Anda di halaman 1dari 31

DRAMA

A. Konsep Drama

Kata drama berasal dari bahasa Yunani “Draomai” yang berarti berbuat, berlaku,

bertindak. Jadi drama bisa berarti perbuatan atau tindakan. Adapun istilah lain drama berasal dari

kata drame, sebuah kata Perancis yang diambil oleh Diderot dan Beaumarchaid untuk menjelaskan

lakon-lakon mereka tentang kehidupan kelas menengah. Dalam istilah yang lebih ketat, sebuah

drama adalah lakon serius yang menggarap satu masalah yang punya arti penting – meskipun

mungkin berakhir dengan bahagia atau tidak bahagia – tapi tidak bertujuan mengagungkan

tragedi. Arti pertama dari drama adalah kualitas komunikasi, situasi, action (segala yang terlihat

di pentas) yang menimbulkan perhatian, kehebatan (axcting), dan ketegangan pada para

pendengar.

Konsep Drama Menurut Para Ahli

1. Moulton, Drama adalah kisah hidup digambarkan dalam bentuk gerak (disajikan langsung

dalam tindakan).

2. Balthazar Vallhagen, Drama adalah seni yang menggambarkan alam dan sifat manusia dalam

gerakan.

3. Ferdinand Brunetierre, Menurut drama harus melahirkan keinginan oleh aksi atau gerakan.

4. Budianta dkk (2002), Drama adalah genre sastra yang menunjukkan penampilan fisik secara

lisan setiap percakapan atau dialog antara pemimpin di sana.

5. Tim Matrix Media Literata, Drama adalah bentuk narasi yang menggambarkan kehidupan dan

alam manusia melalui perilaku (akting) yang dipentaskan.


6. Seni Handayani, Drama adalah bentuk komposisi berdasarkan dua cabang seni, seni sastra dan

seni pertunjukan sehingga drama dibagi menjadi dua, yaitu drama dalam bentuk teks tertulis dan

drama dipentaskan.

7. Wildan, Drama adalah komposisi berdasarkan beberapa cabang seni, sehingga drama dibagi

menjadi dua, yaitu drama dalam bentuk teks tertulis dan drama dipentaskan.

8. Anne Civardi, Drama adalah sebuah kisah yang diceritakan melalui kata-kata dan gerakan.

9. Menurut Ferdinand Brunetierre : Drama haruslah melahirkan kehendak dengan action.

10. Menurut Balthazar Vallhagen : Drama adalah kesenian melukiskan sifat dan sifat manusia

dengan gerak.

B. Sejarah Drama

Kebanyakan dari kita mengira bahwa drama berasal dari Yunani Kuno. Namun demikian,

sebuah buku yang berjudul A History of the theatre menunjukkan pada kita bahwa pemujaan pada

Dionisus, yang kelak diubah ke dalam festival drama di Yunani, berasal dari Mesir Kuno. Tek

Piramid yang bertanggal 4000 SM. Adalah naskah Abydos Passion Play yang terkenal. Tentu saja

para pakar masih meragukan apakah teks itu drama atau bukan sebelum Gaston Maspero

menunjukkan bahwa dalam teks tersebut ada petunjuk action dan indikasi berbagai tokohnya.

Ada tiga macam teori yang mempersoalkan asal mula drama. Menurut Brockett, drama

mungkin telah berkembang dari upacara religius primitif yang dipentaskan untuk minta

pertolongan dari Dewa. Upacara ini mengandung banyak benih drama. Para pendeta sering

memerankan mahluk super alami atau binatang; dan kadang – kadang meniru action berburu,

misalnya. Kelak mite-mite itu merupakan dasar dari banyak drama.


Teori kedua memberi kesan bahwa himne pujian dinyanyikan bersama di depan makam

seorang pahlawan. Pembicara memisahkan diri dari koor dan memperagakan perbuatan-perbuatan

dalam kehidupan almarhum pahlawan itu. Bagian yang diperagakan makin lama makin rumit dan

koor tidak dipakai lagi. Seorang kritisi memberi kesan bahwa sementara koor semakin lama

semakin kurang penting, muncul pembicara lain. Dialog mulai terjadi ketika ada dua pembicara di

atas panggung.

Teori ketiga memberi kesan bahwa drama tumbuh dari kecintaan manusia untuk bercerita.

Kisah – kisah yang diceritakan di sekeliling api perkemahan menciptakan kembali kisah – kisah

perburuan atau peperangan, atau perbuatan gagah seorang pahlawan yang telah gugur. Ketiga teori

itu merupakan cikal-bakal drama. Meskipun tak seorang pun merasa pasti mana yang terbaik, harus

diingat bahwa ketiganya membicarakan tentang action. Konon, action adalah intisari dari seni

pertunjukan.

C. Struktur Drama

1. Struktur drama yang berbentuk alur umumnya sebagai berikut.

a. Prolog

Prolog merupakan pembukaan atau peristiwa pendahuluan dalam sebuah drama atau sandiwara.

Bagian ini biasanya disampaikan oleh tukang cerita untuk menjelaskan gambaran para pemain,

gambaran latar, dan sebagainya.

b. Dialog

Dialog merupakan media kiasan yang melibatkan tokoh-tokoh drama yang diharapkan dapat

menggambarkan kehidupan dari watak manusia, problematika yang dihadapi, dan cara manusia

dapat menyelesaikan persoalan hidupnya.

1. Orientasi, adalah bagian awal cerita yang menggambarkan situasi yang sedang terjadi.
2. Komplikasi, berisi tentang konflik-konflik dan pengembangannya: gangguan-gangguan,

halangan dalam mencapai tujuan, atau kekeliruan yang dialami tokoh utamanya. Pada

bagian ini pula dapat diketahui watak tokoh utama (yang menyangkut protagonist dan

antagonis).

3. Resolusi, adalah bagian klimaks dari drama, berupa babak akhir cerita yang

menggambarkan penyelesaian atas konflik yang dialami para tokohnya. Resolusi haruslah

berlangsung secara logis dan memiliki kaitan yang wajar dengan kejadian sebelumnya.

c. Epilog

Epilog adalah bagian terakhir dari sebuah drama yang berfungsi untuk menyampaikan intisari

cerita atau menafsirkan maksud cerita oleh salah seorang aktor.

