). Begitu
ketergangguan terjadi, action mulai bergerak. Apabila tidak jelas
ketergangguannya, maka akan tidak jelas pula actionnya. Ketergangguan
menjadi alasan (motive) terjadinya action.
3. ALASAN
4. KEHENDAK
Kehendak bisa besar bisa juga kecil. Besar kecilnya kehendak ditentukan oleh
dua hal, yaitu BESAR KECILNYA KETERGANGGUAN dan KWALITAS
KARAKTER.
5. HAMBATAN
Dua atau lebih kehendak bisa menuju pada tujuan yang sama. Tujuan yang
sama bisa diarah oleh dua kehendak yang berbeda. Penjahat ingin merampok
bank, polisi ingin menyelamatkan bank. Tujuan sama, yaitu bank, tetapi goal si
penjahat positive, sedangkan goal dari polisi negative. Jika dua remaja sama-
sama ingin menikahi gadis yang sama, maka keduanya memiliki tujuan yang
identik. Tujuan yang sama mungkin dituju oleh sekelompok orang, katakanlah
group sepakbola yang ingin menang.
Hambatan bisa berupa hambatan pasif, juga bisa berupa hambatan aktif.
Hambatan pasif disebabkan oleh suatu sifat keadaan (misalnya kesulitan
bahasa atau gunung tinggi yang harus didaki) atau hambatan yang bersifat
kebetulan (jet yang mendarat karena cuaca buruk, atau pencuri yang harus
masuk rumah tapi ada orang lewat). Sedangkan hambatan aktif adalah
hambatan yang memang berusaha menggagalkan tercapainya tujuan.
Hambatan aktif menjadi hambatan yang paling efektif bagi cerita dramatik. Kita
bisa menciptakan tokoh untuk memenuhi tujuan ini, yaitu tokoh ANTAGONIS.
ANTAGONIS
KEHENDAK TUJUAN
KONFLIK
HAMBATAN
6. TUJUAN
Kehendak mengarah pada tujuan. Tujuan tidak mungkin ada tanpa adanya
kehendak. Ketergangguan menjadi titik awal dan tujuan adalah titik akhir.
Kehendak akan berusaha secepat mungkin mencapai tujuan, karena manusia
ingin secepatnya terbebas dari ketergangguan. Tetapi di dunia ini tidak ada
yang bisa menjamin kalau tujuan pasti tercapai.
Plot terdiri dari PLOT UTAMA (main plot) dan SUB PLOT. Plot utama adalah plot
dimana di dalamnya terdapat TOKOH UTAMA PROTAGONIS dan PROBLEM
UTAMA. Sedangkan di luar itu dinamakan sub-plot.
Sebuah film bisa saja mengandung banyak sub-plot, tetapi dengan syarat, SUB
PLOT HARUS MENUNJANG PLOT UTAMA dan KEKUATAN SUB-PLOT TIDAK
BOLEH LEBIH BESAR DIBANDING PLOT UTAMA.
E. LATAR/SETTING
Lebih jauh, kita harus menyadari bahwa sebuah cerita tidak terjadi di “ruang
kosong”. Cerita harus terjadi pada tempat dan waktu tertentu. Secara sederhana,
tempat dan waktu terjadinya cerita inilah yang disebut sebagai LATAR atau
SETTING. Latar merupakan faktor dinamis yang berperan penting terhadap nilai
sebuah film.
Salah satu fungsi paling umum dari latar adalah "kemiripan dengan realitas".
Tetapi fungsi latar tidak hanya sebatas itu. Latar mempunyai pengaruh penting
baik terhadap karakterisasi dan cerita, maupun dalam membangun unsur-unsur
artistik dan dramatik film.
Latar mempunyai pengaruh penting bagi karakterisasi maupun cerita. Tokoh lahir
dan dibesarkan pada waktu, tempat dan situasi sosial tertentu, yang pada
gilirannya akan mempunyai pengaruh besar pada pembentukan karakternya.
Tokoh yang dilahirkan di Jakarta pada tahun 1965, misalnya, tentu akan berbeda
sekali dengan tokoh yang dilahirkan di Aceh pada tahun 1985. dengan demikian
latar tidak hanya sekedar "realitas", tetapi mempunyai saling-pengaruh yang
kompleks dengan karakter.
Karakter mungkin secara menyeluruh dibentuk oleh latar, tetapi juga sering terjadi,
karakter berkonfrontasi dengan lingkungannya. Kita bisa menemukan cerita yang
menggambarkan seorang tokoh yang berjuang melawan kekuatan-kekuatan
lingkungan yang dipaksakan padanya dalam usahanya mewujudkan
kebebasannya untuk memilih, suatu pilihan yang bertentangan dengan adat-
istiadat lingkungannya. Mungkin ia gagal, atau mungkin ia berhasil dan bahkan
akhirnya sanggup mengubah lingkungannya secara revolusioner.
Selain memiliki pengaruh pada cerita dan karakterisasi, latar juga mempunyai
pengaruh artistik. Sebuah film mungkin memilih keindahan padang alang-alang
yang terhampar luas dengan bukit-bukit dan pepohonannya yang rindang lengkap
dengan burung-burungnya yang berkicauan, film yang lain barangkali malah
memilih latar perkampungan kumuh di Jakarta yang sumpek disesaki sampah dan
polusi.
F. BASIC STORY
Dalam Basic Story ini kita menuliskan garis besar cerita secara ringkas, antara
seperempat sampai setengah lembar halaman kuarto. Basic Story menjadi tulang
punggung cerita. Dalam bentuknya yang ringkas, Basic Story menajamkan tulang
punggung yang menyatukan dan mengintregasikan cerita dalam satu bentuk yang
terkonsentrasi.
Meskipun bentuknya ringkas, namun Basic Story sudah harus memuat garis besar
beberapa hal penting, yaitu :
G. SINOPSIS
Sinopsis, dalam hal ini, bukanlah ringkasan cerita tetapi justru merupakan
pengembangan dari Basic Story. Dengan Basic Story sebagai tulang
punggungnya, cerita kemudian kita kembangkan dalam Sinopsis. Kita
menciptakan peristiwa-peristiwa, memilih tempat dan waktu terjadinya peristiwa
lengkap dengan suasana dan situasi dramatiknya, kita mengembangkan plot dan
sub-plot, hambatan dan konflik, karakterisasi, dan bahkan kita sudah
memperhitungkan unsur-unsur suaranya.
BAB III
KARAKTERISASI
Cerita (story) mengisahkan tentang manusia (karakter) dan yang mereka lakukan
(action). Action pada dirinya sendiri tidaklah eksis. Seseorang harus melakukan
action. Sebaliknya, tidak mungkin mengetahui manusia tanpa action-nya. Film
memperlihatkan karakter dalam action-nya. Kita melihat mereka sebagai manusia di
dalam alam film. Karakter efektif memperlihatkan suatu kesan bahwa mereka adalah
"orang yang sebenarnya".
Perilaku manusia, meskipun kelihatannya tidak terduga, tidak pernah terjadi secara
kebetulan. Karakterisasi mencakup semua fakta-fakta tentang kemanusiaan, yang
membentuk karakter menjadi unik dan individual.
Karakter efektif adalah karakter yang unik dengan karakteristik mereka yang individual
(a unique human being).
Tentu saja karakter tidak hanya menunjukkan satu karakteristik semacam pemarah
atau bodoh misalnya. Orang bisa jahat tapi juga bisa pintar dan teguh pendirian.
Beberapa action sepanjang cerita bisa memperlihatkan beberapa karakteristik dari
karakter, yang dapat dibangun dari tiga dimensi kemanusiaan (a human being)
seseorang yang dihasilkan dari pengalaman-pengalaman masa lalunya, yaitu :
1. Fisik (fisionomi)
2. Psikis dan
3. Sosilogis
Dalam hal ini kita harus membedakan karakter dengan emosi sesaat (passing
emotions). Orang yang marah bukan berarti ia pemarah. Perilaku yang berlanjut
atau berulang membedakan karakter dengan "Passing Emotions". Manusia akan
beraksi atau bereaksi pada kasus tertentu dengan cara tertentu. Meskipun
karakter manusia adalah percampuran dari berbagai faktor sehinga kadang
terlihat kompleks, tetapi selalu konsisten.
