DISUSUN OLEH
RADEN BESAR ARMANTONO, SSn
Dari definisi tersebut, kita mendapatkan empat elemen penting, yang akan
dibahas dalam diktat ini, yaitu :
1. CERITA
2. DITUTURKAN
3. PENONTON, dan
4. RANGKAIAN GAMBAR BERGERAK
Bahwa film bisu mampu bercerita tanpa unsur suara memberikan kepada
kita satu pengertian, gambar mencukupi untuk mengisahkan cerita.
Bertutur menggunakan media film adalah pertama-tama bertutur visual.
Dengan demikian, apabila kita ingin menuturkan cerita melalui film, maka
kita harus BERFIKIR VISUAL. Artinya, berfikir bagaimana suatu informasi
akan disampaikan dalam bentuk GAMBAR.
1
Unsur SUARA (Dialog, Musik dam Efek) merupakan SARANA
PENUNJANG. Unsur suara digunakan apabila:
Ataukah film kita pankang atau pendek, kita tak mungkin berhenti
sebelumnya atau belakangan. Kita tak mungkin menambah panjang film
untuk menyelesaikan cerita. Kita tak mungkin menambah panjang film
untuk menyelesaikan cerita. Bagaimana pun, batasan waktu akan
menentukan pilihan kita dalam memilih materi cerita, dan menghadapkan
kita pada satu hal yang esensial, yaitu: ekonomis dalam bercerita atau
efisiensi dalam bertutur.
Oleh karena itu, kita harus menyampaikan hanya informasi yang penting
saja. Yang dimaksud INFORMASI PENTING adalah informasi yang
mempunyai kepentingan:
1. CERITA
2. ARTISTIK, dan
3. DRAMATIK
2
yang dikenal dengan istilah PAY OFF. Saat planting, penonton
dikondisikan untuk mengharapkan bahwa sesuatu akan terjadi, maka
melalui pay off harapan ini harus dipenuhi.
Pembaca novel, misalnya, jika lelah, bisa berhenti sebentar pada suatu
halaman tertentu untuk istirahat dan meneruskan membacanya di lain
waktu. Pembaca novel juga bisa mengulang membaca bagian-bagian
tertentu yang mungkin sulit dipahaminya. Tetapi penonton film tidak bisa
melakukan hal itu, karena film mengalir dalam waktu. Penonton tidak bisa
berhenti atau memutar ulang bagian-bagian tertentu dalam film untuk
memahami bagian-bagian yang sulit dicerna.
Penonton melihat film terus berjalan dalam sekali duduk. Maka cerita
haruslah diceritakan tanpa membuat mereka merasa lelah dan harus bisa
diserap sepenuhnya. Dengan demikian, bila ada informasi yang dianggap
perlu penekanan khusus atau dianggap sulit dipahami penonton, pembuat
film yang harus melakukan pengulangan itu bagi penonton. Pengulangan
dalam film bukanlah pengulangan biasa atau REPITISI, tetapi
pengulangan yang dinamakan dengan DUPLIKASI, yaitu pengulangan
dengan:
3
BAB II
CERITA
Banyak istilah dan definisi yang diajukan dalam berbagai referensi mengenai
Ide Pokok dan Tema. Daripada meributkan istilah dan definisi, disini istilah
dan pemahaman mengenai Ide Pokok dan Tema dipilih semata-mata karena
pertimbangan praktis bagi kepentingan penulisan skenario film.
BOBOT FILM ditentukan oleh BOBOT IDE POKOK dan CARA PENYAJIAN,
sedangkan BOBOT IDE POKOK ditentukan oleh KEDALAMAN PEMIKIRAN
dan KELUASAN JANGKAUANNYA. Artinya, makin mendalam pemikiran
dan semakin luas jangkauan pemikiran, semakin universal, renungan yang
ingin disampaikan, maka semakin berbobot ide pokoknya. Ide Pokok
dirumuskan dalam SATU KALIMAT PERNYATAAN.
Tentang..(protagonist), yang..(action)
Sebenarnya tidak jadi masalah ataukah kita terlebih dahulu menetapkan ide
pokok dan tema. Tetapi hubungan antara ide pokok dan tema harus terlihat
4
jernih. Tema harus mencerminkan Ide Pokok yang ingin disampaikan,
misalnya:
Dari contoh tersebut, terlihat hubungannya yang jelas antara ide pokok dan
tema. Hubungan TIDAK JELAS jika, katakanlah, dengan ide pokok yang
sama dirumuskan tema tentang seorang remaja yang jatuh cinta pada
nenek-nenek. Remaja jatuh cinta pada nenek-nenek tidak ada hubungannya
dengan perbedaan status sosial tetapi mungkin rumusan ide pokoknya
menjadi, cinta tidak mengenal perbedaan usia. Jika tidak terlihat hubungan
yang jelas antara ide pokok dan tema, kita harus merubah rumusan ide pokok
atau tema atau merubah rumusan keduanya.
B. PROTAGONIS
Kebaikan dalam hal ini dituliskan dalam tanda kutip, karena yang dimaksud
kebaikan ini relatif sifatnya. Tidak harus tokoh protagonis itu seorang alim
ulama atau seorang pendeta, tapi bisa saja sosok penjahat kita jadikan
sebagai protagonis.
5
tetapi sebagai protagonis yang ditonjolkan dia merampok orang kaya untuk
menolong orang-orang miskin. Atau sering kita melihat film tentang
kehidupan narapidana. Yang namanya napi tentunya tokoh penjahat, tapi
yang ditonjolkan misalnya rasa setia kawan atau kesediaan melindungi napi-
napi yang lemah.
C. ACTION
Setelah kita mempunyai tokoh protagonis, maka tokoh protagonis ini harus
melakukan suatu aksi (action). Action terjadi bukannya tanpa sebab. Tidak
ada action tanpa sebab, baik action dari benda mati atau manusia. Proses
terjadinya action mengikuti hukum alamiah tertentu.
Pada dasarnya manusia selalu ingin berada dalam keadaan tanpa gangguan
(undisturbed stage), yaitu kondisi dimana manusia terbebas dari rasa sakit.
Tetapi tidak mungkin manusia dalam keadaan tidak terganggu sepenuhnya.
Kita dilahirkan sudah dengan sifat alami yang mengganggu, seperti : lapar,
haus, dingin dan sebagainya. Ketergangguan ini menimbulkan rasa sakit.
6
TANPA GANGGUAN
undisturbed stage
KETERGANGGUAN
disturbed
ALASAN
Motive
KEHENDAK TUJUAN
Intention Goal
HAMBATAN
Tidak ada action dihasilkan dari keadaan tanpa gangguan. Sebuah film
mungkin saja diawali dengan kondisi tanpa gangguan, baru kemudian
dimasukkan situasi ketergangguan. Kita memperlihatkan keluarga
bahagia, sebelum masuk pada kedatangan orang ketiga. Jika film dimulai
dengan kondisi ketergangguan, keadaan tanpa gangguan harus
terimplikasi atau tersirat. Untuk menggerakkan action, kita harus
menciptakan ketergangguan.
2. KETERGANGGUAN
7
dari action adalah mendapatkan apa yang diinginkan atau menghilangkan
apa yang tidak diharapkan.
Ketergangguan ini bisa besar (orang yang dicintai dibunuh) bisa juga kecil
(digigit nyamuk), bisa fisik (dipukul), bisa juga psikis (dihina). Begitu
ketergangguan terjadi, action mulai bergerak. Apabila tidak jelas
ketergangguannya, maka akan tidak jelas pula actionnya. Ketergangguan
menjadi alasan (motive) terjadinya action.
