Anda di halaman 1dari 9

A.

Pengertian Naratologi

Naratologi (narratology) merupakan istilah lain untuk menyebutkan teori


naratif (narrative theory). Konsep teori naratologi cukup beragam sesuai sudut
pandang setiap pakar. Namun pada bagian ini hanya akan dibahas konsep teori
naratologi yang dikemukakan oleh Gerard Genette. Menurut Genette melihat
konstruksi naratif (dalam bahasa prancis disebut recit) atas tiga makna. Genette
(1980:27) mengusulkan menggunakan tiga istilah yang berbeda. Pertama, kata
story ‘cerita’ yang menjadi signified ‘petanda’ atau konten narasi. Istilah story ini
sepadan dengan kata histoire (prancis) dan geschicte (jerman). Kedua, kata
narrative ‘naratif’ atau penceritaan sebagai signifier atau penanda, pernyataan,
wacana atau sebagai teks naratif itu sendiri. Istilah narrative sejajar dengan kata
recit (prancis) dan discourse (inggris). Ketiga, istilah narrating ‘menceritakan’
sebagai aksi atau tindakan memproduksi naratif, atau dalam pengertian yang lebih
luas, sebagai keseluruhan situasi nyata atau fiksi di mana aksi terjadi. Dari ketiga
makna naratif tersebut, yang menjadi pokok kajian Genette adalah pada makna
kedua, yaitu pada tingkat wacana naratif (narrative discourse). Tingkat wacana
naratif menjadi pokok kajian Genette karena mempunyai cakupan yang lebih luas
sebagai analisis tekstual (textual analysis) sehingga tepat dijadikan sebagai alat
untuk mengkaji naratif sastra, khususnya naratif fiksi.

Berdasarkan tiga tingkatan naratif tersebut, Genette (1980)


mengemukakan tiga kategori struktur naratif sebagai dasar pemikirannya, yaitu
tense, mood, dan voice. Dalam pembahasan bukunya, selanjutnya Genette
membagi unsur tense menjadi tiga bagian, yaitu order, duration, dan frequency.
Dengan demikian, pokok bahasan struktur naratif/penceritaan Gerard Genette
(1980) terdiri atas lima kategori utama, yaitu (1) urutan naratif (order), (2) durasi
(duration), (3) frekuensi naratif (frequency), (4) modus naratif (mood), dan (5)
suara naratif (voice). Urutan naratif (order) mengacu pada hubungan antara urutan
kejadian dalam cerita dan pengaturannya dalam cerita. Durasi naratif (duration)
mengamabarkan perbedaan antara waktu yang sebenarnya dari suatu peristiwa
(story time) dan waktu yang dibutuhkan narrator untuk menceritkan peristiwa
tersebut (narrative time). Frekuensi naratif (frequency) berhubungan dengan
keseringan sebuah peristiwa terjadi dalam cerita dan seberapa sering peristiwa
tersebut disebutkan dalam cerita. Modus naratif (mood) yang memfokuskan pada
konsep ‘jarak’ (distance) dan ‘persfektif’ (perspertive) atau fokalisasi
(focalization). Sementara suara naratif (voice) berhubungan dengan siapa yang
bercerita, dan dari mana ia bercerita. Masing-masing struktur tersebut memiliki
bagian-bagian yang menjadi bahan analisis dalam sebuah wacana naratif.

B. Struktur Naratif

1. Urutan Naratif (order) terbagi atas beberapa macam yaitu. Akroni dan anakroni.
Anakroni terbagi atas dua jenis yaitu prolepsis dan analepsis.

2. Durasi Naratif (duration) terbagai atas beberapa macam yaitu. Jeda, adegan,
ringkasan dan elipsis.

3. Frekuensi Naratif (frequency) terbagi atas beberapa macam yaitu. Tunggal,


anaforis, pengulangan, dan iteratif.

4. Modus Naratif (mood) terbagi atas fokalisasi. Fokalisasi terbagi atas tiga bagian
yaitu. Fokalisasi nol, fokalisasi internal, dan fokalisasi eksternal.

5. Suara Naratif (voice) terbagai atas tiga bagian yaitu. (a) waktu menceritakan.
Waktu menceritakan terbagai atas empat bagian yaitu masa lampau, prediktif,
masa kini, dan gabungan. (b) person. Person terbagi atas dua bagian yaitu
heterodiegetik dan homodiegetik. (c) tingatan naratif. Tingkatan naratif terbagi
atas empat bagian yaitu intradiegetik, ekstradiegetik, hipodiegetik, dan
metadiegetik.

