Hal itu penting segera dilakukan untuk mencegah kerugian negara yang lebih besar
dengan tetap menggaji para penggarong uang rakyat tersebut. Selain itu langkah cepat pemecatan
PNS terpidana korupsi diperlukan untuk memberikan efek jera. Tidak pada tempatnya orang
yang telah merampok uang rakyat masih tetap mendapatkan fasilitas dari pemerintah.
Kalau melihat data, sungguh kita pantas prihatin. Bayangkan, hingga saat ini masih ada
2.357 PNS koruptor yang belum dipecat dan masih menerima gaji dari negara. Padahal kasus
hukum mereka telah berkekuatan hukum tetap (inkracht) sebagai terpidana kasus korupsi.
Perinciannya sebanyak 1.917 PNS masih berstatus bekerja aktif pada pemerintah
kabupaten/kota, 342 PNS pada pemerintah provinsi, dan 98 PNS bekerja di kementerian/lembaga
di wilayah pusat. Akibat keteledoran ini, pemerintah harus mengeluarkan uang untuk menggaji
mereka sekitar Rp11.785.000.000 setiap bulan. Padahal jika pemerintah aware sejak dulu, hal ini
tidak akan terjadi.
Uang miliaran rupiah tersebut bisa dialokasikan ke hal-hal yang jauh lebih bermanfaat.
Misalnya untuk membangun gedung-gedung sekolah di perdesaan yang telah banyak hancur.
Bisa juga dana tersebut digunakan untuk program penanggulangan kemiskinan. Atau dana
tersebut juga dapat dimanfaatkan untuk pembangunan daerah terpencil dan perbatasan.
Di tengah keprihatinan akan kondisi ekonomi seperti saat ini, pemerintah seharusnya
lebih teliti dan hati-hati dalam mengelola keuangan negara. Jangan sampai muncul kesan
pemerintah memiliki standar ganda dalam upaya pemberantasan korupsi.
Di satu sisi pemerintah selalu menggaungkan semangat untuk menumpas koruptor, tetapi
di sisi lain terkesan menganakemaskan PNS yang nyata-nyata telah mencuri uang rakyat. Ironis
sekali. Karena itu sudah sepantasnya seluruh pemangku kepentingan yang terkait bekerja sama
untuk segera menyetop gaji para PNS koruptor yang kasusnya sudah memiliki kekuatan hukum
tetap.
Bayangkan, betapa enak para koruptor negara ini, meski telah terbukti korupsi masih
mendapatkan gaji dari negara. Kenyataan ini merupakan tamparan keras bagi pemerintah yang
tidak tegas terhadap abdi negara sendiri meski telah berbuat tercela.
Karena itu tidak berlebihan jika kita menyebut langkah Kemendagri untuk memecat para
PNS tersebut sebenarnya sangat terlambat. Kenapa baru sekarang? Itu pun targetnya baru akan
selesai pada akhir tahun. Pertanyaan kritis ini perlu diajukan karena menyangkut uang rakyat.
Setiap rupiah uang rakyat harus bisa dipertanggungjawabkan penggunaannya secara baik.
(https://nasional.sindonews.com/read/1338113/16/koruptor-masih-terima-gaji-1536868689)
Diakses pada hari Senin, 24 September 2018 pukul 09.50 WIB
I. Identifikasi Teks Editorial
4. Kementrian Dalam Negeri mengeluarkan surat edaran baru yang berisi pemecatan para
Pegawai Negeri Sipil (PNS) yang terbukti melakukan korupsi.
6. Pemecatan PNS yang terbukti korupsi perlu dilakukan untuk mengurangi kerugian negara
karena menggaji para koruptor itu.
8. Saat ini banyak PNS yang melakukan korupsi belum dipecat pemerintah dan masih
mendapatkan gaji.
10. Saat ini masih banyak PNS yang berstatus aktif bekerja di pemerintah, akibat keteledoran ini
pemerintah masih menggaji mereka termasuk para koruptor.
12. Dana yang digunakan untuk menggaji para koruptor seharusnya dapat dialokasikan ke hal
lain yang lebih bermanfaat.
