Anda di halaman 1dari 6

RESUME BUKU : MEMAHAMI FILM.

KARYA HIMAWAN PRATISTA

Unsur-Unsur Pembentuk Film

a. Unsur Naratif dan Unsur Sinematik

Film, secara umum dapat dibagi atas dua unsur pembentuk, yakni unsur naratif dan unsur
sinematik. Dua unsur tersebut saling berinteraksi dan berkesinambungan satu sama lain untuk
membentuk sebuah film. Bisa kita katakan bahwa unsur naratif adalah bahan (materi) yang akan
diolah, sementara unsur sinematik adalah cara (gaya) untuk mengolahnya. Dalam film cerita, unsur
naratif adalah perlakuan terhadap cerita filmnya. Sementara unsur sinematik atau juga sering
diistilahkan gaya sinematik merupakan aspek-aspek teknis pembentuk film.

Unsur naratif berhubungan dengan aspek cerita atau tema film. Setiap film cerita tidak
mungkin lepas dari unsur naratif. Setiap cerita pasti memiliki unsru-unsur seperti tokoh, masalah,
konflik, lokasi, waktu, serta lainnya. Seluruh elemen tersebut membentuk unsur naratif secara
keseluruhan. Elemen-elemen tersebut saling berinteraksi serta berkesinambungan satu sama lain
untuk membentuk sebuah jalinan peristiwa yang memiliki maksud dan tujuan. Seluruh jalinan
peristiwa tersebut terikat oleh sebuah aturan yakni hukum kausalitas (logika sebab-akibat). Aspek
kausalitas bersama unsur ruang dan waktu adalah elemen-elemen pokok pembentuk naratif.

b. Memahami Film

Sebuah film yang memiliki cerita atau tema yang kuat bisa menjadi tidak berarti tanpa
pencapaian sinematik yang memadai. Sementara pencapaian sinematik yang istimewa bisa pula
tidak berarti apa-apa tanpa pencapaian naratif yang memadai. Bahasa film adalah kombinasi bahasa
suara dan bahasa gambar. Sineas menawarkan sebuah solusi melalui filmnya dengan harapan
tentunya bisa diterima dengan baik oleh orang yang menonton. Melalui pengalaman mental dan
budaya yang dimilikinya, penonton berperan aktif secara sadar maupun tidak sadar untuk
memahami sebuah film. Keberhasilan seseorang dalam memahami film secara utuh dapat
dipengaruhi oleh pemahaman orang tersebut terhadap aspek naratif serta aspek sinematik sebuah
film. Kedua unsur tersebut ataupun bentuknya apapun bentuknya pasti memiliki norma serta
batasan yang bisa diukur. Jika sebuah film kita anggap buruk (kurang memadai) bisa jadi karena
film tersebut buruk namun karena kita sendiri yang masih belum mampu memahaminya secara
utuh. Dalam pembahasan-pembahasan selanjutnya kita akan mengetahui bahwa pilihan-pilihan
seorang sineas dalam aspek naratif serta aspek sinematik sangat tak terbatas.
Klasifikasi Film

Klasifikasi film secara umum juga bisa ditentukan berdasarkan proses produksinya, yakni
film hitam-putih dan film berwarna, film bisu, film bicara, serta animasi dan non animasi.
Klasifikasi film dapat pula ditentukan dari cara produksi serta cara distribusinya yakni, studio besar
dan studio independen, Hollywood dan non-Hollywood (Eropa, Asia, atau Amerika Latin),
mainstream dan non-mainstream serta rating dan non-rating.

Adapun metode yang paling mudah serta sering kita gunakan untuk mengklasifikasi film
adalah berdasarkan genre, seperti aksi, drama, horror, musikal, western dan sebagainya. Genre
secara umum membagi film berdasarkan jenis dan latar ceritanya. Masing-masing memiliki
karakteristik khas yang membedakan satu genre dengan genre lainnya. Bab ini secara khusus akan
membahas lebih jauh tentang klasifikasi film berdasarkan genre.

a. Definisi dan Fungsi Genre

Istilah genre berasal dari bahasa Prancis yang bermakna “bentuk” atau “tipe”. Kata genre
sendiri mengacu pada istilah biologi yakni, genus, sebuah klasifikasi flora dan fauna yang
tingkatnya berada diatas spesies dan dibawah family. Dalam filim, genre dapat didefinisikan sebagai
jenis atau klasifikasi dari sekelompok film yang memiliki karakter atau pola sama (khas) seperti
setting, isi dan subyek cerita, tema struktur cerita, aksi atau peristiwa, periode, gaya, situasi, ikon,
mood, serta karakter. Klasifikasi tersebut menghasilkan genre-genre populer seperti aksi,
petualangan, drama, komedi, horor, western, thriller, film noir, romance, dn sebagainya.