Adalah pada umumnya perlu waktu untuk transformasi karakter. Perubahan tidak
terjadi hanya dalam beberapa halaman saja. Hampir selalu mengambil tiga
babakan keseluruhan untuk menciptakan transformasi. Ini adalah proses yang
berlangsung secara perlahan-lahan. Umumnya karakter pada mulanya
mempunyai kekurangan atau kelemahan, yang pada klimaks cerita kekurangan
atau kelemahan, yang pada klimaks cerita kekurangan atau kelemahan itu dapat
diatasinya. Karakter pada akhirnya berubah dan mendapatkan pencerahan dan
penonton secara emosional menyukai sifat perubahan ini.
C. KONTRAS KARAKTER
D. KARAKTER KLISE
Bila kita menyebutkan tokoh profesor, maka yang langsung terbayang di benak
kita adalah tokoh laki-laki tua dengan rambut yang sudah memutih semua,
kacamata dan mengenakan jubah putih yang menjuntai sampai ke lantai.
Karakteristik semacam ini sudah terlalu sering ditampilkan sehingga menjadi
gambaran umum dan dengan demikian sudah tidak menarik lagi. Ini dinamakan
karakter klise.
Kita harus menghindari atau bahkan menolak karakter klise. Ciptakan tokoh
dengan karakteristik yang segar, bahkan karakter yang melawan gambaran-
gambaran umum, sehingga mempunyai daya tarik pada penonton.
E. PENGUNGKAPAN KARAKTER
Karakter pada dirinya sendiri merupakan keadaan latent yang harus dimunculkan
ke permukaan. Dalam novel karakter dapat dideskripsikan secara langsung.
Tetapi, sebagaimana yang telah diuraikan sebelumnya, film merupakan media
yang memiliki karakteristik yang berbeda dibanding novel. Film menggunakan
unsur gambar dan unsur suara, sehingga melalui dua unsur inilah karakter dapat
diungkapkan.
Selain ciri-ciri fisik, maka action juga merupakan unsur yang mengungkapkan
karakteristik karakter. Karakter tidak bisa berdiri sendiri tanpa aksi ( action). Orang
tidak dapat dikatakan "jahat" atau "baik".
Kita membicarakan aksi dan reaksi, bukan hanya dalam batas "melakukan
sesuatu". Tetapi juga berbicara (dialog) adalah juga sebanding dengan mencuri,
mencium atau membunuh. Karakter seseorang terungkap bukan hanya pada "isi"
pembicaraan, tetapi juga "cara" melakukannya.
Sering "side-action" yang tidak penting mencukupi untuk menimbulkan lebih
banyak informasi tentang karakter daripada peristiwa berdarah pembunuhan.
Orang yang menendang anjing tetangga sepulang kantor, atau cewek yang
mencoba mengeluarkan lagi uang logamnya dari telepon umum selesai
menelpon, memberikan banyak informasi tentang karakter mereka.
Eksposisi karakter tidak hanya melalui aksinya sendiri, tetapi juga bisa melalui
action dan perilaku dari orang-orang lain terhadapnya. Dalam hal ini karakter
seseorang bisa ditampilkan dari reaksi orang lain, bahkan sebelum tokohnya
diperlihatkan.
BAB IV
PENONTON
Telah disebutkan sebelumnya, secara sederhana film dapat diartikan sebagai cerita
yang dikisahkan kepada penonton melalui rangkaian gambar bergerak. Kita bukan
hanya bercerita, tetapi kita "Bercerita kepada penonton". Dengan demikian menjadi
penting bagi kita untuk memahami reaksi penonton saat cerita dituturkan.
Reaksi penonton bukanlah tidak terduga (unpredictable) dan juga bukannya "tidak
pasti" (uncertain). Penonton bereaksi terhadap bagian suatu cerita dalam perilaku
tertentu. Reaksi penonton tidaklah bebas (independent). Reaksi mereka disebabkan
oleh elemen tertentu dalam cerita.
A. IDENTIFIKASI
Penonton akan selalu mencari tokoh dalam film dimana mereka bisa
beridentifikasi padanya. Identifikasi berarti penonton menyamakan dirinya dengan
tokoh, dalam hal ini tokoh protagonis, sehingga penonton ikut merasakan suka
duka tokoh tersebut.
Menciptakan simpati terhadap tokoh protagonis sejauh ini merupakan cara yang
paling efektif dan secara luas digunakan untuk menciptakan identifikasi.
Konsistensi juga menjadi syarat terjadinya identifikasi. Karakterisasi yang tidak
konsisten dalam menarik simpati penonton adalah membahayakan, karena
penonton akan menjadi bingung, perasaannya campur aduk dan tidak pasti.
Adalah berbahaya membuat semua tokoh simpatik. Pertarungan dua tokoh yang
sama-sama simpatik, membuat kemungkinan untuk berpihak menjadi tidak ada.
Keduanya sama-sama baik, penonton tidak dapat merasakan kemenangan atau
kekalahan pada salah satu tokoh. Cerita menimbulkan perasaan tidak nyaman,
karena salah satu tokoh simpatik pasti kalah.
B. ANTISIPASI (ANTICIPATION)
Pengalaman dihasilkan dari repetisi. Jika sesuatu yang sama terjadi dalam cara
yang sama dibawah keadaan yang sama, adalah logis kalau itu akan berlanjut
dengan cara yang sama. Pengulangan secara tetap dalam ratusan ribu kali, akan
dikristalisasi ke dalam hukum absolut keilmuan, yang memadukan antisipasi kita
dengan kepastian.
Bukan hanya penonton yang mengantisipasi, tetapi tokoh di dalam cerita pun
melakukan antisipasi. Kita juga bisa memperlihatkan kontras antisipasi dua tokoh
yang berbeda. Juga dalam kaitannya dengan antisipasi penonton. Kontras
antisipasi ini menjadi sangat penting. Tokoh yang memulai bisnis baru
mengantisipasi bisnisnya akan sukses, tetapi penonton yang sudah diberikan
informasi bahwa ia mempunyai penyakit yang mematikan, akan mengantisipasi
hal yang berbeda.
C. SURPRISE
Tinggi rendahnya surprise ditentukan oleh tinggi rendahnya antisipasi dan tingkat
kesalah dugaannya. Semakin tinggi tingkat antisipasi, maka akan semakin tinggi
pula surprisenya.
D. SUSPENSE (KETEGANGAN)
1. Identifikasi
2. Kemungkinan Protagonis berhasil atau gagal untuk mencapai tujuannya harus
berimbang dan
3. Resiko bila protagonis gagal mencapai tujuannya
Ketika tokoh, peristiwa atau situasi tidak dijelaskan secara penuh atau ketika si
jagoan harus menemukan jawaban atas suatu pertanyaan atau misteri dalam
cerita, penonton akan berputar-putar untuk mempelajari pemecahan dan
memuaskan atau memenuhi rasa ingin tahunya sendiri.
Cepat lambatnya suatu film terjadi pada pikiran penonton yang harus bergerak ke
depan dari awal sampai akhir cerita. Kita harus mengetahui bentuk (form) dari film
tidaklah dari bahan-bahan yang berkesinambungan, tetapi bahkan dari gabungan
blok-blok, yang diperlihatkan oleh shot dan scene. Blok-blok ini punya
kecenderungan menjadi kepingan.
Kita harus mencari elmen-elemen dalam cerita yang menyebabkan imajinasi kita
bergerak maju. Dalam upaya menemukannya, adalah penting kita mengetahui
elemen-elemen konstruksi dramatik.
Dalam upaya untuk menimbulkan gerak maju, tujuan harus diketahui penonton.
Begitu tujuan diperlihatkan, penonton akan mengantisipasi kemungkinan
tercapainya tujuan. Antisipasi mengekspresikan pada dirinya sebagai hasrat untuk
sampai pada tujuan. Dan hasrat ini menyebabkan gerak maju pada pikiran
penonton.
Gerak maju dihasilkan dari antisipasi dan suspense. Untuk antisipasi, kita
memerlukan tujuan, yang hanya dapat ditempatkan apabila terdapat kehendak.
