Anda di halaman 1dari 7

BENTUK-BENTUK PERLAWANAN PAJAK YANG

TERJADI DI INDONESIA

Oleh :
Didi Setiaji (5160111010)
Dila Rahima Putri (5160111047)
Latifah Ayu Adharani (5160111133)

S1 Akuntansi
Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Teknologi Yogyakarta
Bentuk-bentuk perlawanan pajak yang terjadi di Indonesia

1. Pengertian perlawanan pajak


Maraknya kasus kejahatan yang terjadi dalam perpajakan di Indonesia, tentu saja
sedikit banyak akan mempengaruhi perilaku masyarakat dalam membayar pajak.
Misalnya saja adanya mafia pajak, kasus korupsi yang dilakukan oleh aparatur pajak,
penggelapan pajak yang dilakukan oleh sejumlah perusahaan,dll. Kondisi seperti ini,
memunculkan pemikiran-pemikiran negatif masyarakat untuk menghindari pajak.

Perlawanan Pajak adalah hambatan-hambatan dalam pemungutan pajak baik yang


disebabkan oleh kondisi negara dan rakyatnya maupun disebabkan oleh usaha-usaha
wajib pajak yang disadari ataupun tidak disadari mempersulit pemasukan pajak
sebagai sumber penerimaan negara. Walaupun pajak tidak bisa dipungut tanpa adanya
persetujuan dari rakyat, pemerintah selalu berusaha untuk memberikan penerangan
dan penyuluhan agar rakyat mempunyai kesadaran akan kewajibannya membayar
pajak.

2. Jenis-jenis perlawanan pajak


Ada dua jenis penghidaran atau perlawanan pajak yang dilakukan oleh sebagian
masyarakat, antara lain :
a) Perlawanan pajak pasif
Perlawanan Pasif : berupa hambatan yang mempersulit pemungutan pajak dan
mempunyai hubungan erat dengan struktur ekonomi suatu negara, dengan
perkembangan tingkat pendidikan dan moral penduduk dan dengan teknik
pemajakan itu sendiri.
Pada umumnya masyarakat tidak melakukan suatu upaya yang sistematis dalam
rangka menghambat penerimaan negara, tetapi lebih dikarenakan oleh kebiasaan
yang berlaku dalam masyarakat tersebut, hal ini biasanya disebabkan karena :
1) Perkembangan intelektual dan moral masyarakat
2) Sistem perpajakan yang mungkin sulit dipahami masyarakat
3) Sistem kontrol tidak dapat dilakukan atau dilaksanakan dengan baik

2
b) Perlawanan pajak aktif
Secara nyata terlihat pada semua usaha dan perbuatan yang secara nyata ditujukan
kepada pemerintah (fiskus) dengan tujuan untuk mengindari pajak. Diantaranya
dapat dibedakan cara-caranya sebagai berikut :
1) Penghindaran Diri dari Pajak ( tax avoidance ) : Dilakukan dengan cara tidak
melakukan perbuatan yang memberi alasan untuk dikenakan pajak.
Penghindaran yang dilakukan WP masih dalam kerangka peraturan
perpajakan. Misalnya menyimpan uang dalam bentuk reksadana supaya
dibebaskan dari pengenaan pajak.
2) Pengelakan Diri dari Pajak ( tax evasion ) : Dilakukan dengan cara melanggar
undang-undang dengan maksud melepaskan diri dari pajak atau mengurangi
dasar pengenaannya. Misalnya WP memanipulasi pajak dengan melakukan
pembukuan ganda.
3) Melalailan Pajak : Dilakukan dengan cara menolak membayar pajak yang
telah ditetapkan dan menolak memenuhi formalitasnya yang harus dipenuhi.
Misalnya menghalangi tindakan penyitaan dengan menyembunyikan barang-
barang yang akan disita.