3. ALASAN
4. KEHENDAK
Kehendak bisa besar bisa juga kecil. Besar kecilnya kehendak ditentukan
oleh dua hal, yaitu BESAR KECILNYA KETERGANGGUAN dan
KWALITAS KARAKTER.
8
5. HAMBATAN
Dua atau lebih kehendak bisa menuju pada tujuan yang sama. Tujuan
yang sama bisa diarah oleh dua kehendak yang berbeda. Penjahat ingin
merampok bank, polisi ingin menyelamatkan bank. Tujuan sama, yaitu
bank, tetapi goal si penjahat positive, sedangkan goal dari polisi negative.
Jika dua remaja sama-sama ingin menikahi gadis yang sama, maka
keduanya memiliki tujuan yang identik. Tujuan yang sama mungkin dituju
oleh sekelompok orang, katakanlah group sepakbola yang ingin menang.
Hambatan bisa berupa hambatan pasif, juga bisa berupa hambatan aktif.
Hambatan pasif disebabkan oleh suatu sifat keadaan (misalnya kesulitan
bahasa atau gunung tinggi yang harus didaki) atau hambatan yang
bersifat kebetulan (jet yang mendarat karena cuaca buruk, atau pencuri
yang harus masuk rumah tapi ada orang lewat). Sedangkan hambatan
aktif adalah hambatan yang memang berusaha menggagalkan
tercapainya tujuan.
Hambatan aktif menjadi hambatan yang paling efektif bagi cerita dramatik.
Kita bisa menciptakan tokoh untuk memenuhi tujuan ini, yaitu tokoh
ANTAGONIS.
ANTAGONIS
9
Hambatan aktif akan berusaha menghalang-halangi perjalanan kehendak
sehingga menciptakan benturan-benturan atau pertarungan. Perbenturan
antara kehendak dan hambatan inilah yang dinamakan dengan KONFLIK.
KEHENDAK TUJUAN
KONFLIK
HAMBATAN
6. TUJUAN
10
D. PLOT
Plot terdiri dari PLOT UTAMA (main plot) dan SUB PLOT. Plot utama adalah
plot dimana di dalamnya terdapat TOKOH UTAMA PROTAGONIS dan
PROBLEM UTAMA. Sedangkan di luar itu dinamakan sub-plot.
Sebuah film bisa saja mengandung banyak sub-plot, tetapi dengan syarat,
SUB PLOT HARUS MENUNJANG PLOT UTAMA dan KEKUATAN SUB-
PLOT TIDAK BOLEH LEBIH BESAR DIBANDING PLOT UTAMA.
E. LATAR/SETTING
Lebih jauh, kita harus menyadari bahwa sebuah cerita tidak terjadi di ruang
kosong. Cerita harus terjadi pada tempat dan waktu tertentu. Secara
sederhana, tempat dan waktu terjadinya cerita inilah yang disebut sebagai
LATAR atau SETTING. Latar merupakan faktor dinamis yang berperan
penting terhadap nilai sebuah film.
Salah satu fungsi paling umum dari latar adalah "kemiripan dengan realitas".
Tetapi fungsi latar tidak hanya sebatas itu. Latar mempunyai pengaruh
penting baik terhadap karakterisasi dan cerita, maupun dalam membangun
unsur-unsur artistik dan dramatik film.
11
Karakter mungkin secara menyeluruh dibentuk oleh latar, tetapi juga sering
terjadi, karakter berkonfrontasi dengan lingkungannya. Kita bisa menemukan
cerita yang menggambarkan seorang tokoh yang berjuang melawan
kekuatan-kekuatan lingkungan yang dipaksakan padanya dalam usahanya
mewujudkan kebebasannya untuk memilih, suatu pilihan yang bertentangan
dengan adat-istiadat lingkungannya. Mungkin ia gagal, atau mungkin ia
berhasil dan bahkan akhirnya sanggup mengubah lingkungannya secara
revolusioner.
Selain memiliki pengaruh pada cerita dan karakterisasi, latar juga mempunyai
pengaruh artistik. Sebuah film mungkin memilih keindahan padang alang-
alang yang terhampar luas dengan bukit-bukit dan pepohonannya yang
rindang lengkap dengan burung-burungnya yang berkicauan, film yang lain
barangkali malah memilih latar perkampungan kumuh di Jakarta yang
sumpek disesaki sampah dan polusi.
F. BASIC STORY
Dalam Basic Story ini kita menuliskan garis besar cerita secara ringkas,
antara seperempat sampai setengah lembar halaman kuarto. Basic Story
menjadi tulang punggung cerita. Dalam bentuknya yang ringkas, Basic Story
menajamkan tulang punggung yang menyatukan dan mengintregasikan cerita
dalam satu bentuk yang terkonsentrasi.
12
supaya cerita tetap berada dalam jalurnya dan tidak melenceng kemana-
mana.
Meskipun bentuknya ringkas, namun Basic Story sudah harus memuat garis
besar beberapa hal penting, yaitu :
G. SINOPSIS
Sinopsis, dalam hal ini, bukanlah ringkasan cerita tetapi justru merupakan
pengembangan dari Basic Story. Dengan Basic Story sebagai tulang
punggungnya, cerita kemudian kita kembangkan dalam Sinopsis. Kita
menciptakan peristiwa-peristiwa, memilih tempat dan waktu terjadinya
peristiwa lengkap dengan suasana dan situasi dramatiknya, kita
mengembangkan plot dan sub-plot, hambatan dan konflik, karakterisasi, dan
bahkan kita sudah memperhitungkan unsur-unsur suaranya.
13
BAB III
KARAKTERISASI
Cerita (story) mengisahkan tentang manusia (karakter) dan yang mereka lakukan
(action). Action pada dirinya sendiri tidaklah eksis. Seseorang harus melakukan
action. Sebaliknya, tidak mungkin mengetahui manusia tanpa action-nya. Film
memperlihatkan karakter dalam action-nya. Kita melihat mereka sebagai
manusia di dalam alam film. Karakter efektif memperlihatkan suatu kesan bahwa
mereka adalah "orang yang sebenarnya".
Karakter efektif adalah karakter yang unik dengan karakteristik mereka yang
individual (a unique human being).
14
1. Fisik (fisionomi)
2. Psikis dan
3. Sosilogis
Dalam hal ini kita harus membedakan karakter dengan emosi sesaat
(passing emotions). Orang yang marah bukan berarti ia pemarah. Perilaku
yang berlanjut atau berulang membedakan karakter dengan "Passing
Emotions". Manusia akan beraksi atau bereaksi pada kasus tertentu dengan
cara tertentu. Meskipun karakter manusia adalah percampuran dari berbagai
faktor sehinga kadang terlihat kompleks, tetapi selalu konsisten.
15
kekurangan atau kelemahan, yang pada klimaks cerita kekurangan atau
kelemahan itu dapat diatasinya. Karakter pada akhirnya berubah dan
mendapatkan pencerahan dan penonton secara emosional menyukai sifat
perubahan ini.
C. KONTRAS KARAKTER
16
dengan satu atau dua anak, harus mempunyai perbedaan yang nyata, baik
secara fisik maupun psikis.
Protagonis dan antagonis tidak harus berada dalam dua kutub yang terpisah.