Dan untuk suspense, kita memerlukan keraguan akan hasil kehendak, yang
hanya dapat diciptakan oleh hambatan.
Kita menemukan bahwa tujuan utama cerita harus ditempatkan seawal mungkin
dalam upaya memperoleh antisipasi; ini berarti kehendak yang menempatkan
tujuan harus dimulai sangat dekat pada awal film. Untuk membuat film terasa
cepat, kita harus memasukkan keraguan. Kesulitan yang dihadapi kehendak dan
yang membuat tercapainya tujuan menjadi meragukan atau tidak pasti, harus
diekspose segera setelah kehendak dimunculkan.
Pada film, kita temukan bahwa gerak maju akan lebih cepat jika kita
mengantisipasi "happy ending". Tidak jadi masalah seberapa tidak
menyenangkannya atau seberapa menterornya situasi, ini tidak akan
mengganggu gerak maju, karena hanyalah sebagai tahap sepanjang jalan
menuju suatu akhir yang menyenangkan.
Sebaliknya, tak masalah betapa menyenangkannya situasi, kita akan susah payah
membuat gerak maju apabila tujuan utama mengandung antisipasi dari sesuatu
yang tidak menyenangkan. Dan ini adalah alasan penting bagi perlunya "happy
ending" dalam film.
G. KALKULASI
Jika film melampui estimasi titik akhir ini, penonton akan lelah. Jika akhir film
terlalu awal, penonton masih menyimpan kelebihan energi yang menyebabkan
perasaan tidak nyaman (dissatisfaction).
BAB V
STRUKTUR DRAMATIK
Berdasarkan definisi sederhana kita bahwa film adalah cerita yang DITUTURKAN
pada penonton melalui rangkaian gambar bergerak, maka kita sampai pada satu
pemahaman bahwa cerita harus DITUTURKAN. Dengan demikian, ini memberi
pengertian lebih lanjut, bahwa ada CARA BERTUTUR. Cara bertutur inilah yang
kemudian dikenal sebagai STRUKTUR DRAMATIK atau yang juga dikenal dengan
istilah KONSTRUKSI DRAMATIK.
Cerita yang sama oleh penulis yang berbeda boleh jadi hasilnya berbeda: yang satu
sangat menarik, yang satunya lagi membosankan. Perbedaannya terletak pada
struktur dramatiknya.
Struktur dalam pengertian Latin "structura" pada mulanya mengacu pada konstruksi
bangunan, yaitu susunan material-material yang menciptakan keutuhan arsitektural
bangunan; sedangkan kata drama berasal dari kata Yunani "dran" yang berarti aksi
(action). Konsekuensinya; dalam drama, struktur tidak hanya berhubungan dengan
materi-materi konkret yang statis, tetapi juga gerak, perubahan dan perkembangan.
Struktur terdiri atas peristiwa-peristiwa spesifik dalam film yang posisinya saling
berhubungan antara peristiwa yang satu dengan peristiwa yang lain. Bentuk (form)
adalah keseluruhan sistem dari hubungan antara elemen-elemen yang membangun
keseluruhan film.
Bukanlah suatu cerita menarik atau tidak menarik, tetapi penonton yang menentukan
ataukah ia tertarik atau tidak terhadap cerita. Kita bukan hanya bercerita, tetapi kita
"bercerita kepada penonton".
Struktur terdiri atas peristiwa-peristiwa spesifik dalm film dan posisinya berhubungan
dengan yang lain. Struktur yang baik muncul ketika peristiwa yang tepat muncul
dalam scene atau sequence yang tepat untuk membangkitkan keterlibatan emosional
maksimum dari penonton.
Struktur dramatik yang baik dapat dilihat di bawah ini. Karena bentuknya seperti
tangga, maka struktur dramatik juga sering disebut sebagai Tangga Dramatik.
Setiap peristiwa berikutnya harus lebih atraktif dalam usaha mencapai gerak maju,
yang harus diterapkan pada setiap bagian, setiap elemen cerita. Setiap karakterisasi
harus tumbuh menuju akhir. Setiap emosi harus secara gradual makin kuat. Setiap
keputusan harus semakin penting. Setiap peristiwa harus semakin menarik. Bila suatu
bagian kehilangan perkembangan maka bagian ini akan menghasilkan stagnasi,
kehilangan daya tarik dan nilai karena bagian-bagian lain berkembang.
Klimaks
Anti Klimaks
Nilai dramatik disusun semakin lama semakin meningkat menuju ke puncak tangga
dramatik yang dinamakan klimaks. Klimaks ditempatkan sesaat sebelum film berakhir.
Garis menanjak sebenarnya merupakan garis yang ditarik melintasi puncak-puncak
nilai dramatik.
Klimaks
Anti Klimaks
Nilai dramatik sebenarnya naik turun sepanjang perjalanan film. Saat nilai dramatik
turun, disebut RELEASE, penonton mendapat kesempatan untuk menarik nafas.
Sesaat setelah release, kembali nilai menanjak semakin meninggi. Bagian yang
menanjak ini dinamakan TENSION. Kembali release, lalu tension makin meningkat,
dan begitu seterusnya hingga menanjak mencapai klimaks.
A. POLA TIGA BABAK
Struktur dramatik film mengacu pada Struktur Tiga Babak; yaitu Babak I yang
disebut Babak Awal (opening, beginning, set-up), Babak II yaitu Babak Tengah
(middle, development) dan Babak III atau Babak Akhir (end, resolution).
Antiklimaks
I II III
Tujuan dari Babak Awal adalah memaparkan (to establish) latar (setting), karakter,
situasi dan motivasi Protagonis; tujuan dari Babak Tengah adalah membangun (to
build) kesulitan, hambatan, konflik, suspense, pace, humor, perkembangan
karakter, dan pencerahan karakter, tujuan dari Babak Akhir adalah menyelesaikan
(to resolve) segala sesuatunya, khususnya penyelesaian problem yang dihadapi
protagonis.
1. Babak awal
Beberapa menit pertama cerita menjadi bagian paling penting. Tujuan Babak
Awal adalah memberikan semua informasi-informasi vital yang diperlukan
penonton untuk memulai cerita. Kita temukan tokoh-tokoh prinsip dan mulai
terlibat bersamanya. Melalui eksposisi kita menerima latar-belakang yang
diperlukan untuk mengerti cerita.
a. mengintroduksi Protagonis
b. mengguncang penonton dengan problem utama yang dihadapi
Protagonis,
c. mengintroduksi Antagonis dan
d. memperlihatkan resiko bila Protagonis gagal menyelesaikan
problemnya (disebut juga "or else factor" atau "dreadful alternative")
Dalam kaitannya dengan tokoh Protagonis, karakterisasi yang efektif bukan
hanya memperlihatkan karakteristiknya, daya tarik dan potensinya untuk
membuat penonton beridentifikasi padanya, tapi juga harus dilihat dalam arti
menampilkan Protagonis seawal mungkin.
Cerita tanpa ketergangguan tak akan pernah menjadi cerita dramatik, tetapi
hanya akan menjadi cerita yang deskriptif. Tokoh harus diberi ketergangguan
untuk membuatnya melakukan aksi. Ciptakan ketergangguan pada Protagonis
seawal mungkin dan kita harus menjaga ketergangguan sepanjang kita
membutuhkan aksi dan itu berarti menjaga ketergangguan sepanjang film.
Dalam film, kita harus membuat Protagonis tidak mudah untuk menyelesaikan
ketergangguannya, karena hanya dengan cara demikian kita bisa membangun
ketegangan (suspense). Rahasia ketegangan menyangkut dua hal: "perhebat
Antagonis, perhebat malapetaka bagi Protagonis".
Selain tujuan Protagonis harus sulit untuk dicapai, protagonis juga harus
berada dalam situasi pertaruhan. Babak Awal sudah harus memperlihatkan
kepada penonton bahwa sesuatu yang besar atau berharga akan hilang bila
tokoh Protagonis gagal mencapai tujuannya.