Fungsi utama genre adalah untuk memudahkan klasifikasi sebuah film. Film yang
diproduksi sejak awal perkembangan sinema hingga kini mungkin telah jutaan lebih jumlah nya.
Genre yang membantu kita memilah film-film tersebut sesuai dengan spesifikasinya. Industri film
sendiri sering menggunakannya sebagai strategi marketing. Genre apa yang sedang tren menjadi
tolak ukur film yang akan diproduksi. Selain untuk klasifikasi, genre juga dapat berfungsi sebagai
antisipasi penonton terhadap film yang akan ditonton. Jika seorang penonton telah memutuskan
untuk melihat sebuah film bergenre tertentu maka sebelumnya ia telah mendapatkan gambaran
umum (ide) dikepalanya tentang film yang akan dia tonton. Misalnya jika kita ingin medapat
hiburan ringan, umumnya kita akan memilih film bergenre aksi atau komedi.
b. Klasifikasi Genre

Dari masa ke masa film semakin berkembang demikian pula genre. Sebuah genre biasanya
ditetapkan setelah beberapa film yang mewakili genre tersebut sukses dan berkembang menjadi
tren. Hampir semua genre besar mengalami pasang surut dalam perkembangannya dan tidak selalu
populer sepanjang masa. Variasi genre sendiri jumlahnya bisa mencapai ratusan. Tiap periode dan
wilayah (negara) masing-masing juga memiliki genre khasnya. Patut kita catat bahwa kebanyakan
film merupakan kombinasi dari beberapa genre sekaligus. Kombinasi genre dalam sebuah film
sering diistilah kan genre hibrida (campuran). Walaupun begitu biasanya sebuah film tetap memiliki
satu atau dua genre yang dominan. Sebagai contoh seri film populer James Bond, secara umum
dapat kita kategorikan sebagai genre spionase. Namun jika kita amati lebih jauh lagi film-film
James Bond juga merupakan campuran dari genre aksi, petualangan, thriller, fiksi-ilmiah, roman,
komedi, politik dan lain sebagainya.

Perlu dicatat pula bahwa klasifikasi film berdasarkan genre hanyalah merupakan suatu
konvensi umum yang sifatnya dinamis. Karakteristik sebuah genre boleh jadi tidak mengacu pada
satu masa tertentu namun terus berkembang setiap saat. Faktor-faktor inilah yang menyebabkan
mengapa studi terhadap genre begitu sulit dilakukan. Dalam pembahasan selanjutnya kita dapat
mengetahui gambaran umum mengenai karakteristik tiap genre induk.

Skema Genre Induk Primer dan Genre Induk Sekunder :

Genre Induk Primer Genre Induk Sekunder


Aksi Bencana
Drama Biografi
Epik Sejarah Detektif
Fantasi Film noir
Fiksi-Ilmiah Melodrama
Horor Olahraga
Komedi Perjalanan
Kriminal dan Gangster Roman
Musikal Superhero
Petualangan Supernatural
Perang Spionase
Western Thriller
Struktur Film

Seperti halnya sebuah karya literatur yang dapat dipecah menjadi bab (chapter), alinea, dan
kalimat, film jenis apapun, panjang atau pendek, juga memiliki struktur fisik. Secara fisiki sebuah
film dapat dipecah menjadi unsur-unsur yakni, shot, adegan, dan sekuen.

a. Shot

Shot selama produksi film memiliki arti proses perekaman gambar sejak kamera diaktifkan
(on) hingga kamera dihentikan (off) atau juga sering diistilahkan satu kali take (pengambilan
gambar). Sementara shot setelah film telah jadi (pasca produksi) memiliki satu rangkaian gambar
utuh yang tidak terinterupsi oleh potongan gambar (editing). Sekumpulan beberapa shot biasanya
dikelompokkan menjadi sebuah adegan. Satu adegan bisa belasan hingga puluhan shot. Satu shot
dapat berdurasi kurang dari satu detik, beberapa menit, bahkan jam.

b. Adegan (Scene)

Adegan adlah satu segmen pendek dari keseluruhan cerita yang memperlihatkan satu aksi
berkesinambungan yang diikat oleh ruang, waktu, isi (cerita), tema, karakter, atau motif. Satu
adegan umumnya terdiri dari beberapa shot yang saling berhubungan. Biasanya film cerita terdiri
dari tiga puluh sampai lima puluh buah adegan. Adegan adalah yang paling mudah kita kenali
waktu kita menonton film. Kita biasanya lebih mengingat sebuah adegan ketimbang sebuah shot
atau sekuen.

