Anda di halaman 1dari 6

MAKALAH TEORI SASTRA

BAB TEORI DEKONSTRUTIF

Dosen Pengampu : Agnes Apriliani , M.Pd.

Disusun oleh :

Kelompok : 6

Anggota : Agus Lukman Nur Faizzi (88201180002)

Roihana Imoatus S. (88201180019)

Kelas : PBSI A Semester 1

PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA


FAKULTAS KEGURUAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVESITAS MUHADI SETIABUDI
TAHUN AKADEMIK 2018 / 2019
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Sastra ialah suatu bidang ilmu yang mempelajari karya – karya sastra atau
sastra ilmiah, dan apabila kita ringkas (rinc) akan dibagi menjai 3 bagian ;teori
sastra , sejarah sastra dan kritik sastra. Sastra juga mempunyai hukum , struktur,
alat spesifiknya sendiri yang lebih dipelajari dalam dirinya sendiri dari pada
direduksi menjadi hal yang lain. Karya sastra juga bukan suatu kendaraan untuk
ide, refleksi realitas sosial, maupun pengejaantahan dari kebenaran transdental.

Teori sastra sendiri dalam arti sempit adalah studi sistematis mengenai sastra
dan metode unuk menganalisis sastra . Akan tetapi , kata “Teori” sendiri telah
menjadi istilah umum untuk berbagai pendekatan ilmiah untuk membaca suatu
karangan teks.

Teori satra mempunyai beberapa macam teori, salah satunya teori


dekonstruksi. Teori Dekonstruktsi adalah sebuah metode pembacaan teks, dengan
dekonstruksi ditunjukan bahwa dalam setiap teks selalu hadir suatu anggapan
yang dianggap absolut. Padahal , setiap anggapan selalu konstektual ( anggapan
ini tidak mengacu pada makna final). Anggapan tersebut hadir sebagai jejak yang
dapat dirunut pembentukanya dalam sejarah.

Berdasarkan keterangan diatas dapat kita ketahui bahwa teori tersebut


merupakan salah satu teori yang perlu dipelajari lebih lanjut. Oleh karena itu,
pada makalah kali ini kami akan membahas mengenai teori sastra bab teori
dekonstruktif.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Pengertian teori dekonstruktif
2. Pelopor teori dekonstruksi
3. Tokoh penganut faham dekonstruktif

C. TUJUAN PENELITIAN
1. Untuk memahami materi teori dekonstruktif
2. Untuk mengetahui siapa pelopor faham dekonstruktif
3. Untuk mengeahui 2 tokoh besar penganut faham dekonstruktif
BAB II

PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN TEORI DEKONSTRUKTIF

Dekonstruksi adalah sebuah metode pembacaan teks, dengan dekonstruksi


ditunjukan bahwa dalam setiap teks selalu hadir suatu anggapan yang dianggap
absolut. Padahal , setiap anggapan selalu konstektual ( anggapan ini tidak mengacu
pada makna final). Anggapan tersebut hadir sebagai jejak yang dapat dirunut
pembentukanya dalam sejarah. Dekonstruksi sering dipahami secara keliru, misalnya,
hanya sebagai bentuk penghancuran segala yang mapan. Kekeliruan tersebut disebabkan
karena para pembaca tidak atau belum memahami dimensi etis dari dekonstruksi yang
berusaha membuka diri kepada “yang lain”. Hasil akhir dari pembacaan dekonstruksi adalah
teks mendekonstruksi dirinya sendiri.

B. TOKOH FAHAM TEORI DEKONSTRUKTIF


A. Jacques Derrida
Filosof kebangsaan Prancis. Lahir di El Blair , Aljazair pada tahun 1930. Sebagai
seorang keturunan yahudi yang terpelajar, Ia memulai pendidikannya di tanah
kelahirannya. Pada usia 19 thun dia datang ke Paris untuk menjadi mahasiswa di
Ecole normale supereure dan ia juga berkesepatan mengajr disana sebagi asisten
dosen tetap di bidang fisafat.Pada Tahun 1956-1957 ia beljar di Universita
Harvard. Jacques Derrida bergabung dalam kelompok Tel Quel dan menerbitkan
jurnal yang sama dengan nama kelompok tersebut ia juga pernah menjadi seorang
dosen tamu di Yale Univesity dan Univesity of California di Irvine. Ia juga pernah
bergabung dalam Partai Komunis Prancis . Buku yang pertama dia terbitkan
adalah Origin Of Geometry suatu karya panjang mengenai tokoh Edmund Husserl.
Pada paruh waktu berikutnya . dia menerbitkan tiga buku sekaligus diantaranya,
adalah I’ecriture et la difference, De la grammatologie, La voix et le
Phenomologie , Introduction
Sejak tahun 1960-an teori pembacaan teks sastra mengalami pergeseran. Salah satu
tokoh kunci dari fenomena di atas adalah Jacques Derrida. Dalam The Cambridge
Introduction to Jacques Derrida (Hill, 2007:1) dikatakan bahwa hanya sedikit filsuf
seperti Derrida pada abad ke-20 yang secara radikal mentransformasikan pemahaman
kita tentang tulisan, pembacaan, dan teks. Teks-teks Derrida, meski sangat brilian, tidak
mudah dipahami karena kompleksitasnya. Bradley (2008:3), misalnya, menyebutkan
sejumlah hambatan yang mungkin dialami pembaca ketika berhadapan dengan buku
Derrida berjudul Of Grammatology. Pertama, teks tersebut menampilkan sejumlah
pemikiran yang bagi pembaca era modern pun masih terasa sulit dipahami. Di satu sisi
tulisan-tulisan Derrida mengandaikan pembaca memiliki pengetahuan dari sejumlah
tradisi filsafat, seperti Hegel, Nietzche, Husserl, dan Heidegger. Di sisi lain tulisan-
tulisan tersebut juga berkaitan dengan ranah keilmuan yang di Prancis disebut sebagai
‘human science’ (linguistik, psikoanalisis, dan antropologi) dan suatu aliran pemikiran
yang disebut strukturalisme. Kedua, Derrida membicarakan gagasan-gagasan besar yang
abstrak, tetapi cara Derrida membaca teks justru sebaliknya karena dilakukan sangat
detail hingga ke hal-hal kecil. Hal tersebut tentu sangat melelahkan bagi pembaca ketika
gagasan-gagasan abstrak dibicarakan terlalu spesifik.
GAGASAN KUNCI
TAHAP INSTRUKSI YANG DAPAT
DIGUNAKAN
Dekonstruksi  Jika fokusnya oposisi biner, maka hal yang Iterabilitas, Differance,
dilakukan adalah menunjukkan secara sistematis
dan argumentatif relasi hierarkis antara unsur Diseminasi, Suplemen,
dalam oposisi biner tersebut saling atau Tilas
mengontaminasi. Kontaminasi tersebut membuat
relasi hierarkis antara dua unsur tersebut tidak
dapat dipertahankan lagi. Struktur atau logika
yang mapan dalam teks, dengan demikian,
menjadi tidak stabil lagi.
 Jika fokusnya wilayah terselubung, maka
hal yang dilakukan adalah menunjukkan secara
sistematis dan argumentatif “jarak” antara intensi
pengarang dengan apa yang ada dalam teks.
 Jika fokusnya adalah kontradiksi internal
teks, maka yang dilakukan adalah menunjukkan
secara sistematis dan argumentatif inkonsistensi
logika atau pernyataan dalam teks.

Anda mungkin juga menyukai