Anda di halaman 1dari 6

CHAPITRE I

INTRODUCTION
(PENDAHULUAN)

1.1 Arrière Plan (Latar Belakang)

Setiap bentuk kesenian seperti seni musik, seni tari, seni sastra, seni rupa

maupun seni peran memerlukan apresiasi dari penikmatnya masing-masing. Secara

harfiah, apresiasi seni berarti penghargaan terhadap kehadiran sebuah karya seni

(Mudjiono,2011). Dapat dilihat bahwa dari tahun ke tahun, karya seni terus mengalami

perkembangan hingga pada akhirnya segala bentuk kesenian tersebut seimbang dan

harmonis ketika dikemas dalam wujud film.

Film merupakan sarana yang paling banyak digunakan untuk menyebarkan

hiburan yang sudah menjadi kebiasaan dalam menyajikan

cerita,peristiwa,musik,drama, lawak dan sajian teknis lainnya kepada masyarakat

umum. Keberadaan film telah diciptakan sebagai salah satu media komunikasi massa

yang benar – benar disukai bahkan sampai sekarang. Liliweri (1991:153), mengatakan

bahwa lebih dari 70 tahun terakhir ini film telah memasuki kehidupan umat manusia

yang sangat luas lagi beraneka ragam.

Jangkauan film semakin meluas seiring berkembangnya waktu dan dapat

dinikmati oleh siapapun tanpa batasan usia. Menurut Effendi (1986:239), film adalah

hasil budaya serta alat ekspresi kesenian. Film sebagai komunikasi massa merupakan
gabungan dari berbagai teknologi, seperti fotografi dan rekaman suara, kesenian baik

seni rupa dan seni teater sastra dan arsitektur serta seni musik.

Dalam film terdapat genre yang membagi film sesuai dengan spesifikasinya.

Genre berasal dari bahasa Prancis yang bermakna ‘jenis’ atau ‘bentuk’. Genre dapat di

definisikan sebagai jenis atau klasifikasi dari sekelompok film yang memiliki karakter

atau pola yang sama (khas) seperti setting, isi dan subyek cerita, tema, struktur cerita,

aksi atau peristiwa, periode, gaya, situasi, ikon, serta karakter klasifikasi yang

menghasilkan genre-genre populer, seperti aksi, fantasi, petualangan, drama, komedi,

horor, western, thriller, film noir, roman dan sebagainya. Fungsi genre adalah untuk

memudahkan klasifikasi sebuah film sesuai dengan spesifikasinya (Himawan Pratista,

2008:10).

Film menceritakan kisah fiksi maupun non fiksi sehingga banyak orang yang

menyukai film bahkan berjam-jam menontonnya karena menimbulkan efek

keingintahuan terhadap cerita yang dibawakan dalam film tersebut (Farid,2018). Salah

satu contoh film fiksi adalah Maleficent (dalam versi Prancis Malefique). Maleficent

merupakan salah satu dari sekian banyak film produsen Walt Disney Pictures yang

sukses menghibur penontonnya. Film ini merupakan adaptasi dari dongeng “sleeping

beauty”.

Pada Mei 2014, film yang di sutradarai oleh Robert Stromberg ini telah sukses

ditayangkan di berbagai negara. Maleficent dalam bahasa Inggris (Malefique dalam

bahasa Prancis) memiliki arti sesuatu yang jahat atau mencelakakan. Setelah sukses di

tahun 2014, pada Agustus 2019 Walt Disney Pictures kemudian merilis kelanjutan film
bergenre fantasi Amerika tersebut dengan judul “Maleficent: Mistress of Evil” atau

dalam versi Prancis “Malefique: Le Pouvoir du Mal yang disutradarai oleh Joachim

Rønning. Angelina Jolie kembali memerankan tokoh utama sebagai Maleficent dalam

film ini. Sama seperti cerita Maleficent 2014, dalam film Maleficent: Mistress of Evil,

tokoh Maleficent kembali diperankan oleh Angelina Jolie yang digambarkan sebagai

sosok perempuan kuat dan penyayang dibalik jubah hitam yang membuatnya terlihat

seram. Aurora diperankan oleh Elle Fanning yang menjadi putri angkat Maleficent

yang akan menikah dengan Pangeran Philippe. Philippe diperankan oleh Haris

Dickinson dan Ratu diperankan oleh Michelle Pfeiffer.

Film merupakan bidang penelitian yang sangat penting yang perlu dianalisis

dengan menggunakan teori semiotik, karena film memiliki ciri berbagai tanda. Tanda

tidak pernah berfungsi sendiri. Saussure menyatakan bahwa tanda dibagi menjadi

signifie (penanda) dan signified (petanda).Bagi Saussure, penanda merupakan aspek

material sedangkan petanda merupakan konsep pikiran atau gambaran mental.

