Anda di halaman 1dari 7

Nama : Septyan Dwi Nuryanto

NIM : 18102010003

Judul Film : Loz Jogjakartoz / A Midnight Gift


Sutradara : Sidharta Tata

1. Kajian Genre Film


Istilah Genre berasal dari bahasa Perancis yang bermakna “bentuk” atau “tipe”. Dalam
film, genre dapat didefinisikan sebagai jenis atau klasifikasi dari sekelompok film yang
memiliki karakter atau pola yang sama seperti; setting, isi dan subyek cerita, tema, struktur
cerita, aksi atau peristiwa, periode, gaya, situasi, serta karakter. Klasifikasi tersebut
menghasilkan genregenre popular seperti aksi, petualangan, drama, komedi, horor, roman dan
sebagainya. 1
Fungsi genre adalah untuk memudahkan klasifikasi film, genre membantu kita
memilah-milah film-film tersebut sesuai dengan spesifikasinya. Selain itu, genre juga
berfungsi sebagai antisipasi penonton terhadap film yang akan ditonton. Jika seseorang telah
menentukan untuk melihat film dengan genre tertentu, maka sebelumnya ia telah mendapat
gambaran umum (ide) di kepalanya tentang film yang akan ia tonton. Sehubungan dengan
penelitian ini, genre digunakan untuk melihat dan memahami ideologi apa yang ditunjukkan
oleh film-film James Bond, sehingga dalam analisis mempermudah pembacaan representasi
mereka dalam konteks ideologi film tersebut.
Genre dibagi menjadi; Genre primer: merupakan genre-genre pokok yang telah ada
dan popular sejak perkembangan sinema era 1900-an hingga 1930-an, misalnya aksi, drama,
komedi, horror, fantasi, serta fiksi ilmiah. Genre sekunder: merupakan turunan atau
pengembangan dari genre primer.
Film A Midnight Gift yang disutradarai Sidharta Tata menurut saya masuk kedalam
genre primer yaitu Drama, Kriminalisasi dan Gangstar. Serta dikombinasikan dengan genre
skunder yaitu thriller. Karena dalam film ini menggangkat tema isu-isu sosial seperti
kekerasan, politik, kekuasaan dan lain sebagainya yang mana hal ini masuk ke dalam genre
drama. Selain itu juga masuk kedalam genre kriminalisasi dan gangster karena di dalam film
ini terdapat aksi-aksi kriminal seperti pemerasan, pembunuhan, serta aksi kelompok yang
bekerja di luar sistem hukum dengan sebuah persekongkolan dengan penegak hukum seperti
polisi atau agen rahasia. Dan dikombinasikan dengan genre thriller karena sejak awal film
memberikan sebuah rasa keteganggan, penasaran, ketidakpastian serta adegan yang penuh
,misteri, kejutan, serta intensitas keteganggan yang mampu di jaga hingga klimaks dari film.

1
Pratista,H. Memahami Film, (Yogyakarta;Homerian Pustaka, 2008) Hlm 10
Seperti : wujud burung dalam sangkar yang seolah-olah berukuran besar bercahaya, suara
burung, hingga seseorang yang selanjutnya akan menjadi pemilik burung dalam film A
Midnight Gift ini.

2. Kajian Aspek Naratif


Pengertian naratif adalah suatu rangkaian peristiwa yang berhubungan satu sama lain
dan terikat oleh logika sebab-akibat (kausalitas) yang terjadi dalam suatu ruang dan waktu.2
Dalam sebuah film cerita, sebuah kejadian pasti disebabkan oleh kejadian sebelumnya
misalnya sebuah shot A menggambarkan James Bond menembak dan shot B menggambarkan
musuh jatuh terkena tembakan. Shot B terjadi karena shot A, penonton akan mudah memahami
karena adanya hubungan kausalitas antara shot A dan shot B. Segala tindakan pelaku cerita
tersebut akan memotivasi peristiwa berikutnya, hal ini akan akan membentuk sebuah sebuah
pola pengembangan naratif yang dibagi menjadi tiga; pendahuluan, pertengahan, penutupan.
Pola tesebut biasanya disajikan secara linear. Hubungan kausalitas tersebut membuat naratif
tidak bisa lepas dari batasan ruang (latar cerita) dan waktu (urutan, durasi, frekuensi).
Salah satu bagian dari naratif adalah plot, plot adalah rangkaian peristiwa yang
disajikan secara audio maupun visual dalam film. Plot dalam film digunakan untuk
memanipulasi sebuah cerita sehingga sutradara bisa menyajikan dan mengarahkan alur cerita
sesuai dengan apa yang ia inginkan. Hal ini sekaligus digunakan untuk mempermudah sineas
jika film diangkat berdasarkan novel, tanpa meninggalkan keterikatan ruang dan waktu
sehingga film bisa dinikmati penonton.3
Plot dalam film A Midnight Gift secara visual menceritakan kehidupan malam dengan
ruang atau tempat yang ada di Kota Yogyakarta. Serta urutan plot pola linier dimana waktu
berjalan sesuai urutan waktu tanpa adanya interupsi waktu yaitu dari malam hingga sore pada
penyajiannya.