Selain karena alasan di atas, masih banyak factor yang mempengaruhi tindakan
masyarakat untuk tidak melaksanakan kewajibannya sebagai wajib pajak, antara lain :

1. Pajak dianggap sebagai beban hidup

Masyarakat menilai jika pajak itu sebagai pengurang kekayaan mereka, padahal jika
pajak dihitung dengan benar belum tentu mereka akan dikenai pajak menurut
penghasilannya. Peraturan mengenai pemungutan pajak di Indonesia sudah cukup
adil (besar kecilnya pajak dtitentukan oleh penghasilan yang diterima ) karena sudah
sesuai dengan asas pemungutan pajak yang dicetuskan oleh Adam Smith.

2. Tidak percayanya masyarakat kepada pemerintah

Masyarakat tidak yakin bahwa pemrintah mampu mengelola kumpulan uang pajak
dengan baik. Hal ini dikarenakan tidak pernah diterbitkannya Laporan keuangan
Penerimaan dan Pengeluaran pajak Negara.

3
3. Petugas pajak yang tidak bertanggung jawab

Hal ini dilihat dari maraknya kasus korupsi yang dilakukan oleh oknum pegawai
pajak yang jumlahnya tidak sedikit. Salah satunya adalah korupsi yang dilakukan
oleh Gayus Tambunan.

4. Petugas pajak yang mudah disuap

Adanya kompromi dan kerja sama antara petugas pajak dan wajib pajak dengan
imbalan tertentu. Padahal gaji atau upah para pegawai pajak sudah cukup tinggi
dibandingkan dengan departemen-departemen lainnya.

5. Tidak ada jaminan jika pajak digunakan sebagaimana mestinya

Masyarakat tidak mendapat jaminan yang pasti terhadap pengelolaan uang yang
telah disetorkannya sebagai pajak.

6. Sanksi yang diberikan bagi para pelanggar pajak kurang tegas

Proses dalam pengusutan para oknum pajak terlalu berbelit-belit jadi terkesan
lambat. Hal ini memacu kemarahan publik dan masyarakat menjadi berpikiran
negatif terhadap para aparatur Negara yang menangani kasus korupsi tersebut.

7. Kurang pemahaman akan pentingnya pajak bagi kesejahteraan rakyat banyak

Banyak masyarakat yang ingin menghindari pajak dikarenakan mereka tidak


mendapatkan balas jasa secara langsung. Mereka berpikir bahwa membayar pajak
adalah hal yang sia-sia. Padahal pajak yang dikumpulkan akan dimanfaatkan untuk
kesejahteraan masyarakat karena pada dasarnya pajak merupakan sumber
penerimaan Negara yang paling utama.

8. Kurangnya kesadaran masyarakat dalam meng-update peraturan perpajakan yang


terbaru

Peraturan pajak yang dibuat oleh pemerintah sifatnya fleksible. Peraturan pajak akan
berubah-ubah sesuai dengan kondosi yang terjadi. Hal ini dapat mengakibatkan
adanya salah perhitungan pajak yang dilakukan oleh wajib pajak yang tidak
mengetahui adanya perubahan peraturan.

4
9. Lemahnya pengawasan dari pemerintah

Pengawasan pemerintah masih sangat lemah. Hal ini bisa dilihat dari maraknya
kasus penggelapan pajak yang terjadi. Selain itu. Masih banyak wajib pajak yang
tidak membayar pajak tetapi tidak diberikan sanksi. Hal ini memunculkan rasa iri
dan ketidakrelaan wajib pajak yang lainnya dalam membayar pajak.

3. Upaya pemerintah untuk mengatasi perlawanan pajak

Banyak hal yang sudah diupayakan pemerintah untuk membuat pajak yang terkumpul
sesuai dengan target, misalnya :

1. Mengadakan penyuluhan dan seminar perpajakan

Apabila ada peraturan terbaru tentang pajak, Dirjen pajak akan mensisialisasikan
melalui penyuluhan atau seminar yang ditujukan kepada wajib pajak pribadi maupun
badan.

2. Kemudahan dalam pembayaran pajak

Kita bisa membayar pajak melaui bank-bank yang sudah ditunjuk oleh pemerintah dan
kantor pos karena pembayaran pajak sudah online sifatnya.

