Anda di halaman 1dari 10

Naratologi (Pengantar, Umum)

Restu Dinda Novianty (121911233005)


Nur Halizah (121911233010)

Abstrak
Artikel ini bertujuan menguraikan pokok pemikiran konseptual teori naratologi Gérard Genette. Pokok
pemikiran teori naratologi Gérard Genette dituangkan dalam bukunya yang berjudul Narrative
Discourse: An Essay in Method. Genette mengusulkan untuk menggunakan tiga istilah yang berbeda.
Pertama, kata story ‘cerita’ yang menjadi signified ‘petanda’ atau konten narasi. Istilah story ini
sepadan dengan kata histoire (Prancis) dan geschichte (Jerman). Kedua, kata narrative ‘naratif atau
penceritaan’ sebagai signifier atau penanda, pernyataan, wacana atau sebagai teks naratif itu sendiri.
Istilah narrative sejajar dengan kata récit (Prancis) dan discourse (Inggris). Ketiga, istilah narrating
‘menceritakan‘sebagai aksi atau tindakan memproduksi naratif, atau dalam pengertian yang lebih luas,
sebagai keseluruhan situasi nyata atau fiksi di mana aksi terjadi. Genette mengemukakan tiga kategori
struktur naratif sebagai dasar pemikirannya, yaitu tense, mood, dan voice. Dalam pembahasan bukunya,
selanjutnya Genette membagi unsur tense menjadi tiga bagian, yaitu order, duration, dan frequency.
Dengan demikian, pokok bahasan struktur naratif/penceritaan Gérard Genette terdiri atas lima kategori
utama, yaitu (1) urutan naratif (order), (2) durasi naratif (duration), (3) frekuensi naratif (frequency),
(4) modus naratif (mood), dan (5) suara naratif (voice).
Kata kunci: naratologi, Gérard Genette, urutan, durasi, frekuensi, modus, suara naratif

Abstract
This article aims to describe the main conceptual thinking of the narratology theory of Gerard
Genette. The main idea of the Gérard Genette narratology theory is outlined in his book entitled
Narrative Discourse: An Essay in Method. Genette proposed to use three different terms. First, said
the 'story' which became signified or narrative content. The term story is commensurate with the
words histoire (French) and geschichte (Germany). Second, the narrative word as a signifier,
statement, discourse or narrative text itself. The term narrative is parallel to the word récit (French)
and discourse (English). Third, the term narrating as an action or action to produce a narrative, or in
a broader sense, as a whole real situation or fiction where the action takes place. Genette presents
three categories of narrative structure as the basis for thinking, namely tense, mood, and voice. In the
discussion of his book, Genette then divides tense elements into three parts, namely order, duration,
and frequency. Thus, the subject matter of the Gérard Genette narrative structure consists of five main
categories, namely (1) order, (2) duration, (3) frequency, (4) mood, and (5) voice.
Keywords: narratology, Gérard Genette, order, duration, frequency, mood, voice

