Herman Didipu
Universitas Negeri Gorontalo
Jalan Jend. Sudirman No.6, Dulalowo Timur, Kota Tengah
Kota Gorontalo, Gorontalo, Indonesia
herdi.ung@gmail.com
Abstrak
Artikel ini bertujuan menguraikan pokok pemikiran konseptual teori naratologi Gérard Genette. Pokok
pemikiran teori naratologi Gérard Genette dituangkan dalam bukunya yang berjudul Narrative
Discourse: An Essay in Method. Genette mengusulkan untuk menggunakan tiga istilah yang berbeda.
Pertama, kata story ‘cerita’ yang menjadi signified ‘petanda’ atau konten narasi. Istilah story ini
sepadan dengan kata histoire (Prancis) dan geschichte (Jerman). Kedua, kata narrative ‘naratif atau
penceritaan’ sebagai signifier atau penanda, pernyataan, wacana atau sebagai teks naratif itu sendiri.
Istilah narrative sejajar dengan kata récit (Prancis) dan discourse (Inggris). Ketiga, istilah narrating
‘menceritakan‘sebagai aksi atau tindakan memproduksi naratif, atau dalam pengertian yang lebih luas,
sebagai keseluruhan situasi nyata atau fiksi di mana aksi terjadi. Genette mengemukakan tiga kategori
struktur naratif sebagai dasar pemikirannya, yaitu tense, mood, dan voice. Dalam pembahasan bukunya,
selanjutnya Genette membagi unsur tense menjadi tiga bagian, yaitu order, duration, dan frequency.
Dengan demikian, pokok bahasan struktur naratif/penceritaan Gérard Genette terdiri atas lima kategori
utama, yaitu (1) urutan naratif (order), (2) durasi naratif (duration), (3) frekuensi naratif (frequency),
(4) modus naratif (mood), dan (5) suara naratif (voice).
Kata kunci: naratologi, Gérard Genette, urutan, durasi, frekuensi, modus, suara naratif
Abstract
This article aims to describe the main conceptual thinking of the narratology theory of Gerard
Genette. The main idea of the Gérard Genette narratology theory is outlined in his book entitled
Narrative Discourse: An Essay in Method. Genette proposed to use three different terms. First, said
the 'story' which became signified or narrative content. The term story is commensurate with the
words histoire (French) and geschichte (Germany). Second, the narrative word as a signifier,
statement, discourse or narrative text itself. The term narrative is parallel to the word récit (French)
and discourse (English). Third, the term narrating as an action or action to produce a narrative, or in
a broader sense, as a whole real situation or fiction where the action takes place. Genette presents
three categories of narrative structure as the basis for thinking, namely tense, mood, and voice. In the
discussion of his book, Genette then divides tense elements into three parts, namely order, duration,
and frequency. Thus, the subject matter of the Gérard Genette narrative structure consists of five main
categories, namely (1) order, (2) duration, (3) frequency, (4) mood, and (5) voice.
Keywords: narratology, Gérard Genette, order, duration, frequency, mood, voice
163
Telaga Bahasa Vol. 7, No. 2, Desember 2019: 163--172
164
Herman Didipu: Teori Naratologi Gérard Genette (Tinjauan Konseptual)
sebuah teks terdapat urutan waktu, teks mereka tidak perlu secara eksplisit
tersebut merupakan naratif. Sebagai direpresentasikan. Kalimat tersebut
contoh, kalimat “John sangat kaya maka ia menunjukkan perubahan keadaan tersirat,
mulai berjudi dan ia menjadi sangat melalui representasi dua keadaan yang
miskin”, merupakan naratif karena di saling kontras.