2. Seorang Aristoteles, filsuf Yunani yang hidup sekitar 300 S.M. telah menulis Poetics.

Untuk mengenali plot, karakter, pikiran, diksi, musik dan spektakel dari tragedi. Kelak

identifikasi itu dianggap sebagai falsafah dasar dari strukturalisme yang oleh T.S. Eliot disebut

the Formalistick Approach.

Struktur dramatik :

a. Eksposisi : Isinya pemaparan masalah utama atau konflik utama yang berkaitan dengan posisi

diametral antara protagonis dan antagonis. Hasil akhir : Antagonis berhasil menghimpun

kekuatan yang lebih dominan.

b. Raising Action : Isinya menggambarkan pertentangan kepentingan antar tokoh. Hasil akhir :

Protagonis tidak berhasil melemahkan Antagonis. Antagonis mengancam kedudukan Protagonis.

Krisis diawali.
c. Complication : Isinya perumitan pertentangan dengan hadirnya konflik sekunder. Pertentangan

meruncing dan meluas, melibatkan sekutu kedua kekuatan yang berseteru. Hasil akhir : Antagonis

dan sekutunya memenangkan pertentangan. Kubu protagonis tersudut.

d. Klimaks : Isinya jatuhnya korban dari kubu Protagonis, juga korban dari kubu Antagonis. Hasil

akhir : Peristiwa-peristiwa tragis dan menimbulkan dampak besar bagi perimbangan kekuatan

antar kubu.

e. Resolusi : Isinya hadirnya tokoh penyelamat, bisa muncul dari kubu protagonis atau tokoh baru

yang berfungsi sebagai penyatu kekuatan kekuatan konflik, sehingga situasi yang kosmotik dapat

tercipta kembali. Pada tahap ini, pesan moral disampaikan, yang biasanya berupa solusi moral

yang berkaitan dengan tema atau konflik yang sudah diusung.

D. Ciri Kebahasaan Drama

Drama merupakan karya fiksi yang dinyatakan dalam bentuk dialog. Oleh karena itu,

kalimat-kalimat yang tersaji di dalamnya hampir semuanya berupa dialog atau tuturan langsung

para tokohnya. Ada kalimat-kalimat tidak langsung ada pula bagian prolog dan epilognya.

Fitur-fitur kebahasaan pada drama antara lain.

1. Menggunakan kata ganti orang ketiga pada bagian prolog atau epilognya. Karena melibatkan

banyak pelaku (tokoh), kata ganti yang lazim digunakan adalah mereka. Lain halnya dengan

bagian dialognya, yang kata gantinya adalah kata orang pertama dan kedua. Mungkin juga

digunakan kata-kata sapaan. Kata-kata ganti yang dimaksud adalah saya, kami, kita, Anda.

Adapun contoh kata sapaannya adalah Panembahan, Raja, dan sebagainya. .


2. Sebagaimana halnya percakapan sehari-hari, dialog dalam teks drama sering kali menggunakan

kosakata percakapan, seperti oh, ya, aduh, sih, dong. Mungkin di dalamnya banyak ditemukan

kata-kata yang tidak baku dan juga tidak lepas dari kalimat-kalimat seru, suruhan, pertanyaan.

Berikut contoh-contohnya.

• Ah, ya!

• Ampun seribu ampun!

• Bagus! Bagus!

• Atas dasar kekuatan!

• Jangan khawatir Jangan sampai mereka menjadi korban dari pancaroba perubahan.

• Sri .... Ratu Dara?

• Bagaimanakah keadaan mereka?

3. Banyak menggunakan kata yang menyatakan urutan waktu (konjungsi kronologis).

Contoh: sebelum, sekarang, setelah itu, mula-mula, kemudian.

4. Banyak menggunakan kata kerja yang menggambarkan suatu peristiwa yang terjadi, seperti

menyuruh, menobatkan, menyingkirkan, menghadap, beristirahat.

5. Banyak menggunakan kata kerja yang menyatakan sesuatu yang dipikirkan atau dirasakan oleh

tokoh. Contoh: merasakan, menginginkan, mengarapkan, mendambakan, mengalami

6. Menggunakan kata-kata sifat (descriptive language) untuk menggambarkan tokoh, tempat, atau

suasana. Kata-kata yang dimaksud, misalnya, rapi, bersih, baik, gagah, kuat.

7. Menggunakan Narasi

Narasi adalah paragraf yang berisi rangkaian peristiwa yang menjadi penjelas dalam sebuah drama.

Contoh : Siang hari sepulang sekolah, Bintoro, Tyas, dan Dewi masih berada di dalam kelas.
Mereka sedang mengerjakan tugas kelompok. Tiba-tiba datang Lulu ke dalam kelas sambil

menangis tersedu-sedu.

8. Menggunakan Petunjuk Laku

Petunjuk laku atau catatan pinggiran berisi penjelasan kepada pembaca atau para pendukung

pementasan mengenai keadaan, suasana, peristiwa, atau perbuatan tokoh dan unsur-unsur cerita

lainnya. Contoh :

Lulu : (mengambil tempat duduk di barisan depan) “Hu hu hu.”

9. Menggunakan Kalimat Langsung

Kalimat langsung adalah kalimat yang diucapkan secara langsung kepada orang yang dituju.

Kalimat langsung ditandai dengan pemakaian tanda petik (“…..”)

Contoh :

Dewi : “Bener juga, si Eli kan maling kelas kita!”

10. Menggunakan beberapa jenis kalimat seperti berikut.

a. Kalimat aktif

b. Kalimat pasif

c. Kalimat interogatif

d. Kalimat imperatif

e. Kalimat berita

E. Ciri Drama yang Baik

1. Berbentuk dialog, maksudnya yaitu di dalam drama tersebut terdapat dialog atau percakapan

dua arah antar tokoh satu dengan tokoh yang lain.

2. Ada pelaku, di setiap drama harus ada pelaku atau tokoh, baik itu tokoh yang berwatak baik,

berwatak jahat, atau tokoh penengah antar keduanya.


3. Terdapat di kehidupan nyata

4. Tidak menyinggung SARA dan tidak mengandung unsur pornografi

5. Dipentaskan, setiap drama alangkah baiknya untuk dipentaskan atau diperlihatkan kepada

banyak orang. Tujuannya selain sebagai hiburan juga bisa dijadikan pembelajaran bagi masyarakat

mengenai nilai-nilai kehidupan.