PENDAHULUAN Sementara itu, Bortolussi dan Dixon


Naratologi merupakan salah satu (2003:10) menyatakan bahwa naratologi
teori yang digunakan dalam kajian atau merupakan studi yang pada dasarnya
kritik sastra. Istilah “naratologi” berkaitan dengan identifikasi dan deskripsi
(narratology) secara global digunakan teoretis karakteristik formal teks naratif.
sebagai padanan dari istilah “teori naratif” Dalam perkembangannya, pokok
(narrative theory), yang merujuk pada teori dan metodologi kajian naratologi
studi naratif sebagai genre (Fludernik, cukup bervariasi sesuai dengan pakar atau
2009: 8). Prince (1982: 4) mengartikan ahli yang mengembangkannya. Salah satu
naratologi sebagai studi tentang bentuk ahli atau pakar yang mengembangkan teori
dan fungsi naratif. Jannidis (2003: 36) naratologi adalah Gérard Genette. Gérard
mendefinisikan naratologi sebagai studi Genette merupakan salah seorang pakar
tentang bagaimana berbicara dan berpikir pengembang teori naratologi
direproduksi dalam teks-teks naratif.
berkebangsaan Prancis. Kontribusi
terbesar Genette terhadap teori naratologi (narrative discourse). Tingkat wacana
tertuang dalam bukunya yang berjudul naratif menjadi pokok kajian Genette
Discours du Récit yang terbit pertama kali karena mempunyai cakupan yang lebih
dalam bahasa Prancis pada tahun 1972, luas sebagai analisis tekstual (textual
kemudian diterjemahkan ke dalam bahasa analysis) sehingga tepat dijadikan sebagai
Inggris Narrative Discourse: An Essay in alat untuk mengkaji naratif sastra,
Method oleh Jane E. Lewin pada tahun khususnya naratif fiksi.
1980.
Gérard Genette menjadi tokoh PEMBAHASAN
penting dalam pengembangan teori Konsep dan Karakteristik Naratif
naratologi, khususnya yang telah digagas Sebelum masuk pada berbagai
oleh para tokoh Formalisme Rusia seperti konsep teori naratologi Gérard Genette,
Vladimir Propp, serta pakar naratologi asal ada baiknya dibahas terlebih dahulu
Prancis yaitu Tzvetan Todorov. Genette beberapa konsep dasar tentang “naratif”
memberikan kontribusi yang brilian menurut beberapa pakar. Hal ini
terhadap teori naratologi, demikian dimaksudkan agar tampak jelas perbedaan
dinyatakan oleh Bertens (2014: 60). perspektif teori naratif Genette dengan
Perbedaan mendasar antara Genette pakar-pakar lainnya.
dengan Propp maupun Todorov adalah Chatman (1980: 19), dengan
pada pengamatan mereka terhadap mengacu pada teori para strukturalis,
konstruksi sebuah naratif. Propp dan melihat dua bagian pokok dari sebuah
Todorov membagi atas dua bagian besar naratif, yaitu adanya (1) sebuah cerita atau
naratif, yaitu ”cerita” dan ”plot”. Para story (histoire), yaitu isi atau rangkaian
Formalisme Rusia seperti Propp menyebut peristiwa (tindakan, kejadian), ditambah
istilah ”cerita” dan ”plot” dengan fabula dengan apa yang disebut existents
dan sjužet (bahasa Rusia), sedangkan (karakter, dan hal-hal yang berhubungan
Todorov menyebutnya dengan histoire dan dengan latar); serta (2) wacana (discours),
discours (bahasa Prancis). Berbeda dengan yaitu ekspresi, yang menjadi sarana dalam
Genette yang melihat konstruksi naratif mengkomunikasikan isi cerita.
(dalam bahasa Prancis disebut récit) atas Sederhananya, cerita atau story adalah apa
tiga makna. Genette (1980:27) yang dinarasikan atau apa yang
mengusulkan untuk menggunakan tiga digambarkan, sedangkan wacana
istilah yang berbeda. Pertama, kata story merupakan bagaimana cara menarasikan.
‘cerita’ yang menjadi signified ‘petanda’ Kedua istilah ini sejajar dengan istilah
atau konten narasi. Istilah story ini sepadan yang digunakan oleh kaum Formalis
dengan kata histoire (Prancis) dan Rusia, yaitu fabula, atau hal-hal dasar
geschichte (Jerman). Kedua, kata narrative cerita, jumlah total dari peristiwa yang