Dapat saja keduanya bekerja di tempat yang sama, misalnya, tetapi secara
individual, mereka harus dibentuk dari karakteristiknya yang sangat berbeda.
Perbedaan yang akan menciptakan konflik dimana krisis akan muncul.
D. KARAKTER KLISE
Kita harus menghindari atau bahkan menolak karakter klise. Ciptakan tokoh
dengan karakteristik yang segar, bahkan karakter yang melawan gambaran-
gambaran umum, sehingga mempunyai daya tarik pada penonton.
E. PENGUNGKAPAN KARAKTER
Selain ciri-ciri fisik, maka action juga merupakan unsur yang mengungkapkan
karakteristik karakter. Karakter tidak bisa berdiri sendiri tanpa aksi ( action).
Orang tidak dapat dikatakan "jahat" atau "baik".
Kita membicarakan aksi dan reaksi, bukan hanya dalam batas "melakukan
sesuatu". Tetapi juga berbicara (dialog) adalah juga sebanding dengan
17
mencuri, mencium atau membunuh. Karakter seseorang terungkap bukan
hanya pada "isi" pembicaraan, tetapi juga "cara" melakukannya.
Eksposisi karakter tidak hanya melalui aksinya sendiri, tetapi juga bisa
melalui action dan perilaku dari orang-orang lain terhadapnya. Dalam hal ini
karakter seseorang bisa ditampilkan dari reaksi orang lain, bahkan sebelum
tokohnya diperlihatkan.
18
BAB IV
PENONTON
A. IDENTIFIKASI
Penonton akan selalu mencari tokoh dalam film dimana mereka bisa
beridentifikasi padanya. Identifikasi berarti penonton menyamakan dirinya
dengan tokoh, dalam hal ini tokoh protagonis, sehingga penonton ikut
merasakan suka duka tokoh tersebut.
19
Penonton hanya akan mengidentifikasikan dirinya dengan tokoh yang
berhubungan dengan harapan dan keinginannya. Penonton bisa
mengidentifikasikan diri terhadap satu peristiwa singkat dengan satu atau
dua tokoh pendukung, secepat tokoh ini memiliki hubungan dengan
penonton atau dengan harapan dan keinginannya.
B. ANTISIPASI (ANTICIPATION)
Pengalaman dihasilkan dari repetisi. Jika sesuatu yang sama terjadi dalam
cara yang sama dibawah keadaan yang sama, adalah logis kalau itu akan
berlanjut dengan cara yang sama. Pengulangan secara tetap dalam ratusan
20
ribu kali, akan dikristalisasi ke dalam hukum absolut keilmuan, yang
memadukan antisipasi kita dengan kepastian.
Bukan hanya penonton yang mengantisipasi, tetapi tokoh di dalam cerita pun
melakukan antisipasi. Kita juga bisa memperlihatkan kontras antisipasi dua
tokoh yang berbeda. Juga dalam kaitannya dengan antisipasi penonton.
Kontras antisipasi ini menjadi sangat penting. Tokoh yang memulai bisnis
baru mengantisipasi bisnisnya akan sukses, tetapi penonton yang sudah
diberikan informasi bahwa ia mempunyai penyakit yang mematikan, akan
mengantisipasi hal yang berbeda.
C. SURPRISE
21
akan membangkitkan keterlibatan emosional. Surprise hanya terjadi apabila
terdapat antisipasi. Tak mungkin ada surprise tanpa adanya antisipasi.
D. SUSPENSE (KETEGANGAN)
22
Tinggi rendahnya suspense ditentukan oleh tiga hal, yaitu :
1. Identifikasi
2. Kemungkinan Protagonis berhasil atau gagal untuk mencapai tujuannya
harus berimbang dan
3. Resiko bila protagonis gagal mencapai tujuannya
Ketika tokoh, peristiwa atau situasi tidak dijelaskan secara penuh atau ketika
si jagoan harus menemukan jawaban atas suatu pertanyaan atau misteri
dalam cerita, penonton akan berputar-putar untuk mempelajari pemecahan
dan memuaskan atau memenuhi rasa ingin tahunya sendiri.
Cepat lambatnya suatu film terjadi pada pikiran penonton yang harus
bergerak ke depan dari awal sampai akhir cerita. Kita harus mengetahui
bentuk (form) dari film tidaklah dari bahan-bahan yang berkesinambungan,
tetapi bahkan dari gabungan blok-blok, yang diperlihatkan oleh shot dan
scene. Blok-blok ini punya kecenderungan menjadi kepingan.
23
Sebagai perasaan-perasaan yang tidak nyaman, suspense membantu gerak
maju. Perasaan-perasaan tidak pasti yang diakibatkan oleh suspense, akan
mendorong penonton bergerak maju ke arah tujuan dan ke arah keputusan-
keputusan yang menjernihkan hasil kehendak.
Gerak maju dihasilkan dari antisipasi dan suspense. Untuk antisipasi, kita
memerlukan tujuan, yang hanya dapat ditempatkan apabila terdapat
kehendak. Dan untuk suspense, kita memerlukan keraguan akan hasil
kehendak, yang hanya dapat diciptakan oleh hambatan.
Pada film, kita temukan bahwa gerak maju akan lebih cepat jika kita
mengantisipasi "happy ending". Tidak jadi masalah seberapa tidak
menyenangkannya atau seberapa menterornya situasi, ini tidak akan
mengganggu gerak maju, karena hanyalah sebagai tahap sepanjang jalan
menuju suatu akhir yang menyenangkan.
G. KALKULASI
24
Begitu mereka mengetahui tujuan, penonton memiliki perasaan berlanjut
terhadap jarak yang kini sedang dilintasi. Dan sebagaimana yang telah
diuraikan, setiap tujuan mengarah pada hilangnya ketergangguan. Dengan
kata lain, pada saat ketergangguan diciptakan, penonton akan menyiapkan
sejumlah tenaga untuk mengikuti cara penyelesaian yang lazim yang kira-
kira setara dengan besar kecilnya ketergangguan.
Jika film melampui estimasi titik akhir ini, penonton akan lelah. Jika akhir film
terlalu awal, penonton masih menyimpan kelebihan energi yang
menyebabkan perasaan tidak nyaman (dissatisfaction).
25
BAB V
STRUKTUR DRAMATIK
Cerita yang sama oleh penulis yang berbeda boleh jadi hasilnya berbeda: yang
satu sangat menarik, yang satunya lagi membosankan. Perbedaannya terletak
pada struktur dramatiknya.
Struktur terdiri atas peristiwa-peristiwa spesifik dalam film yang posisinya saling
berhubungan antara peristiwa yang satu dengan peristiwa yang lain. Bentuk
(form) adalah keseluruhan sistem dari hubungan antara elemen-elemen yang
membangun keseluruhan film.
26
Bukanlah suatu cerita menarik atau tidak menarik, tetapi penonton yang
menentukan ataukah ia tertarik atau tidak terhadap cerita. Kita bukan hanya
bercerita, tetapi kita "bercerita kepada penonton".
Struktur dramatik yang baik dapat dilihat di bawah ini. Karena bentuknya seperti
tangga, maka struktur dramatik juga sering disebut sebagai Tangga Dramatik.