3. Adanya pendistribusian tata cara dan blangko untuk pelaporan pajak

Hal ini akan meminimalisir kesalahan dalam menghitung dan melaporkan pajak.

4. Kemudahan dalam pengisian SPT Masa maupun Tahunan

Pengisian SPT sudah komputerisasi dan program tersebut bisa didapatkan secara gratis
di Kantor Pelayanan Pajak dan bisa di download melalui website Dirjen pajak yaitu
http://pajak.go.id. Dalam program tersebut juga telah disediakan tata cara penggunaanya
dengan bahasa yang mudah dimengerti.

5. Pemberian Intesif pajak

Pemberian intensif pajak dilakukan dengan dua cara yaitu dengan memberikan Tax
Holiday (Pembebasan pajak) dan Tax Allowance (Keringanan Pajak). Untuk
mendapatkan fasilitas-fasilitas tersebut harus memenuhi syarat yang telah ditentukan.

5
Kesimpulan
Perlawanan Pajak adalah hambatan-hambatan dalam pemungutan pajak baik yang
disebabkan oleh kondisi negara dan rakyatnya maupun disebabkan oleh usaha-usaha
wajib pajak yang disadari ataupun tidak disadari mempersulit pemasukan pajak sebagai
sumber penerimaan negara.
Pada dasarnya wajib pajak akan memandang pajak sebagai beban, dan sudah menjadi
kodrat manusia untuk selalu mengurangi beban seminimal mungkin. Pada prinsipnya ada
dua jenis perlawanan terhadap pajak, yaitu perlawanan pajakpasif dan perlwanan pajak
aktif. Keadaan ini harus dipahami benar oleh fiskus dalam melaksanakan tugasnya untuk
membimbing, mengarahkan, membina dan mengawasi wajib pajak dalam memenuhi
kewajiban perpajakannya.
Upaya-upaya dalam menghindari perlawanan pajak oleh beberapa wajib pajak telah
dilakukan oleh pemerintah dengan semaksimal mungkin, hasilnya pun cukup
memuaskan. Dengan berbagai upaya dari pemerintah tersebut maka bisa diharapkan
bahwa pajak di Indonesia akan berjalan lancar baik dari tata cara dan juga hasil yang
didapatkan.

Saran
Beberapa upaya yang dilakukan pemerintah sudah cukuplah baik dalam hal
mengurangi wajib pajak yang berusaha menghindari pajak. Namun tidak sampai disitu saja,
pemerintah diharapkan juga memperhatikan sistematika dan tata cara dalam pemungutan
pajak agar lebih memudahkan wajib pajak dalam melakukan kewajiban perpajakannya.
Selain hal diatas, pemerintah juga diharapkan untuk memperhatikan sanksi yang akan
diberikan kepada wajib pajak yang tidak patuh, kepada petugas perpajakan yang melakukan
pelanggaran agar masyarakat bisa lebih mempercayai perpajakan di Indonesia. Apabila
semua system perpajakan dilakukan dengan baik dan rapi, itu akan mendorong masyarkat
untuk lebih segan dengan perpajakan yang berlaku dan juga akan melaksanakan kewajiban
perpajakan.

6
Pustaka Online
http://ndeso-go-blog.blogspot.co.id/2012/03/perlawanan-pemungutan-pajak.html. Diakses
pada tanggal 27 September 2017.

http://ourakuntansi2.blogspot.co.id/2016/05/perlawanan-terhadap-pajak.html. Diakses pada


tanggal 27 September 2017.

https://fajarsumiratmuhrip.wordpress.com/2011/12/05/pengantar-perpajakan/. Diakses pada


tanggal 27 September 2017.

http://emilianovitasari.blogspot.co.id/2011/04/faktor-faktor-yang-mempengaruhi-
tingkah.html. Diakses pada tanggal 27 September 2017.

http://padyangantaxcenter.blogspot.co.id/2013/06/upaya-mengatasi-hambatan-atau-
kendala.html#.Wcxc4DWYTIU. Diakses pada tanggal 27 September 2017.

Anda mungkin juga menyukai