‘naratif atau penceritaan’ sebagai signifier akan terkait dalam narasi, dan sebaliknya
atau penanda, pernyataan, wacana atau sjuzet, cerita yang secara nyata berkisah
sebagai teks naratif itu sendiri. Istilah dengan menghubungkan kejadian secara
narrative sejajar dengan kata récit bersama-sama.
(Prancis) dan discourse (Inggris). Ketiga, Prince (1982:1) menyatakan bahwa
istilah narrating ‘menceritakan‘sebagai naratif adalah representasi dari berbagai
aksi atau tindakan memproduksi naratif, peristiwa dan situasi nyata maupun fiktif
atau dalam pengertian yang lebih luas, dalam urutan waktu. Prince menekankan
sebagai keseluruhan situasi nyata atau fiksi arti penting dimensi waktu (dimension of
di mana aksi terjadi. Dari ketiga makna time) dalam sebuah naratif. Konsep
naratif tersebut, yang menjadi pokok dimensi waktu yang terdapat dalam sebuah
kajian Genette adalah pada makna kedua, kisah akan menentukan sebuah
yaitu pada tingkat wacana naratif representasi adalah naratif atau bukan. Jika
sebuah teks terdapat urutan waktu, teks mereka tidak perlu secara eksplisit
tersebut merupakan naratif. Sebagai direpresentasikan. Kalimat tersebut
contoh, kalimat “John sangat kaya maka ia menunjukkan perubahan keadaan tersirat,
mulai berjudi dan ia menjadi sangat melalui representasi dua keadaan yang
miskin”, merupakan naratif karena di saling kontras.
dalamnya ada urutan waktu. Kalimat “Ada Currie (2010: 1) menyatakan
perkelahian kemarin” maupun “Ini adalah bahwa naratif adalah produk perantara,
perjalanan yang indah” bukanlah yang dijadikan sebagai sarana komunikasi
merupakan naratif karena keduanya tidak cerita seseorang kepada orang lain. Naratif
merepresentasikan rangkaian peristiwa, tidak lain merupakan artefak
namun hanya sebagai salah satu peristiwa. representasional yaitu sesuatu yang dibuat
Abbot (2002: 12) berpendapat untuk menceritakan sebuah kisah, dengan
bahwa naratif adalah representasi dari cara merepresentasikan peristiwa cerita
sebuah peristiwa atau rangkaian dari dan tokoh-tokoh. Naratif menceritakan
peristiwa. Abbot lebih menekankan konsep berbagai hal dengan menyediakan
“peristiwa” (event) sebagai kata kunci representasi orang dan tindakan, benda dan
dalam sebuah naratif. Sebagian pakar kejadian. Walaupun terkadang yang
menggunakan kata “tindakan” (action). disajikan dalam naratif bukanlah sebuah
Tanpa suatu peristiwa atau tindakan, itu kebenaran, misalnya naratif fiksi, namun
mungkin hanya sebuah "deskripsi," kita bisa memahami dan menerima bahwa
"eksposisi," "argumen," "lirik," atau yang isi cerita dalam naratif merupakan
lainnya. Misalnya, kalimat "Anjing saya representasi dari kebenaran.
berkutu" hanyalah merupakan deskripsi Pandangan lain tentang naratif
tentang anjing saya, dan bukan merupakan seperti dikemukakan oleh Altman.
naratif karena tidak ada yang terjadi. Menurut Altman (2008:10-15), terdapat
Berbeda dengan kalimat "Anjing saya dua ciri utama dalam sebuah naratif yaitu
digigit kutu" yang merupakan naratif, tindakan (action) dan karakter (character).
karena di dalamnya menceritakan suatu Narasi memerlukan tindakan. Sebuah
peristiwa. Peristiwanya mungkin sangat telepon, mobil, dan detektif tidak
kecil --gigitan kutu--, tetapi itu cukup menghasilkan narasi sampai mereka
untuk membuat kalimat itu menjadi sebuah digerakkan oleh serangkaian tindakan:
naratif. telepon berdering, detektif menjawab,
Schmid (2010: 2) berpandangan kemudian melompat di dalam mobil.
bahwa naratif mengacu pada representasi Narasi membutuhkan hadirnya karakter.
yang di dalamnya terdapat perubahan Karakter merujuk pada tokoh/aktor dan
keadaan (atau situasi). Berbeda dengan juga sifat dari tokoh tersebut. Eksistensi
para pakar sebelumnya, Schmid lebih naratif tergantung pada kehadiran secara