Setiap peristiwa berikutnya harus lebih atraktif dalam usaha mencapai gerak
maju, yang harus diterapkan pada setiap bagian, setiap elemen cerita. Setiap
karakterisasi harus tumbuh menuju akhir. Setiap emosi harus secara gradual
makin kuat. Setiap keputusan harus semakin penting. Setiap peristiwa harus
semakin menarik. Bila suatu bagian kehilangan perkembangan maka bagian ini
akan menghasilkan stagnasi, kehilangan daya tarik dan nilai karena bagian-
bagian lain berkembang.
27
Struktur Dramatik yang baik.
Klimaks
Anti Klimaks
Klimaks
Anti Klimaks
Nilai dramatik sebenarnya naik turun sepanjang perjalanan film. Saat nilai
dramatik turun, disebut RELEASE, penonton mendapat kesempatan untuk
menarik nafas. Sesaat setelah release, kembali nilai menanjak semakin
meninggi. Bagian yang menanjak ini dinamakan TENSION. Kembali release, lalu
tension makin meningkat, dan begitu seterusnya hingga menanjak mencapai
klimaks.
28
A. POLA TIGA BABAK
Struktur dramatik film mengacu pada Struktur Tiga Babak; yaitu Babak I yang
disebut Babak Awal (opening, beginning, set-up), Babak II yaitu Babak
Tengah (middle, development) dan Babak III atau Babak Akhir (end,
resolution).
Klimaks
Key Turning Point II
Antiklimaks
I II III
Tujuan dari Babak Awal adalah memaparkan (to establish) latar (setting),
karakter, situasi dan motivasi Protagonis; tujuan dari Babak Tengah adalah
membangun (to build) kesulitan, hambatan, konflik, suspense, pace, humor,
perkembangan karakter, dan pencerahan karakter, tujuan dari Babak Akhir
29
adalah menyelesaikan (to resolve) segala sesuatunya, khususnya
penyelesaian problem yang dihadapi protagonis.
1. Babak awal
a. mengintroduksi Protagonis
b. mengguncang penonton dengan problem utama yang dihadapi
Protagonis,
c. mengintroduksi Antagonis dan
d. memperlihatkan resiko bila Protagonis gagal menyelesaikan
problemnya (disebut juga "or else factor" atau "dreadful
alternative")
30
ketergangguan sepanjang kita membutuhkan aksi dan itu berarti menjaga
ketergangguan sepanjang film.
Selain tujuan Protagonis harus sulit untuk dicapai, protagonis juga harus
berada dalam situasi pertaruhan. Babak Awal sudah harus
memperlihatkan kepada penonton bahwa sesuatu yang besar atau
berharga akan hilang bila tokoh Protagonis gagal mencapai tujuannya.
Key Turning Point adalah titik peralihan. Key turning Point I merupakan
peralihan dari Babak Awal ke Babak Tengah, dan Key Turning Point II
peralihan dari Babak tengah ke Babak Akhir. Key Turning Point
merupakan perubahan arah cerita: peristiwa-baru terjadi dan keputusan-
baru dibuat, dan sebagai hasilnya cerita mendapatkan momentum dan
mempertahankan fokusnya. Key Turning Point adalah titik dimana cerita
seolah-olah dibelokkan ke arah yang lain.
3. Babak Tengah
31
komplikasi, krisis, konflik, subplot dan kesulitan-kesulitan, yang membuat
penonton semakin ragu akan mudahnya penyelesaian problem.
Babak Awal yang jernih akan membantu kejernihan Babak Tengah. Key
Turning Point I yang kuat sangat bermanfaat untuk mendorong Babak
Tengah bergerak. Tetapi elemen-elemen lain dibutuhkan dalam Babak
Tengah untuk menjaga daya tarik penonton.
Key Turning Point II sebagai peralihan dari Babak Tengah ke Babak Akhir,
melayani fungsi yang sama dengan Key Turning Point I. Tetapi Key
Turning Point II mempunyai fungsi tambahan yang penting; yaitu
mempertinggi kecepatan aksi dan membuat Babak Akhir lebih intens
daripada Babak Tengah.
5. Babak Akhir
32
Unhappy ending terjadi ketika eksponen kebaikan terkalahkan. Efek
tragedi yang menyebabkan unhappy ending bukanlah hasil dari kontruksi
dramatik yang salah tetapi menyangkut isi cerita (story content).
Dalam happy ending, pada titik kritis yang dihadapi Protagonis, kita bisa
memasukkan life-line, yaitu alat atau perangkat yang digunakan
Protagonis untuk menyelesaikan problemnya. Life-line harus logis, bukan
sebagai kebetulan. Kita harus menghindari apa yang dinamakan Deus Ex
Machina, penyelesaian problem atas pertolongan Tuhan karena
penyelesaian dengan cara ini merupakan penyelesaian yang terlalu
mudah. Protagonis harus menyelesaikan sendiri problem yang
dihadapinya.
6. Klimaks
33
mempertanyakan suatu faset tertentu dari penyelesaian. Tetapi elemen
ambiguitas ini harus tak pernah termasuk penyelesaian problem utama
yang dihadapi protagonis.
7. Antiklimaks
B. TREATMENT
Dalam sinopsis kita sudah mempunyai materi-materi yang akan kita tuturkan.
Tetapi materi-materi ini harus ditata dan disusun, harus distruktur, sehingga
susunannya memenuhi struktur dramatik yang baik. Untuk memudahkan
penyusunan struktur dramatik inilah fungsi utama treatment.
34
Menggunakan treatment sebagai kerangka skenario, kita sudah mulai
menyusun kerangka dalam scene atau sequencenya. Salah satu teknik untuk
mengorganisasinya adalah menggunakan kartu.
Tuliskan setiap scene dalam satu kartu kecil, fragmen dari action atau dialog
yang masuk dalam scene ini. Dalam setiap kartu, sebagaimana
mengintroduksi karakter baru atau setting, tuliskan ringkasan deskripsinya.
Kemudian taruh dalam whiteboard dan kemudian kita bisa melihat
keseluruhan urutan-urutannya dan memperbaikinya atau menata ulang
urutan-urutannya sehingga tercapai struktur yang baik. Kita juga bisa
membuang atau menambahkan kartu-kartu yang lain.
35
STRUKTUR TIGA BABAK
"CINDERELLA"
KEY TURNING Mendadak muncul ibu peri. Memberikan baju dansa, lengkap
POINT I dengan sepatu kaca. Juga kereta dari buah labu dengan
tikus-tikus yang dirubah jadi kudanya.
RESIKO
Pakaian dansa dan kereta akan hilang di tengah malam,
Cinderella pun harus pulang sebelum habis waktunya.
36
BAB VI
FORMAT SKENARIO
Skenario bukan untuk tujuan diterbitkan, tetapi tujuannya adalah menjadi naskah
kerja bagi produser, sutradara, aktor dan pihak-pihak lain yang terkait dengan
proses pembuatan film. Yang mereka cari dari skenario adalah karakter
manusiawi dan emosi, tawa, fantasi, konflik dan isi gagasan. Menulis skenario
bukan semata-mata menyangkut seni kreatif, tetapi juga menyangkut
ketrampilan. Kesenian terlalu abstrak untuk dijabarkan, tetapi teknik lebih
kongkrit dan dapat dijelaskan dari satu orang ke orang lain.
Secara teknis, satuan terkecil film adalah frame. Ruang film juga dapat dibagi
dalam satuan shot yang secara sederhana dapat diartikan sebagai potongan
seluloid. Ruang film juga dapat dibagi dalam satuan scene. Scene ditentukan
oleh peralihan tempat dan atau perubahan waktu. Dengan demikian apabila
tempat, waktu, atau kedua-duanya berubah, maka berubah pula scene-nya.