Key Turning Point adalah titik peralihan. Key turning Point I merupakan
peralihan dari Babak Awal ke Babak Tengah, dan Key Turning Point II
peralihan dari Babak tengah ke Babak Akhir. Key Turning Point merupakan
perubahan arah cerita: peristiwa-baru terjadi dan keputusan-baru dibuat, dan
sebagai hasilnya cerita mendapatkan momentum dan mempertahankan
fokusnya. Key Turning Point adalah titik dimana cerita seolah-olah dibelokkan
ke arah yang lain.
Key Turning Point melayani beberapa fungsi; yaitu membelokkan aksi ke arah
yang baru, kembali memunculkan problem utama, memunculkan pertaruhan
atau resiko dan membawa penonton ke dalam situasi baru. Key turning Point
hanya melayani semua fungsi ini, meskipun beberapa Key Turning Point hanya
melayani beberapa diantaranya. Key turning point I mendorong cerita ke
babakan selanjutnya, yaitu Babak Tengah.
3. Babak Tengah
Babak Awal yang jernih akan membantu kejernihan Babak Tengah. Key
Turning Point I yang kuat sangat bermanfaat untuk mendorong Babak Tengah
bergerak. Tetapi elemen-elemen lain dibutuhkan dalam Babak Tengah untuk
menjaga daya tarik penonton.
Key Turning Point II sebagai peralihan dari Babak Tengah ke Babak Akhir,
melayani fungsi yang sama dengan Key Turning Point I. Tetapi Key Turning
Point II mempunyai fungsi tambahan yang penting; yaitu mempertinggi
kecepatan aksi dan membuat Babak Akhir lebih intens daripada Babak
Tengah.
Dalam happy ending, pada titik kritis yang dihadapi Protagonis, kita bisa
memasukkan life-line, yaitu alat atau perangkat yang digunakan Protagonis
untuk menyelesaikan problemnya. Life-line harus logis, bukan sebagai
kebetulan. Kita harus menghindari apa yang dinamakan Deus Ex Machina,
penyelesaian problem atas pertolongan Tuhan karena penyelesaian dengan
cara ini merupakan penyelesaian yang terlalu mudah. Protagonis harus
menyelesaikan sendiri problem yang dihadapinya.
6. Klimaks
Klimaks adalah titik yang menentukan protagonis berhasil atau gagal dalam
mencapai tujuannya. Tak boleh terjadi keraguan (ambiguitas) terhadap
klimaks. Protagonis bisa berhasil mencapai tujuannya atau gagal, tetapi kita
tidak dapat meninggalkan persoalan ini tanpa penyelesaian. Penonton
menunggu saat akhir ini untuk mendapatkan jalan keluar; kita tak bisa
membiarkan mereka tergantung di awang-awang.
Akhir dari skenario boleh masih mengandung suatu elemen ambiguitas atau
suatu sub-plot yang tak terselesaikan, untuk meninggalkan penonton
mempertanyakan suatu faset tertentu dari penyelesaian. Tetapi elemen
ambiguitas ini harus tak pernah termasuk penyelesaian problem utama yang
dihadapi protagonis.
7. Antiklimaks
Antiklimaks tidak boleh memakan waktu yang panjang, tetapi justru mengambil
waktu yang sangat pendek. Begitu klimaks tercapai "pesta" pun usai dan tiba
saatnya untuk pulang. Meskipun masih ada sedikit informasi atau sekali lagi
suatu imaji yang ingin ditampilkan, pada prinsipnya semua sudah selesai dan
sudah waktunya untuk menuliskan kata "SELESAI".
B. TREATMENT
Dalam sinopsis kita sudah mempunyai materi-materi yang akan kita tuturkan.
Tetapi materi-materi ini harus ditata dan disusun, harus distruktur, sehingga
susunannya memenuhi struktur dramatik yang baik. Untuk memudahkan
penyusunan struktur dramatik inilah fungsi utama treatment.
Treatment adalah ringkasan detail dari struktur. Ini termasuk deskripsi karakter,
bagaimana dan kapan karakter-karater ini muncul. Ini juga termasuk deskripsi
scene, aksi, garis besar dialog dan kadang-kadang bila dianggap esensial dapat
pula dimasukkan angle kamera atau tipe shot (type of shot).
Tuliskan setiap scene dalam satu kartu kecil, fragmen dari action atau dialog yang
masuk dalam scene ini. Dalam setiap kartu, sebagaimana mengintroduksi karakter
baru atau setting, tuliskan ringkasan deskripsinya. Kemudian taruh dalam
whiteboard dan kemudian kita bisa melihat keseluruhan urutan-urutannya dan
memperbaikinya atau menata ulang urutan-urutannya sehingga tercapai struktur
yang baik. Kita juga bisa membuang atau menambahkan kartu-kartu yang lain.
BABAK I Cinderella bekerja bagai budak pada saudara perempuan dan ibu
tirinya yang kejam.
KEY TURNING Mendadak muncul ibu peri. Memberikan baju dansa, lengkap
POINT I dengan sepatu kaca. Juga kereta dari buah labu dengan tikus-
tikus yang dirubah jadi kudanya.
RESIKO
Pakaian dansa dan kereta akan hilang di tengah malam,
Cinderella pun harus pulang sebelum habis waktunya.
BAB VI
FORMAT SKENARIO
Skenario bukan untuk tujuan diterbitkan, tetapi tujuannya adalah menjadi naskah
kerja bagi produser, sutradara, aktor dan pihak-pihak lain yang terkait dengan proses
pembuatan film. Yang mereka cari dari skenario adalah karakter manusiawi dan
emosi, tawa, fantasi, konflik dan isi gagasan. Menulis skenario bukan semata-mata
menyangkut seni kreatif, tetapi juga menyangkut ketrampilan. Kesenian terlalu abstrak
untuk dijabarkan, tetapi teknik lebih kongkrit dan dapat dijelaskan dari satu orang ke
orang lain.
Secara teknis, satuan terkecil film adalah frame. Ruang film juga dapat dibagi dalam
satuan shot yang secara sederhana dapat diartikan sebagai potongan seluloid.
Ruang film juga dapat dibagi dalam satuan scene. Scene ditentukan oleh peralihan
tempat dan atau perubahan waktu. Dengan demikian apabila tempat, waktu, atau
kedua-duanya berubah, maka berubah pula scene-nya.
Menyangkut format penulisan skenario, satuan film yang dijadikan sebagai acuan
adalah pembagian shot dan scene dan berdasarkan acuan inilah kita mengenal dua
format skenario. Skenario dapat dituliskan berdasarkan satuan shot, yang dikenal
sebagai skenario format shooting script. Sedangkan skenario yang formatnya
didasarkan pada pengelompokkan scene dinamakan skenario format master scene
(master scene-screenplay)
Informasi tempat dapat dilakukan dengan title, misalnya "Cikini" atau "Jakarta" atau
"Pusat Pengendalian Nuklir", atau dengan cara memperlihatkan hal-hal yang secara
spesifik dikaitkan dengan tempat tertentu, misalnya Monas berarti Jakarta dan
binatang kangguru berarti Australia.
Tempat tidak hanya dapat dilakukan melalui unsur visual, tapi juga disampaikan
dengan menggunakan unsur suara. Pesawat mendarat di sebuah lapangan terbang,
begitu diperdengarkan MUSIK tradisional Sunda, maka akan memberikan informasi
bahwa lapangan terbang tersebut berada di Jawa Barat.
Adegan di sebuah rumah dengan latar belakang EFEK suara kereta api melintas
memberi informasi bahwa rumah dekat dengan rel kereta. Informasi tempat dapat pula
disampaikan melalui DIALOG. Misal ketika seorang tokoh dengan kagum melintasi
pusat pertokoan lalu berkata kepada temannya, "Wah, ternyata Bogor sekarang sudah
banyak berubah", maka dapat disimpulkan adegan ini terjadi di pusat pertokoan di
Bogor.
Dengan dialog, informasi tempat bahkan dapat disampaikan sebelum tempat tersebut
diperlihatkan. Apabila ada tokoh mengatakan "Saya mau pulang ke Tegal", ketika
kemudian pada adegan berikutnya diperlihatkan tokoh tersebut pulang memasuki
sebuah kampung, maka penonton sudah mengetahui bahwa kampung tersebut
adalah Tegal.
Sebagaimana halnya tempat, unsur waktu pun harus diinformakan pada penonton.