menekankan konsep perubahan keadaan bersama-sama dan terkoordinasi antara
(change of state) sebagai indikator utama tindakan (action) dan karakter (character).
sebuah naratif. Keadaan yang dimaksud Berdasarkan pandangan beberapa
adalah seperangkat sifat yang berkaitan pakar di atas, dapat ditarik beberapa
dengan sesuatu yang diwakili atau situasi karakteristik tentang naratif (narrative).
eksternal pada titik tertentu dalam waktu. Pertama, naratif merupakan representasi
Kita dapat membedakan keadaan internal peristiwa fakta atau fiktif dalam bentuk
dan eksternal atas dasar apakah sifat yang cerita. Kedua, peristiwa itu harus dibangun
diwakili terkait dengan kehidupan batin dalam urutan waktu. Ketiga, naratif harus
dari yang diwakili atau unsur-unsur situasi menampakkan perubahan baik secara
eksternal. Sebagai contoh, kalimat "Raja implisit maupun eksplisit. Keempat, naratif
meninggal dan kemudian ratu meninggal" merupakan sarana komunikasi. Kelima,
merupakan naratif. Perubahan keadaan naratif memerlukan kehadiran
tindakan/aksi dan karakter.Dengan kajian Genette adalah pada makna kedua,
demikian, dapat disimpulkan bahwa yaitu pada tingkat wacana naratif
naratif (narrative) adalah representasi (narrative discourse). Tingkat wacana
peristiwa nyata atau fiktif yang di naratif menjadi pokok kajian Genette
dalamnya terdapat perubahan keadaan karena mempunyai cakupan yang lebih
atau situasi yang dibangun berdasarkan luas sebagai analisis tekstual (textual
urutan waktu melalui tindakan dan analysis) sehingga tepat dijadikan sebagai
karakter sebagai sarana komunikasi cerita alat untuk mengkaji naratif sastra,
seseorang kepada orang lain. khususnya naratif fiksi.
Berdasarkan tiga tingkatan naratif
Konsep Teori Naratologi Gérard tersebut, Genette (1980: 31)
Genette mengemukakan tiga kategori struktur
Berbeda dengan para pakar teori naratif sebagai dasar pemikirannya, yaitu
naratif lain, Genette membedakan tiga tense, mood, dan voice. Dalam
pengertian makna kata récit dalam bahasa pembahasan bukunya, selanjutnya Genette
Prancis, yang diterjemahkan narrative membagi unsur tense menjadi tiga bagian,
dalam Bahasa Inggris, dan ‘naratif’ atau yaitu order, duration, dan frequency).
‘penceritaan’ dalam Bahasa Indonesia. Dengan demikian, pokok bahasan struktur
Pertama, naratif sebagai pernyataan naratif/penceritaan Gérard Genette (1980)
wacana naratif, baik secara lisan atau terdiri atas lima kategori utama, yaitu (1)
tertulis, untuk menceritakan suatu urutan naratif (order), (2) durasi naratif
peristiwa atau serangkaian peristiwa. (duration), (3) frekuensi naratif
Kedua, naratif sebagai rangkaian (frequency), (4) modus naratif (mood), dan
peristiwa, nyata atau fiktif, yang (5) suara naratif (voice). Urutan naratif
merupakan pokok wacana, beserta segenap (order) mengacu pada hubungan antara
hubungan pertalian (linking), pertentangan urutan kejadian dalam cerita dan
(opposition), pengulangan (repetition), dan pengaturannya dalam cerita. Durasi naratif
lain-lain. Ketiga, naratif merujuk pada cara (duration) menggambarkan perbedaan
sebuah peristiwa diceritakan, termasuk antara waktu yang sebenarnya dari suatu
tindakan seseorang dalam menceritakan peristiwa (story time) dan waktu yang
ceritanya sendiri (1980: 25--26). dibutuhkan narator untuk menceritakan
Atas perbedaan makna naratif di peristiwa tersebut (narrative time).
atas, Genette (1980: 27) mengusulkan Frekuensi naratif (frequency) berhubungan
untuk menggunakan tiga istilah yang dengan keseringan sebuah peristiwa terjadi
berbeda. Pertama, kata story ‘cerita’ yang dalam cerita dan seberapa sering peristiwa
menjadi signified ‘petanda’ atau konten tersebut disebutkan dalam cerita. Modus