6. Waktu pementasan kurang dari 3 jam.

7. Ada penonton, setiap ada pementasan drama harus ada penonton.

F. Jenis Drama

Ada beberapa jenis drama tergantung dari dasar yang dipakainya. Dalam pembagian jenis

drama, biasanya digunakan ada tiga dasar, yakni: berdasarkan penyajian lakon drama, berdasarkan

sarana, dan berdasarkan keberadaan naskah drama.

1. Berdasarkan penyajian lakon, drama dapat dibedakan menjadi :

a. Opera merupakan drama yang dialognya dinyanyikan dengan diiringi musik. Drama jenis ini

berkembang pesat di daratan Eropa pada abad ke-16 hingga abad ke-19. Opera umumnya

dimainkan oleh penyanyi dan diiringi orkestra lengkap. Salah satu contoh musik opera terkenal

adalah “Le nozze di Figaro” (The Marriage of Figaro) karya dari Wolfgang Amadeus Mozart.

b. Tragedi merupakan drama yang penuh dengan kesedihan. Drama ini biasanya mengangkat

tema-tema gelap seperti tentang kematian, bencana, serta penderitaan. Umumnya tokoh protagonis

dalam drama jenis ini akan memiliki kisah yang berakhir tragis. Salah satu contoh jenis drama

tragedi adalah “Oedipus Rex” karya Sophocles. Drama ini berkisah tentang seseorang yang

membunuh ayah kandungnya sendiri dan kemudian menikahi ibu kandungnya sendiri.
c. Komedi merupakan drama penggeli hati yang penuh dengan kelucuan. Drama jenis ini akan

mendramatisir suatu kejadian lucu dengan tujuan membuat penonton tertawa. Drama jenis ini

biasanya memiliki akhir yang bahagia. Salah satu drama komedi terkenal adalah “Much Ado

About Nothing”.

d. Tragekomedi merupakan perpaduan antara drama tragedi dan komedi.

e. Farce merupakan drama yang menyerupai dagelan, tetapi tidak sepenuhnya dagelan. Drama ini

biasanya berisi tentang kejadian yang ditanggapi secara berlebihan. Salah satu contoh farce

terkenal adalah drama karya Oscar Wilde yang berjudull “The Importance of Being Earnest”.

Drama ini menceritakan temtang seorang pemuda yang menggunakan dua identitas berbeda untuk

menemui dua orang wanita yang berbeda.

f. Tablo merupakan jenis drama yang mengutamakan gerak, para pemainnya tidak mengucapkan

dialog, tetapi hanya melakukan gerakan-gerakan. Pemain-pemain tersebut menyampaikan pesan

dari drama melalui gerakan yang dilakukan.

g. Melodrama merupakan drama yang dialognya diucapkan dengan diiringi melodi/musik.

Melodrama hampir mirip dengan opera, namun yang membedakan adalah dialog pada meloderama

diucapkan sebagaimana biasa hanya saja tetap diiringi dengan musik. Contoh melodrama yang

terkenal adalah “Mamma Mia”.

h. Sendratari merupakan gabungan antara seni drama dan seni tari. Aktris dan actor yang

memainkan drama ini mengucapkan dialog secara biasa, namun pada bagian penting suatu drama

(misalnya peperangan dan adegan bermesraan) disampaikan lewat tarian. Sendratari yang terkenal

di Indonesia salah satunya adalah Sendratari Ramayana.


i. Kolosal merupakan drama yang mengangkat kisah-kisah tentang perjuangan, peperangan,

maupun latar tentang zaman kerajaan. Contohnya adalah Kolosal Mahabharata.

2. Berdasarkan sarana pementasannya, pembagian jenis drama dibagi antara lain:

a. Drama Panggung merupakan drama yang dimainkan secara langsung oleh para aktor di atas

panggung.

b. Drama Televisi merupakan drama yang disiarkan lewat stasiun TV, drama ini sering berupa

sinetron.

c. Drama Film menggunakan layar lebar dan biasanya dipertunjukkan di bioskop,

d. Drama Wayang merupakan drama yang diiringi pegelaran wayang, dimana wayang tersebut

digerakkan oleh dalang.

e. Drama Radio tidak bisa dilihat dan diraba, tetapi hanya bisa didengarkan oleh penikmat. Drama

jenis ini dulu popular pada abad 20-an.

f. Drama Boneka hampir mirip dengan drama wayang. Para tokoh drama digambarkan dengan

boneka yang dimainkan oleh beberapa orang.

3. Jenis drama selanjutnya ialah, berdasarkan ada atau tidaknya naskah drama. Pembagian jenis

drama berdasarkan ini, antara lain :

a. Drama Tradisional merupakan drama yang tidak menggunakan naskah, pemain biasanya hanya

diberikan gambaran umum tentang jalan ceritanya saja sedangkan setiap adegan yang dipentaskan

merupakan hasil improvisasi antar pemainnya.


b. Drama Modern merupakan drama yang menggunakan naskah.

G. Unsur Drama

1. Tema adalah ide pokok atau gagasan utama sebuah cerita drama

2. Alur yaitu jalan cerita dari sebuah pertunjukkan drama mulai babak pertama hingga

babak terakhir. Alur drama mencakup pengenalan cerita, konflik awal, perkembangan konflik, dan

penyelesaian.

3. Tokoh merupakan pelaku yang ada di dalam drama.

a. Berdasarkan perannya, tokoh terbagi atas tokoh utama dan tokoh pembantu.

- Tokoh utama adalah tokoh yang menjadi sentral cerita dalam drama. Ciri dari tokoh utama

adalah paling sering muncul dalam setiap adegan, menjadi pusat perhatian, kejadian-

kejadian yang melibatkan tokoh lain selalu melibatkan tokoh utama.

- Tokoh pembantu adalah tokoh yang dilibatkan atau dimunculkan untuk mendukung jalan

cerita dan memiliki kaitan dengan tokoh utama.

b. Dari segi perwatakannya, tokoh dapat dibedakan menjadi.

- Tokoh berkembang adalah tokoh yang mengalami perkembangan nasib atau watak

selama pertunjukkan.

- Tokoh pembantu adalah tokoh yang diperbantukan untuk menyertai, melayani, atau

mendukung kehadiran tokoh utama.