2
Pratista,H. Memahami Film, (Yogyakarta;Homerian Pustaka, 2008) Hlm 33
3
Pratista,H. Memahami Film, (Yogyakarta;Homerian Pustaka, 2008) Hlm 34
Naratif mempunyai beberapa elemen pokok yang membantu berjalannya sebuah alur
cerita, elemen-elemen tersebut adalah; Pelaku cerita: adalah motivator utama yang
menjalankan alur cerita, pelaku cerita terdiri dari tokoh protagonis (utama / jagoan) dan
antagonis (pendukung / musuh, rival). Permasalahan / konflik: bisa diartikan sebagai
penghalang tokoh protagonis untuk mencapai tujuannya, permasalahn bisa muncul dari tokoh
protagonis maupun antagonis. Tujuan: yang ingin dicapai pelaku cerita, bisa berupa fisik
seperti mengalahkan musuh atau berupa non fisik seperti kebahagiaan dan sebagainya.4

3. Kajian Aspek Sinematik


Jika naratif adalah pembentuk cerita, maka unsur sinematik adalah semua aspek teknis
dalam produksi sebuah film. Dengan kata lain jika naratif adalah nyawa sebuah film, maka
unsur sinematik adalah tubuh fisiknya. Namun bukan berarti sinematik kalah penting dari
naratif, karena unsur sinematik inilah yang membuat sebuah cerita menjadi sebuah karya audio
visual berupa film.5 Unsur sinematik meliputi:
a. Mise-en-scene; Adalah segala hal yang terletak didepan kamera yang akan diambil
gambarnyadalam proses produksi film, berasal dari bahasa perancis yang memiliki arti
“putting in the scene”. Hampir seluruh gambar yang kita lihat dalam film dalah bagian
dari unsur mise-en-scene. Mise-en-scene memiliki empat apek utama yakni setting
atau latar, kostum dan make-up (tata rias meliputi wajah dan efek khusus), lighting
atau tata cahaya, serta pemain dan pergerakannya.
Seperti halnya dalam film A Midnight Gift memiliki setting di sebuah kota mulai dari
jalanan, warung, rumah, tempat karaoke, pasar burung dan lain sebagainya. Dengan
setting waktu pada malam hari dan sore hari. Kostum dan make-up sesuai dengan
beberapa setiap aktor atau pemain yang dapat mengambarkan tokoh dari kasta orang
atas dan orang bawah yang memiliki kekuasaan berbeda serta make up yang membuat
setiap adegan itu seperti nyata seperti wajah babak belur dari salah satu aktor dan lain
sebagainya.lighting yang dominan dengan warna merah dan biru dalam film ini juga
juga membah kesan dramatis dalam setiap shot yang juga mendukung pergerakan

4
Pratista,H. Memahami Film, (Yogyakarta;Homerian Pustaka, 2008) Hlm 44
5
Pratista,H. Memahami Film, (Yogyakarta;Homerian Pustaka, 2008) Hlm 2
pemain dan setiap pemain dalam film A Midnight Gift juga sangat bagus saat
memerankan karakter mereka sesuai dengan kondisi sosial yang mereka perankan.
b. Sinematografi: Unsur sinematografi secara umum dapat dibagi menjadi tiga aspek,
yakni: kamera dan film, framing, durasi gambar. Kamera dan film mencakup teknik
yang dapat dilakukan melalui kamera dan stok filmnya. Framing adalah hubungan
kamera dengan objek yang akan diambil. Sementara durasi gambar mencakup lamanya
sebuah obyek diambil gambarnya oleh kamera.
Dalam film A Midnight Gift sangat memperhatikan tonalitas (kontras, brightness dan
warna) serta jarak, sudut, kemiringan, serta ketinggian kamera terhadap objek dengan
pergerakan kamera yang sesuai dengan adegan.
c. Editing: Terdiri dari dua pengartian; editing produksi: proses pemilihan gambar serta
penyambungan gambaryang telah diambil, editing paska produksi: teknik-teknik yang
digunakan untuk menghubungkan tiap shot.
Film A Midnight Gift dalam menghubungkan setiap shot dominan mengunkan Cut
yaitu transisi yang langsung dari shot ke shot. Mulai dari perpindahan dalam satu shot
dalam satu adegan maupun shot dari adegan yang berbeda (waktu, tempat, pemeran
dan lain sebagainya.
d. Suara: Seluruh suara yang keluar dari gambar (film) yakni dialog, musik, dan efek
suara.6 Dialog dalam film A Midnight Gift mengunkan bahasa jawa dengan musik
lokal serta efek suara yang mendukung setiap adegan.