narasi. Istilah story ini sepadan dengan naratif (mood) yang memfokuskan pada
kata histoire (Prancis) dan geschichte konsep ‘jarak’ (distance) dan ‘perspektif’
(Jerman). Kedua, kata narrative ‘naratif (perspective) atau fokalisasi (focalization).
atau penceritaan’ sebagai signifier atau Sementara itu, suara naratif (voice)
penanda, pernyataan, wacana atau sebagai berhubungan dengan siapa yang bercerita,
teks naratif itu sendiri. Istilah narrative dan dari mana ia bercerita. Setiap struktur
sejajar dengan kata récit (Prancis) dan tersebut memiliki bagian-bagian yang
discourse (Inggris). Ketiga, istilah menjadi bahan analisis dalam sebuah
narrating ‘menceritakan‘ sebagai aksi atau wacana naratif. Kelima struktur naratif dan
tindakan memproduksi naratif, atau dalam bagian-bagiannya dapat dilihat pada
pengertian yang lebih luas, sebagai gambar berikut ini.
keseluruhan situasi nyata atau fiksi di
mana aksi terjadi. Dari ketiga makna
naratif tersebut, yang menjadi pokok
(waktu cerita dan waktu penceritaan)
1. Urutan a. Akroni menciptakan struktur penceritaan yang
Naratif (Order) b. Anakroni disebut order atau urutan naratif. Urutan
- prolepsis naratif (order) mengacu pada hubungan
- analepsis antara urutan kejadian dalam cerita dan
2. Durasi Naratif a. jeda pengaturan kejadian tersebut dalam sebuah
(Duration) b. adegan naratif. Urutan naratif (order) terdiri atas
c. ringkasan dua jenis.
d. ellipsis 1) Akroni (achrony), yaitu jika antara
3. Frekuensi a. tunggal waktu cerita dan waktu penceritaan
Naratif b. anaforis berjalan normal, bersama-sama, dan
(Frequency) c. pengulangan sejajar.
d. iterative 2) Anakroni (anachrony), yaitu jika
4. Modus Fokalisasi antara waktu cerita dan waktu
Naratif (Mood) a. fokalisasi nol penceritaan tidak terjalin secara
b. fokalisasi internal normal, tidak sejajar, atau saling
c. fokalisasi eksternal mendahului.
5. Suara Naratif a. waktu menceritakan Anachrony dibagi menjadi dua jenis,
(Voice) - masa lampau yaitu:
- prediktif a. Prolepsis atau flashforward,
- masa kini terjadi jika wacana cerita
- gabungan melompat ke depan menuju
b. person peristiwa-peristiwa setelah
- heterodiegetik peristiwa-peristiwa menengah.
- homodiegetik Todorov (1985:28) menyebutnya
c. tingkatan naratif dengan istilah prospeksi.
- intradiegetik b. Analepsis atau flashback, jika
- extradiegetik terjadi pemutusan arus cerita
- hipodiegetik/ untuk mengingat kembali
Metadiegetik peristiwa-peristiwa sebelumnya.
1. Urutan Naratif (Order) Todorov (1985:28) menyebutnya
Pemahaman terhadap waktu cerita dengan istilah retrospeksi).
(story time) dan waktu naratif atau waktu Genette (seperti dikutip oleh
penceritaan (narrative time) merupakan Chatman, 1980:65), membedakan tiga
konsep dasar Genette dalam memahami kemungkinan terjadinya anakroni di dalam
waktu dalam wacana naratif (1980: 33). sebuah jalannya cerita, yaitu eksternal,
Waktu cerita (story time) merujuk pada internal, dan campuran. Jika peristiwa
waktu sebuah peristiwa yang terjadi secara awal dan peristiwa akhir terjadi sebelum
nyata, sedangkan waktu penceritaan peristiwa masa kini, disebut anakroni
(narrative time) merujuk pada cara eksternal (external anachrony). Jika
penyajian waktu cerita tersebut dalam peristiwa-peristiwa awal terjadi setelah
sebuah teks wacana naratif. Waktu cerita peristiwa masa kini, disebut anakroni
biasanya ditandai dengan satuan detik, internal (internal anachrony). Terakhir,
menit, jam, hari, bulan, dan tahun, jika peristiwa awal terjadi sebelum
sedangkan waktu naratif biasanya diukur peristiwa masa kini, sedangkan peristiwa
dalam baris dan dalam halaman (Genette, akhir terjadi setelah peristiwa masa kini,
1980: 87--88). Hubungan antara keduanya itulah yang disebut anakroni campuran
(mixed anachorony).

