Anda di halaman 1dari 7

Analisis Naratologi Film Mariposa Dalam

Nama : Shabrina Balqhis Khalisa


NIM : 2205728
Kelas : 2A
Matakuliah : Kajian FTV

ABSTRAK
Artikel ini bertujuan mengkaji film Mariposa karya Fajar Bustomo, menggunakan metode
analisis deskriptif, melalui pendekatan pokok pemikiran konseptual teori naratologi Gérard
Genette. istilah narrating ‘menceritakan’ sebagai aksi atau tindakan memproduksi naratif, atau
dalam pengertian yang lebih luas, sebagai keseluruhan situasi nyata atau fiksi di mana aksi
terjadi. Temuan penelitian ini menggunakan bahwasanya penggunaan elemen-elemen naratif
yang tepat membuat film ini mampu menyampaikan pesan-pesan yang kuat tentang makna hidup
dan kekuatan spiritual dalam menghadapi tantangan hidup. Sedikit ringkasan tentang film
mariposa ini, film yang berjudul Mariposa yang diperankan oleh Angga Yunanda sebagai (Iqbal)
dan Adhizty Zara sebagai (Acha), dan disutradarai oleh Fajar Bustomi. Jadi film ini sebenarnya
diambil dari kisah novel Mariposa yang dikaryai oleh Luluk HF yang waktu itu sempat dirilis di
Wattpad lalu dapat bisa beradaptasi menjadi sebuah film. Film ini menceritakan tentang kisah
seorang remaja yang sedang jatuh cinta terhadap seorang pria di sekolahnya, yang bisa dibilang
proses kisah mereka cukup sedih bagi Acha yang memerlukan perjuangan yang lebih keras
terhadap pria yang ia cintainya. Sikap Iqbal yang begitu dingin yang mengharuskan Acha
bersikap keras dalam berjuangan mendapatkan cintanya Iqbal. Dengan Acha yang bersikap aktif
dan centil dan membuat segala cara terhadap Iqbal agar Iqbal ini dapat luluh dalam sikapnya
Acha, tetapi nyatanya tidak justru membuat Iqbal semakin risih terhadap sikap Acha. Acha dan
Iqbal ini merupakan siswa yang cukup cerdas dan ada 1 kawannya lagi yang pintar dalam
matematikanya, sehingga membuat mereka bertiga dipilih oleh gurunya untuk ikut olimpiade
sains. Olimpiade sains inilah yang menjadi tempat tumbur rasa suka terhadap Acha.