- Tokoh statis adalah tokoh yang tidak mengalami perubahan karakter dari awal hingga

akhir dalam suatu drama.

- Tokoh serbabisa adalah tokoh yang dapat berperan sebagai tokoh lain.

4. Penokohan adalah cara pengarang menggambarkan watak atau perilaku tokoh. Watak

protagonis adalah watak baik yang diperankan oleh tokoh drama, contohnya : penyabar, kasih

sayang, santun, pemberani, pembela yang lemah, baik hati dan sebagainya. Sedangkan

watak antagonis adalah watak (perilaku) jahat yang diperankan oleh tokoh drama, contohnya :

sifat iri dan dengki, kejam, penindas dan sebagainya.

5. Latar atau setting adalah gambaran tempat, waktu dan situasi peristiwa dalam cerita drama.

6. Amanat drama adalah pesan yang ingin disampaikan pengarang kepada penonton. Amanat

drama atau pesan disampaikan melalui peran para tokoh drama.

7. Dialog atau percakapan. Dalam sebuah dialog itu sendiri, ada tiga elemen yang tidak boleh

dilupakan.

a. Tokoh adalah pelaku dalam drama.

b. Wawancang adalah dialog yang harus diucapkan oleh tokoh.

c. Kramagung adalah petunjuk perilaku, tindakan, atau perbuatan.

8. Bahasa merupakan media komunikasi antartokoh. Bahasa juga dapat menggambarkan watak

tokoh, latar, ataupun peristiwa yang sedang terjadi.

H. Istilah dalam Drama

1. Babak merupakan bagian dari lakon drama. Dalam satu lakon drama mungkin saja terdiri dari

satu, dua atau tiga babak bahkan mungkin lebih. Batas antara babak satu dengan babak selanjutnya

ditandai dengan turunnya layer atau matinya penerangan lampu pementasan. Bila lampu
dinyalakan kembali atau layer diangkat kembali biasanya ada perubahan penataan panggung

yang menggambarkan setting yang berbeda.

2. Adegan adalah bagian dari babak. Sebuah adegan hanya bagian dari rabgkaian suasana dalam

babak.

3. Prolog adalah kata pendahuluan dalam lakon drama. Prolog biasanya berisi tentang perkenalan

tokoh-tokoh dan pemerannya, konflik yang terjadi dan juga sinopsis lakon.

4. Epilog adalah kata penutup yang mengakhiri pementasan. Isinya kadang berupa kesimpulan

atau ajaran yang bisa diambil dari tontonan drama yang telah disajikan.

5. Dialog adalah percakapan para pemain. Dialog memegang peranan penting karena menjadi

pengarah lakon drama. Agar dialog tidak membosankan maka pengucapannya harus disertai

penjiwaan secara emosional, selain itu pelafalannnya harus jelas dan cukup keras.

6. Monolog adalah percakapan seorang pemain dengan dirinya sendiri.

7. Mimik adalah ekspresi gerak-gerik wajah untuk menunjukkan emosi yang dialami pemain.

8. Pantomim adalah ekspresi gerak-gerik tubuh untuk menunjukkan emosi yang dialami pemain.

9. Pantomimik adalah perpaduan ekspresi gerak-gerik wajah dan gerak-gerik tubuh untuk

menunjukkan emosi yang dialami pemain.

10. Gestur adalah gerak-gerak besar, yaitu gerakan tangan kaki, kepala, dan tubuh pada umumnya

yang dilakukan pemain.

11. Bloking adalah aturan berpindah tempat dari tempat yang satu ke tempat yang lain agar

penampilan pemain tidak menjemukan.

12. Gait. Gait berbeda dengan bloking karena diartikan tanda-tanda khusus pada cara berjalan dan

cara bergerak pemain.


13. Akting adalah gerakan-gerakan yang dilakukan pemain sebagai wujud penghayatan peran yang

dimainkan.

14. Aktor adalah orang yang melakukan acting yaitu pemain drama. Untuk aktor wanita disebut

sebagai aktris.

15. Improvisasi adalah gerakan-gerakan atau ucapan-ucapan penyeimbang untuk lebih

menghidupkan peran.

16. Musik Ilustrasi adalah iringan bunyi-bunyian untuk memperkuat suasana yang sedang

digambarkan. Istilah ilustrasi juga bias disebut musik pengiring.

17. Kontemporer adalah lakon atau naskah serba bebas yang tidak terikat aturan.

18. Kostum adalah pakaian para pemain yang dikenakan pada saat memerankan tokoh cerita di

panggung.

19. Skenario adalah susunan garis-garis besar lakon drama yang akan diperagakan para pemain.

20. Panggung adalah tempat para aktor memainkan drama.

21. Tirai adalah kain penutup panggung bagian depan yang dapat dibuka dan ditutup sesuai dengan

kebutuhan.

22. Penonton adalah semua orang yang hadir untuk menyaksikan pertunjukan drama.

23. Sutradara adalah orang yang memimpin dan paling bertanggung jawab dalam pementasan

drama.

24. Naskah adalah karangan yang berisi cerita atau lakon. Dalam naskah tersebut termuat nama-

nama dan lakon tokoh dalam cerita, dialog yang diucapkan para tokoh dan keadaan panggung yang

diperlukan. Bahkan kadang-kadang juga dilengkapi penjelasan tentang tata busana, tata lampu dan

tata suara (musik pengiring)


25. Tata Rias. Fungsi tata rias adalah menggambarkan tokoh yang dituntut misalnya seorang

pemain memerankan tokoh kakek maka wajah dan rambutnya dibuat tampak tua. Rias memiliki

fungsi pokok, misalnya mengubah seorang gadis belia menjadi nenek tua atau seorang pria

memerankan seorang wanita. Rias memiliki fungsi bantuan, misalnya seorang gadis muda

memang memerankan gadis muda.

26. Tata Busana/kostum adalah penataan kebutuhan kostum semua pemain. Penata rias dan penata

busana harus bekerja sama saling memahami, saling menyesuaikan, penata rias dan penata busana

harus mampu menafsirkan dan mementaskan rias dan pakaian yang terdapat dalam naskah cerita,

misal tokoh nenek melarat, maka pakaian yang dikenakan tidak menggunakan pakaian yang bagus

dan mahal, karena kesalahan dalam busana dapat juga mengganggu jalannya cerita.