2. Durasi Naratif (Duration)


Durasi naratif (duration) 1) Representasi tunggal (singulative
menggambarkan perbedaan antara waktu representation), adalah penceritaan
yang sebenarnya dari suatu peristiwa sekaliapa yang terjadi sekali (1N/1S).
(story time) disingkat (ST) dan waktu yang Contoh: “Kemarin, saya tidur lebih
dibutuhkan narator untuk menceritakan awal.”
peristiwa tersebut (narrative time) 2) Representasi anaforis (anaphoric
disingkat (NT). Genette (1980: 95) representation), penceritaan beberapa
membedakan empat gerakan naratif, yaitu kali apa yang terjadi beberapa kali
jeda (pause), adegan (scene), ringkasan (nN/nS).
(summary), dan ellipsis (ellipsis). Genette Contoh: “Senin, saya tidur lebih awal,
meringkas empat gerakan naratif tersebut Selasa saya tidur lebih awal, Rabu
sebagai berikut. saya tidur lebih awal, dll.”
Jeda : NT=n, ST =0. Jadi: NT > 3) Representasi pengulangan (repeating
ST representation), yaitu menceritakan
Adegan : NT=ST beberapa kaliapa yang terjadi sekali
Ringkasan : NT < ST (nN/1S).
Elipsis : NT=0, ST=n. Jadi: NT <ST. Contoh: “Kemarin saya tidur lebih
awal, kemarin saya tidur lebih awal,
1) Jeda (pause), terjadi jika waktu cerita kemarin saya tidur lebih awal, dll.”
terputus untuk membuat ruang khusus, 4) Representasi iteratif (iterative
sementara masih ada teks naratif. Jadi, representation), adalah penceritaan
waktu naratif memiliki posisi dominan satu waktu (atau lebih tepatnya: pada
daripada waktu cerita. satu waktu) apa yang terjadi beberapa
2) Adegan (scene), terjadi jika waktu kali(1N/nS).
naratif sesuai dengan waktu cerita. Contoh: “Senin saya pergi tidur lebih
Dialog adalah contoh yang baik dari awal, Selasa, dll.”
ini.
3) Ringkasan (summary), terjadi jika 4. Modus Naratif (Mood)
beberapa bagian dari peristiwa cerita Modus naratif berkaitan dengan
(waktu cerita) diringkas dalam kedudukan atau posisi pengarang, narator,
penceritaannya (waktu naratif), dan tokoh dalam sebuah cerita. Modus
sehingga menciptakan percepatan. memfokuskan pengamatan pada cara
Dalam hal ini, waktu naratif lebih pengaturan pengarang dalam menampilkan
pendek daripada waktu cerita. narator dalam cerita. Apakah narator
4) Elipsis (ellipsis), terjadi jika wacana menjadi tokoh terpenting yang
naratif berhenti, meskipun waktu mengisahkan cerita, atau justru berada di
cerita terus berlalu. Jadi, waktu cerita luar cerita. Dalam hal ini, Genette (1980:
lebih banyak daripada waktu naratif. 186) membagi kedudukan narator menjadi
empat jenis berikut ini.
3. Frekuensi Naratif (Frequency) 1) Narator sebagai tokoh dalam cerita;
Frekuensi naratif adalah hubungan analisis internal peristiwa: narator
keseringan (atau sederhananya menjadi tokoh utama yang
pengulangan) antara naratif dengan mengisahkan cerita.
diegesis. Frekuensi berhubungan dengan 2) Narator sebagai tokoh dalam cerita;
kekerapan atau keseringan sebuah observasi di luar peristiwa: narator
peristiwa terjadi dalam tindakan, dan menjadi tokoh bawahan yang
beberapa kali peristiwa disebutkan dalam mengisahkan tokoh utama cerita.
teks. Genette (1980: 114--116) 3) Narator bukan tokoh dalam cerita;
menyebutkan empat jenis frekuensi naratif analisis internal peristiwa: pengarang
sebagai berikut.
mahatahu atau analitis mengisahkan Fokalisasi internal dapat
cerita. dikelompokkan menjadi tiga jenis,
4) Narator bukan tokoh dalam cerita; yaitu:
observasi di luar peristiwa: pengarang a. Fokalisasi tetap (fixed
mengisahkan ceritanya sebagai focalization), yaitu narasi
pengamat (observer). dikisahkan oleh satu tokoh dari
Selanjutnya, Genette (1980:189- posisi yang tetap.
190) memperkenalkan istilah fokalisasi b. Fokalisasi bervariasi (variable
(focalization) sebagai pengganti istilah focalization), yaitu narasi
perspektif (perspective) dan sudut pandang dikisahkan dari beberapa tokoh
(point of view). Konsep fokalisasi ini secara bergantian.
digunakan untuk melihat posisi narator c. Fokalisasi jamak (multiple
dalam cerita. Fokalisasi berkaitan dengan focalization), yaitu pengisahan
pertanyaan, “who is the character whose sebuah peristiwa dari sudut
point of view orients the narrative pandang beberapa tokoh.
perspective?” 3) Fokalisasi eksternal (external
Genette membagi teknik fokalisasi focalization) yaitu narator mengatakan
naratif menjadi tiga kategori, yaitu lebih sedikit daripada yang diketahui
fokalisasi nol (zero focalization) atau oleh tokoh. Pouillon menyebutnya
naratif yang tidak berfokal (nonfocalized ‘visi dari luar’, sementara Todorov
narrative), fokalisasi internal (internal melambangkannya dengan
focalization), dan fokalisasi eksternal Narrator<Character. Pada fokalisasi
(external focalization). eksternal ini, narator hanya bertindak
1) Fokalisasi nol (zero focalization) atau seperti pengamat dan melaporkan
naratif yang tidak berfokal setiap tindakan tokoh-tokohnya dari
(nonfocalized narrative) adalah teknik luar, dan dia tidak dapat menebak
fokalisasi naratif yang naratornya pikiran mereka.
mengetahui lebih daripada tokoh
(character). Dengan kalimat lain, 5. Suara Naratif (Voice)