Informasi tempat dapat dilakukan dengan title, misalnya "Cikini" atau "Jakarta"
atau "Pusat Pengendalian Nuklir", atau dengan cara memperlihatkan hal-hal
yang secara spesifik dikaitkan dengan tempat tertentu, misalnya Monas berarti
Jakarta dan binatang kangguru berarti Australia.
Tempat tidak hanya dapat dilakukan melalui unsur visual, tapi juga disampaikan
dengan menggunakan unsur suara. Pesawat mendarat di sebuah lapangan
terbang, begitu diperdengarkan MUSIK tradisional Sunda, maka akan
memberikan informasi bahwa lapangan terbang tersebut berada di Jawa Barat.
37
Adegan di sebuah rumah dengan latar belakang EFEK suara kereta api melintas
memberi informasi bahwa rumah dekat dengan rel kereta. Informasi tempat
dapat pula disampaikan melalui DIALOG. Misal ketika seorang tokoh dengan
kagum melintasi pusat pertokoan lalu berkata kepada temannya, "Wah, ternyata
Bogor sekarang sudah banyak berubah", maka dapat disimpulkan adegan ini
terjadi di pusat pertokoan di Bogor.
Selain kalender, jam juga dapat memberikan informasi waktu, bahkan dalam
satuan detik seperti penggunaan jam untuk menggambarkan detik-detik
menjelang meledaknya sebuah bom. Aksi yang spesifik akan dikaitkan dengan
waktu tertentu, misal orang menyalakan lampu berarti hari sudah malam.
Rentang waktu dapat digambarkan melalui peristiwa yang terjadi dalam rentang
waktu tertentu yang sudah diketahui secara umum, misal bayi lahir sampai mulai
bicara berarti rentang waktunya sekitar 1 tahun. Selain melalui elemen visual,
informasi waktu juga dapat disampaikan melalui DIALOG, misal seorang ibu
yang marah pada anak gadisnya "Jam satu malam baru pulang!", atau dengan
EFEK yang dapat menjadi penanda waktu, contohnya suara kokok ayam berarti
pagi.
Tentu saja "waktu" dalam film harus dipahami tidak dalam arti "waktu yang
sebenarnya". Bom yang akan meledak lima menit lagi, misalnya, tidak harus
benar-benar berlangsung lima menit. Kita dapat merentangnya. Demikian juga
sebaliknya, kita bisa membuang kejadian tertentu dalam suatu rentang waktu
tertentu (time-lipse). Bahkan kita bisa kembali ke peristiwa yang terjadi pada
waktu-waktu sebelumnya, yang umum kita kenal dengan istilah flashback.
Apapun tempat dan waktu yang kita pilih, film secara keseluruhan harus
memberi orientasi yang jelas pada penonton mengenai tempat dan waktu
terjadinya cerita. Dengan kata lain, meskipun dalam skenario format master-
scene penulisannya berdasarkan satuan-satuan scene, tetapi harus tetap
membanguan suatu keutuhan "bangunan" film.
Dalam cara penulisan skenario tentu ada variasi-variasi, meskipun hanya variasi
kecil, tetapi adalah penting untuk mengikuti aturan yang secara umum telah
38
diterima. Penulisan dengan format yang tidak lazim bisa jadi malah
membingungkan pihak lain yang membacanya.
A. KERTAS
Gunakan kertas ukuran kwarto atau A4 (8.5 x 11 inch). Kertas harus kertas
putih polos. Dengan kertas ukuran kwarto, skenario dengan deskripsi yang
baik, setiap satu lembarnya berarti kira-kira satu menit saat difilmkan. Dengan
demikian, sebuah skenario film cerita panjang, idealnya, berkisar antara 110
sampai 120 halaman kwarto.
B. PITA/TINTA
Untuk pita atau tinta, gunakan pita atau tinta hitam. Sebagaimana tujuannya,
skenario nantinya akan diperbanyak atau di fotocopy untuk dibagikan pada
orang-orang yang terlibat dalam pembuatan film. Bila menggunakan tinta
warna, kemungkinan warna-warna tertentu akan hilang atau menjadi tidak
jelas pada saat di fotocopy. Apalagi kalau mesin fotocopynya jelek atau rusak.
C. HURUF
Terdapat dua tipe mesin tik manual jika didasarkan pada ukuran (size)
hurufnya. Huruf dengan ukuran standard dinamakan pika, sedangkan bila
ukuran hurufnya kecil-kecil dinamakan elite.
Cara penulisan yang akan dijelaskan di sini, berdasarkan ukuran huruf yang
lazim dipakai, adalah berdasarkan huruf pika. Untuk penggunaan huruf
dengan ukuran yang lebih kecil, disesuaikan sehingga jumlah kata per
lembarnya sama dengan pada huruf pika, sehingga perkiraan per halaman
skenario tetap mendekati satu menit saat difilmkan.
Pada penggunaan komputer, pilih huruf yang ukurannya sama dengan ukuran
huruf pika. Meskipun pada komputer banyak pilihan jenis huruf dan style-nya,
pilih huruf yang sederhana dengan style reguler.
D. MARGIN
Secara keseluruhan, margin (batas) tulisan adalah 1 inch dari tepi atas, tepi
bawah, tepi kiri maupun tepi kanan kertas. Sebagai kekecualian adalah
nomor halaman, yang boleh ditempatkan di luar margin tersebut. Penulisan,
baik deskripsi visual maupun dialog, adalah rata kiri (left margin).
39
Usahakan tidak menuliskan kata yang terputus pada akhir baris. Daripada
menuliskan kata yang terputus, lebih baik menyisakan ruang kosong pada
akhir baris dan memulai baris yang baru.
E. NOMOR HALAMAN
Tidak ada aturan mengenai penempatannya, tetapi lazimnya pada kanan atas
halaman. Tempatkan nomor halaman pada jarak 0,5 inch dari tepi atas dan 1
inch dari tepi kanan kertas. Meskipun tidak ada aturan mengenai
penempatannya, nomor halaman harus dituliskan dengan angka arab.
Berurut mulai dari nomor 1, 2, 3 dan seterusnya.
F. DESKRIPSI
1. Nomor secene dituliskan pada margin 1 inch dari tepi kiri kertas,
sehingga nomor bisa cepat terbaca. Sebagaimana yang telah dijelaskan
sebelumnya, penetapan scene ditentukan oleh perubahan tempat,
perubahan waktu atau perubahan keduanya. Tidak menjadi soal suatu
scene panjang atau pendek, secara prinsip jika berubah tempat, waktu
atau berubah keduanya, berubah pula scenenya, dan setiap kali scene
berubah maka selalu diawali penomoran baru.
40
2. Setelah nomor scene, adalah judul scene (a scene heading), dituliskan
1,5 inch dari tepi kiri dan 1 inch dari tepi kanan kertas. Tuliskan EXT.
yang mengindikasikan lokasi luar ruangan (eksterior) atau INT. Untuk
lokasi di dalam ruangan, diikuti dengan indikasi TEMPAT dan WAKTU.
3. Pada jarak dua spasi di bawah judul scene adalah deskripsi visual.
Deskripsi visual adalah rata kiri sejajar dengan EXT/INT pada margin 1,5
inch dari tepi kiri dan 1 inch dari tepi kanan kertas. Deskripsi visual
dituliskan dalam spasi rapat (satu spasi), terkecuali apabila ganti alinea
digunakan spasi ganda (dua spasi).
