Anda di halaman 1dari 4

Tugas I Dasar – Etika Bisnis dalam Perpajakan 02

Dimas Djayu Kumolo / 030807901


D-III Perpajakan

Pertanyaan
Anda tentu masih ingat terjadinya kasus korupsi yang menimpa Danang dan Gayus.
    Menurut pengamatan Anda, jelaskan:
1) Apa sebenarnya yang menjadi persoalan  kasus kejahatan perpajakan seperti
yang  dilakukan oleh Danang dan Gayus tersebut, hal mana yang keduanya adalah
merupakan pegawai    Ditjen Pajak?;
2) Faktor-faktor apa saja yang menyebabkan kedua orang tersebut
melakukan penyelewengan  perpajakan, jelaskan meliputi faktor Endogen dan
Eksogen?
3) Menurut Anda seperti apa pencegehannya secara konkrit dan realistis agar
kejahatan tersebut  dapat dicegah, diminimalisir, ataupun ditangkal?
Selamat menyelesaikan Tugas-tugas tersebut...!

Jawab

1. Persoalan utama dari kasus Danang dan Gayus adalah Tax evasion atau
penggelapan pajak merupakan upaya yang dilakukan untuk menghindari
pajak secara ilegal dengan tidak melaporkan penghasilan atau melaporkan
tetapi bukan nilai penghasilan yang sebenarnya. Tindakan tax
evasion merupakan kecurangan, karena wajib pajak berusaha untuk
merekayasa transaksi agar timbul biaya-biaya yang mengurangi penghasilan
bahkan menyebabkan kerugian. 
Tax evasion merugikan negara, karena nilai pajak yang dibayarkan oleh
wajib pajak bukanlah nilai yang seharusnya. Bahkan bisa jadi, wajib pajak
bebas dari beban pajak jika penghasilannya justru minus atau mengalami
kerugian.
Danang dan Gayus dalam hal ini menjadi perantara kbagi perusahaan-
perusahaan yang ingin menggelapkan pajak tersebut. Terutama karena
status mereka sebagai pegawai Ditjen Pajak. Sehingga dalam hal ini baim
Danang maupun Gayus juga bisa dikenakan pelanggaran berupa Korupsi
dan Penyalahgunaan Wewenang.

2. Faktor-faktor yang menyebabkan adanya pelanggaran perpajakan :


Endogen:
a. Kurangnya motivasi dan semangat bela negara, sehingga lebih
mementingkan keinginan pribadi dibanding kewajiban tugasnya
b. Masih lemahnya sistem hukum (cakupan pengenaan) di Indonesia
khususnya terkait perpajakan, sehingga para pelaku pelanggaran leluasa
memanfaatkan celah hukum ini.
c. Faktor ekonomi pelaku pelanggaran, dimana para pelaku merasa
pendapatan bersih mereka dibanding hasil pelanggaran, cukup kecil.
Sehingga para pelaku pelanggaran merasa perlu mencari tambahan
penghasilan lainnya.
Eksogen:
a. Prasangka negatif kepada aparat perpajakan yang menyebabkan para
wajib pajak bersikap defensif dan tertutup. Mereka akan cenderung
menahan informasi dan tidak co operatif. Mereka akan berusaha
memperkecil nilai pajak yang dikenakan pada mereka dengan
memberikan informasi sesedikit mungkin. Perlu usaha keras dari lembaga
perpajakan dan media massa untuk membantu menghilangkan
prasangka negatif tersebut.
b. Bagi Calon Wajib Pajak, Sistem Self-Assessment dianggap
menguntungkan, sehingga sebagian besar mereka enggan untuk
mendaftarkan dirinya bahkan menghindar dari kewajiban ber-NPWP.
Data-data tentang dirinya selalu diupayakan untuk ditutupi sehingga tidak
tersentuh oleh DJP.
c. Masih sedikitnya informasi yang semestinya disebarkan dan dapat
diterima masyarakat mengenai peranan pajak sebagai sumber
penerimaan negara dan segi-segi positif lainnya.
d. Adanya anggapan masyarakat bahwa timbal balik (kontra prestasi) pajak
tidak bisa dinikmati secara langsung, bahkan wujud pembangunan
sarana prasana belum merata, meluas, apalagi menyentuh pelosok tanah
air.
e. Adanya anggapan masyarakat bahwa tidak ada keterbukaan pemerintah
terhadap penggunaan uang pajak.
3. Beberapa hal yang harus dilakukan dalam mencegah kejahatan perpajakan :
a. Melakukan sosialisasi, dengan tingginya intensitas informasi yang diterima
oleh masyarakat, maka dapat secara perlahan merubah mindset
masyarakat tentang pajak ke arah yang positif.
b. Memberikan kemudahan dalam segala hal pemenuhan kewajiban
perpajakan dan meningkatkan mutu pelayanan kepada wajib pajak.
Pelayanan berkualitas adalah pelayanan yang dapat menciptakan suatu
kondisi dinamis yang berhubungan dengan produk, jasa manusia, proses,
dan lingkungan yang memenuhi atau melebihi harapan wajib pajak.
c. Meningkatkan citra Good Governance yang dapat menimbulkan adanya
rasa saling percaya antara pemerintah dan masyarakat wajib pajak,
sehingga kegiatan pembayaran pajak akan menjadi sebuah kebutuhan
dan kerelaan, bukan suatu kewajiban. Dengan demikian tercipta pola
hubungan antara negara dan masyarakat dalam memenuhi hak dan
kewajiban yang dilandasi dengan rasa saling percaya
d. Memberikan pengetahuan melalui jalur pendidikan khususnya pendidikan
perpajakan. Melalui pendidikan diharapkan dapat mendorong individu
kearah yang positif dan mampu menghasilkan pola pikir yang positif yang
selanjutnya akan dapat memberikan pengaruh positif sebagai pendorong
untuk melaksanakan kewajiban membayar pajak.
e. Law Enforcement. Dengan penegakan hukum yang benar tanpa pandang
bulu akan memberikan deterent efect yang efektif sehingga meningkatkan
kesadaran dan kepedulian sukarela Wajib Pajak
f. Membangun trust atau kepercayaan masyarakat terhadap pajak. Akibat
kasus Danang dan Gayus kepercayaan masyarakat terhadap Ditjen Pajak
menurun sehingga upaya penghimpunan pajak tidak optimal. Atas kasus
seperti Danang dan Gayus itu para aparat perpajakan seharusnya dapat
merespon dan menjelaskan dengan tegas bahwa jika masyarakat
mendapatkan informasi bahwa ada korupsi di lingkungan Direktorat
Jenderal Pajak, jangan hanya memandang informasi ini dari sudut yang
sempit saja. Jika tidak segera dijelaskan maka masyarakat kemudian
bersikap resistance dan enggan membayar pajak karena beranggapan
bahwa pajak yang dibayarkannya paling-paling hanya akan dikorupsi.

Sumber :
BMP Modul Ajar Etika Bisnis dalam Perpajakan
https://www.pajak.go.id/id/artikel/membangun-kesadaran-dan-kepedulian-sukarela-wajib-pajak
https://klikpajak.id/blog/pajak-bisnis/tax-avoidance-sebagai-pelanggaran-hukum-perpajakan/
https://www.simulasikredit.com/perbedaan-tax-avoidance-dengan-tax-evasion/

Anda mungkin juga menyukai