1. Rumusan Masalah
2. Pembahasan
3. Refleksi
4. Kesimpulan
RUMUSAN MASALAH
JORGE J.E. GRACIA adalah Seorang Professor Dalam Bidang Filsafat Di Department Of
Philosophy, University At Buffalo Di New York. Filosof yang lahir pada tahun 1942 di Kuba ini
menempuh undergraduateprogram (B.A.) dalam bidang Filsafat di Wheaton College (lulus tahun 1965),
graduateprogram (M.A.) dalam bidang yang sama di University of Chicago dan doctoral program juga
dalam bidang Filsafat di University of Toronto. Melihat dari sejarah pendidikannya, diketahui bahwa
areaofinterest (bidang ketertarikan) sangat linier, yakni filsafat, sehingga tidak diragukan bahwa dia
memiliki ilmu yang mendalam tentang berbagai hal dalam bidang filsafat, seperti metafisika/ontologi,
historiograf flosofis, filsafat bahasa/hermeneutika, filsafat skolastik dan filsafat Amerika Latin. Selain
ahli filsafat, Gracia juga memberikan perhatian yang cukup besar terhadap masalah-masalah etnisitas,
identitas, nasionalisme dan lain-lain.
Keahlian Gracia dalam bidang-bidang tersebut dibuktikan juga dengan karya-karya yang cukup
banyak dalam bidang-bidang tersebut, baik dalam bentuk buku, artikel dalam jurnal dan antologi,
maupun artikel seminar. Di antara karya-karyanya yang relevan dengan penelitian ini adalah:
1) A Theory of Textuality: The Logic and Epistemology (Albany: State University of New York Press, 1995),
2) Text: Ontological Status, Identity, Author, Audience (Albany: State University of New York Press, 1996),
3) "Texts and Their Interpretation," Review of Metaphysics 43 (1990), 495-542,
4) "Can There Be Texts Without Historical Authors?" American Philosophical Quarterly 31, 3 (1994), 245-253,
5) "Can There Be Texts Without Audiences? The Identity and Function of Audiences," Review of Metaphysics 47,
4 (1994), 711-734,
6) "Can There Be Definitive Interpretations?" in European Philosophy and the American Academy, ed. B. Smith
(La Salle, IL Hegeler Institute, 1994), hlm. 43-53
7) "Author and Repression," Contemporary Philosophy 16, 4 (1994), 23-29,
8) "Textual Identity," Sorites 2 (1995), 57-75,
9) "Where Is Don Quixote? The Location of Texts and Works," Concordia 29 (1996), 95-107.
10) "The Interpretation of Revealed Texts: Do We Know What God Means?" (Presidential Address), Proceedings of
the American Catholic Philosophical Association, vol. 72 (Washington, DC Catholic University of America
Press, 1998), hlm. 1-19
11) "Relativism and the Interpretation of Texts," Metaphilosophy 31,1/2 (2000), 43-62
12) "Borges' Pierre Menard: Philosophy or Literature," Journal of Aesthetics and Art Criticism 59, 1(2000), 45-57
13) "The Ethics of Interpretation," in volume of the International Academy for Philosophy, Liechtenstein,
forthcoming?
14) "A Theory of the Author," dalam W. Irwin, (ed.), The Death and Resurrection of the Author (Westport, CN:
Greewood Press, 2002), hlm. 161-189.
15) "The Uses and Abuses of the Classics: Interpreting Interpretation in Philosophy," dalam J.J. E. Gracia dan
Jiyuan Yu (eds). Uses and Abuses of the Classics: Interpretation in Philosophy.