PENDAHULUAN
Film merupakan sebuah kendaraan komunikasi audio visual yang tak hanya memberikan
hiburan, tapi juga memberikan informasi, dan bahkan dapat menyentuh emosi penontonnya. Film
juga merupakan sarana hiburan yang sering dikonsumsi oleh khalayak untuk menghibur dirinya
setelah rutinitas melelahkan. Film juga merupakan salah satu bentuk seni dan budaya yang paling
populer di seluruh dunia. Film memiliki daya tarik yang kuat karena mampu menyampaikan
pesan-pesan yang kompleks melalui berbagai aspek seperti visual, audio, dan narasi. Sebagai
salah satu elemen penting dalam sebuah film, narasi menjadi topik yang menarik untuk diteliti
dan dianalisis. Bidang studi naratologi telah menjadi topik yang semakin populer dalam bidang
studi film, karena naratologi membahas tentang proses penyampaian pesan melalui narasi dalam
film.
Ada beberapa konsep naratologi, diantaranya:
1. Vladimir Propp, seorang Formalis Rusia, dan Tzvetan Todorov, seorang narator Prancis,
menyajikan sudut pandang yang berlawanan tentang teori naratif. Mereka membagi
narasi menjadi dua bagian utama berdasarkan pengamatan mereka terhadap strukturnya:
"cerita" dan "plot", tetapi Todorov menyebutnya sebagai "histoire and discours"
2. Menurut Gerald Prince, narasi adalah penggambaran setiap skenario dan peristiwa aktual
atau imajiner dalam garis waktu. Dia menyoroti pentingnya komponen temporal dalam
sebuah narasi dalam studinya. Bisa atau tidaknya sebuah cerita merupakan ekspresi
naratif tergantung pada ide dimensi waktu yang dikandungnya. Sebuah teks dianggap
naratif jika ada garis waktu yang ada. Ungkapan "Tadi pagi, saya pergi ke pasar, lalu
mampir ke toko kue." adalah ilustrasi narasi karena mengikuti garis waktu. Sebaliknya,
karena tidak menggambarkan urutan kejadian, pernyataan “Perempuan itu sangat
anggun”, bukanlah narasi
3. Menurut H. Porter Abbot, istilah "peristiwa" berperan sebagai komponen penting dalam
narasi. profesional yang menggunakan kata “aktivitas” (action). Itu bisa berupa
"argumen", "deskripsi", "eksposisi", "lirik", atau yang lainnya jika tidak ada peristiwa
atau tindakan yang terjadi. Misalnya, pernyataan "adik saya sangat pintar" hanyalah
deskripsi, bukan narasi. Ungkapan "Kucing saya terjatuh" adalah narasi karena ada
kejadian, sedangkan yang ini tidak.
4. Menurut Wolf Schmid, penggambaran yang di dalamnya terjadi pergeseran kondisi
disebut sebagai cerita. Wolf Schmid menyoroti gagasan perubahan keadaan sebagai
parameter naratif utama dalam hal ini. Keadaan adalah kumpulan karakteristik yang
berhubungan dengan objek yang diwakili atau dengan dunia luar pada saat tertentu.
Berdasarkan sifat orang yang diwakili dalam kaitannya dengan kehidupan batin mereka
atau komponen situasi eksternal, pembaca dapat membedakan antara keadaan internal
dan eksternal. Ungkapan "Pangeran meninggal, lalu sang putri menjadi tidak sehat."
merupakan contoh narasi. Tidak ada persyaratan bahwa kalimat tersebut secara khusus
menyatakan setiap perubahan kondisi. Kata-kata kalimat mengubah yang tersirat
5. Istilah Prancis untuk tale, récit, memiliki tiga arti berbeda menurut Gérard Genette
(naratif). Dia berpendapat bahwa narasi adalah pernyataan bahasa naratif yang digunakan
untuk menggambarkan suatu peristiwa atau urutan peristiwa, baik secara lisan maupun
tulisan. Elemen sentral wacana, serta semua penghubung, oposisi, pengulangan, dan
teknik diskursif lainnya, adalah cerita, yang berfungsi sebagai rangkaian peristiwa, baik
nyata maupun imajiner. Akhirnya, narasi mengacu pada cara di mana suatu peristiwa