Title dapat digunakan untuk menyampaikan informasi waktu, misalnya "15 tahun
kemudian" atau dituliskan bersama-sama dengan informasi tempat, "Jakarta, 17
Agustus 1945".
Selain kalender, jam juga dapat memberikan informasi waktu, bahkan dalam satuan
detik seperti penggunaan jam untuk menggambarkan detik-detik menjelang
meledaknya sebuah bom. Aksi yang spesifik akan dikaitkan dengan waktu tertentu,
misal orang menyalakan lampu berarti hari sudah malam.
Rentang waktu dapat digambarkan melalui peristiwa yang terjadi dalam rentang
waktu tertentu yang sudah diketahui secara umum, misal bayi lahir sampai mulai
bicara berarti rentang waktunya sekitar 1 tahun. Selain melalui elemen visual,
informasi waktu juga dapat disampaikan melalui DIALOG, misal seorang ibu yang
marah pada anak gadisnya "Jam satu malam baru pulang!", atau dengan EFEK yang
dapat menjadi penanda waktu, contohnya suara kokok ayam berarti pagi.
Tentu saja "waktu" dalam film harus dipahami tidak dalam arti "waktu yang
sebenarnya". Bom yang akan meledak lima menit lagi, misalnya, tidak harus benar-
benar berlangsung lima menit. Kita dapat merentangnya. Demikian juga sebaliknya,
kita bisa membuang kejadian tertentu dalam suatu rentang waktu tertentu (time-lipse).
Bahkan kita bisa kembali ke peristiwa yang terjadi pada waktu-waktu sebelumnya,
yang umum kita kenal dengan istilah flashback.
Apapun tempat dan waktu yang kita pilih, film secara keseluruhan harus memberi
orientasi yang jelas pada penonton mengenai tempat dan waktu terjadinya cerita.
Dengan kata lain, meskipun dalam skenario format master-scene penulisannya
berdasarkan satuan-satuan scene, tetapi harus tetap membanguan suatu keutuhan
"bangunan" film.
Dalam cara penulisan skenario tentu ada variasi-variasi, meskipun hanya variasi
kecil, tetapi adalah penting untuk mengikuti aturan yang secara umum telah diterima.
Penulisan dengan format yang tidak lazim bisa jadi malah membingungkan pihak lain
yang membacanya.
A. KERTAS
Gunakan kertas ukuran kwarto atau A4 (8.5 x 11 inch). Kertas harus kertas putih
polos. Dengan kertas ukuran kwarto, skenario dengan deskripsi yang baik, setiap
satu lembarnya berarti kira-kira satu menit saat difilmkan. Dengan demikian,
sebuah skenario film cerita panjang, idealnya, berkisar antara 110 sampai 120
halaman kwarto.
B. PITA/TINTA
Untuk pita atau tinta, gunakan pita atau tinta hitam. Sebagaimana tujuannya,
skenario nantinya akan diperbanyak atau di fotocopy untuk dibagikan pada orang-
orang yang terlibat dalam pembuatan film. Bila menggunakan tinta warna,
kemungkinan warna-warna tertentu akan hilang atau menjadi tidak jelas pada saat
di fotocopy. Apalagi kalau mesin fotocopynya jelek atau rusak.
C. HURUF
Terdapat dua tipe mesin tik manual jika didasarkan pada ukuran (size) hurufnya.
Huruf dengan ukuran standard dinamakan pika, sedangkan bila ukuran hurufnya
kecil-kecil dinamakan elite.
Cara penulisan yang akan dijelaskan di sini, berdasarkan ukuran huruf yang lazim
dipakai, adalah berdasarkan huruf pika. Untuk penggunaan huruf dengan ukuran
yang lebih kecil, disesuaikan sehingga jumlah kata per lembarnya sama dengan
pada huruf pika, sehingga perkiraan per halaman skenario tetap mendekati satu
menit saat difilmkan.
Pada penggunaan komputer, pilih huruf yang ukurannya sama dengan ukuran
huruf pika. Meskipun pada komputer banyak pilihan jenis huruf dan style-nya, pilih
huruf yang sederhana dengan style reguler.
D. MARGIN
Secara keseluruhan, margin (batas) tulisan adalah 1 inch dari tepi atas, tepi
bawah, tepi kiri maupun tepi kanan kertas. Sebagai kekecualian adalah nomor
halaman, yang boleh ditempatkan di luar margin tersebut. Penulisan, baik
deskripsi visual maupun dialog, adalah rata kiri (left margin).
Usahakan tidak menuliskan kata yang terputus pada akhir baris. Daripada
menuliskan kata yang terputus, lebih baik menyisakan ruang kosong pada akhir
baris dan memulai baris yang baru.
E. NOMOR HALAMAN
Tidak ada aturan mengenai penempatannya, tetapi lazimnya pada kanan atas
halaman. Tempatkan nomor halaman pada jarak 0,5 inch dari tepi atas dan 1 inch
dari tepi kanan kertas. Meskipun tidak ada aturan mengenai penempatannya,
nomor halaman harus dituliskan dengan angka arab. Berurut mulai dari nomor 1,
2, 3 dan seterusnya.
F. DESKRIPSI
1. Nomor secene dituliskan pada margin 1 inch dari tepi kiri kertas, sehingga
nomor bisa cepat terbaca. Sebagaimana yang telah dijelaskan sebelumnya,
penetapan scene ditentukan oleh perubahan tempat, perubahan waktu atau
perubahan keduanya. Tidak menjadi soal suatu scene panjang atau pendek,
secara prinsip jika berubah tempat, waktu atau berubah keduanya, berubah
pula scenenya, dan setiap kali scene berubah maka selalu diawali penomoran
baru.
Kadang kita menemukan skenario dengan nomor scene yang ditulis ulang di
sisi kanan kertas. Ini biasanya digunakan bila ada kekuatiran nomor scene di
sisi kiri hilang saat diperbanyak (di fotocopy) atau menjadi tidak terbaca ketika
di jilid nantinya, sehingga untuk mengantisipasi hal itu nomor scene kadang di
tulis ulang di tepi kanan kertas, meski bukan suatu keharusan.
2. Setelah nomor scene, adalah judul scene (a scene heading), dituliskan 1,5
inch dari tepi kiri dan 1 inch dari tepi kanan kertas. Tuliskan EXT. yang
mengindikasikan lokasi luar ruangan (eksterior) atau INT. Untuk lokasi di
dalam ruangan, diikuti dengan indikasi TEMPAT dan WAKTU.
3. Pada jarak dua spasi di bawah judul scene adalah deskripsi visual. Deskripsi
visual adalah rata kiri sejajar dengan EXT/INT pada margin 1,5 inch dari tepi
kiri dan 1 inch dari tepi kanan kertas. Deskripsi visual dituliskan dalam spasi
rapat (satu spasi), terkecuali apabila ganti alinea digunakan spasi ganda (dua
spasi).
6. Dialog dituliskan pada jarak dua spasi dari deskripsi visual maupun antara
dialog tokoh yang satu dengan tokoh lainnya. Dialog selalu dimulai dari nama
tokoh yang mengucapkan dialog.
Nama tokoh dituliskan dengan HURUF BESAR dalam margin 4 inch dari tepi
kiri kertas. Jangan menuliskan nama tokoh di tengah-tengah baris (center).
Meskipun nama tokohnya panjang atau pendek, selalu konsisten di mulai dari
margin 4 inch dari tepi kiri kertas.
7. Apabila ada dialog yang diucapkan, tetapi tokoh tidak terlihat pada di layar,
dituliskan (O.S) yang merupakan singkatan Off Screen atau (V.O) sebagai
singkatan Voice Over. Di tulis di belakang nama tokoh yang mengucapkannya.
Selalu dalam huruf besar dan dalam tanda kurung.
Apabila ada dialog yang terputus sebentar lalu kembali dilanjutkan, tuliskan
(pause) dalam huruf kecil dan tanda kurung dan cara penulisannya sama
dengan cara penulisan petunjuk pengucapan.
9. Isi dialog dituliskan pada margin 3 inch dari tepi kiri dan 2 inch dari tepi kanan
kertas. Selalu rata kiri dan bukan rata kanan. Panjang pendeknya isi dialog,
bahkan jika isi dialognya sangat pendek, selalu secara konsisten dituliskan
pada margin yang sama dan jangan pernah menuliskannya pada tengah-
tengah baris.