dalamnya ada urutan waktu. Kalimat “Ada Currie (2010: 1) menyatakan
perkelahian kemarin” maupun “Ini adalah bahwa naratif adalah produk perantara,
perjalanan yang indah” bukanlah yang dijadikan sebagai sarana komunikasi
merupakan naratif karena keduanya tidak cerita seseorang kepada orang lain. Naratif
merepresentasikan rangkaian peristiwa, tidak lain merupakan artefak
namun hanya sebagai salah satu peristiwa. representasional yaitu sesuatu yang dibuat
Abbot (2002: 12) berpendapat untuk menceritakan sebuah kisah, dengan
bahwa naratif adalah representasi dari cara merepresentasikan peristiwa cerita
sebuah peristiwa atau rangkaian dari dan tokoh-tokoh. Naratif menceritakan
peristiwa. Abbot lebih menekankan konsep berbagai hal dengan menyediakan
“peristiwa” (event) sebagai kata kunci representasi orang dan tindakan, benda dan
dalam sebuah naratif. Sebagian pakar kejadian. Walaupun terkadang yang
menggunakan kata “tindakan” (action). disajikan dalam naratif bukanlah sebuah
Tanpa suatu peristiwa atau tindakan, itu kebenaran, misalnya naratif fiksi, namun
mungkin hanya sebuah "deskripsi," kita bisa memahami dan menerima bahwa
"eksposisi," "argumen," "lirik," atau yang isi cerita dalam naratif merupakan
lainnya. Misalnya, kalimat "Anjing saya representasi dari kebenaran.
berkutu" hanyalah merupakan deskripsi Pandangan lain tentang naratif
tentang anjing saya, dan bukan merupakan seperti dikemukakan oleh Altman.
naratif karena tidak ada yang terjadi. Menurut Altman (2008:10-15), terdapat
Berbeda dengan kalimat "Anjing saya dua ciri utama dalam sebuah naratif yaitu
digigit kutu" yang merupakan naratif, tindakan (action) dan karakter (character).
karena di dalamnya menceritakan suatu Narasi memerlukan tindakan. Sebuah
peristiwa. Peristiwanya mungkin sangat telepon, mobil, dan detektif tidak
kecil --gigitan kutu--, tetapi itu cukup menghasilkan narasi sampai mereka
untuk membuat kalimat itu menjadi sebuah digerakkan oleh serangkaian tindakan:
naratif. telepon berdering, detektif menjawab,
Schmid (2010: 2) berpandangan kemudian melompat di dalam mobil.
bahwa naratif mengacu pada representasi Narasi membutuhkan hadirnya karakter.
yang di dalamnya terdapat perubahan Karakter merujuk pada tokoh/aktor dan
keadaan (atau situasi). Berbeda dengan juga sifat dari tokoh tersebut. Eksistensi
para pakar sebelumnya, Schmid lebih naratif tergantung pada kehadiran secara
menekankan konsep perubahan keadaan bersama-sama dan terkoordinasi antara
(change of state) sebagai indikator utama tindakan (action) dan karakter (character).
sebuah naratif. Keadaan yang dimaksud Berdasarkan pandangan beberapa
adalah seperangkat sifat yang berkaitan pakar di atas, dapat ditarik beberapa
dengan sesuatu yang diwakili atau situasi karakteristik tentang naratif (narrative).
eksternal pada titik tertentu dalam waktu. Pertama, naratif merupakan representasi
Kita dapat membedakan keadaan internal peristiwa fakta atau fiktif dalam bentuk
dan eksternal atas dasar apakah sifat yang cerita. Kedua, peristiwa itu harus dibangun
diwakili terkait dengan kehidupan batin dalam urutan waktu. Ketiga, naratif harus
dari yang diwakili atau unsur-unsur situasi menampakkan perubahan baik secara
eksternal. Sebagai contoh, kalimat "Raja implisit maupun eksplisit. Keempat, naratif
meninggal dan kemudian ratu meninggal" merupakan sarana komunikasi. Kelima,
merupakan naratif. Perubahan keadaan naratif memerlukan kehadiran
165
Telaga Bahasa Vol. 7, No. 2, Desember 2019: 163--172
166
Herman Didipu: Teori Naratologi Gérard Genette (Tinjauan Konseptual)
167
Telaga Bahasa Vol. 7, No. 2, Desember 2019: 163--172
168
Herman Didipu: Teori Naratologi Gérard Genette (Tinjauan Konseptual)
169
Telaga Bahasa Vol. 7, No. 2, Desember 2019: 163--172
170
Herman Didipu: Teori Naratologi Gérard Genette (Tinjauan Konseptual)
DAFTAR PUSTAKA
171