narator mengatakan lebih dari apa Suara naratif (voice) berhubungan
yang diketahui oleh satu tokoh. dengan siapa yang bercerita, dan dari mana
Pouillon menyebutnya dengan istilah ia bercerita. Suara naratif memfokuskan
‘visi dari belakang’ (vision from kajian pada time of narrating (waktu
behind), sementara Todorov menceritakan), person (pelaku), dan
melambangkannya dengan rumus narrative level (tingkatan naratif). Berikut
Narrator>Character. Narator dapat pokok pemikiran Genette tentang tiga
saja mengetahui berbagai fakta fokus kajian suara naratif.
tentang beberapa tokoh, bentuk fisik, Time of narrating atau waktu
gerakan, cara berpikir, hingga menceritakan merupakan posisi narator
perasaan mereka. Teknik fokalisasi dalam menggambarkan waktu di dalam
nol ini identik dengan teknik narator ceritanya. Genette (1980: 217) membagi
mahatahu. empat tipe waktu menceritakan, yaitu
2) Fokalisasi internal (internal subsequent, prior, simultaneous, dan
focalization) yaitu narator hanya interpolated.
mengatakan apa yang diketahui oleh 1) Subsequent atau naratif masa lampau,
tokoh. Pouillon menyebutnya ‘visi yaitu narator menceritakan peristiwa
bersama’ (vision with), sementara yang terjadi pada beberapa waktu
Todorov melambangkannnya dengan yang telah berlalu.
Narrator=Character. 2) Prior atau naratif prediktif, yaitu
narator bercerita tentang apa yang
terjadi pada masa yang akan datang. 4) Paradigma intradiegetik-
Jenis ini semacam mimpi atau homodiegetik, yaitu narator dalam
ramalan. derajat kedua yang menceritakan
3) Simultaneous atau naratif masa kini, kisahnya sendiri.
yaitu narator bercerita tentang
peristiwa dan aksi yang terjadi pada PENUTUP
masa sekarang. Genette menekankan penggunaan
4) Interpolated naratif yang merupakan tiga istilah yang berbeda tentang naratif,
tindak menceritakan yang kompleks, yaitu (1)story ‘cerita’ sebagai konten
yaitu narator menggabungkan narasi, (2) narrative ‘naratif atau
peristiwa yang sedang dan akan penceritaan’ yaitu wacana atau teks naratif
terjadi. itu sendiri, dan (3) narrating
Aspek person berkaitan dengan ‘menceritakan‘ sebagai aksi atau tindakan
siapa yang berkisah dalam cerita tersebut. memproduksi naratif. Dari ketiga istilah
Dalam hal ini, Genette (1980: 244--245) tersebut, yang menjadi pokok kajian
membagi dua tipe narator, yaitu Genette adalah pada makna kedua, yaitu
heterodiegetic dan homodiegetic. pada tingkat wacana naratif (narrative
1) Narator heterodiegetic merupakan discourse). Tingkat wacana naratif
jenis naratif yang naratornya tidak menjadi pokok kajian Genette karena
hadir dalam cerita yang mempunyai cakupan yang lebih luas
dikisahkannya. sebagai analisis tekstual (textual analysis)
2) Narator homodiegetic merupakan sehingga tepat dijadikan sebagai alat untuk
naratif yang naratornya hadir sebagai mengkaji naratif sastra, khususnya naratif
tokoh dalam cerita yang fiksi.
dikisahkannya. Jika narator Struktur naratif, menurut Genette,
homodiegetic menjadi tokoh utama terdiri atas lima kategori utama, yaitu (1)
atau tokoh protagonis dalam cerita, ia urutan naratif (order), (2) durasi naratif
disebut sebagai narator autodiegetic. (duration), (3) frekuensi naratif
Aspek tingkat naratif (narrative (frequency), (4) modus naratif (mood), dan
level) berkaitan dengan dari mana narator (5) suara naratif (voice). Pertama, urutan
mengisahkan ceritanya. Genette (1980: naratif (order) mengacu pada hubungan
248) melihat hubungan antara tingkat antara urutan kejadian dalam cerita dan
naratif (ekstradiegetik atau intradiegetik) pengaturannya dalam cerita. Urutan
dengan tipe narator (heterodiegetik atau penyajian cerita dapat secara kronologis
homodiegetik), ke dalam empat tipe dasar atau berurutan maju (prolepsis), dan dapat
status narator. pula secara non-kronologis atau kilas balik
1) Paradigma ekstradiegetik- flashback (analepsis). Kedua, durasi
heterodiegetik, yaitu narator di tingkat naratif (duration) yang menggambarkan
pertama yang bercerita, namun ia perbedaan antara waktu yang sebenarnya
sendiri tidak hadir dalam ceritanya. dari suatu peristiwa (discourse time) dan
2) Paradigma ekstradiegetik- waktu yang dibutuhkan narator untuk
homodiegetik, yaitu narator di tingkat menceritakan peristiwa tersebut (narrative
pertama yang menceritakan kisahnya time). Ketiga, frekuensi naratif (frequency)
sendiri. berhubungan dengan keseringan sebuah
3) Paradigma intradiegetik- peristiwa terjadi dalam cerita dan seberapa
heterodiegetik, yaitu seorang narator sering peristiwa tersebut disebutkan dalam
dalam derajat kedua yang cerita. Keempat, modus naratif (mood)
menceritakan kisah-kisahnya, namun
ia tidak hadir dalam ceritanya.
yang memfokuskan pada konsep ‘jarak’ Schmid, Wolf. 2010). Narratology: An
(distance) dan ‘perspektif’ (perspective) Introduction. New York: De Gruyter.
atau fokalisasi (focalization). Kelima,
suara naratif (voice) berhubungan dengan Todorov, Zvetan. (1985). Tata Sastra.
siapa yang bercerita, dan dari mana ia Diterjemahkan oleh Okke Zaimar, dkk.
bercerita. Jakarta: Djambatan
DAFTAR PUSTAKA