6. Dialog dituliskan pada jarak dua spasi dari deskripsi visual maupun
antara dialog tokoh yang satu dengan tokoh lainnya. Dialog selalu dimulai
dari nama tokoh yang mengucapkan dialog.
Nama tokoh dituliskan dengan HURUF BESAR dalam margin 4 inch dari
tepi kiri kertas. Jangan menuliskan nama tokoh di tengah-tengah baris
(center). Meskipun nama tokohnya panjang atau pendek, selalu konsisten
di mulai dari margin 4 inch dari tepi kiri kertas.
7. Apabila ada dialog yang diucapkan, tetapi tokoh tidak terlihat pada di
layar, dituliskan (O.S) yang merupakan singkatan Off Screen atau (V.O)
sebagai singkatan Voice Over. Di tulis di belakang nama tokoh yang
mengucapkannya. Selalu dalam huruf besar dan dalam tanda kurung.
41
Petunjuk pengucapan dituliskan hanya bila benar-benar dianggap perlu.
Tidak ada gunanya menuliskan petunjuk pengucapan bila isi dialog
diucapkan sebagaimana adanya. Petunjuk pengucapan baru dituliskan
bila tokoh melakukan sesuatu atau bila isi dialog tidak sama (mungkin
bertentangan) dengan cara pengucapannya dapat secara esensial
mempengaruhi arti dialog atau scene.
9. Isi dialog dituliskan pada margin 3 inch dari tepi kiri dan 2 inch dari tepi
kanan kertas. Selalu rata kiri dan bukan rata kanan. Panjang pendeknya
isi dialog, bahkan jika isi dialognya sangat pendek, selalu secara
konsisten dituliskan pada margin yang sama dan jangan pernah
menuliskannya pada tengah-tengah baris.
10. Apabila dialog seorang tokoh terputus oleh deskripsi visual, lalu kembali
pada dialog tokoh tersebut, maka untuk menandai bahwa dialog tersebut
merupakan kelanjutannya, dituliskan (continuing) atau (lajutan),
menggunakan huruf kecil dan dalam tanda kurung. Dituliskan 1 spasi di
bawah nama tokoh, dalam margin 3.5 inch dari tepi kiri kertas, atau
diperlakukan sama seperti cara penulisan petunjuk pengucapan. Juga
dapat dituliskan (Cont.) di belakang nama tokoh yang mengucapkan.
11. Tidak menjadi keharusan bagi penulis skenario untuk menuliskan istilah-
istilah teknis. Adalah bukan tanggung-jawabnya mengarahkan sutradara
dalam menetapkan tipe shot (type of shot) maupun gerak kamera
(camera movement). Tak jadi soal jika skenario di tulis tanpa istilah-istilah
teknis, karena mereka yang akan menterjemahkannya.
Tetapi meskipun istilah teknis tidak harus dituliskan, penulis sudah harus
mempunyai pemikiran filmis. "Tangannya yang memegang pistol begitu
gemetar" sudah mengarahkan tipe shot Close-up. Deskripsi "rumahnya
42
berada di pinggiran bukit hijau dengan padang alang-alang yang luas
menghampar" memberi gambaran Establishing Shot.
12. Apabila sebuah scene telah selesai dituliskan dan berganti pada scene
berikutnya, antara akhir scene dengan awal scene heading berikutnya
berjarak dua spasi. Penulisan CUT TO : sama sekali tidak diperlukan,
karena sudah tersirat pada setiap pergantian scene. Teknik pergantian
scene baru dituliskan bila ada transisi yang dianggap khusus, misalnya
menandai flashback atau time-lapse, maka secara keseluruhan dituliskan
di tepi kanan baris dalam HURUF BESAR, pada margin 6 inch dari tepi
kiri kertas, berjarak 2 spasi dari akhir scene sebelumnya dan 2 spasi dari
judul scene berikutnya.
13. Apabila skenario telah selesai, maka langsung tuliskan kata SELESAI,
dalam huruf besar dan di tengah-tengah baris.
43
1 5 2
Kertas A4/Kwarto
1.
44
9 8 6
THELMA
(berteriak)
Tunggu sebentar! Halo?
LOUISE
(ditelpon umum)
Saya berharap kamu sudah berkemas, adik
kecil,
sebab kita akan cabut dari sini nanti malam.
THELMA
(berbisik dengan rasa bersalah)
Baik, tunggulah. Saya akan tanyakan pada
Darryl apa saya boleh pergi.
THELMA (V.O.)
Jadi kamu belum juga nanya sama dia? Demi?
Tuhan, Thelma, dia itu suamimu atau
bokapmu?
Ini kan Cuma dua hari. Demi Tuhan, Thelma,
Jangan seperti anak kecil. Bilang saja kamu
pergi
Sama saya, demi suara jerit tangis yang
Menyayat. Bilang sama dia, kalau saat ini saya
Lagi berantakan.
45
Thelma menjepit gagang telpon ke dagunya ketika memotong
kupon-kupon di suratkabar dan memasangnya ke papan buletin
yang telah disiapkan untuk itu. Kita melihat bermacam-macam
sobekan resep dari majalah wanita di sepanjang baris '101 Cara
Memasak Daging'
THELMA
Dia memang sudah berpikir kamu
rada-rada, Louise, saranmu nggak
bakalan ada
pengaruhnya bagi Darryl. Kamu masih di
tempat
kerja?
LOUISE (V.O.)
Nggak, saya nelpon dari Palyboy
Mansion.
THELMA
Nanti saya telpon balik.
THELMA
10 (lanjutan)
Darryl! Sayang, baiknya kamu agal buruan.
11 CUT TO :
THELMA
Saya berharap nggak ada yang
numpang mobil kita.
46
G. COVER
Dalam penulisan cover (tittle page) ada kelonggaran aturan dan ditemukan
banyak variasi. Meskipun demikian, ada beberapa prinsip yang harus diikuti.
Cover boleh menggunakan kertas yang sama, baik ukuran maupun
ketebalannya, sehingga tidak perlu mencari atau membeli kertas lain.
Demikian pula halnya dengan bentuk, ukuran, style maupun warna huruf-
huruf yang digunakan. Pada hakekatnya, halaman judul atau cover, semata-
mata hanya untuk menandai skenario yang ditulis, dengan demikian jangan
ada unsur-unsur lain seperti gambar, elemen, foto, hiasan dan sebagainya.
3. Bila skenario merupakan hasil adaptasi, diilhami, cerita di tulis oleh orang
lain atau penjelasan lainnya, dituliskan delapan spasi di bawah nama
penulis di tengah-tengah baris diikuti "karya" dan nama pengarang novel
dua spasi dibawahnya.
4. Pada bagian bawah halaman judul, dibagi menjadi dua. Pada sisi kiri
bawah, tuliskan "Produksi", lalu pada baris dibawahnya adalah nama
perusahaan yang akan memproduksi, di tulis dalam jarak satu spasi,
menggunakan huruf kecil setelah didahului dengan huruf besar. Bila akan
menuliskan nama sutradara atau produser, meskipun sangat tidak lazim,
bisa dituliskan pula bagian ini.