C.Teknik Kajian Naratologi

Pada prinsipnya, semua karya sastra yang berbentuk naratif dapat dikaji
atau dianalisis dengan menggunakan teori naratologi. Setelah menetapkan karya
yang menjadi objek material, membacanya secara utuh, selanjutnya dianalisis.
Untuk kepentingan analisis data, Didipu (2017:87) menyarankan dua tahap
analisis data dengan teoari Genette, yaitu analisis persial dan analisis integral.
Analisis persial dilakukan dengan mengidentifikasi setiap unsure naratif secara
terpisah yang terdiri atas urutan naratif (order), durasi naratif (duration), frekuensi
naratif (frequency) modus naratif (mood), dan suara naratif (voice). Setelah
analisis persial pada masing-masing unsure, analisis diarahkan pada keterjalinan
unsure-unsur naratif tersebut secara integral. Analisis integral ini di maksudkan
untuk mendapatkan makna keseluruhan dari struktur naratif novel etnografis.

D. Pengkajian Naratologi Pada Fabel

Pengkajian pada cerita fabel jerapah si leher panjang menggunakan teori Gerard
Genette.

1. order

Urutan naratif (order) mengacu pada hubungan antara urutan kejadian dalam
cerita dan pengaturannya dalam cerita

Tahap penceritaan fabel jerapah si leher panjang di mulai pada tahap pengenalan
tokoh. Pertama cerita dalam fabel jerapah si leher panjang, dibuka dengan
penyebutan tokoh-tokoh yang terdapat dalam cerita. Disebutkan ada seluruh
hewan yang hidup bersama-sama dalam hutan. Tokoh yang dikenalkan lebih
lanjut adalah monyet, kuda putih, dan jerapah. Monyet dan kuda putih dikenalkan
sebagai dua sahabat yang saling melengkapi, jerapah dikenalkan sebagai tokoh
yang baik hati dan juga ingin bersahabat dengan monyet dan kuda. Jerapah juga di
perkenalkan suka membantu penghuni hutan dan membutuhkan kelebihannya
memiliki leher yang panjang. Selanjutnya tahap penceritaan beralih ke
pemunculan masalah. Masalah mulai muncul ketika hutan tempat tinggal para
harimau sudah mulai rusak akibat pembukaan lahan untuk kepentingan industry.
Para harimau ha rus berpindah hutan untuk bertahan hidup. Tempat pindah paling
memungkinkan untuk di tempati jerapah dan kawan-kawannya. Selanjutnya tahap
penceritaan beralih ke masalah mulai meninggi. Masalah mulai meninggi ketika
harimau dan kawan-kawannya masuk ke hutan dan dihuni oleh jerapah dan
kawan-kawan. Harimau mulai bertindak semena-mena dan berencana menghabisi
siapa saja yang mengahalangi tujuannya. Selanjutnya tahap penceritaan beralih ke
puncak masalah. Puncak masalah dimulai pada saat ketika harimau sebagai raja
hutan yang baru bertindak semena-mena dan menjadikan seluruh penghuni hutan
sebagai pekerja dan budak bahkan tidak sedikit penghuni hutan yang dikurung dan
di siksa karena menentang perintah harimau. Selanjutnya tahap penceritaan
beralih ke penyelesaian masalah. Masalah mulai mereda ketika jerapah mampu
menology putra raja harimau yang terjebak di dalam lubang pasukan raja harimau
tidak mampu menology putra mahkota. Selanjutnya tahap penceritaan berakhir.
Akhir ceritanya, jerapah yang mampu menology anak raja harimau meminta
kepada raja untuk membebaskan teman-temannya. Jerapah kasihan kepada teman-
temannya yang tersiksa dan terkurung. Raja harimau juga sadar. Dia kemudia
menjadi raja yang baik dan bersahabat dengan seluruh penghui hutan.

2. Durasi narasi (duration)

Gerard Genette membagi durasi atas beberapa bagian yang pertama jeda, adegan,
ringkasan, dan ellipsis.

a. adegan pada fabel jerapah si leher panjang adalah sebagai berikut.

Dari balik pepohanan muncul seekor jerapah. Mereka menyebutnya si


panjang leher karena jerapah memang memiliki leher yang panjang hingga
mampu mencapai puncak pohon mangga tua di hutan itu. Jika ada kesulitan yang
dihadapi oleh hewan-hewan yang ada di hutan yang berurusan dengan ketinggian,
dia akan senang hati membantunya. Ternyata si jerapah hendak bermaksud
bergabung dengan si kuda dan si monyet jjuga. Mereka sering menghabiskan
waktu untuk bercakap-cakap dan menyaksikan tingkah lucu yang sering di buat
monyet untuk menghibur temannya.

