Anda di halaman 1dari 3

KELOMPOK 3:

1. Muh. Ade Muharmid

2. Rahmi

3. Eska Anisa

4. Shinta Auliyah

5. Suci Ananda

6. Fitriani Aulia

7. Zahratul Aini

8. Indri Ayu Asnita

9. Rahmatan

10. Angga Saputra

“Rendahnya Kesadaran Warga Negara dalam Membayar Pajak”

Sesuai amanat UUD 1945 Pasal 23, bahwa “Pajak merupakan kontribusi wajibrakyat
kepada negara baik orang pribadi maupun badan hukum atau warga negaraterhadap negara,
dengan tidak mendapat imbalan atau kontraprestasi langsung dandigunakan untuk
kepentingan negara serta untuk kemakmuran rakyat. Hanya denganmenyisihkan sedikit
bagian dari yang telah diperoleh, akan dapat menyukseskan pembangunan yang nantinya
akan memakmurkan negara ini.Pajak yang berhasil dikumpulkan oleh pemerintah akan
dijadikan sebagai salahsatu sumber dana untuk membiayai pembangunan dan sumber
investasi. Penghasilan pajak juga digunakan untuk pembiayaan dalam rangka memberikan
rasa aman bagi seluruh lapisan masyarakat.

Setiap warga negara mulai saat dilahirkan sampai dengan meninggal dunia, menikmati
fasilitas atau pelayanan dari pemerintah yang semuanya dibiayai denganuang yang berasal
dari pajak. Dengan demikian jelas bahwa peranan penerimaan pajak bagi suatu negara
menjadi sangat dominan dalam menunjang jalannya roda pemerintahandan pembiayaan
pembangunan. Disamping fungsi budgeter (fungsi penerimaan), pajak juga melaksanakan
fungsi redistribusi pendapatan dari masyarakat yang mempunyaikemampuan ekonomi yang
lebih tinggi kepada masyarakat yang kemampuannya lebihrendah. Namun di Indonesia
sendiri masyarakatnya masih cenderung mempunyai kesadaran yang rendah dalam membayar
pajak

Rendahnya kesadaran masyarakat Indonesia dalam membayar pajak dapat dipengaruhi


oleh berbagai faktor. Salah satunya adalah karena ketidaktahuan mereka tentang ketentuan
dan tatacara perpajakan Indonesia. Ketidakpahaman masyarakat Indonesia tentang ketentuan
dan tatacara perpajakan itulah yang menjadikan masyarakat Indonesia memilih untuk tidak
ber-NPWP karena mereka beranggapan dengan ber-NPWP akan menyulitkan atau membuat
mereka bingung dan ketakutan. Apalagi dengan diberlakukannya sistem self assessment pada
pajak penghasilan membuat masyarakat Indonesia yang telah memenuhi syarat subjektif dan
objektif pajak menjadi ketakutan dalam melaksanakan kewajiban perpajakannya. Sistem ini
juga menuntut masyarakat untuk secara aktif belajar atau mengetahui isi dan maksud suatu
peraturan perpajakan dalam rangka untuk memenuhi kewajiban perpajakannya dengan baik.

Dan seiring dengan perkembangan teknologi jaman sekarang kita dapat membayar pajak
hanya dengan melalui website yang sudah disediakan oleh direktorat jenderal pajak, lalu ada
juga yang namanya e-filling dan juga e-billing dimana dua-duanya sangat mudah dipakai
untuk proses pelaporan dan pembayaran pajak. Pada e-filling wajib pajak akan di pandu
untuk mengisi spt sesuai dengan pendapatan wajib pajak selama 1 tahun penuh, dan pada e-
billing wajib pajak dibantu dengan total pajak yang akan dibayarkan lalu setelah
membayarnya wajib pajak harus memasukan nomor ntpn yang tertera pada bukti pembayaran
pajak.