Mulai dari nama tokoh yang mengucapkan, petunjuk pengucapan sampai isi
dialog, dituliskan dalam jarak (1 spasi). Pergantian tokoh yang mengucapkan
dialog dituliskan dalam jarak dua spasi. Juga apabila dialog telah selesai dua
spasi dan berganti pada deskripsi visual, maka deskripsi visual berjarak dua
spasi.
10. Apabila dialog seorang tokoh terputus oleh deskripsi visual, lalu kembali pada
dialog tokoh tersebut, maka untuk menandai bahwa dialog tersebut
merupakan kelanjutannya, dituliskan (continuing) atau (lajutan), menggunakan
huruf kecil dan dalam tanda kurung. Dituliskan 1 spasi di bawah nama tokoh,
dalam margin 3.5 inch dari tepi kiri kertas, atau diperlakukan sama seperti cara
penulisan petunjuk pengucapan. Juga dapat dituliskan (Cont.) di belakang
nama tokoh yang mengucapkan.
Juga apabila dialog terputus di akhir halaman. Maka pada halaman berikutnya
juga dituliskan (continuing) atau (lanjutan) setelah terlebih dahulu KEMBALI
MENULISKAN NAMA TOKOH YANG MENGUCAPKANNYA. Jangan sekali-
se ka l i me n u l i ska n i si d i a l o g ta n p a d i d a h u l u i n a ma to ko h ya n g
mengucapkannya.
11. Tidak menjadi keharusan bagi penulis skenario untuk menuliskan istilah-istilah
teknis. Adalah bukan tanggung-jawabnya mengarahkan sutradara dalam
menetapkan tipe shot (type of shot) maupun gerak kamera (camera
movement). Tak jadi soal jika skenario di tulis tanpa istilah-istilah teknis,
karena mereka yang akan menterjemahkannya.
Tetapi meskipun istilah teknis tidak harus dituliskan, penulis sudah harus
mempunyai pemikiran filmis. "Tangannya yang memegang pistol begitu
gemetar" sudah mengarahkan tipe shot Close-up. Deskripsi "rumahnya berada
di pinggiran bukit hijau dengan padang alang-alang yang luas menghampar"
memberi gambaran Establishing Shot.
12. Apabila sebuah scene telah selesai dituliskan dan berganti pada scene
berikutnya, antara akhir scene dengan awal scene heading berikutnya
berjarak dua spasi. Penulisan CUT TO : sama sekali tidak diperlukan, karena
sudah tersirat pada setiap pergantian scene. Teknik pergantian scene baru
dituliskan bila ada transisi yang dianggap khusus, misalnya menandai
flashback atau time-lapse, maka secara keseluruhan dituliskan di tepi kanan
baris dalam HURUF BESAR, pada margin 6 inch dari tepi kiri kertas, berjarak 2
spasi dari akhir scene sebelumnya dan 2 spasi dari judul scene berikutnya.
13. Apabila skenario telah selesai, maka langsung tuliskan kata SELESAI, dalam
huruf besar dan di tengah-tengah baris.
Kertas A4/Kwarto
1.
LOUISE seorang waitress cafe. Pada usia awal tiga puluhan, ia sudah
terlalu berumur untuk pekerjaan ini. Sangat manis dan cekatan,
sekalipun di akhir shiftnya. Ia melemparkan cangkir-cangkir kotor dari
dari counter ke dalam bus tray di bawah counter. Hal ini menimbulkan
SUARA GADUH, satu hal yang tidak diperdulikannya. Terdengar
MUSIK COUNTRY pada b.g., dan ia ikut menyenandungkannya.
THELMA
(berteriak)
Tunggu sebentar! Halo?
LOUISE
(ditelpon umum)
Saya berharap kamu sudah berkemas, adik kecil,
sebab kita akan cabut dari sini nanti malam.
THELMA
(berbisik dengan rasa bersalah)
Baik, tunggulah. Saya akan tanyakan pada
Darryl apa saya boleh pergi.
THELMA (V.O.)
Jadi kamu belum juga nanya sama dia? Demi?
Tuhan, Thelma, dia itu suamimu atau
bokapmu?
Ini kan Cuma dua hari. Demi Tuhan, Thelma,
Jangan seperti anak kecil. Bilang saja kamu
pergi
Sama saya, demi suara jerit tangis yang
Menyayat. Bilang sama dia, kalau saat ini saya
Lagi berantakan.
THELMA
Dia memang sudah berpikir kamu
rada-rada, Louise, saranmu nggak bakalan
ada
pengaruhnya bagi Darryl. Kamu masih di
tempat
kerja?
LOUISE (V.O.)
Nggak, saya nelpon dari Palyboy
Mansion.
THELMA
Nanti saya telpon balik.
THELMA
(lanjutan)
Darryl! Sayang, baiknya kamu agal buruan.
CUT TO :
THELMA
Saya berharap nggak ada yang
numpang mobil kita.
G. COVER
Dalam penulisan cover (tittle page) ada kelonggaran aturan dan ditemukan banyak
variasi. Meskipun demikian, ada beberapa prinsip yang harus diikuti. Cover boleh
menggunakan kertas yang sama, baik ukuran maupun ketebalannya, sehingga
tidak perlu mencari atau membeli kertas lain. Demikian pula halnya dengan
bentuk, ukuran, style maupun warna huruf-huruf yang digunakan. Pada
hakekatnya, halaman judul atau cover, semata-mata hanya untuk menandai
skenario yang ditulis, dengan demikian jangan ada unsur-unsur lain seperti
gambar, elemen, foto, hiasan dan sebagainya.
3. Bila skenario merupakan hasil adaptasi, diilhami, cerita di tulis oleh orang lain
atau penjelasan lainnya, dituliskan delapan spasi di bawah nama penulis di
tengah-tengah baris diikuti "karya" dan nama pengarang novel dua spasi
dibawahnya.
4. Pada bagian bawah halaman judul, dibagi menjadi dua. Pada sisi kiri bawah,
tuliskan "Produksi", lalu pada baris dibawahnya adalah nama perusahaan
yang akan memproduksi, di tulis dalam jarak satu spasi, menggunakan huruf
kecil setelah didahului dengan huruf besar. Bila akan menuliskan nama
sutradara atau produser, meskipun sangat tidak lazim, bisa dituliskan pula
bagian ini.
5. Pada sisi kanan, sejajar dengan baris di tepi kiri, tuliskan Draft 1 jika skenario
ini merupakan draft pertama. Bila kemudian direvisi, tuliskan Draft 2. Draft 3
jika kembali direvisi, dan demikian seterusnya. Kemudian dibawahnya, dalam
jarak satu spasi, tuliskan tanggal, bulan dan tahun yang menandai waktu
selesainya penulisan skenario ini. Akhir tulisan pada cover dihitung sehingga
kira-kira mempunyai margin yang sama antara tepi bawah dan tepi atas kertas.
HANTU
Skenario Oleh
Karya
Kuntilanak SH
Produksi Draft 1
PT. Kalang Kabut 29 April 2002
H. PENJILIDAN
Berbeda dengan pembuatan buku, skenario yang telah ditulis TIDAK USAH
DIJILID. Cukup gunakan saja penjepit kertas (binder clips) atau gunakan pelubang
kertas dengan pengancing (fasteners) dari logam atau plastik yang gampang
copot.
I. REVISI
Tidak ada perbedaan dalam cara penulisan naskah revisi. Sebagai penanda
bahwa naskah tersebut naskah revisi dapat dilihat pada sisi kanan bawah cover,
Draft 1, Draft 2, Draft 3 dan demikian seterusnya sampai skenario disetujui. Apabila
naskah skenario telah disetujui, berarti tugas penulis juga telah selesai dan tiba
waktunya menulis skenario yang lain lagi.
DAFTAR PUSTAKA
Aronson, Linda. 2001. Screenwriting Updated: New (and Conventional) Ways of
Writing for the screen. Los Angeles: Silamn-James Press.
Egri, Lajos. 1960. The Art of Dramatic Writing. New York: Simon and Schuster.