27. Tata Lampu adalah pengaturan cahaya di panggung dibutuhkan untuk mendukung jalan cerita

yang menerangkan tempat dan waktu kejadian pada sebuah cerita, untuk menggambarkan kejadian

pada malam hari atau siang hari, menggambar kejadian misal di tempat romantis.

28. Tata Suara adalah penataan kebutuhanMusik dalam pertunjukan drama untuk mendukung

suasana, misal penggambaran kesedihan, ketakutan, kemarahan dan lain-lain misal penggambaran

cerita kesedihan seorang anak, kalau diiringi musik yang sesuai, tentu kesedihan ini akan lebih

terasa diiringi musik berirama lembut, alat musik yang digunakan hanya seruling yang mendayu-

dayu, ketika adegan kemarahan diiringi musik berirama cepat dan keras, penata musik berirama

cepat lagu yang sudah ada ataupun menciptakan lagu sendiri, penata suara harus memiliki

kreativitas yang tinggi.


29. Dekorasi adalah penataan setting panggung pertunjukan yang berfungsi memperjelas seting

/latar dan konsep pertunjukan drama.

30. Set dekor realistik menggunakan unsur-unsur dengan kerupaan yang sebenarnya. Dengan set

ini diharapkan penonton seperti menyaksikan alam sesungguhnya.

31. Set dekor sugestif mempergunakan beberapa unsur saja yang menjadi ciri khas suatu keadaan

ruang atau alam tertentu. Contoh: hutan digambarkan dengan dua bentuk pohon sederhana berakar

gantung.

32. Set dekor stilasi adalah set dekor yang bentuk unsur-unsurnya digayakan dari bentuk aslinya.

Bentuknya bisa tidak alamiah. Ukurannya bisa jadi tidak rasional.

33. Set dekor abstrak tidak menampilkan unsur-unsur yang berbentuk realistis naturalis, tetapi

berbentuk benda sederhana tidak lengkap. Penonton dituntun untuk menerka-nerka secara terarah.

34. Aepitasio adalah bagian awal, masalah semakin rumit.

35. Catastasis merupakan puncak ketegangan/klimaks.

36. Catastrophe yaitu akhir/penyelesaian.

37. Protoasis merupakan bagian permulaan suatu drama dengan pelukisan peran dan motif laku.

38. Premis yaitu intisari cerita sebagai landasan ideal dalam menentukan arah dan tujuan cerita.

I. Fakta dan Opini dalam Drama

a. Fakta

Fakta merupakan kejadian yang sudah atau pernah terjadi dan sudah teruji kebenarannya.

Fakta dalam drama digunakan agar penonton dapat merasakan konflik dan peristiwa drama seperti

di kehidupan nyata.
b. Opini

Opini merupakan suatu ide, pikiran, atau pendapat yang biasanya bersifat subjektif serta

belum disahkan kebenarannya. Opini dalam drama dapat digunakan untuk menyampaikan pesan

cerita terhadap kehidupan nyata. Dengan kata lain opini terhadap suatu permasalahan dapat

disampaikan melalui drama.

J. Langkah-Langkah Menulis Teks Drama

Naskah drama dapat dibuat berdasarkan karya yang sudah ada, misalnya dari dongeng,

cerpen, novel, biografi, dan sumber-sumber lain. Akan lebih baik, apabila naskah itu dibuat sendiri,

berdasarkan imajinasi atau pengalaman sendiri.

Berikut adalah langkah – langkah untuk menulis naskah drama :

1. Menentukan ide cerita atau tema cerita, yakni berupa suatu peristiwa yang menarik dan memiliki

konflik yang kuat.

2. Menentukan tokoh, penokohan, latar dan alurnya.

3. Mengembangkan ide cerita dengan memperhatikan keaslian ide yang menarik dan tidak mudah

ditebak.

4. Menyusun adegan demi adegan dan dialog demi dialog serta dilengkapi dengan teks samping

atau petunjuk teknis.

5. Menggunakan gaya bahasa yang sesuai dengan latar cerita.

6. Menyunting naskah drama yang telah ditulis.

Hal – hal yang harus diperhatikan saat menulis teks drama :

1. Ide cerita tidak mencontek karya orang lain.

2. Penokohan atau pelukisan karakter tokohnya sebaiknya dijelaskan.


3. Dialog yang disusun menggunakan ragam bahasa lisan yang komunikatif dan menyerupai

kehidupan manusia sehari – hari.

4. Sangat diperlukan petunjuk teknis atau teks samping agar pembaca atau penikmat drama itu

mengetahui dan dapat membayangkan adegan dengan jelas.

5. Menyesuaikan gaya bahasa dengan latar dan tokoh serta menyesuaikan unsur – unsur

lainnya.

K. Langkah-Langkah Pementasan Drama

1. Melakukan pembedahan secara bersama-sama terhadap isi naskah yang akan dipentaskan.

Tujuannya agar semua calon pemain memahami isi naskah yang akan dimainkan.

2. Reading. Calon pemain membaca keseluruhan naskah sehingga dapat mengenali masing-masing

peran.

3. Casting. Melakukan pemilihan peran. Tujuannya agar peran yang akan dimainkan sesuai dengan

kemampuan acting pemain.

4. Mendalami peran yang dimainkan.

5. Blocking. Sutradara memanage teknis pentas yakni dengan cara mengatur dan mengarahkan

pemain.

6. Running. Pemain menjalani latihan secara lengkap, mulai dari dialog hingga pengaturan pentas.

7. Gladi bersih atau latihan terakhir sebelum pementasan berlangsung.

8. Pementasan. Semua pemain telah siap dengan kostumnya. Dekorasi panggung pun telah

lengkap.
L. Perbedaan Drama dengan Teater

Pembeda Drama Teater


Istilah Menurut Tim Matrix Media Istilah ‘teater’ di definisikan dalam

Literata, drama adalah bentuk arti luas sebagai kisah hidup dan

narasi yang menggambarkan kehidupan manusia yang

kehidupan dan alam manusia diceritakan di atas pentas dengan

melalui perilaku (Akting) yang media yaitu percakapan, gerak dan

dipentaskan. Drama berasal dari laku didasarkan pada naskah yang

kata draomai yang berarti tertulis ditunjang oleh dekor,

berbuat, berlaku atau bertindak. musik, nyanyian, tarian dan

Dapat disimpulkan bahwa sebagainya. Sedangkan secara

drama adalah sebuah kisah yang bahasa atau dalam artian yang lebih

dinarasikan dan diceritakan sempit, teater berarti sebuah

melalui sebuah pertunjukan gedung pertunjukan atau

gerak dan seni peran di atas auditorium.

panggung.