dijelaskan, termasuk tindakan seseorang saat menceritakan kisah pribadi. Ia
mengemukakan tiga kata, termasuk istilah “cerita”, yang berfungsi sebagai penanda atau
substansi naratif. Kedua, kata “cerita” itu sendiri sebagai penanda, pernyataan, atau
potongan wacana. Terakhir, pengertian narasi sebagai “menceritakan”
Naratologi, sebagai bidang studi yang membahas narasi, telah menjadi topik yang semakin
populer dalam bidang studi film. Kajian naratologi pada sebuah film menjadi hal yang penting
untuk mengeksplorasi dan memahami proses penyampaian pesan melalui narasi. Dalam jurnal
ini, kami akan membahas kajian naratologi pada film "Mariposa" karya Fajar Bustomi dengan
menggunakan teori dari Gerard Gennete. "Mariposa" merupakan sebuah film yang mengangkat
tema tentang hubungan antara manusia dan binatang, sehingga memunculkan perspektif yang
unik dan menarik untuk dijelajahi melalui pendekatan naratologi.
Film "Mariposa" menawarkan cerita yang mengharukan dan memotivasi, yang menekankan
pentingnya mempercayai diri dan mengejar mimpi. Film ini memiliki akting yang baik dan
visual yang indah, membawa penonton ke dalam dunia yang penuh warna dan imajinasi. Alur
cerita yang luar biasa menyentuh hati dan membawa pesan yang kuat tentang perjuangan dan
harapan. Dalam keseluruhan, "Mariposa" adalah film yang layak ditonton dan akan memberikan
pengalaman yang menyenangkan dan memotivasi bagi semua orang. Film ini juga menyoroti
masalah sosial dan lingkungan, memperingatkan pentingnya memperhatikan dan melindungi
lingkungan dan hidup liar. Ini adalah film yang baik untuk ditonton bersama keluarga dan anak-
anak, karena dapat membantu membentuk nilai-nilai positif dan membangun pemikiran kritis
tentang masalah penting.
Narasi yang dikembangkan oleh Gerard Genette memilah adanya tiga tingkatan narasi,yakni
narration, discourse, dan story. Narration merupakan apa yang dikenal sebagai penceritaan (the
telling of a story by a narrator), sedangkan discourse mengacu pada apa yang dipahami sebagai
teks narasi. Sementara itu, story merupakan segala yang diacu atau yang diceritakan oleh teks
atau wacana narasi (Ikrima, 2018).
Dalam jurnal ini, kami akan membahas konsep dasar naratologi dan teori naratologi dari Gerard
Gennete. Selain itu, kami akan melakukan analisis naratif pada film "Mariposa" dengan
mempertimbangkan beberapa aspek seperti narasi, karakter, dan plot. Analisis ini akan
memberikan pemahaman yang lebih mendalam tentang film "Mariposa" dan bagaimana pesan-
pesan dalam film tersebut disampaikan melalui narasi. Hasil dari analisis ini diharapkan dapat
memberikan kontribusi dan pemikiran baru bagi studi film dan naratologi secara umum.
Tujuannya adalah untuk menganalisis narasi dalam film "Mariposa" dengan menggunakan
konsep-konsep naratologi dari Gerard Gennete. Kami akan membahas tentang konsep dasar
naratologi, teori-teori naratologi dari Gerard Gennete, dan melakukan analisis naratif pada film
"Mariposa" dengan mempertimbangkan beberapa aspek seperti narasi, karakter, dan plot.
Analisis ini akan memberikan pemahaman yang lebih mendalam tentang film "Mariposa" dan
bagaimana pesan-pesan dalam film tersebut disampaikan melalui narasi.
METODOLOGI
Penelitian dilakukan dengan metodologi deskriptif dengan pendekatan teori narasi yang
dikembangkan oleh Gerard Genette. Narasi yang dikembangkan oleh Gerard Genette memilah
adanya tiga tingkatan narasi,yakni narration, discourse, dan story (Gerard Genette, 1980).
Narration merupakan apa yang dikenal sebagai penceritaan (the telling of a story by a narrator).