c. Sekuen (Sequence)

Sekuen adalah satu segmen besar yang memperlihatkan satu rangkaian peristiwa yang
utuhsatu sekuen umumnya terdiri dari beberapa adegan yang saling berhubungan. Dalam karya
literatur, sekuen bisa diibaratkan seperti bab atau sekumpulan bab. Satu sekuen biasanya
dikelompokkan berdasarkan satu periode (waktu), lokasi, atau satu rangkaian aksi panjang.
Biasanya film cerita terdiri dari delapan sampai lima belas sekuen. Dalam beberapa kasus film,
sekuen dapat dibagi berdasarkan usia karakter utama, yakni masa balita, kanak-kanak, remaja,
dewasa, serta lanjut usia. Dalam film-film petualangan umumnya mengambil banyak tempat,
sekuen biasanya dibagi berdasarkan lokasi cerita.
Mise-En-Scene

Mise-en-scene adalah segala hal yang terletak didepan kamera yang akan diambl
gambarnya dalam sebuah produksi film. Mise-en-scene berasal dari bahasa Prancis yang memiliki
arti “putting in the scene”. Mise-en-scene adalah unsur sinematik yang paling mudah kita kenali
karena hampir seluruh gambar yang kita lihat dalam film adalah bagian dari unsur ini.

Dalam sebuah film unsur mise-en-scene tidak berdiri sendiri dan terkait erat dengan unsur
sinematik lainnya. Yaitu sinematografi, editing, dan suara. Tanpa keterlibatan unsur-unsur lainnya,
unsur mise-en-scene tak ubah layaknya pertunjukan panggung belaka.

Mise-en-scene terdiri dari empat aspek utama, yakni :

- Setting (latar)
- Kostum dan tata rias wajah (make-up)
- Pencahayaan (lighting)
- Para pemain dan pergerakannya (akting)

Sinematografi

Dalam sebuah produksi film, ketika seluruh aspek mise-en-scene telah tersedia dan sebuah
adegan telah siap untuk diambil gambarnya, pada tahap inilah sinematografi mulai berperan.
Sinematografi mencakup perlakuan sineas terhadap kamera serta stok filmnya. Seorang sineas tidak
hanya sekedar merekam sebuah adegan semata namun juga harus mengontrol dan mengatur
bagaimana adegan itu diambil seperti jarak, ketinggian, sudut, lama pengambilan, dan sebagainya.
Sineas juga sering menggunakan efek visual yang membutuhkan perlakuan khusus terhadap
filmnya yang baru dapat dilakukan pada tahapan ini.
Unsur sinematografi secara umum dapat dibagi menjadi tiga aspek yakni : kamera dan
film, framing, serta durasi gambar. Kamera dan film mencakup teknik-teknik yang dapat dilakukan
melalui kamera dan stok filmnya seperti warna, penggunaan lensa, kecepatan gerak gambar, dan
sebagainya. Framing adalah hubungan kamera dengan obyek yang akan diambil, seperti batasan
wilayah gambar atau frame, jarak, ketinggian, pergerakan kamera, dan sterusnya. Sementara durasi
gambar mencakup lamanya sebuah obyek diambil gambarnya oleh kamera.
Editing

Suara

Suara dalam film yang dapat kita pahami sebagai seluruh suara yang keluar dari gambar,
yakni dialog, musik, dan efek suara. Penggunaan suara (dialog) dalam film belum dimungkinkan
sejak teknologi suara ditemukan. Sebelum era film bicara, film bisu tidak sepenuhnya nonsuara
namun seringkali diiringi suara organ, piano, musisi, efek suara, aktor yang berbicara langsung,
hingga satu orkestra penuh. Jika kita menonton folm-film perang masa kini, kita dapat merasakan
seolah kita sedang berada di medan pertempuran yang sesungguhnya.
Suara dalam film secara umum dapat dikelompokkan menjadi tiga jenis, yakni dialog,
musik, dan efek suara. Dialog adalah bahas komunikasi verbal yang digunakan semua karakter
didalam maupun luar cerita film (narasi). Sementara musik adalah seluruh iringan musik serta lagu,
baik yang ada didalam maupun diluar cerita film (musik latar). Ssementara efek suara adalah semua
suara yang dihasilkan oleh semua obyek yang ada didalam maupun diluar cerita film.

Anda mungkin juga menyukai