Cerita Menampilkan cerita Menampilkan cerita yang diambil


berdasarkan kehidupan sehari-
berdasarkan pemilihan naskah dan
hari
pengarapan yang terstruktur.

Teater juga menampilkan narasi

atau cerita yang merupakan proses

dari pemahaman publik.


Tempat pertunjukkan Drama dapat dilakukan atau Teater hanya dilaksanakan pada

ditampilkan dimana saja, pementasan saja. Di atas panggung.

umumnya tempat yang sesuai Dengan dekorasi tertentu yang

dengan kehidupan sehari-hari disesuaikan dengan naskah.

seperti rumah sakit, sekolah,

stasiun kereta api, dll.

Pengucapan vokal Drama tidak memerlukan Teater memerlukan pengucapan

pengucapan vokal yang kuat vokal yang sangat kuat, sebab

karena didukung oleh teknologi penampilan dilakukan di atas

lain seperi microphone dan panggung dan vokal harus

speaker. terdengar hingga penonton di

barisan yang paling belakang.

Emosi Pada seni drama emosi yang Pada teater emosi yang dikeluarkan

dikeluarkan oleh lakon tidak lah oleh lakon atau pemeran haruslah

harus terlalu kuat, sebab perasaan yang ekstrim. Karena

diperkuat oleh alat-alat seperti penampilan dilakukan di atas

kamera dengan berbagai teknik panggung dan perasaan harus

pengambilan gambar. terlihat hingga penonton di barisan

yang paling belakang.

Make up Tidak harus mencolok. Harus mencolok.


Pengambilan adegan Drama dapat melakukan adegan Pada teater cerita atau penampilan

berkali-kali, karena drama dapat harus ditampilkan terus-menerus

direkam oleh kamera. tanpa jeda sampai ceritanya selesai,


dan harus dilakukan tanpa

kesalahan. Karena cerita yang

disuguhkan ditampilkan secara

langsung.

M. Contoh Drama

Ketika Mendung Sirna

karya Suci Lestari

Adegan 1

Pada suatu hari, teman-teman Febrianto sedang asyik bercanda di dalam kelas. Namun

entah mengapa, keceriaan itu menyebabkan Doni merasa tersinggung dan langsung membentak

mereka. Akibatnya terjadilah pertengkaran di dalam kelas. Melihat kejadian itu Febrianto langsung

melarai dan melarai dan memberi pengertian kepada mereka . Alhamdulillah, mereka pun segera

menyadari kesalahan dan langsung berdamai.

Beberapa saat kemudian, suasana kelas sudah menjadi tenamg, dari arah pintu kelas

terdengar sesoorang mengucapkan salam, “ Assalamualaikum! “ Mereka semua lansung menoleh

ke arah pintu dan menjawab, “ Waalaikum salam! “ Rupanya yang datang adalah Pak Sukma, wali

kelas mereka.

Pak Sukma : ( Duduk sejenak di kursi ) “Bagaimana kabar kalian sekarang?”


Mereka : “Baik-baik saja, Pak.”

Pak Sukma : ( Mendekati Febrianto ) “Bagaimana dengan engkau, Feb?”

Febrianto : “Alhamdulillah baik, Pak.”

Pak Sukma : “Mana buku absennya? Bapak ingin melihat daftar kehadiran kalian!”

Febrianto : (Mengambil buku absen, kemudian menyerahkannya kepada Pak Sukma) “Ini

buku absennya, Pak.”

Pak Sukma : ( Mulai meneliti kehadiran muridnya satu per satu ) “Wah, wah, wah, mengapa

akhir-akhir ini kehadiranmu sangat kurang, Doni?”

( Mendengar pertanyaan Pak Sukma , Doni diam saja. Demikian pula teman-temannya. Tak satu

pun yang berani, termasuk Febrianto. Melihat sikap mereka, Pak Sukma menjadi keheranan

sebelumnya sikap meraka tidak seperti itu )

Pak Sukma : “Anak-anak, jika ada masalah, silahkan sampaikan kepada bapak. Mungkin bapak

bisa membantunya. Sekarang bapak mengajak kalian semua untuk mulai membuka lembaran baru.

Saat ini kalian sudah kelas tiga, berarti dua tahun sudah kalian berjuang. Perjuangan itu jangan

sampai sia-sia. Sebentar lagi kalian akan memasuki caturwulan kedua bahkan ujian akhir.”

( Mendengar kata-kata yang disampaikan Pak Sukma, mereka semua menjadi binggung )
Hendra : ( Sambil mengangkat tangannya ) “Maaf, Pak. Benar, kami semua memang telah

berada di kelas tiga selama satu caturwulan. Tetapi menurut saya, hari ini adalah hari yang sama

dengan hari-hari kemarin.”

( Febrianto dan teman-temannya yang lain terkejut mendengar ucapan Hendra. Mereka takut kalau

Pak Sukma akan marah karena ucapannya dipotong seperti itu. Tetapi tidak dengan demikian )

Pak Sukma : ( Tersenyum ) “Bagaimana, Hendra?”

Hendra : “Ya …, hari ini tetap hari Senin, seperti Senin minggu yang lalu atau lainnya.

Begitu kan, Pak?”

Pak Sukma : ( Tersenyum lagi ) “Bagaimana pendapat kalian?”

Mereka : “Saya kira begitu, Pak?”

Mereka : “Hendra benar, Pak?”

Pak Sukma : “Baiklah! Hendra tidak salah dan kalian pun betul, tetapi tidak sepenuhnya.” (

Para siswa terdiam, mereka belum juga dapat mengerti penjelasan Pak Sukma )

Pak Sukma : “Memang benar, hari ini adalah hari Senin. Namanya tetap tetap seperti minggu

yang lalu ataupun yang akan datang. Tetapi coba kalian renungkan bahwa setiap tiba hari yang

baru, kita biasanya akan mendapat pengalaman yang baru pula.”