16) "Meaning" dalam Dictionary for Theological Interpretation of Scriptures, diedit oleh Kevin J. Vanhoozer,
Daniel J. Treier, et al
17) "History/Historiography of Philosophy," dalam Encyclopedia of Philosophy (New York?: Macmillan, dalam
persiapan)
18) "From Horror to Hero: Film Interpretations of Stoker's Dracula." in William Irwin dan Jorge J. E. Gracia, eds.,
Philosophy and the Interpretation of Popular Culture (dalam persiapan), dan
19) "The Good and the Bad: The Quests of Sam Gamgee and Smeagol (alias Gollum) for the Happy Life," dalam
G. Bassham dan Eric Bronson (eds.), Philosophy and "The Lord of the Rings" (LaSalle, IL: Open Court, 2003).
Dari sekian karya Gracia, hanya dua karya inti, yakni A Theory of Textuality dan Texts: Ontological Status,
Identity, Author, Audience, yang dijadikan sumber primer dalam pembahasan hermeneutikanya untuk penulisan
buku ini, di samping karena karya-karya lain sulit ditemukan di Indonesia, juga karena dua karyanya tersebut,
sebagaimana yang ditegaskan oleh Gracia, sudah memuat hampir semua pemikirannya dalam bidang ini.
TEORI-TEORI POKOK PEMIKIRAN
HERMENEUTIKA GRACIA
Di atas telah diterangkan bahwa kebenaran interpretasi itu bisa plural. Pertanyaannya sekarang adalah apa kebenaran
interpretasi itu dan mungkinkah kita mengatakan bahwa sebuah interpretasi itu benar atau salah. Bagi Gracia, tidaklah
mudah membicarakan nilai kebenaran interpretasi, khususnya interpretasi tekstual, karena,sebagai telah dikemukan, ia
memiliki tiga fungsi dan masing-masing mengklaim nilai kebenarannya sendiri.Orang yang melakukan interpretasi dengan
fungsi historisnya akan mengklainm bahwa interpretasi itu dinyatakan benar karena ia dapat menciptakan di benak audiens
kontemporer suatu pemahaman yang mirip (atau sama) dengan apa yang dipahami atau dikehendaki pengarang teks. Orang
menekankan meaning function dalam penafsirannya akan mengklaim bahwa penafsirannya benar karena ia dapat
menimbulkan dalam benak audiens kontemporer pemahaman tentang arti pentingnya teks yang ditafsirkan untuk masa
kontemporer. Sementara itu, interpretasi yang lebih menekankan fungsi implikatif diklaim benar karena ia dapat
memberikan pemahaman tentang implikasi teks kepada audien kontemporer. Karena itu, menurut Gracia, tidaklah relevan
menentukan bahwa satu interpretasi itu benar (correct; true), dan interpretasi yang lain salah (false; incorrect). Yang tepat
adalah mengatakan bahwa sebuah interpretasi itu lebih efektif atau kurang efektif, atau lebih cocok atau kurang cocok.
Pluralitas Kebenaran Interpretasi Tekstualitas
Berdasarkan hakekat dan realitas interpretasi, sebagaimana yang telah diterangkan di atas, Gracia berpendapat
bahwa kebenaran interpretasi itu tidaklah monistis/tunggal, melainkan plural. Pluralitas kebenaran interpretatif ini
tidak hanya terkait dengan interpretasi non-literal di mana penafsir lebih memiliki peran, melainkan juga dengan
interpretasi teksual. Sebagaimana telah disebutkan di atas, ada tiga fungsi interpretasi tekstual yakni: fungsi historis,
fungsi 'makna' (atau lebih spesifik, 'signifikansi) dan fungsi implikatif. Kedua fungsi terakhir itu membuka
perbedaan bentuk interpretasi antara satu orang dengan orang lain, karena beragamnya faktor-faktor kultural. Gracia
mencontohkan bahwa dalam realita interpretasi, karya-karya Aristoteles ditafsirkan oleh banyak orang. Bukan hanya
dalam bidang flsafat, dalam bidang sains pun kebenaran interpretasi bisa plural. Dalam hal ini, Gracia sependapat
dengan Immanuel Kant yang berpendapat bahwa kita tidak akan pernah mencapai final and definitive descriptions in
