Anda di halaman 1dari 8

UJI KETERBACAAN CERITA ANAK

Judul : Kucing dan Tikus

Core Value : peduli

Nilai Pengiring : Pantang menyerah, Gigih, empati

Indikator peduli : 1. Rela berkorban demi kebaikkan bersama.

2. berjuanglah untuk mencapai tujuan yang diinginkan

3. ikhlas dalam membantu

Ada sebuah pulau kecil, jauh di tengah hutan belantara. Pulau itu dihuni oleh Kucing dan
Tikus. Mereka tinggal di pulau itu sudah lama sekali. Kucing dan tikus bersahabat erat sekali.
Mereka tidak pernah bertengkar dan tidak pernah ribut. Siapa pun yang dapat rezeki mereka
membaginya dengan adil.

Kucing memanggil Tikus dengan sebutan Rai (adik), sedangkan Tikus memanggil Kucing
dengan sebutan Akang (kakak). Kucing dan tikus saling menyayangi, mereka tidak pernah
berpisah, susah senang ditanggung bersama. Mereka saling melindungi.

Mereka bersedih karena makanan makin lama makin berkurang. Selain itu, mereka
mendengar kabar akan datang bahaya menimpa pulau itu. Kucing sangat bingung. Ia
bermaksud ingin bertani dan berkebun, hanya susah untuk mendapat bibitnya.

“Rai, cepat ke sini. Akang punya pikiran, mana tahu pikiran kita

sama.” “Ada apa, Kang?”

“Kita jangan diam saja. Makanan kita hampir habis. Akang punya niat ingin berkebun, tapi
tidak punya bibitnya. Sekarang, Akang minta tolong supaya Rai mencari bibit yang bisa
ditanam di pulau ini, terutama bibit hanjeli, bibit terigu, dan bibit jagung.

“Mmm…jika itu kehendak Akang, saya menurut saja. Namun, Rai bingung, di pulau ini tidak
ada petani seorang pun. Ke mana Rai harus mencarinya?”
“Ya… itu masalahnya. Rai harus menyeberangi lautan yang luas dan dalam. Tidak ada rakit
dan tidak ada perahu,” kata Kucing. “Akang tadi malam mimpi ketemu Kelinci dan Babi
Hutan, mereka sudah jadi saudagar. Katanya, di tempat tinggal mereka, tanaman subur-subur
dan banyak makanan. Kelinci berjanji mau memberi bibit tanaman yang kita perlukan. Selain
itu, Babi Hutan memberi tahu di pantai ada pohon dadap kering yang bisa digunakan sebagai
perahu, tetapi sayang karena batang dadap itu pendek dan kecil, hanya cocok untuk
tubuhmu.”

Demi persahabatan dan persediaan makanan yang hampir habis, Tikus berangkat mengarungi
lautan luas dengan menggunakan sepotong kayu dadap berduri. Suatu hari sampailah Tikus di
tepi pantai. Ia segera turun, kemudian menyimpan kayunya di suatu tempat yang
tersembunyi. Tikus menuju rumah saudagar Kelinci. Sesampainya di tempat Kelinci, Tikus
disambut dengan baik oleh saudagar Kelinci.

“Saya disuruh oleh saudara saya, sang Kucing, untuk meminta bibit tanaman. Mudah-
mudahan saudagar Kelinci sudi mengabulkan keinginan saudara saya itu. “

Melihat perjuangan Tikus yang sangat berat, mengarungi lautan luas hanya dengan sebatang
pohon dadap, muncul rasa kasihan saudagar Kelinci.

“Maksud kedatanganmu, saya sudah tahu. Tikus, bibit apa pun di sini ada. Mau bawa
seberapa pun boleh. Tapi saya kasihan sama kamu sebab kamu hanya menggunakan sebatang
pohon kayu. Saya takut kamu sudah bawa banyak, berat, malah kamu tenggelam.”

“Tuan, saya hanya akan membawa bibit semampu saya saja. Saya tahu perjalanan saya sangat
berat.”

“Mmm… bolehlah, kalau begitu.”

Akhirnya, Tikus berpamitan kepada saudagar Kelinci. Ia membawa bibit padi sedikit dan biji
jagung dua biji. Bibit itu dimasukkan ke mulutnya, kemudian dijaga oleh lidahnya supaya
tidak jatuh.

Dalam perjalanan pulang, tikus berjuang sekuat tenaga supaya bibit-bibit tanaman itu tidak
jatuh. Ia bertahan saat dihempas gelombang besar dan perahunya hampir saja karam. Bahkan,
saat dirinya merasa haus dan lapar, ia tetap saja mengatupkan mulutnya. Tikus itu sampai
juga ke rumah sahabatnya. Melihat kedatangan Tikus, dengan tergopoh-gopoh Kucing
menyambutnya.
“Akang sangat senang Rai berhasil menjalankan tugas dengan baik. Sekarang Rai istirahat,
biar Akang yang memilah-milah bibi-tbibit tanaman ini. Besok kita tanam bersama-sama.”