Selanjutnya, Barthes mengemukakan konsep baru tentang tanda yang disebut sebagai

konsep denotasi dan konotasi. Roland Barthes dikenal sebagai salah seorang pemikir

strukturalis yang getol mempraktikkan model linguistik dan semiologi Saussure.

Dirinya berpendapat bahasa adalah sebuah sistem tanda yang mencerminkan asumsi-

asumsi dari suatu masyarakat tertentu dalam waktu tertentu (Sobur, 2013:63).

Dalam penelitian ini, peneliti tertarik untuk memfokuskan pada karakter tokoh

utama. Tokoh utama adalah tokoh yang diutamakan penceritaannya dan yang paling

banyak diceritakan, baik sebagai pelaku kejadian maupun yang dikenai kejadian. Oleh
karena itu, peneliti hanya memfokuskan pada karakter tokoh Maleficent. Tokoh

Maleficent merupakan tokoh utama dalam film ini, selain karena paling banyak

diceritakan, dalam film ini Maleficent menggambarkan karakter yang sangat menarik

dan memiliki makna.

Peneliti kemudian ingin menganalisis makna konotasi yang diberikan pada film

ini. Makna konotasi berdasarkan teori semiotika Roland Barthes merupakan

pemaknaan tingkat kedua dan denotasi merupakan pemaknaan tingkat pertama.

Keduanya tidak dapat dipisahkan berdasarkan penerapan semiotika Barthes. Oleh

karena itu, untuk mengetahui makna konotasi tokoh utama Malefique dalam Film

Malefique: Le Pouvoir du Mal karya Joachim Rønning,terlebih dahulu dilakukan

analisis makna denotasi. Dalam penelitian ini, peneliti tertarik untuk meneliti makna

konotasi karena konotasi menggambarkan interaksi yang terjadi ketika tanda bertemu

dengan perasaan atau emosi.

Berdasarkan uraian tersebut diatas, peneliti mengangkat sebuah judul “Makna

Konotasi Tokoh Utama Malefique dalam Film Malefique: Le Pouvoir du Mal Karya

Joachim Rønning”.

1.2 Problemes de Recherche (Rumusan Masalah)

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, Maka rumusan masalah dari

penelitian ini adalah bagaimana makna konotasi tokoh utama Malefique dalam film

Malefique: Le Pouvoir du Mal karya Joachim Rønning ?


1.3 Objectifs de Recherche (Tujuan Penelitian)

Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui

bagaimana makna konotasi tokoh utama Maleficent dalam film Malefique:Le Pouvoir

du Mal karya Joachim Rønning.

1.4 L’Advantage de Recherche (Manfaat Penelitian)

Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah di atas, maka tujuan dari

penelitian ini adalah mendeskripsikan makna konotasi tokoh utama Maleficent dalam

film Malefique: Le Pouvoir du Mal karya Joachim Rønning ?

a) Hasil penelitian ini dapat memberikan pengetahuan bagi pendidikan berkaitan

dengan pemaknaan karakter tokoh utama dalam film

b) Hasil penelitian ini dapat dijadikan bahan referensi baik bagi masyarakat atau

pembaca tentang apa yang tertulis dalam penelitian ini terkait dengan karakter

tokoh utama dalam film

c) Menjadi referensi bagi mahasiswa lain yang akan melakukan penelitian dengan

tema yang sama namun dengan objek yang berbeda.

1.5 Définition Opérationelle (Definisi Operasional)


1. Tokoh utama merupakan pelaku inti yaitu tokoh yang memiliki peranan penting

dalam suatu cerita. Aminuddin (2002:79).

2. Film merupakan hasil budaya dan alat ekspresi kesenian. Film sebagai komunikasi

massa merupakan gabungan dari berbagai teknologi seperti fotografi dan rekaman

suara, kesenian baik seni rupa dan seni teater sastra dan arsitektur serta seni musik.

Effendi (1986:239).

3. konotasi bukan makna sebenarnya, konotasi menjelaskan interaksi yang terjadi

pada saat tanda bertemu dengan perasaan atau emosi serta nilai-nilai budaya dari

pembaca dalam memahami sebuah Peristiwa. Dengan kata lain, denotasi adalah

apa yang digambarkan tanda terhadap suatu objek, sedangkan konotasi adalah

bagaimana cara menggambarkannya. Barthes dalam Sobur (2012:128).

Anda mungkin juga menyukai