science or philosophy (deskripsi-deskripsi final dan definitif dalam sains dan filsfat)
Pluralitas kebenaran interpretasi tekstual ini tidak seharusnya dipahami bahwa kebenaran interpretasi ini
bersifat relatif yang tak terbatas, atau Gracia menyebutnya dengan istilah 'infinitive regress' (regresi tak terbatas),
karena memang setiap penafsiran itu pasti mengandung interpretandum (teks yang ditafsirkan) dan interpretans
(keterangan tambahan yang masih ada keterkaitannya dengan interpretandum)
Objektivitas Dan Subjektivitas Interpretasi
Di atas sudah diterangkan bahwa interpretasi tekstual itu terdiri dari interpretandum (teks yang
ditafsirkan) dan interpretans (keterangan tambahan). Melihat hal ini, interpretasi, menurut Gracia, itu
pasti mengandung nilai obyektivitas dan subyektivitas dalam waktu yang bersamaan. Poin yang
penting dalam hal ini tentunya sejauhmana subyektivitas penafsir dan sejauhmana obyektivitas makna
interpretandum mengambil peran dalam sebuah interpretasi. Atas dasar itu, sebuah penafsiran
dipandang 'sangat subyektif' (highly subjective) apabila penafsir hanya memberikan sedikit perhatian
terhadap teks yang ditafsirkan dan faktor-faktor historis yang berperan dalam menentukan makna teks.
Sebaliknya, interpretasi dipandang 'sangat obyektif' (highly objective) apabila dalam interpretasi
tersebut teks historis (interpretandum) dan faktor-faktor penentu makna historis mendapatkan prioritas
perhatian penafsir.
Refleksi Interpretasi Ala
Gracia
Adanya karya-karya Gracia mengenai text, author-reader, understanding dan interpretation menunjukkan
akan kesungguhan serta perhatiannya mengenai dunia hermeneutika. Hermeneutika modern yang dirintis oleh
Schleiermacher terus menerus mengalami rekontruksi yang salah satunya dilakukan oleh Gracia.
Berbeda dengan Hans-Georg Gadamer yang memberikan sentuhan pemikiran hermeneutika nya pada konsep
pre understanding nya, Gracia justru menjelaskan secara detil bagaimana seorang penafsir menjalani proses
interpretasi dengan menghadapi lima jenis teks yang berbeda. Di samping itu, rupanya Gracia pun memperhatikan
bagaimana sisi psikologis si penafsir ketika menafsirkan sebuah teks. Perhatiannya tentang hal ini dibuktikan
dengan analisisnya mengenai dilema yang dihadapi oleh para penafsir ketika menafsirkan teks-teks. Sebuah dilema
yang berpangkal dari ketidak pahaman penafsir mengenai fungsi yang dimiliki oleh interpretasi itu sendiri.
kesimpulan
1. Jorge J.E. Gracia adalah Seorang Professor Dalam Bidang Filsafat Di Department Of Philosophy, University At
Buffalo Di New York. Keahlian Gracia dibuktikan juga dengan karya-karya yang cukup banyak dalam bentuk buku,
artikel dalam jurnal dan antologi, maupun artikel seminar.
2. Teori pokok Gracia ada enam yakni 1.Sketsa Pembahasan Teori Teks Dan Tekstualitas 2.Teori Gracia Tentang Teks
3.Teori Tentang Authorship (Kepengarangan Teks) Dan Audeience (Audiens) 4.Teori Makna (Meaning) Dan
Pemahaman (Understanding) 5.Teori-teori Penafsiran (Interpretasition) 6.Signifikasi Hermeneutika Gracia Dalam
Studi Dan Penafsiran Al-Qur’an.
3. Teori penafsiran Gracia masuk ke dalam kategori teori penafsiran yang terfokus pada bagaimana seorang mufasir
mampu melakukan penafsiran (interpretation) yang obyektif dan seimbang Ada tiga komponen penting yang perlu
diperhatikan sebelum melakukan interpretasi : teks yang ditafsirkan (interpretandum); penafsir (interpreter); dan
keterangan tambahan (interpretans).
REFERENSI
arif_budiman_00 arif_budiman_004
4