( Febrianto dan teman-temannya masih memikirkan apa yang dimaksud oloh Pak Sukma. Lebih-

lebih lagi saat Pak Sukma menatap mereka satu per satu )

Pak Sukma : “Apa yang telah kamu kerjakan pada hari Senin yang lalu, Didi?”

Didi : ( Terkejut, lalu berpikir sejenak ) “Waktu itu bertepatan dengan hari libur dan saya

berada di kebun paman seperti saat ini, Pak.”

Pak Sukma : “Nah, kalian dengar sendiri jawaban dari Didi, bukan? Itu saja sudah

menunjukkan bahwa tiap hari merupakan hari yang baru. Namanya memang sama, tetapi apa yang

kalian kejakan dan kalian peroleh senantiasa berlainan. Karena itu, yang terpenting bagi kalian

adalah bagaimana mengisi waktu yang terus berjalan. Karena waktu yang sudah lewat, hari yang

sudah berlalu, tidak dapat diulang kembali. Kalau kalian lewatkan tanpa mengisinya dengan hal

yang berarti dan bermanfaat, waktu akan hialang percuma. Jadi jangan pernah menyia-nyiakannya.

Tanamkan pada diri kalian bahwa besok harus merupakan hari yang lebih baik dari hari ini.”

( Anak-anak diam sambil merenungkan nasihat Pak Sukma )

Adegan 2

Begitulah, hari pertama saat penataran, Pak Sukma telah menasihati mereka. Setelah Pak

Sukma meninggalkan kelas, situasi kelas menjadi sepi. Febrianto tak tahu, apakah teman-

temannya juga merenungkan nasihat Pas Sukma atau mereka merasa takut pada Doni. Dalam

situasi sepi itu, Febrianto merasa was-was dan waspada ketika Doni mendekatinya. Ia berfikir

jangan-jangan Doni tidak senang padanya? Tetapi, apa yang terjadi kemudian?
Doni : “Feb, aku minta maaaf padamu. Dari semua teman-teman di kelas ini hanya

engkaulah yang sangat kusayangi dan kusegani. Engkau tak pernah menyinggung perasaan teman-

teman, termasuk aku. Bahkan lebih banyak mengingatkan kami bila kami berbuat salah. Karena

aku, kita semua mendapat teguran dari Pak Sukma. Sekali lagi maafkan aku ya, Feb.”

Febrianto : “Terima kasih, Don. Aku pun merasa lega karenaengkau telah sadar. Tetapi

engkau tidak sepenuhnya salah. Aku pun merasa bersalah padamu karena selama ini tak pernah

lagi mengingatkanmu. Aku juga minta maaf kepadamu.” ( Doni Cuma diam. Mendengarkan apa

yang dikatakan Febrianto )

Febrianto : “Don, aku tahu ayah dan ibumu memiliki keinginan yang sama seperti ayah dan

ibuku. Cuma kita berbeda. Kamu berasal dari keluarga yang mampu sedang aku adalah anak dari

keluarga yang tak mampu. Namun demikian, aku tetap tegar menghadapinya.” ( Doni Cuma diam

saja lagi )

Febrianto : “Memang diantara kita terdapat perbedaan yang status sosial yang sangat

mencolok. Akan tetapi, aku yakin engkau mau menerima kata-kataku. Kamu tentu tidak berniat

untuk menghancurkan masa depanmu sendiri. Apa yang engkau lakukan selama ini pasti

bertentangan dengan hati nuranimu. Doni, selama ini aku telah menganggapmu sebagai saudara

kandung, namu ternyata engkau berusaha menjauh. Aku berfikir, mungkin perbedaan derajat

keluarga kitalah penyebabnya. Atau ada yang hal-hal lain.” ( Mendengar kata-kata Febrianto, Doni

merasa menyesal )

Doni : ( Memeluk Febrianto dan dengan tulus. Ia juga menangis ) “Feb, memang kuakui

kalau aku mulai menjauhimu. Ini semua karena ada masalah yang sangat sulit kupecahkan.”
Febrianto : “Apa masalahmu?”

Doni : “Sejak ibuku meninggal dan ayahku kawin lagi, pikiranku menjadi tidak menentu.

Aku merasa kehilangan kasih sayang. Bahkan secara terang-terangan ibu tiriku menganggapku

anak nakal dan brengsek!”

Febrianto : “Bukankah ibu tirimu sangat sayang kepadamu?”

Doni : “Ya. Mulanya ia sangat sayang kepadaku, tetapi sekarang sudah berubah. Coba

engkau bayangkan, Feb. Suatu hari, ketika ayah memberi hadiah ulang tahunku, ibu tiriku

sepertinya kurang senang. Itulah awal mula yang membuatku tidak senang kepadanya.”

Febrianto : ( Prihatin ) “Apa tidak ada jalan terbaik untuk menyelesaikan masalah kamu dan

ibu tirimu?”

Doni : ( Cuma diam ) “Hari berikutnya, ketika aku hendak berangkat ke sekolah dan

minta uang jajan kepada ayah, dari kejauhan ibu tiriku langsung membentak. Dengan adanya

kejadian itu, aku langsung berangkat ke sekolah tanpa membawa uang sepeser pun. Karena

pikiranku kacau, aku tidak langsung ke sekolah. Kebetulan di jalanan aku bertemu teman-teman

lama. Mereka memanggilku untuk bergabung. Dengan merekalah aku menghilangkan pikiran

kacau itu. Namun setelah itu, apa yang terjadi? Tiba-tiba muncul patrol polosi dan langsung

menangkap kami.”

Febrianto : “Setelah ditangkap, bagaimana perasaanmu?”


Doni : “Dengan perasaan yang lemas dan takut, aku meminta maaf. Aku juga berjanji

tidak akan membolos lagi. Kata-kata tersebut kuucapkan berulang-ulang dihadapan Pak Polisi.

Namun Pak Polisi mengatakan, “ Tidak! Kalian harus kami tangkap” Apapun alasanku, Pak Polisi

tetap memeriksa kami satu per satu.”

Febrianto : “Hasil pemeriksaannya bagaimana?”

Doni : “Subhanallah, ternyata dari kantong beberapa temanku didapati obat-obatan

terlarang.”