5. Pada sisi kanan, sejajar dengan baris di tepi kiri, tuliskan Draft 1 jika
skenario ini merupakan draft pertama. Bila kemudian direvisi, tuliskan
Draft 2. Draft 3 jika kembali direvisi, dan demikian seterusnya. Kemudian
dibawahnya, dalam jarak satu spasi, tuliskan tanggal, bulan dan tahun
yang menandai waktu selesainya penulisan skenario ini. Akhir tulisan
pada cover dihitung sehingga kira-kira mempunyai margin yang sama
antara tepi bawah dan tepi atas kertas.
47
3 2 1
HANTU
Skenario Oleh
Karya
Kuntilanak SH
4 5
Produksi Draft 1
PT. Kalang Kabut 29 April 2002
48
H. PENJILIDAN
Berbeda dengan pembuatan buku, skenario yang telah ditulis TIDAK USAH
DIJILID. Cukup gunakan saja penjepit kertas (binder clips) atau gunakan
pelubang kertas dengan pengancing (fasteners) dari logam atau plastik yang
gampang copot.
I. REVISI
Tidak ada perbedaan dalam cara penulisan naskah revisi. Sebagai penanda
bahwa naskah tersebut naskah revisi dapat dilihat pada sisi kanan bawah
cover, Draft 1, Draft 2, Draft 3 dan demikian seterusnya sampai skenario
disetujui. Apabila naskah skenario telah disetujui, berarti tugas penulis juga
telah selesai dan tiba waktunya menulis skenario yang lain lagi.
49
DAFTAR PUSTAKA
Egri, Lajos. 1960. The Art of Dramatic Writing. New York: Simon and Schuster.
Hauge, Michael. 1988. Writing Screenplay that Sell. New York : Mc Graw-Hill
Book Company.
Herman, Lewis. 1974. A Practical Manual of Screen Playwriting for Theater and
Television. New York: New American Library.
Lee, Robert, and Robert Misiorowski. 1982. Script Models. New York: Hasting
House Publishers.
Miller, William. 1980. Screenwriting for Narrative Film and Television. New York:
Hasting House Publishers.
Nash, Constance, and Virginia Oakay. 1982. The Screenwriter Handbook. New
York: Harper & Row.
Root, Wells. 1980. Writing the Script. New York: Holt, Rinehart and Winston.
Seger, Linda. 1987. Making a Good Script Great. New York: Dodd, Mead &
Company.
Swain, Eugene. 1973. The Technique of Screenplay Writing. New York: The
Universal Library.
Wilis, Edgar E, and Camile D'Arienzo, RSM. 1981. Writing Scripts for Television,
Radio and Film. New York: Holt, Rinehart and Winston.
50
Contoh basic story
THE AFRICAN QUEEN
Di pedalaman Afrika pada masa Perang Dunia Pertama, ROSIE, perawan tua
saudara seorang misionaris Inggris, usianya kira-kira empat-puluhan. CHARLIE
kurang lebih seusia dengannya, gelandangan kapal sungai yang pemabuk dan
menjalani hidupnya dengan membawa bekal dalam kapalnya The African
Queen. Ketika Jerman menghancurkan desanya dan menyebabkan kematian
saudara laki-lakinya, Rosie membujuk Charlie agar mereka menuruni sungai dan
menenggelamkan The Lusia, kapal perang yang digunakan Jerman untuk
mengontrol bagian Afrika ini. Hanya dengan enggan-engganan saja Charlie
setuju, selain mengingat sungai yang tidak bersahabat dan bahkan mungkin tak
bisa dilintasi, The Lusia dipersenjatai dengan persenjataan berat. Dengan
keberanian Inggris yang sebenarnya, mereka berangkat melintasi arus deras, air
terjun, tembak-tembakan tentara Jerman yang berkubu di sungai, baling-baling
yang patah, kerumunan nyamuk-nyamuk, lintah-lintah dan kehilangan alur
sungai. Siap menyerahkan nyawa, yakin mereka hilang tanpa harapan ketika
gelombang air badai besar menghantam kapal mereka beberapa yard ke dalam
danau. Mereka membuat torpedo, tetapi mereka kembali dihantam badai. The
Louisa muncul mengangkat lambung The African Queen, menghantam torpedo
dan meledak. Charlie dan Rosie berenang ke daratan Inggris, membawa
keberhasilan.
51
Contoh basic story:
ALL THE PRESIDENT'S MEN
52
Contoh sinopsis
FAREWELL MY CONCUBINE
Tahun 1977, Revolusi Kebudayaan telah berakhir. Dua laki-laki dalam kostum
Opera Peking berjalan melintasi stadium di Peking ketika penjaga tua mengenali
mereka sebagai dua orang yang menjadi pujaannya, DUAN XIAOLOU dan
CHENG DIEYI, superstar opera pada suatu masa yang lalu.
Diantara murid-murid baru guru Guan adalah Douzi, seorang laki-laki yang
lembut dan cantik, yang disingkirkan oleh ibunya yang pelacur, karena si anak
sudah terlalu besar dibawa-bawa melayani langganannya. Ketika Douzi untuk
yang pertama kalinya tiba, pelajar-pelajar yang lain menghinanya karena ibunya
pelacur. Tetapi saat itu pula, Shitou berdiri untuk membelanya dan memberikan
padanya perlindungan. Keduanya pun kemudian saling bersahabat akrab.
Sebagaimana aktor-aktor Peking pada umumnya, Douzi dan Shitou dilatih dalam
tipe-tipe tertentu permainan yang menjadi spesialisasi dalam kehidupan mereka.
Karena feminitas Douzi terlihat bagus, dia dilatih untuk mengambil permainan
perempuan, sedangkan Shitou yang atletis cocok untuk peran-peran tentara.
53
memangilnya ke kamarnya setelah pertunjukkan berakhir dan mengganggunya.
Douzi keluar dari rumah Zhang dalam keadaan shock. Dalam perjalanan pulang
ke sekolah, Douzi melihat bayi yang dibuang dan dia membawanya.
Tahun 1937, pada malam invasi Jepang, Douzi dan Shitou yang dikenal dengan
nama panggung Cheng Dieyi dan Duan Xiaolou, telah jadi pujaan di Peking.
Tetapi tidak demikian bagi aktivis pelajar yang berharap semua orang berkumpul
sepenuh waktu dengan semangat anti-Jepang. Mereka berpikir opera adalah
kegiatan yang tidak karuan.
Kabar pertunangan Duan Xiaolou dan Juxian mengakibatkan Dieyi runtuh dalam
kecemburuan dan kesedihan yang sangat mendalam. Dia menerima undangan
untuk mengunjungi Guru YUAN, lelaki tua kaya dan terhormat yang
mengharapkan Dieyi menjadi langganannya dan sekaligus pasangan cintanya.
Di rumah Yuan, Dieyi tertarik pada pedang kuno yang pernah dilihatnya di rumah
kasim Zhang beberapa tahun silam. Guru Yuan memberikan pedang itu pada
Dieyi ketika ia menerima cumbuan Guru Yuan.
Dieyi pulang dari rumah Guru Yuan dalam keadaan sedih dan berjalan ke ruamh
Xiaolou yang meriah karena pesta pertunangan sedang berlangsung. Dieyi
memberikan pedangnya pada Xiaolou dan mengatakan dirinya tidak akan
bernyanyi lagi bersamanya. Saat itu sudah larut malam dan pasukan Jepang
sedang memasuki Peiping.
Xiaolou sedang menghadapi masalah ketika polisi tentara Jepang ingin mencoba
kostumnya. Xiaolou menolaknya dengan kasar dan menetang lalu malarikan diri.