TEMUAN DAN PEMBAHASAN


"Mariposa" adalah film drama yang disutradarai oleh Fajar Bustomi dan dirilis pada tahun 2020.
Film ini bercerita tentang perjalanan seorang wanita bernama Maya yang mencari kebahagiaan
dan makna hidupnya melalui perjalanan spiritual. Dalam analisis narasi film ini, akan dibahas
tentang bagaimana narasi dalam film digambarkan melalui elemen-elemen naratif seperti plot,
karakter, dan tema.

FREKUENSI NARATIF (FREQUENCY)


Frekuensi naratif adalah Ungkapan "frekuensi naratif" mengacu pada hubungan antara cerita dan
diegesis. Frekuensi terkait dengan seberapa sering suatu peristiwa terjadi dalam kehidupan nyata
dan seberapa sering peristiwa dalam teks dirujuk.
Ada empat jenis tentang frekuensi naratif yang Gerald gennet sebutkan, yaitu:
1. Tunggal atau (singulative representation) itu merupakan kejadian yang terjadi sesekali
saja, contoh scene atau dialog di mariposa tentang tunggal ini yaitu pada saat dimana
Juna ingin memberikan kue terhadap Aca, karena pada saat itu Juna memiliki rasa suka
terhadap Aca.
2. Anaforis atau (anaphoric representation) itu merupakan kejadian yang beberapa kali
sering terjadi di film ini, contohnya pada saat Aca sedang bersikap centil terhadap Iqbal
lalu Iqbal hanya menghiraukannya saja, begitupun keesokan harinya juga sikap centil aja
yang timbul terhadap Iqbal, begitupun keesokan harinya juga sikap aca yang sama
terhadap Iqbal sampe sampe Iqbal muak.
3. Pengulangan atau (repeating representation) yaitu merupakan menceritakan kejadian
yang telah terjadi beberapa kali yang hanya terjadi sekali, contohnya pada scene Aca
kemarin meminta no telfon Iqbal, lalu kemarin aca meminta no nya lagi, kemarinnya lagi
ia meminta no telp nya lagi sampai” no telfon pijit yang Iqbal kasih karena saking
risihnya dan gamau terhadap Aca.
4. Iteratif atau (iterative representasi) yaitu merupakan hanya kejadian satu waktu saja,
contohnya pada scene Aca sudah berubah sikap terhadap Iqbal karena mengikuti saran
temannya. Aca berubah menjadi sikap yang dingin terhadap Iqbal, yang membuat Iqbal
pun terheran heran.
Analisis Narasi
"Mariposa" adalah film yang disutradarai oleh Fajar Bustomi dan dirilis pada tahun 2020. Film
ini mengisahkan perjalanan Maya, seorang wanita yang sedang mencari arti hidupnya melalui
perjalanan spiritual di Bali. Dalam analisis cerita film ini, akan dibahas tentang bagaimana cerita
dalam film ini diungkapkan melalui tokoh, setting, dan tema.
Tokoh Maya merupakan tokoh utama dalam film ini. Dia diperankan dengan baik oleh Angga
Yunanda yang berhasil membawa karakter Maya menjadi hidup dan menarik untuk diikuti.
Maya mengalami krisis dalam hidupnya ketika suaminya meninggalkannya. Dia merasa
kehilangan tujuan hidup dan memutuskan untuk mencari arti hidup yang lebih dalam melalui
perjalanan spiritual. Tokoh lain yang muncul dalam cerita film ini adalah Dian, seorang
perempuan muda yang membantu Maya dalam perjalanan spiritualnya dan Kris, seorang pemuda
yang merindukan orangtuanya.
Setting dalam film ini terletak di Bali, sebuah pulau di Indonesia yang terkenal dengan
keindahan alamnya. Keindahan alam ini berhasil ditampilkan dalam film dengan baik, yang
menghasilkan nuansa yang sangat indah dan menawan. Setting yang indah ini memberikan
kontras yang menarik dengan kondisi emosional Maya yang merasa kehilangan.
Tema yang terkandung dalam film ini sangat mendalam dan dapat dilihat dari pengalaman hidup
Maya. Dia mengalami krisis dalam hidupnya ketika suaminya meninggalkannya. Maya
kemudian memutuskan untuk pergi ke Bali untuk mencari arti hidup yang lebih dalam. Di Bali,
Maya bertemu dengan Dian dan Kris, yang membantunya dalam perjalanan spiritualnya. Tema
yang terkandung dalam film ini adalah tentang pencarian arti hidup dan bagaimana manusia