- Hingga saat ini masih ada 2.357 PNS koruptor yang belum dipecat dan masih menerima gaji
dari negara. Padahal kasus hukum mereka telah berkekuatan hukum tetap (inkracht) sebagai
terpidana kasus korupsi.
- Perinciannya sebanyak 1.917 PNS masih berstatus bekerja aktif pada pemerintah
kabupaten/kota, 342 PNS pada pemerintah provinsi, dan 98 PNS bekerja di kementerian/lembaga
di wilayah
- Akibat keteledoran ini, pemerintah harus mengeluarkan uang untuk menggaji mereka sekitar
Rp11.785.000.000 setiap bulan.
3. Prediksi Padahal jika pemerintah aware sejak dulu, hal ini tidak akan
terjadi.
17. Menurut saya, tanggapan redaktur tersebut ditujukan untuk pemerintah. Hal tersebut
ditunjukkan pada paragraf terakhir teks editorial yang berisi keluhan redaksi dan masyarakat
kepada pemerintah mengenai keterlambatan langkah Kemendagri mengenai pemecatan PNS
yang melakukan korupsi.
Paragraf terakhir :
Karena itu tidak berlebihan jika kita menyebut langkah Kemendagri untuk memecat para PNS
tersebut sebenarnya sangat terlambat. Kenapa baru sekarang? Itu pun targetnya baru akan selesai
pada akhir tahun. Pertanyaan kritis ini perlu diajukan karena menyangkut uang rakyat. Setiap
rupiah uang rakyat harus bisa dipertanggungjawabkan penggunaannya secara baik.
18. Sikap redaksi terhadap peristiwa tersebut adalah mendukung kebijakan baru Kemendagri
mengenai pemecatan PNS yang melakukan korupsi. Hal tersebut ditunjukkan pada paragraf
pertama yang menyatakan bahwa redaksi sangat mengapresiasi kebijakan baru tersebut.
Paragraf pertama :
Meski terlambat, langkah Kementerian Dalam Negeri (Kemendagri) mengeluarkan surat edaran
baru yang berisikan pemecatan untuk para pegawai negeri sipil (PNS) yang terbukti melakukan
korupsi patut diapresiasi. Seluruh kepala daerah dan lembaga terkait harus segera merespons
surat edaran tersebut dengan melakukan pemecatan terhadap PNS yang tersangkut kasus korupsi.
Semakin cepat, semakin baik.
19. Berikut adalah saran atau rekomendasi yang ditulis redaksi dalam teks editorial kepada pihak
yang dituju :
- Seluruh kepala daerah dan lembaga terkait harus segera merespons surat edaran tersebut
dengan melakukan pemecatan terhadap PNS yang tersangkut kasus korupsi. Semakin cepat,
semakin baik.
- Di tengah keprihatinan akan kondisi ekonomi seperti saat ini, pemerintah seharusnya lebih teliti
dan hati-hati dalam mengelola keuangan negara. Jangan sampai muncul kesan pemerintah
memiliki standar ganda dalam upaya pemberantasan korupsi.
- Karena itu sudah sepantasnya seluruh pemangku kepentingan yang terkait bekerja sama untuk
segera menyetop gaji para PNS koruptor yang kasusnya sudah memiliki kekuatan hukum tetap.
- Pemerintah harus memberikan bukti nyata keberpihakan pada upaya pemberantasan korupsi.
Karena itu langkah konkret yang harus dilakukan adalah jangan sedikit pun memberikan angin
atau celah kepada koruptor.
20. Ringkasan :
Kementrian Dalam Negeri mengeluarkan surat edaran baru yang berisi pemecatan para
Pegawai Negeri Sipil (PNS) yang terbukti melakukan korupsi. Pemecatan PNS yang terbukti
korupsi perlu dilakukan untuk mengurangi kerugian negara karena menggaji para koruptor itu.