Dieyi menerima undangan dari Aoki Saburo untuk pentas di lapangan militer
Jepang. Juxian memohon padanya untuk pergi memenuhi undangan itu demi
menyelamatkan Xiaolou. Juxian berjanji jika usaha penyelamatannya berhasil, ia
akan kembali ke rumah bordil House of Blossom....................................................
.......................................................................................................dan seterusnya.
54
Contoh sinopsis
BULAN TERTUSUK ILALANG
Api lampu teplok menyala, RETNO perlahan menari ritmis diiringi tembang dari
mulutnya. Tarian terasa mistis dan indah, meski Retno hanya memakai baju
sehari-hari. ILALANG KECIL duduk di ujung tempat tidur memeluk bantal,
menatap takjub sosok ibunya yang menari.
Dari lubang pintu, beberapa pasang mata liar buruh laki-laki mengintip Retno
yang sedang menari. Termasuk tukang timba air bernama BEGUG.
Retno sadar dirinya diintip. Peristiwa ini menunjukkan sebagian diri Retno, yang
tubuhnya tetap ingin di puja seperti ketika ia masih menjadi penari dan bintang
panggung. Retno terus menari, menghidupkan seluruh ruangan yang
mengesankan sebagai kamar tidur yang tidak terawat lagi. Di dinding tergantung
beberapa foto hitam putih Retno ketika masih menjadi penari Sinta foto yang
sudah pula tampak suram.
Yang muncul dari suasana ini adalah sensualitas dan misteri keindahan gerak
tari Retno, lewat ketakjuban Ilalang Kecil sebagai anak yang mengagungkan
ibunya serta keliaran mata lelaki buruh-buruh yang mengintip.
Lampu teplok menyala. Retno perlahan membuka bajunya di kamar mandi yang
terletak di pojok pabrik. Bak kamar mandi sangat besar dan terbadi dua oleh
sekat, separuhnya menjadi bagian kamar mandi dan separuh yang lain jadi
bagian sumur tempat para pekerja mengambil air untuk proses membatik yang
selalu diisi oleh Begug. Saat itu, ketika seperti biasanya Retno mandi, Begug
juga sedang mengisi bak.
Bunyi air yang menyiram tubuh Retno, terdengar jelas dari sisi Begug.
Terkadang bayangan tubuh Retno membayang memanjang di air, terlihat oleh
Begug setiap kali mengisi air ke bak. Bunyi air ke tubuh Retno dan bayangan di
riak air menimbulkan sensualitas dalam diri Begug.
55
Pintu kamar mandi terbuka. Retno menutup separuh badannya dengan kain
batik, tubuhnya basah kuyup. Begug menyalakan teplok. Retno minta Begug
mengambil sabunnya.
Begug meraih sabun di dasar bak yang tak terjangkau tangan Retno. Suasana
tampak kikuk. Retno pura-pura membetulkan letak jarik yang digantung di kamar
mandi. Begug memegang sabun mandi, tubuhnya bergetar menahan
sensualitas.
Begug memeluk tubuh Retno keras-keras. Retno terkejut, refleks meraih besi
yang biasa buat narik karung beras di dinding, dengan cepat berbalik dan
menikam tangan Begug berkali-kali dengan besi pengait beras itu.
Ilalang Kecil melihat kejadian tersebut dari jauh, dari sela pintu kamar mandi
yang sedikit terbuka. Tangan kecilnya gemetar, seakan ikut merasakan kejadian
yang dilihatnya.
Lampu teplok dinyalakan menjadi besar. Ilalang Kecil menahan tangis ketika
seluruh jari tangannya diikat perban oleh ayahnya, kemudian di olesi oleh obat
merah (yodium). Ilalang kecil lalu diperbolehkan tidur disamping ibunya. Ilalang
Kecil menangis tertahan, tubuhnya lurus tegang di tempat tidur, tangannya yang
diperban mengepal gemetar, tak mungkin memegang tubuh ibunya selagi tidur,
selama ini ia terbiasa tidur dengan tangan menyusup ke dada ibunya. Hal ini
membuat Ilalang Kecil tidak bisa tidur.
56
Contoh tretment:
TIME LOCK
57
Mr. Simmons sudah Check-out, pindah ke Sal Sagev. Eleanor
dapat ke sana dengan melewati jalan Fremont.
58
TOP FLOOR
OFFICE PARTY WEAPPING
UP Xmas Eve.
A SpliNTER gRoup
SNeaKS off to Boss
Office-UNScen by Others
at PARTY.
BASEMENT
STOSH mAKING RepAIRS,
Nipping bottle,
Getting drunker.
Lobby
LAST of mAIN pARty
Leaves, tells WATERMAN
Nobody else upsSTAIRS.
Office Boy SilenL.
(mention that cleaning
personal want be in
until noun)
TOP FLOOR
PARTY Gets cozy.
Playboy hitting on GingeR
Overland hitting on
THIRlone
59
JERRY Foster making drink's
AS Lee and, Betty
Discous what's happening.
Lee turnes INNARD, to
Her own Thoughts
FLASHBACK
Lee and Jim Pearson
And his two young
Daughters on outing
Lee tells him she's
Pregnant, Pearson
Studened, withdreams
BASEMENT
Mister JANOS drops in to
Visit Stosh, making
Rounds. Stosh makes
NAemken mistake
EXPLOSION FIRE
END ACT!
Contoh Treatment
THE ONLY WAY IS DOWN
Kantor pribadi yang mewah. Kita lihat sekelompok orang dari pesta yang
sedang berlangsung, berjalan menyelinap tanpa terlihat dari pesta utama
untuk melanjutkan pestanya sendiri secara pribadi di dalam ruangan ini.
60
Stosh, si penjaga malam, meninggalkan elevator, mengunci elevator itu
dalam keadaan terbuka. Sejenak ia melihat ke arah pesta kantor, kemudian
menuruni koridor dan mengunci pintu besi yang terdapat pada ruang tangga.
Ketika ia berbalik, beberapa orang yang ikut pesta bercanda mengatakan
bahwa Stosh telah mengunci mereka sepanjang malam ini. Stosh berusaha
untuk tersenyum, tetapi tidak cukup berhasil. Dia mengatakan mengunci
lantai karena adanya pencurian belakangan ini, dan untuk itu ia diperintahkan
oleh Mister Overland.
Tiga orang laki-laki dan empat orang perempuan yang tadi, menyelinap pergi
tanpa terlihat dari pesta, sekarang diam-diam menunggu orang-orang pergi
meninggalkan tempat pesta. Mereka mendengarkan kepergian orang-orang
dari pintun ruangan yang tertutup, mengendap saling pandang satu sama
lain, kemudian ketika suasana menjadi sepi mereka saling toast atas
kesuksesan mereka menyelinap. Kita jadikan peristiwa ini untuk
memperkenalkan tokoh-tokoh dalam ruangan ini...............................................
..................................................................................................dan seterusnya.
Contoh Skenario
THELMA AND LOUISE
LOUISE seorang waitress cafe. Pada usia awal tiga puluhan, ia sudah terlalu
berumur untuk pekerjaan ini. Sangat manis dan cekatan, sekalipun di akhir
shiftnya. Ia melemparkan cangkir-cangkir kotor dari counter ke dalam bus-tray
di bawah counter. Hal ini menimbulkan SUARA GADUH, satu hal yang tidak
diperdulikannya. Terdengar MUSIK COUNTRY pada b.g. dan ia ikut
menyenandungkannya.
61