Semua tampak indah dan bersahabat. Sampai pada suatu ketika keluarga
harimau berpindah ke hutan itu dan membawa bencana bagi kehidupan hutan.
Harimau-harimau itu mengetahui bahwa hutan tersebut menghasilkan banyak
makan dan hutan tersebut bisa dijadikan tempat yang nyaman untuk di tinggali
karena bebas dari polusi. Hutan yang mereka tempati dulu telah rusak oleh
manusia untuk membuka lahan industri. “mari kita bergegas ke sana dan temukan
tempat yang nyaman untuk di huni. Bila perlu habisi mereka yang mencoba
menghalangi langkah kita. Kita adalah binatang yang terkuat di hutan manapun
GRR..” kata si raja hutan dengan buasnya.

Sesampainya mereka disana, semua mahluk disana takut dan gemetar


melihat segerombolan harimau buas itu yang memiliki badan yang besar,
taringnya panjang yang tajam dan cakarnya terlihat sangat mengerikan. Semakin
hari mereka semakin menjadi-jadi. Mereka menguasai seluruh hutan termasuk
hewan-hewan yang ada dihutan. Semua hewan dijadikan pekerja untuk
mengumpulkan maknan dan melayani harimau-harimau tersebut. Bagi binatang
yang melawan akan di tawan dan di sengsara. Si monyet salah-satunya. Ia harus di
kurung karena melawan perintah si harimau ia di siksa oleh harimau-harimau itu.

b. ringkasan fabel jerapah si leher panjang

pada awalnya kehidupan di hutan ini baik adanya. Semua sangat


bersahabat dekat baik dengan jerapah, kuda, burung, tikus, monyet, tupai, kelinci
ayam dan penghuni hutan lainnya. Baik besar maupun kecil baik sejenis maupun
yang tidak, baik yang buruk rupaa dan yang tidak, semuanya berteman tanpa
terkecuali. Mereka saling membantu, Saling menolog dan saling berbagai mereka
lebih mengutamakan kebersamaan dan persudaraan di banding harus menunjukan
kesombongan terhadap apa yang mereka miliki.

Dari balik pepohanan muncul seekor jerapah. Mereka menyebutnya si


panjang leher karena jerapah memang memiliki leher yang panjang hingga
mampu mencapai puncak pohon mangga tua di hutan itu. Jika ada kesulitan yang
dihadapi oleh hewan-hewan yang ada di hutan yang berurusan dengan ketinggian,
dia akan senang hati membantunya. Ternyata si jerapah hendak bermaksud
bergabung dengan si kuda dan si monyet jjuga. Mereka sering menghabiskan
waktu untuk bercakap-cakap dan menyaksikan tingkah lucu yang sering di buat
monyet untuk menghibur temannya.

Semua tampak indah dan bersahabat. Sampai pada suatu ketika keluarga
harimau berpindah ke hutan itu dan membawa bencana bagi kehidupan hutan.
Harimau-harimau itu mengetahui bahwa hutan tersebut menghasilkan banyak
makan dan hutan tersebut bisa dijadikan tempat yang nyaman untuk di tinggali
karena bebas dari polusi. Hutan yang mereka tempati dulu telah rusak oleh
manusia untuk membuka lahan industri. “mari kita bergegas ke sana dan temukan
tempat yang nyaman untuk di huni. Bila perlu habisi mereka yang mencoba
menghalangi langkah kita. Kita adalah binatang yang terkuat di hutan manapun
GRR..” kata si raja hutan dengan buasnya.

Sesampainya mereka disana, semua mahluk disana takut dan gemetar


melihat segerombolan harimau buas itu yang memiliki badan yang besar,
taringnya panjang yang tajam dan cakarnya terlihat sangat mengerikan. Semakin
hari mereka semakin menjadi-jadi. Mereka menguasai seluruh hutan termasuk
hewan-hewan yang ada dihutan. Semua hewan dijadikan pekerja untuk
mengumpulkan maknan dan melayani harimau-harimau tersebut. Bagi binatang
yang melawan akan di tawan dan di sengsara. Si monyet salah-satunya. Ia harus di
kurung karena melawan perintah si harimau ia di siksa oleh harimau-harimau itu.

Suatu ketika anak si raja hutan itu berjalan-jalan disekitar hutan. Cuaca
saat itu sangat cerah. Ia menginjak lubang dan membawanya terguling-guling ke
bawah jurang. Ia berteriak minta bantuan dari siapa saja yang mendengar
teriakannya. “tolong…!!! Tolong…!!!! Tolong…!!! Aku…!!! Teriak anak hutan
itu dengan lemah. Lalu munculah seekor harimau lainnya untuk menolognya
namun apalah daya tangan tak sampai. Ia tak bisa membantunya dengan tangan
sendiri. Ia bergegas ke istana raja hutan untuk member tahu kabar buruk itu.
Segera setelah si raja hutan mendengar kabar itu ia langsung berlari sekencang-
kencangnya tak tega memikirkan apa yang sedang di alami anak tunggalnya.
Namun begitu sampai disana tampak jerapah bersama anaknya. Ternyata si
jerapah yang menolognya dari jurang tersebut dengan leher yang panjang.
Mendengar hal itu, si raja hutan lalu menyadarinya dan berterimakasih
kepadanya. Sebagai hadiah si raja hutan memberikan satu permintaan yang akan
di kabulkannya. Apa saja yang ia minta setelah berfikir matang-matang si jerapah
akhirnya mengungkapkan permintaannya. “aku ingin engkau lepaskan sahabat-
sahabatku yang engkau tawan. Aku tak tega melihat mereka tersiksa. “kata si
jerapah.”