Ada beberapa bentuk faktor penyebab rendahnya kesadaran warga negara dalam
membayar pajak. Faktor-faktor tersebut sebagai berikut.

a. Kurangnya kepercayaan masyarakat kepada Ditjen Pajak

Hal ini merupakan salah satu faktor yang turut mendorong keengganan warga negara
untuk membayar pajak. Menurut mantan Direktur JenderalDirektorat Jenderal Pajak
Kementerian Keuangan Indonesia KenDwijugiasteadi,tax compliance adalah tindakan
prosedural danadministratif yang diperlukan untuk memenuhi kewajiban wajib pajak
berdasarkan aturan pajak yang berlaku (IBFD International Tax Glossary)yang dalam hal
ini, masyarakat belum mematuhi undang-undang dengan baik yang berujung pada
menurunnya nilai tax ratio di Indonesia.

b. Kurangnya kepercayaan masyarakat kepada aparat

Faktor ini yang menurut penulis adalah salah satu yang menjadi faktorutama rendahnya
kesadaran membayar pajak. Faktor ini hadir disinyalirsebagai bentuk amarah dan rebel
rakyat kepada pejabat dan aparat yang menyalahgunakan pajak untuk hal-hal yang kurang
berdampak padamasyarakat Indonesia bahkan untuk hal-hal yang sifatnya korup
danmenyengsarakan rakyat.

c. Ketidakpedulian dan fungsi pajak yang belum diketahui banyak oleh masyarakat

Faktor ini berkaitan dengan sosialisasi yang minim dilakukan instansiterkait dalam hal
ini Ditjen Pajak yang seharusnya dilakukan secarameluas kepada rakyat sehingga
kesadaran masyarakat juga bisaditingkatkan. Selain itu, masyarakat juga menilai bahwa
proses birokrasiyang masih berbelit-belit dan tidak mudah juga disinyalir sebagai
bentuk“pemberontakan” rakyat untuk membayar pajak.

d. Keterbatasan akses dan sosialisasi

Akses perpajakan dalam bidang teknologi dewasa ini tentunya sudahmenunjukkan


perkembangan yang cukup baik. Hal itu diantaranya, pelaporan SPT Tahunan yang sudah
bisa dilakukan secara daring dan berbagai bentuk procsedural lainnya. Namun, sebagai
akibat darikurangnya sosialisasi, masih banyak masyarkat yang belum paham tata cara
hingga kemudahan akses yang dihidangkan Ditjen Pajak. Masyarakat juga belum tahu-
menahu terkait dikemanakan uang yang telah dibayarkantersebut sehingga menimbulkan
skeptisisme dalam masyarakat hinggamunculnya stigma negatif yang seharusnya bisa
diminimalisasi.

Pihak yang paling bertanggung jawab dalam meningkatkan kesadaran masyarakatdalam


membayar pajak adalah Direktorat Jendral Pajak (DJP). DJP akan selalu
berupayamembangun kesadaran dan kepedulian serta sukarela Wajib Pajak, karena kegiatan
inisangat berkorelasi secara signifikan dengan pencapaian target penerimaan pajak.
Namundemikian, dukungan seluruh lapisan masyarakat sangat dibutuhkan. Bahkan Dirjen
pajak menyatakan bahwa meningkatkan kesadaran masyarakat adalah tantangan utama DJP.
Sebelum menentukan langkah-langkah alternatif untuk membangun kesadaran dan
kepedulian sukarela wajib pajak, perlunya melandasi pemikiran kita bahwa kesadaran
membayar pajak harus datang dari diri sendiri dan dipupuk sejak masa kanak-kanak.

Adapun cara atau upaya untuk menyadarkan masyarakat tentang pentingnya membayar
pajak yang dilakukan Direktorat Jenderal Pajak adalah sebagai berikut.

1. Melakukan sosialisasi akan pentingnya membayar pajak.

2. Memberikan kemudahan dalam segala hal.

3. Meningkatkan citra good governance.

4. Memberikan pengetahuan melalui jalur pendidikan khususnya pendidikan pajak.

5. Law enforcement (penegakan hukum).

6. Membangun trust atau kepercayaan masyarakat terhadap pajak.

7. Merealisasikan program Sensus Perpajakan Nasional.

Anda mungkin juga menyukai