4. Kajian Estetika Film


Estetika film adalah sebuah studi yang melihat film sebagai sebuah seni dan pesan
artistik. Oleh karenanya konsep-konsep tentang perspektif tersebut. Di sini estetika film
menjadi masuk dalam perdebatan urnum tentang estetika, sebagai sebuah disiplin fisafat yang
menaruh perhatian pada semua bentuk-bentuk seni. Secara khusus estetika film memiliki dua
tampilan sekaligus, yaitu membahas persoalan film secara umum yang terkait dengan masalah
estetika dan aspek-aspek khusus yang membahas karya-karya film tertentu. Hal ini disebut
dengan analisa film atau krttik film dalam istilah yang lebih umum.7

Dalam hal estetika film adalah hal hal yang tidak jauh kaitannya dengan unsur
sinematik yaitu mise-en-scene (tata rias, setting, pencahayaan, pemain serta pergerakannya),
sinematografi, dan suara.

6
Pratista,H. Memahami Film, (Yogyakarta;Homerian Pustaka, 2008) Hlm 1-2
7
Ariansah, M. Jurnal Film dan Estetika, Hlm 43-44
5. Kajian Editing
Ketika proses pengambilan gambar telah selesai, maka produksi film memasuki tahap
editing. Dalam tahap ini shot-shot yang telah diambil dipilih, diolah, dan dirangkai hingga
menjadi satu rangkaian kesatuan yang utuh. Aspek editing bersama pergerakan kamera
merupakan satu-satunya unsur sinematik yang murni dimiliki oleh seni film. Sejak awal
perkembangan sinema, para sineas telah menyadari betapa kuatnya pengaruh teknik editing
untuk memanupulasi ruang dan waktu.8
Definisi editing pada tahap produksi adalah proses pemilihan serta penyambungan
gambar-gambar yang telah diambil. Sementara definisi editing setelah filmnya jadi (pasca
produksi) adalah teknik-teknik yang digunakan untuk menghubungkan tiap shot-nya.
Pembahasan buku ini seluruhnya mengacu pada definisi editing pasca produksi. Adapun sineas
memiliki wilayah kontrol yang luas untuk menghubungkan shot-shot dalam film-film mereka,
baik secara grafis, ritmis, spasial, dan temporal. Sineas juga dapat memilih bentuk transisi
sesuai tuntutan naratif dan estetik yang ia inginkan. Berdasarkan aspek temporal, editing dibagi
menjadi dua jenis, yakni editing kontinu dan editing diskontinu. Editing kontinu adalah
perpindahan shot langsung tanpa terjadi lompatan waktu. Sebaliknya editing diskontinu adalah
perpindahan shot dengan terjadi lompatan waktu. Sebaliknya editing diskontinu adalah
perpindahan shot dengan terjadi lompatan waktu.9

1) Bentuk Editing
Transisi shot dalam film umumnya dilakukan dalam empat bentuk, yakni, cut,
fade-in/out, dissolve, serta wipe. Bentuk yang paling umum adalah cut yakni, transisi
shot secara langsung. Sementara wipe, dissolve, dan fades merupakan transisi shot
secara bertahap. Cut dapat digunakan untuk editing kontinu dan diskontinu. Sementara
wipe, dissolve, dan fades umumnya digunakan untuk editing diskontinu. Beberapa
variasi bentuk lain juga kadang muncul namun sangat jarang digunakan. Untuk film A
Midnight Gift banyak mengunakan cut dan beberapa fade-in/out.