Hauge, Michael. 1988. Writing Screenplay that Sell. New York : Mc Graw-Hill Book
Company.
Herman, Lewis. 1974. A Practical Manual of Screen Playwriting for Theater and
Television. New York: New American Library.
Lee, Robert, and Robert Misiorowski. 1982. Script Models. New York: Hasting House
Publishers.
Miller, William. 1980. Screenwriting for Narrative Film and Television. New York:
Hasting House Publishers.
Nash, Constance, and Virginia Oakay. 1982. The Screenwriter Handbook. New York:
Harper & Row.
Root, Wells. 1980. Writing the Script. New York: Holt, Rinehart and Winston.
Seger, Linda. 1987. Making a Good Script Great. New York: Dodd, Mead & Company.
Swain, Eugene. 1973. The Technique of Screenplay Writing. New York: The Universal
Library.
Wilis, Edgar E, and Camile D'Arienzo, RSM. 1981. Writing Scripts for Television, Radio
and Film. New York: Holt, Rinehart and Winston.
Di pedalaman Afrika pada masa Perang Dunia Pertama, ROSIE, perawan tua saudara
seorang misionaris Inggris, usianya kira-kira empat-puluhan. CHARLIE kurang lebih
seusia dengannya, gelandangan kapal sungai yang pemabuk dan menjalani
hidupnya dengan membawa bekal dalam kapalnya The African Queen. Ketika Jerman
menghancurkan desanya dan menyebabkan kematian saudara laki-lakinya, Rosie
membujuk Charlie agar mereka menuruni sungai dan menenggelamkan The Lusia,
kapal perang yang digunakan Jerman untuk mengontrol bagian Afrika ini. Hanya
dengan enggan-engganan saja Charlie setuju, selain mengingat sungai yang tidak
bersahabat dan bahkan mungkin tak bisa dilintasi, The Lusia dipersenjatai dengan
persenjataan berat. Dengan keberanian Inggris yang sebenarnya, mereka berangkat
melintasi arus deras, air terjun, tembak-tembakan tentara Jerman yang berkubu di
sungai, baling-baling yang patah, kerumunan nyamuk-nyamuk, lintah-lintah dan
kehilangan alur sungai. Siap menyerahkan nyawa, yakin mereka hilang tanpa
harapan ketika gelombang air badai besar menghantam kapal mereka beberapa yard
ke dalam danau. Mereka membuat torpedo, tetapi mereka kembali dihantam badai.
The Louisa muncul mengangkat lambung The African Queen, menghantam torpedo
dan meledak. Charlie dan Rosie berenang ke daratan Inggris, membawa
keberhasilan.
BERNSTEIN dan WOODSWARD adalah dua reporter muda The Washington Post
pada masa terbongkarnya skandal Watergate. Mereka pergi untuk menyingkap berita
yang sesungguhnya di balik skandal Watergate, dan pejabat-pejabat pemerintah
yang kemungkinan terlibat. Pada mulanya editor mereka ragu akan memperoleh
berita, mengingat keduanya belum berpengalaman. Kemudian mereka frustasi karena
sumber misterius mereka mengetahui lebih banyak daripada yang dikatakannya.
Mereka jadi kecut lantaran The New York Times mengalahkan mereka untuk
beberapa bagian berita. Mereka hampir tersingkir dari berita karena tidak
mendapatkan materi yang cukup. Sumber-sumber yang memungkinkan takut dan
tidak mau bicara. Peluang terputus ketika seorang wanita yang setuju bicara gagal
karena ia perempuan yang keliru. Bernstein pergi ke Florida untuk memperoleh
beberapa informasi tetapi tidak berhasil mendapatkannya sampai mereka
menggunakan akal. Mereka tidak memperoleh cukup petunjuk dan segala
sesuatunya tampak begitu terselubung. Krisis timbul ketika mereka salah menuduh
Haldeman dan itu diketahui, membuat keduanya tak lagi dipercayai. Mereka punya
cukup alasan untuk mengetahui bahwa hidup mereka terancam bahaya. Tetapi
akhirnya mereka berhasil mendapatkan beritanya, yang kemudian dimuat di koran.
Contoh sinopsis
FAREWELL MY CONCUBINE
Tahun 1977, Revolusi Kebudayaan telah berakhir. Dua laki-laki dalam kostum Opera
Peking berjalan melintasi stadium di Peking ketika penjaga tua mengenali mereka
sebagai dua orang yang menjadi pujaannya, DUAN XIAOLOU dan CHENG DIEYI,
superstar opera pada suatu masa yang lalu.
Diantara murid-murid baru guru Guan adalah Douzi, seorang laki-laki yang lembut
dan cantik, yang disingkirkan oleh ibunya yang pelacur, karena si anak sudah terlalu
besar dibawa-bawa melayani langganannya. Ketika Douzi untuk yang pertama
kalinya tiba, pelajar-pelajar yang lain menghinanya karena ibunya pelacur. Tetapi
saat itu pula, Shitou berdiri untuk membelanya dan memberikan padanya
perlindungan. Keduanya pun kemudian saling bersahabat akrab.
Sebagaimana aktor-aktor Peking pada umumnya, Douzi dan Shitou dilatih dalam tipe-
tipe tertentu permainan yang menjadi spesialisasi dalam kehidupan mereka. Karena
feminitas Douzi terlihat bagus, dia dilatih untuk mengambil permainan perempuan,
sedangkan Shitou yang atletis cocok untuk peran-peran tentara.
Diantara opera yang dipelajari Shitou dan Douzi adalah "Farewell My Concubine",
kisah tentang seorang raja dengan tentar-tentaranya yang nyaris kehilangan
kerajaannya oleh musuhnya. Meskipun Raja memerintahkan selirnya untuk
meloloskan diri agar selamat, selir tetap setia dan memilih bunuh diri dengan
pedangnya ketika mereka dikalahkan musuhnya. Dalam permainan opera ini, Shitou
mendapat bagian peran Raja dan Douzi sebagi selirnya.
Tahun 1937, pada malam invasi Jepang, Douzi dan Shitou yang dikenal dengan
nama panggung Cheng Dieyi dan Duan Xiaolou, telah jadi pujaan di Peking. Tetapi
tidak demikian bagi aktivis pelajar yang berharap semua orang berkumpul sepenuh
waktu dengan semangat anti-Jepang. Mereka berpikir opera adalah kegiatan yang
tidak karuan.
Duan Xiaolou terlibat romantika dengan JUXIAN, pelacur yang paling menggairahkan
di rumah bordil terkenal House of Blossom. Keduanya akhirnya bertunangan.
Kabar pertunangan Duan Xiaolou dan Juxian mengakibatkan Dieyi runtuh dalam
kecemburuan dan kesedihan yang sangat mendalam. Dia menerima undangan untuk
mengunjungi Guru YUAN, lelaki tua kaya dan terhormat yang mengharapkan Dieyi
menjadi langganannya dan sekaligus pasangan cintanya. Di rumah Yuan, Dieyi
tertarik pada pedang kuno yang pernah dilihatnya di rumah kasim Zhang beberapa
tahun silam. Guru Yuan memberikan pedang itu pada Dieyi ketika ia menerima
cumbuan Guru Yuan.
Dieyi pulang dari rumah Guru Yuan dalam keadaan sedih dan berjalan ke ruamh
Xiaolou yang meriah karena pesta pertunangan sedang berlangsung. Dieyi
memberikan pedangnya pada Xiaolou dan mengatakan dirinya tidak akan bernyanyi
lagi bersamanya. Saat itu sudah larut malam dan pasukan Jepang sedang memasuki
Peiping.
Suatu malam Dieyi menyelenggarakan opera "The Drunken Concubine", tentang selir
lain raja. Mendadak lampu padam dan suasana menjadi kacau ketika tempat
pertunjukkan penuh dengan selebaran anti-Jepang. Tentara Jepang segera menahan
orang-orang yang berada di penonton. Dieyi meneruskan pertunjukkan dan
mendapatkan tepuk tangan meriah dari penggemarnya, diantaranya adalah perwira
Jepang AOKI SABURO.
Xiaolou sedang menghadapi masalah ketika polisi tentara Jepang ingin mencoba
kostumnya. Xiaolou menolaknya dengan kasar dan menetang lalu malarikan diri.