Saat ini banyak PNS yang melakukan korupsi belum dipecat pemerintah dan masih mendapatkan
gaji. Saat ini masih banyak PNS yang berstatus aktif bekerja di pemerintah, akibat keteledoran
ini pemerintah masih menggaji mereka termasuk para koruptor. Dana yang digunakan untuk
menggaji para koruptor seharusnya dapat dialokasikan ke hal lain yang lebih bermanfaat. Di
tengah keprihatinan kondisi ekonomi saat ini, pemerintah harus berhati-hati mengelola keuangan
negara. Pemerintah bersikeras menumpas koruptor, tetapi di sisi lain pemerintah
menganakemaskan koruptor. Pemerintah harus membuktikan bahwa mereka mendukung upaya
pemberantasan korupsi. Betapa enaknya para koruptor apabila masih mendapatkan gaji oleh
pemerintah. Langkah Kemendagri memecat para PNS yang korupsi sangat terlambat padahal hal
tersebut berhubungan dengan nasib rakyat.
II. Fakta dan Opini Teks Editorial
3. Prediksi Padahal jika pemerintah aware sejak dulu, hal ini tidak akan
terjadi.
1. Tesis
Hal itu penting segera dilakukan untuk mencegah kerugian negara yang lebih besar
dengan tetap menggaji para penggarong uang rakyat tersebut. Selain itu langkah cepat pemecatan
PNS terpidana korupsi diperlukan untuk memberikan efek jera. Tidak pada tempatnya orang
yang telah merampok uang rakyat masih tetap mendapatkan fasilitas dari pemerintah.
Kalau melihat data, sungguh kita pantas prihatin. Bayangkan, hingga saat ini masih ada
2.357 PNS koruptor yang belum dipecat dan masih menerima gaji dari negara. Padahal kasus
hukum mereka telah berkekuatan hukum tetap (inkracht) sebagai terpidana kasus korupsi.
Perinciannya sebanyak 1.917 PNS masih berstatus bekerja aktif pada pemerintah
kabupaten/kota, 342 PNS pada pemerintah provinsi, dan 98 PNS bekerja di kementerian/lembaga
di wilayah pusat. Akibat keteledoran ini, pemerintah harus mengeluarkan uang untuk menggaji
mereka sekitar Rp11.785.000.000 setiap bulan. Padahal jika pemerintah aware sejak dulu, hal ini
tidak akan terjadi.
Uang miliaran rupiah tersebut bisa dialokasikan ke hal-hal yang jauh lebih bermanfaat.
Misalnya untuk membangun gedung-gedung sekolah di perdesaan yang telah banyak hancur.
Bisa juga dana tersebut digunakan untuk program penanggulangan kemiskinan. Atau dana
tersebut juga dapat dimanfaatkan untuk pembangunan daerah terpencil dan perbatasan.
Di tengah keprihatinan akan kondisi ekonomi seperti saat ini, pemerintah seharusnya
lebih teliti dan hati-hati dalam mengelola keuangan negara. Jangan sampai muncul kesan
pemerintah memiliki standar ganda dalam upaya pemberantasan korupsi.
Di satu sisi pemerintah selalu menggaungkan semangat untuk menumpas koruptor, tetapi
di sisi lain terkesan menganakemaskan PNS yang nyata-nyata telah mencuri uang rakyat. Ironis
sekali. Karena itu sudah sepantasnya seluruh pemangku kepentingan yang terkait bekerja sama
untuk segera menyetop gaji para PNS koruptor yang kasusnya sudah memiliki kekuatan hukum
tetap.
3. Penegasan ulang
Karena itu tidak berlebihan jika kita menyebut langkah Kemendagri untuk memecat para
PNS tersebut sebenarnya sangat terlambat. Kenapa baru sekarang? Itu pun targetnya baru akan
selesai pada akhir tahun. Pertanyaan kritis ini perlu diajukan karena menyangkut uang rakyat.
Setiap rupiah uang rakyat harus bisa dipertanggungjawabkan penggunaannya secara baik.
1. Penggunaan kalimat retoris Kenapa baru sekarang? Itu pun targetnya baru akan selesai
pada akhir tahun.
5. Menggunakan konjungsi Selain itu langkah cepat pemecatan PNS terpidana korupsi
untuk memperkuat diperlukan untuk memberikan efek jera.
argumentasi
8. Penggunaan kata keterangan - Kalau melihat data, sungguh kita pantas prihatin.
modalitas
- Padahal kasus hukum mereka telah berkekuatan hukum
tetap (inkracht) sebagai terpidana kasus korupsi.