Febrianto : “Lalu?”

Doni : “Malam itu, kira-kira jam setengah sebelas, aku baru sadar. Rupanya aku jatuh

pingsan. Kuperhatikan orang-orang di sekitarku. Tampak dua orang petugas kesehatan dan seorang

polisi sedang merawatku. Aku langsung memeluk Pak Polisi sambil menangis meraung-raung.

Tolong saya, Pak! Saya tak pernah melakukan perbuatan seperti apa yang mereka lakukan.”

Febrianto : “Setelah itu?”

Doni : “Aku berhenti menangis ketikaa mendengar perkataan Pak Polisi. Tenangkan

pikiranmu, Dik. Kami telah mengetahui semuanya. Kesalahanmu hanya satu, yaitu meninggalkan

jam pelajaran di sekolah. Jadi, besok pagi kamu akan dibebaskan. Oleh karena itu, dengan

pengalaman ini, jangan coba-coba lagi membolos. Itu akan sangat merugikan bahkan dapat

mengurangi kepercayaan orang tua terhadap dirimu. Jadi kamu harus hati-hati memilih teman.”

Febrianto : “Terus?”
Doni : “Semalaman dalam tahanan, bagaikan setahun lamanya. Saat itu, aku

membayangkan kalian, Feb. Alangkah enaknya kalian tidur di rumah tanpa memikul beban berat

seperti yang aku alami. Betapa hinanya aku ini di mata kalian. Itulah sebabnya aku mulai

menyendiri, ditambah lagi dengan tekanan dari orang tua yang semakin membuatku malas sekolah.

Aku malu, Feb.” ( Sambil menyeka air matanya )

Febrianto : “Don, kuharap engkau bersabar. Besarkanlah hatimu dan jadikanlah peristiwa itu

sebagai cambuk untuk memacu diri dalam meraih sukses. Aku dapat merasakan apa yang engkau

rasakan. Aku pun kasihan kepadamu.”

Doni : “Bagaimana nanti dengan Pak Sukma?”

Febrianto : “Baiklah! Jika demikian, kubantu engkau untuk menjelaskan kepada Pak Sukma.

Sekarang tenangkanlah hatimu?” ( Membujuk )

( Mendengar kata-kata Febrianto, hati Doni menjadi tenang. Setelah itu, mereka pergi menemui

Pak Sukma )

Mereka : “Assalamu alaikum!”

Pak Sukma : “Waalaikum salam.”

( Mereka masih berdiri di depan pintu )

Pak Sukma : “Ayo, silakan duduk” ( Pak Sukma menyilakan )


( Setelah duduk, Pak Sukam mulai menatap mereka satu per satu. Sesaat kemudian, suasana

menjadi sepi )

Pak Sukma : “Mengapa akhir-akhir ini kehadiranmu sangat kurang, Don.” ( Sambil

menatapnya)

( Mendengar pertanyaan Pak Sukma, Doni ganti menatap Febrianto, lalu menundukkan kepalanya.

Febrianto paham bahwa itu adalah isyarat agar ia menjelaskan masalahnya kepada Pak Sukma.

Akhirnya, Febrianto pun mulai menjelaskannya. Mendengar penjelasan Febrianto, Pak Sukma

tampak mengangguk-angguk mengerti. Setelah berpikir sejenak, Pak Sukma memandang ke arah

Doni. Ternyata butiran-butiran air mata telah membasahi pipinya )

Pak Sukma : “Doni. Tataplah bapak!”

( Mendengar Pak Sukma memanggil, pelan-pelan Doni mengangkat mukanya )

Doni : “Maafkan saya, Pak.” ( Sambil meraih dan mencium tangan Pak Sukma )

Pak Sukma : “Ya! Bapak mengerti dan memakluminya. Bapak berharap kamu bersabar.

Jadikanlah semua itu sebagai pelajaran pahit yang tak boleh terulang lagi dan jadikan sebagai

sambuk untuk meraih sukses.”

Doni : “Ya, Pak.” ( Jawabnya pelan )

Pak Sukma : “Doni, perlu engkau ketahui, bukan hanya engkau saja yang pernah mengalami

kejadian seperti itu. Banyak orang yang mengalaminya. Bahkan ada di antara meraka yang enjadi
sia-sia hidupnya. Ada pula yang sadar dan bertekad untuk memperbaiki tingkah lakunya. Mereka

mematuhi semua tata karma, baik di rumah maupun dalam pergaulan sehari-hari. Kalau sudah

demikian mereka dapat menjadi orang yang patut diteladani dan bisa mencapai sukses dalam

segala hal. Mana ada orang yang tidak pernah berbuat masalah?”

(Doni mengangguk tanda mengerti )

Pak Sukma : “Oleh karena itu, bapak berharap agar kamu melupakan kejadian itu. Tumbuhkan

semangat pengabdian yang tulus, terutama kepada kedua orang tuamu, guru-gurumu, maupun

kepada sesama manusia. Dengan begitu, kita akan semakin dikasihi dan disayangi. Dan jangan

lupa! Setiap tiba waktu salat, salatlah! Selesai salat atau pulang dari bepergian, ciumlah tangan

kedua orang tuamu. Sebab itu merupakan salah satu tanda bakti kita kepada mereka. Ingat, engkau

belum terlambat untuk melaksanakan nasihat bapak!”

Doni : “Ya, Pak. Apa yang bapak katakana, akan saya laksanakan.”

Pak Sukma : “Baiklah. Karena sudah siang, segerahlah kalian pulang ke rumah. Dan sekalian

lagi, jangan lupa nasihat bapak, ya!”

( Febrianto dan Doni meninggalkan ruangan Pak Sukma dengan mengingat semua nasihat yang

harus dilaksanakan. Dalam perjalanan pualang, Doni sempat bertanya kepada Febrianto )

Doni : “Feb, maukah kau belajar bersama di rumahku?”

Febrianto : “Dengan senang hati, Don.”


( Mereka berpisah menuju rumah masing-masing. Sepanjang jalan menuju ke rumah, Doni tak

habis pikir, betapa tulus hati Febrianto yang mau menolongnya. Ia bertekad dalam hati, “ Mulai

saat ini, Febrianto akan kuanggap sebagai saudara kandung. Aku tak akan melupakan budi

baiknya)

Anda mungkin juga menyukai