2) Aspek Editing
Teknik editing memungkinkan para sineas untuk memilih atau mengontrol
empat wilayah dasar, yakni:

a. Kontinuitas Grafik Sineas dalm melakukan perubahan shot dapat melakukannya


berdasarkan kontinuitas grafik (kesamaan gambar). Kontinuitas grafik dapat
dibentuk oleh unsur mise-en-scene dan sinematografi dengan menggunakan
aspek bentuk, warna, komposisi, pergerakan, set, kostum, tata cahaya, dan
sebagainya. Kontinuitas grafik antar shot tidak disadari merupakan hal yang
umum digunakan dalam film terutama pada editing kontinu. Hal ini sama seperti
dalam film A Midnight Gift yang mengatur tata cahaya dengan warna yang
cenderung sama setiap shotnya yaitu merah dan biru sehingga setiap
perpindahan shot tidak terasa.

b. Aspek Ritmik Sineas mampu mengontrol panjang pendeknya (durasi) sebuah


shot. Durasi shot sangat behubungan dengan durasi shot sebelum dan setelahnya
sehingga seorang sineas mampu mengontrol ritme editing sesuai tuntutan naratif
serta estetik. Sineas dapat mengatur ritme editingnya melalui durasi shot yang
sama, semakin pendek, atau semakin panjang. Semakin pendek durasi shot-nya

8
Pratista,H. Memahami Film, (Yogyakarta;Homerian Pustaka, 2008) Hlm 123
9
Pratista,H. Memahami Film, (Yogyakarta;Homerian Pustaka, 2008) Hlm 123
akan menghasilkan tempo aksi yang cepat. Sebaliknya semakin panjang durasi
shot-nya akan menghasilkan tempo aksi yang lambat. Adegan-adegan aksi
umumnya menggunakan tempo editing yang cepat dengan durasi shot hanya
beberapa detik bahkan kurang. Dalam mengontrol ritme editing juga dapat
bergantung pada karakter dalam mise-en-scene, posisi dan pergerakan kamera,
serta ritme suara (music dan lagu). Ritme film A Midnight Gift temponya tidak
begitu cepat bahkan berapa adegan dengan tempo lambat agar penonton terbawa
dalam setiap emosi dari adegan dan peran setiap pemaian.

c. Aspek Spasial Editing juga memungkinkan bagi sineas untuk memanipulasi


ruang dan waktu. Efek ini memungkinkan tiap shot dapat diambil secara
terpisah, bahkan di lokasi dan waktu yang berbeda tanpa menganggu kontinuitas
naratif. Dengan setting waktu yang sebagian besar hanya dalam waktu semalam
dan sedikit pada sore haru maka aspek sepasial editing ini sangat berguna untuk
menyambungkan setiap adengan dalam satu latar waktu namun berbeda-beda
lokasi dalam film A Midnight Gift ini.

d. Aspek Temporal Teknik editing mampu mempengaruhi naratif dalam


memanipulasi waktu. Sebuah shot berikutnya secara temporal dapat berupa
waktu yang tak terputus (editing kontinu) dan dapat pula terjadi lompatan waktu
(editing diskontinu). Aspek Temporal teknik editing ini digunakan saat akan
menuju klimaks sekaligus setting ruang dan waktu pada akhir film A Midnight
Gift yang dari malam dijalanan ke sore hari di sebuah pasar burung.

6. Kajian Semiotika Film


Kata semiotika di samping kata semiologi sampai saat ini masih sering dipakai. Selain
istilah semiotika dalam sejarah linguistik ada pula digunakan istilah lain seperti semasiologi,
sememik, dan semik untuk merujuk pada bidang studi yang mempelajari makna atau arti dari
sauatu tanda atau lambang. Menurut Segers dalam (Sobur: 2003)

Semiotika merupakan suatu studi ilmu atau metode analysis untuk mengkaji tanda
dalam suatu konteks skenario, gambar, teks, dan adegan di film menjadi sesuatu yang dapat
dimaknai. Sedangkan, kata “semiotika” itu sendiri berasal dari bahasa Yunani, semeion yang
berarti “tanda” atau seme ,yang berarti “penafsir tanda”. Semiotika berakar dari studi klasik
dan skolastik atas seni logika, retorika, dan etika.10

Sebagai salah satu contoh dalam film A Midnight Gift yang memperlihatkan
kehidupan malam di Jogja yang tidak banyak orang luar ketahui yang diperankan dengan
pemeran berkarakter orang Jogja dari mulai rakyat, preman, aparat, politikus, dan serorang
pemegang kekuasaan yang berlatar belakang muslim. Hal ini dapat dilihat dari dialognya yang
mengunakan bahasa jawa dengan logat orang Jogja. Dengan beberapa pengambaran atau visual
“Manuk Gede” (burung besar) yang tidak diperlihatkan wujud dan suaranya serta memiliki

10
Mudjiono, Y. Jurnal Kajian Semoitika Dalam Film, Hlm 129
harga tinggi dan setiap orang ingin memilikinya dengan cara apapun, untuk mendapat
keuntungan mulai dari uang hingga kepercayaan. “Manuk Gede” inilah yang dapat
diasumsikan sebagai penafsiran sesuatu hal yang man setiap penonton pasti akan memilki
penafsirannya sendiri-sendiri.

Anda mungkin juga menyukai