menemukan makna hidupnya.
Cerita dalam film ini diungkapkan melalui plot yang sangat baik. Film ini diawali dengan adegan
dimana Maya ditinggalkan oleh suaminya. Maya merasa sedih dan kehilangan tujuan hidupnya.
Dia kemudian memutuskan untuk pergi ke Bali untuk mencari pengalaman spiritual. Dalam
perjalanan ini, Maya bertemu dengan Dian dan Kris, yang membantunya dalam perjalanan
spiritualnya. Namun, perjalanan Maya tidak berjalan mulus dan ia harus menghadapi banyak
rintangan. Cerita dalam film ini membangun konflik dan tegangan secara efektif sehingga
membuat penonton tertarik dan terus memperhatikan cerita hingga akhir.
Selain itu, film ini berhasil menghadirkan adegan-adegan yang emosional dan mengharukan.
Ada banyak momen di dalam film yang membuat penonton merasakan emosi yang mendalam.
Ada momen ketika Maya merasa sedih dan kehilangan tujuan hidupnya. Ada juga momen ketika
dia menemukan makna hidupnya dan merasakan kebahagiaan. Film ini mampu menghadirkan
nuansa yang kuat dan mendalam sehingga penonton dapat merasakan perjalanan Maya dalam
mencari arti hidupnya.
Analisis Karakter
Karakter dalam film ini juga sangat menarik untuk dianalisis. Maya digambarkan sebagai
karakter yang kompleks, karena ia mengalami banyak perubahan selama film berlangsung. Di
awal film, Maya digambarkan sebagai seorang wanita yang kecewa dan tidak bahagia karena
ditinggalkan oleh suaminya. Namun, selama perjalanannya di Bali, Maya mulai menemukan
makna hidup dan mengalami pertumbuhan emosional yang signifikan.
Selain karakter Maya, karakter Dian dan Kris juga menjadi bagian penting dari film ini. Dian
digambarkan sebagai karakter yang sangat baik hati dan membantu Maya dalam perjalanan
spiritualnya, sementara Kris digambarkan sebagai karakter yang berusaha untuk memahami
orang tua yang telah meninggalkannya. Kedua karakter ini memiliki peran penting dalam
membantu Maya menemukan arti hidupnya.
Analisis Plot
Plot dalam film ini dibangun dengan baik dan mengalir dengan lancar. Film dibuka dengan
adegan dimana Maya ditinggalkan oleh suaminya, yang membuatnya merasa sedih dan kecewa.
Dalam upaya untuk mencari arti hidup yang lebih dalam, Maya pergi ke Bali untuk mencari
pengalaman spiritual. Selama di Bali, Maya bertemu dengan beberapa karakter menarik seperti
Dian, seorang perempuan muda yang sangat baik hati dan Kris, seorang pemuda yang
merindukan orang tua.
Seiring berjalannya waktu, Maya mulai merasa dekat dengan Dian dan Kris, serta menemukan
dirinya sendiri melalui pengalaman spiritual yang ia alami. Namun, kebahagiaan Maya tidak
bertahan lama, ketika ia harus menghadapi kenyataan yang tak terduga. Plot film ini diakhiri
dengan adegan yang mengejutkan, yang meninggalkan banyak kesan pada para penonton.

KESIMPULAN
Secara keseluruhan, film "Mariposa" menawarkan sudut pandang yang berbeda dan
menyegarkan dalam mengatasi masalah dan mengejar mimpi. Film ini membawa pesan yang
kuat tentang kepercayaan diri, persahabatan, dan toleransi, yang sangat penting dalam
membentuk pribadi dan menjalani hidup.
film ini memiliki plot yang baik dan mengalir dengan lancar, karakter-karakter yang kompleks,
dan tema-tema yang dalam dan kompleks. Penggunaan elemen-elemen naratif yang tepat
membuat film ini mampu menyampaikan pesan-pesan yang kuat tentang makna hidup dan
kekuatan spiritual dalam menghadapi tantangan hidup.

Daftar Pustaka
Gerard Genette. (1980). Narrative Discourse AN ESSAY IN METHOD (Jane E Lewin (ed.)).
Cornell University Press.
Ikrima, S. (2018). KAJIAN NARATOLOGI GENETTE DALAM TIGA CERITA PENDEK
PILIHAN KOMPAS TAHUN 2000AN. BASINDO : Jurnal Kajian Bahasa, Sastra
Indonesia, Dan Pembelajarannya, 2(2), 119–125.

Anda mungkin juga menyukai