Dieyi menerima undangan dari Aoki Saburo untuk pentas di lapangan militer Jepang.
Juxian memohon padanya untuk pergi memenuhi undangan itu demi menyelamatkan
Xiaolou. Juxian berjanji jika usaha penyelamatannya berhasil, ia akan kembali ke
rumah bordil House of Blossom....................................................
.......................................................................................................dan seterusnya.
Contoh sinopsis
BULAN TERTUSUK ILALANG
Api lampu teplok menyala, RETNO perlahan menari ritmis diiringi tembang dari
mulutnya. Tarian terasa mistis dan indah, meski Retno hanya memakai baju sehari-
hari. ILALANG KECIL duduk di ujung tempat tidur memeluk bantal, menatap takjub
sosok ibunya yang menari.
Dari lubang pintu, beberapa pasang mata liar buruh laki-laki mengintip Retno yang
sedang menari. Termasuk tukang timba air bernama BEGUG.
Retno sadar dirinya diintip. Peristiwa ini menunjukkan sebagian diri Retno, yang
tubuhnya tetap ingin di puja seperti ketika ia masih menjadi penari dan bintang
panggung. Retno terus menari, menghidupkan seluruh ruangan yang mengesankan
sebagai kamar tidur yang tidak terawat lagi. Di dinding tergantung beberapa foto
hitam putih Retno ketika masih menjadi penari Sinta – foto yang sudah pula tampak
suram.
Yang muncul dari suasana ini adalah sensualitas dan misteri keindahan gerak tari
Retno, lewat ketakjuban Ilalang Kecil sebagai anak yang mengagungkan ibunya serta
keliaran mata lelaki buruh-buruh yang mengintip.
Lampu teplok menyala. Retno perlahan membuka bajunya di kamar mandi yang
terletak di pojok pabrik. Bak kamar mandi sangat besar dan terbadi dua oleh sekat,
separuhnya menjadi bagian kamar mandi dan separuh yang lain jadi bagian sumur
tempat para pekerja mengambil air untuk proses membatik yang selalu diisi oleh
Begug. Saat itu, ketika seperti biasanya Retno mandi, Begug juga sedang mengisi
bak.
Bunyi air yang menyiram tubuh Retno, terdengar jelas dari sisi Begug. Terkadang
bayangan tubuh Retno membayang memanjang di air, terlihat oleh Begug setiap kali
mengisi air ke bak. Bunyi air ke tubuh Retno dan bayangan di riak air menimbulkan
sensualitas dalam diri Begug.
Tiba-tiba ketika Retno mengambil sabun mandi, sabun terlepas, meluncur ke dasar
bak mandi di sisi sumur. Tangan Retno mencoba meraih, tapi tak sampai. Begug
tertegun melihat tangan Retno dari riak air. Perlahan, Begug mengambil sabun dan
diserahkannya ke tangan Retno. Kedua tangan bertemu dalam air, bersentuhan dan
tergetar. Sabun berpindah tangan. Tapi jatuh lagi ke dalam air. Seiring dengan itu, api
lampu teplok mendadak padam. Kamar mandi gelap. Sunyi. Retno dan Begug terdiam
di masing-masing sisi yang terbatasi tembok. Retno minta agar Begug mengambil
minyak dan korek.
Pintu kamar mandi terbuka. Retno menutup separuh badannya dengan kain batik,
tubuhnya basah kuyup. Begug menyalakan teplok. Retno minta Begug mengambil
sabunnya.
Begug meraih sabun di dasar bak yang tak terjangkau tangan Retno. Suasana
tampak kikuk. Retno pura-pura membetulkan letak jarik yang digantung di kamar
mandi. Begug memegang sabun mandi, tubuhnya bergetar menahan sensualitas.
Ti b a -ti b a Be g u g d e n g a n sa b u n i tu me n ya b u n p u n g g u n g R e tn o ya n g
membelakanginya. Sabun menyusuri tubuh Retno, tubuh yang tak pernah diberi
perhatian oleh suaminya kini seakan diberi arti. Sejenak Retno diam saja.
Begug memeluk tubuh Retno keras-keras. Retno terkejut, refleks meraih besi yang
biasa buat narik karung beras di dinding, dengan cepat berbalik dan menikam tangan
Begug berkali-kali dengan besi pengait beras itu.
Ilalang Kecil melihat kejadian tersebut dari jauh, dari sela pintu kamar mandi yang
sedikit terbuka. Tangan kecilnya gemetar, seakan ikut merasakan kejadian yang
dilihatnya.
Lampu teplok dinyalakan menjadi besar. Ilalang Kecil menahan tangis ketika seluruh
jari tangannya diikat perban oleh ayahnya, kemudian di olesi oleh obat merah
(yodium). Ilalang kecil lalu diperbolehkan tidur disamping ibunya. Ilalang Kecil
menangis tertahan, tubuhnya lurus tegang di tempat tidur, tangannya yang diperban
mengepal gemetar, tak mungkin memegang tubuh ibunya selagi tidur, selama ini ia
terbiasa tidur dengan tangan menyusup ke dada ibunya. Hal ini membuat Ilalang
Kecil tidak bisa tidur.
Retno yang tidur memunggungi Ilalang Kecil membalikkan tubuhnya. Memeluk Ilalang
Kecil, memegang tangannya, perlahan membuka perban yang membalut tangan
Ilalang Kecil. Retno tidur lagi. Kini Ilalang Kecil menyusupkan tangannya ke dada
Retno. Ilalang Kecil tertidur dengan
lelapnya............................................. ..............................................................................................
.........dan seterusnya.
Contoh tretment:
TIME LOCK
TOP FLOOR
OFFICE PARTY WEAPPING
UP – Xmas Eve.
A SpliNTER gRoup
SNeaKS off to Boss
Office-UNScen by Others
at PARTY.
BASEMENT
STOSH mAKING RepAIRS,
Nipping bottle,
Getting drunker.
Lobby
LAST of mAIN pARty
Leaves, tells WATERMAN
Nobody else upsSTAIRS.
Office Boy SilenL.
(mention that cleaning
personal want be in
until noun)
TOP FLOOR
PARTY Gets cozy.
Playboy hitting on GingeR
Overland hitting on
THIRlone
JERRY Foster making
drink's
AS Lee and, Betty
Discous what's happening.
Lee turnes INNARD, to
Her own Thoughts
FLASHBACK
Lee and Jim Pearson
And his two young
Daughters on outing
Lee tells him she's
Pregnant, Pearson
Studened, withdreams
BASEMENT
Mister JANOS drops in to
Visit Stosh, making
Rounds. Stosh makes
NAemken mistake
EXPLOSION – FIRE
END ACT!
Contoh Treatment
THE ONLY WAY IS DOWN
Kantor pribadi yang mewah. Kita lihat sekelompok orang dari pesta yang sedang
berlangsung, berjalan menyelinap tanpa terlihat dari pesta utama untuk
melanjutkan pestanya sendiri secara pribadi di dalam ruangan ini.
Tiga orang laki-laki dan empat orang perempuan yang tadi, menyelinap pergi
tanpa terlihat dari pesta, sekarang diam-diam menunggu orang-orang pergi
meninggalkan tempat pesta. Mereka mendengarkan kepergian orang-orang dari
pintun ruangan yang tertutup, mengendap saling pandang satu sama lain,
kemudian ketika suasana menjadi sepi mereka saling toast atas kesuksesan
mereka menyelinap. Kita jadikan peristiwa ini untuk memperkenalkan tokoh-tokoh
dalam ruangan ini...............................................
..................................................................................................dan seterusnya.
Contoh Skenario
THELMA AND LOUISE
LOUISE seorang waitress cafe. Pada usia awal tiga puluhan, ia sudah terlalu
berumur untuk pekerjaan ini. Sangat manis dan cekatan, sekalipun di akhir
shiftnya. Ia melemparkan cangkir-cangkir kotor dari counter ke dalam bus-tray di
bawah counter. Hal ini menimbulkan SUARA GADUH, satu hal yang tidak
diperdulikannya. Terdengar MUSIK COUNTRY pada b.g. dan ia ikut
menyenandungkannya.