“Baik Kang.”

Tikus pun segera istirahat. Keesokan hari kedua sahabat itu menanam bibit-bibit tanaman.
Mereka memiliki harapan supaya bibit-bibit itu tumbuh subur dan mereka memiliki
persediaan makanan yang banyak.

Jumlah Kalimat = 7.8

Jumlah Suku Kata = 223*0,6 =133,8

Jumlah Kata yang lebih dari 6 huruf = 20

RAYGOR GRAPH

1. Pilih 100 kata di awal/tengah/akhir


2. Jumlah kalimat dari 100 kata tersebut
3. Menghitung kata-kata yang terdiri dari > 6 huruf
4. Masukkan ke dalam grafik Raygor
Berdasarkan grafik Raygor, cerita yang berjudul “Kucing dan Tikus” cocok untuk
siswa kelas 4

FRY GRAPH

1. Pilih 100 kata di awal/tengah/akhir


2. Jumlah kalimat dari 100 kata tersebut
3. Menghitung kata-kata yang terdiri dari > 6 huruf
4. Masukkan ke dalam grafik Raygor

Uji keterbacaan Cerita untuk anak usia 11 tahun

A. Aspek sosiologis
 Aspek sosial
Aspek sosial adalah segala sesuatu yang berkaitan dengan manusia dan
lingkungannya, serta hubungan antarmanusia yang terjadi dalam kehidupan
bermasyarakat. Berikut ini dipaparkan salah satu contoh analisis aspek sosial
pada cerpen berjudul kucing dan tikus.
Kucing dan tikus bersahabat erat sekali. Mereka tidak pernah bertengkar dan
tidak pernah ribut. Siapapun yang dapat rezeki mereka membaginya dengan
adil. Kucing dan tikus saling menyayangi, mereka tidak pernah berpisah,
susah senang ditanggung bersama, mereka saling melindungi.
Dari penggalan cerita di atas, dapat kita ketahui bahwa terjadi interaksi sosial
antara kucing dan tikus. Mereka berdua saling melindungi satu sama lain dan
saling membantu ketika ada salah satu dari mereka sedang kesusahan.
 Aspek moral
Moral adalah norma etika di dalam kehidupan masyarakat (Wiyatmi,
2009:109). Berikut ini dipaparkan salah satu contoh analisis aspek moral pada
cerpen berjudul tupai dan sang ibu.
Aspek moral yang terdapat pada cerita ini adalah tokoh tikus yang rela
berkorban untuk mendapatkan bibit makanan agar mereka tidak kelaparan.
B. Aspek Fisiologi dan Emosional
 Aspek psikologi
Aspek psikologi merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari proses
perubahan sosial, baik yang menyangkut individu, kelompok, organisasi
maupun masyarakat. Aspek psikologi yang dipaparkan oleh Leonard W. Doob
merupakan sebagian kecil yang dapat dikemukakan dalam pengembangan
perubahan yang direncanakan.
Tokoh tikus di dalam cerita ini adalah tokoh utama. Tikus memiliki sifat yang
sangat baik kepada sesamanya. Ia rela berkorban demi membantu sesamanya
agar terhindar dari kelaparan dan kekurangan makanab. Tikus ini memiliki
sifat pantang menyerah.
 Aspek emosional
C. Unsur Intrinsik
 Tema
Tema atau pokok pikiran merupakan dasar cerita yang dipercakapkan, dipakai
sebagai dasar mengarang, menggubah sajak, dan lain sebagainya. Istilah tema
sering kali digunakan dalam tulisan maupun webinar.
Sumardjo (dalam Rampan, 2009:3) menyatakan bahwa tema merupakan ide
dalam sebuah cerita. Tema merupakan bagian yang sangat penting dalam suatu
cerita karena tema sangat menentukan berkembangnya suatu cerita. Tema juga
merupakan salah satu unsur intrinsik yang tidak dapat dipisahkan dari karya sastra.
Tema pada cerpen yang berjudul tikus dan kucing ini bertemakan sosial karena
menceritakan kehidupan bersosial seperti membantu sesama dan saling
menyayangi satu sama lain.
 Tokoh
Menurut Aminuddin (dalam Milawasri, 2017: 89) tokoh merupakan pelaku
yang membawakan peristiwa dalam cerita fiksi sehingga peristiwa itu mampu
menjalin suatu cerita secara utuh, peran penting terdapat pada fungsi tokoh yang
memainkan suatu peran tersebut dapat dipahami oleh pembaca.
Tokoh di dalam cerita ini adalah rai, akang, saudagar kelinci, dan babi hutan
 Penokohan
Lajos Egri mengatakan, adanya tiga dimensi dalam perwatakan tokoh sebagai
struktur pokoknya, yaitu fisiologis, sosiologis, dan psikologis (dalam Sukada,
1987:62). Selanjutnya menurut Sudjiman, tokoh dibagi atas tokoh utama, tokoh
sekunder, dan tokoh komplementer. Pembagian tokoh tersebut dapat dilihat dari
segi peranan dan keterlibatan tokoh dalam cerita (dalam Siswanto, 2013:129).
Berdasarkan pendapat di atas, dalam menganalisis tokoh cerpen tikus dan kucing
dibagi menjadi tiga, yaitu: tokoh utama adalah tupai; tokoh sekunder adalah sang
ibu dan kelinci; serta tokoh komplementer adalah pemburu dan ayah. Kemudian,
penokohannya dapat dianalisis melalui dimensi fisiologis, sosiologis, dan
psikologis.
Penokohan tokoh dalam cerita ini terbagi menjadi tiga karakter yaitu, Tokoh
tikus, kucing dan saudagar kelinci pada cerita ini bersifat protagonis. Tidak ada
tokoh yang memiliki sifat antagonis dan tokoh babi hutan memiliki sifat tritagonis.
 Alur
Alur (plot) merupakan pola pengembangan cerita yang terbentuk oleh
hubungan sebab akibat ataupun bersifat kronologis (kejadian/peristiwa). Pola
pengembangan cerita suatu cerpen beragam. Pola-pola pengembangan cerita harus
menarik, mudah di pahami, dan logis (masuk akal), (Suherli, 2017:119-120).
Alur pada cerita ini adalah alur mundur karena mencerita masa lalu atau masa
lampau yang ditandai dengan kata pada zaman dahulu.
 Latar
Menurut Abrams (Nurgiyantoro, 2010:216) latar atau setting yang disebut juga
sebagai landas tumpu, menyaran pada pengertian tempat, hubungan waktu, dan
lingkungan sosial tempat terjadinya peristiwa-peristiwa yang diceritakan.
Latar yang terdapat di dalam cerita ini adalah sebagai berikut:
Latar waktu :siang hari
Latar tempat :hutan belantara, lautan
Latar suasana : sedih, bahagia,menegangkan
 Sudut pandang
Menurut Aminudin, sudut pandang adalah cara seorang pengarang
menampilkan para tokoh atau pelaku dalam dongeng yang disampaikan atau bisa
dipaparkan.
Sudut pandang yang terdapat di dalam cerita adalah sebagai berikut:
Sudut pandang orang pertama seperti saya
Sudut pandang orang kedua seperti
Sudut pandang orang ketiga seperti rai, akang
 Amanat
Menurut Siswanti (2008:161-162) menyatakan bahwa “Amanat ialah gagasan
yang mendasari karya sastra, pesan yang ingin disampaikan pengarang kepada
pembaca dan pendengar, didalam karya sastra modern, amanat ini biasanya tersirat
di dalam karya sastra lama pada umumnya amanat tersura.
Amanat yang terdapat pada cerita ini adalah kita tidak boleh menyerah dengan
keadaan yang sedang kita lalu karena apabila kita berusaha pasti akan
membawakan hasil yang terbaik bagi kita dan pantang meyerah sebelum tujuan
kita tercapai.
 Gaya bahasa
Menurut Tarigan (2013:04) gaya bahasa adalah bahasa indah yang digunakan
untuk meningkatkan efek dengan jalan memperkenalkan serta membandingkan
suatu benda atau hal tertentu dengan benda atau hal lain yang lebih umum.
Gaya bahasa yang digunakan pada cerita ini adalah gaya bahasa perbandingan
dengan majas personifikasi karena di dalam cerpen ini menceritakan hewan yang
seolah-olah bertingkah seperti manusia.