Abbott, H. Porter. (200)2. The Cambridge


Introduction of Narrative. Australia:
Cambridge University Press.

Altman, Rick. (2008). A Theory of


Narrative. Columbia University Press
Bertens, Hans.( 2014). Literary Theory:
The Basic. New York :Routledge

Bortolussi, Marisa dan Peter Dixon.


(2003). Psychonarratology: Foundations
for the Empirical Study of Literary
Response. New York: Cambridge
University Press.

Chatman, Seymour. (1980). Story and


Discourse. Narrative Structure in
Fiction and Film. Ithaca and London:
Cornell University Press.

Currie, Gregory. (2010). Narratives and


Narrators: A Philosophy of Stories.
Oxford: Oxford University Press.

Fludernik, Monika. (2009). An


Introduction to Narratology. London and
New York: Routledge.

Genette, Gérard. (1980). Narrative


Discourse: An Essay in Method.
Translated by Jane E. Lewin. New York:
Cornell University Press.

Jannidis, Fotis. (2003). Narratology and


the narrative. Dalam Tom Kindt and Hans-
Harald Müller (Ed), What is narratology?
Questions and answers regarding the
status of a theory. Berlin: Walter de
Gruyter.
Prince, Gerald. ( 1982). Narratology: The
Form and Functioning of Narrative.
Amsterdam: Mouton Publishers.

Anda mungkin juga menyukai