Si raja hutan tertunduk malu terhadap sikapnya selamanya ini. Ia


menyadari bahwa persahabatan itu lebih penting dari pada menjadi seorang yang
ditakuti. Ia melepaskan semua hewan yang ia kurung dan meminta maaf kepada
semua binatang-binatang yang ada di hutan. Kini mereka semua telah berdamai.
Tak ada lagi raja yang angkuh, raja yang jahat, tak ada lagi tawanan, juga tak ada
lagi penyiksaan. Semua kembali seperti semula bahkan lebih indah dari
sebumnya.

3. Frekuensi Naratif (frequency)

Menurut Gerard Genette frekuensi naratif adalah berhubungan dengan keseringan


sebuah peristiwa terjadi dalam cerita dan seberapa sering peristwa tersebut
disebutkan dalam cerita. Frekuensi naratif dalam fabel jerapah si leher panjang
adalah sebagai betikut.

a. Pada awal tahap penceritaan. “pada awalnya kehidupan di hutan ini baik
adanya. Semua sangat bersahabat dekat baik dengan jerapah, kuda, burung, tikus,
monyet, tupai, kelinci ayam dan penghuni hutan lainnya. Baik besar maupun kecil
baik sejenis maupun yang tidak, baik yang buruk rupa dan yang tidak, semuanya
berteman tanpa terkecuali. Mereka saling membantu, Saling menolog dan saling
berbagai mereka lebih mengutamakan kebersamaan dan persudaraan di banding
harus menunjukan kesombongan terhadap apa yang mereka miliki. “

Tahap pengulangan cerita. “Si raja hutan tertunduk malu terhadap


sikapnya selamanya ini. Ia menyadari bahwa persahabatan itu lebih penting dari
pada menjadi seorang yang ditakuti. Ia melepaskan semua hewan yang ia kurung
dan meminta maaf kepada semua binatang-binatang yang ada di hutan. Kini
mereka semua telah berdamai. Tak ada lagi raja yang angkuh, raja yang jahat, tak
ada lagi tawanan, juga tak ada lagi penyiksaan. Semua kembali seperti semula
bahkan lebih indah dari sebumnya.”

b. pada awal tahap penceritaan. “Semua tampak indah dan bersahabat. Sampai
pada suatu ketika keluarga harimau berpindah ke hutan itu dan membawa bencana
bagi kehidupan hutan. Harimau-harimau itu mengetahui bahwa hutan tersebut
menghasilkan banyak makan dan hutan tersebut bisa dijadikan tempat yang
nyaman untuk di tinggali karena bebas dari polusi. Hutan yang mereka tempati
dulu telah rusak oleh manusia untuk membuka lahan industri. “mari kita bergegas
ke sana dan temukan tempat yang nyaman untuk di huni. Bila perlu habisi mereka
yang mencoba menghalangi langkah kita. Kita adalah binatang yang terkuat di
hutan manapun GRR..” kata si raja hutan dengan buasnya.”

Tahap pengulangan cerita. “Sesampainya mereka disana, semua mahluk


disana takut dan gemetar melihat segerombolan harimau buas itu yang memiliki
badan yang besar, taringnya panjang yang tajam dan cakarnya terlihat sangat
mengerikan. Semakin hari mereka semakin menjadi-jadi. Mereka menguasai
seluruh hutan termasuk hewan-hewan yang ada dihutan. Semua hewan dijadikan
pekerja untuk mengumpulkan maknan dan melayani harimau-harimau tersebut.
Bagi binatang yang melawan akan di tawan dan di sengsara. Si monyet salah-
satunya. Ia harus di kurung karena melawan perintah si harimau ia di siksa oleh
harimau-harimau itu.”

4. Modus Naratif (mood)

a. fokalisasi internal

fokalisasi internal adalah fokalisasi dengan pemandang berada di dalam


pengisahan atau pemandang adalah salah-satu tokoh yang di dalam pengisahan
tersebut. Pembukutian mereka sering memakai kata “mereka” atau menjadi istilah
ganti penyebut tokoh. Kutipan: “mereka menyebutnya si leher panjang. Karena
jerapah mempunyai leher yang panjang.

5. Suara Naratif (voice)

a. waktu menceritakan adalah pada masa kini. Hal ini dibuktikan karena fabel
jerapah si leher panjang adalah fabel modern.

Anda mungkin juga menyukai