D. Unsur Ekstrinsik
 Latar belakang masyarakat
Latar belakang masyarakat merupakan pandangan ideologi suatu masyarat pada
negara, seperti kondisi politik, kondisi ekonomi, dan kondisi sosial.
Latar belakang masyarakat pada cerita ini adalah masyarakat pada saat sudah
sangat jarang untuk membaca buku maka dari itu penulis membuat cerita yang
menarik untuk memikat minat para anak-anak untuk membaca cerpen.
 Latar belakang penulis
Latar belakang pengarang adalah faktor-faktor dari dalam pengarang itu sendiri
yang memengaruhi atau memotivasi pengarang dalam menulis sebuah karya sastra.
Latar belakang pengarang ini menyangkut asal daerah atau suku bangsa, jenis
kelamin, pendidikan, pekerjaan, agama, dan ideologi pengarang.
Latar belakang penulis menulis cerita ini adalah untuk memberikan wawasan
kepada anak-anak yang membacanya dan memberikan pesan moral kepada
pembacanya. Agar anak-anak tahu tentang nilai-nilai sosial mengingat pada saat ini
pengetahuan anak tentang nilai-nilai sosial sudah sangat rendah sekali. Inilah yang
mendorong penulis membuat cerita ini.
 Nilai-nilai
Nilai-nilai yang terkandung di dalam cerita ini adalah seperti nilai sosial yang
dapat di buktikan ketikatikus rela berpergian jauh untuk mendapatkan bibit
makanan agar teman-temannya terhindar dari kelaparan.

Anda mungkin juga menyukai