Anda di halaman 1dari 12

DORONGAN KEMASYARAKATAN DAN DORONGAN KEAKUAN TOKOH UTAMA DALAM

KUMPULAN CERPEN LARUTAN SENJA KARYA RATIH KUMALA : KAJIAN


PSIKOLOGI ALFRED ADLER

RIZKY NORRIS ARROCHMAN


JURUSAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA FAKULTAS BAHASA DAN SENI
UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA

ABSTRAK

DORONGAN POKOK KEMASYARAKATAN DAN DORONGAN POKOK KEAKUAN TOKOH UTAMA


DALAM KUMPULAN CERPEN LARUTAN SENJA KARYA RATIH KUMALA : KAJIAN
PSIKOLOGI ALFRED ADLER

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis kumpulan cerpen Larutan Senja karya Ratih Kumala.
Kumpulan cerpen ini memberikan perspektif yang tidak biasa pada perilaku para tokoh utama dalam tiap
cerpen. Kumpulan cerpen ini ditulis pada tahun 2006 dengan latar belakang ragam kehidupan manusia dan
jaman yang berbeda pula pada tiap cerpennya sehingga dirasa pas untuk mengkajinya dengan teori psikologi
individu oleh Alfred Adler karena di dalamnya begitu banyak peristiwa berupa hubungan tokoh utama dengan
lingkungan, hubungan tokoh utama dengan masyarakat di sekitarnya yang menjadikan sebuah sebab pada
perilaku tokoh utama. Hal ini sesuai dengan teori psikologi individu Alfred Adler, dalam teorinya ia
membicarakan bagaimana dorongan pokok kemasyarakatan dan dorongan pokok keakuan dapat menjadi sebab
sebuah perilaku dari manusia.

Sumber data penelitian ini adalah kumpulan cerpen yang berjudul Larutan Senja karya Ratih Kumala yang
terbit pada tahun 2006. Jenis data pada penelitian ini adalah data kualitatif. Penelitian ini akan memfokuskan
pada permasalahan dorongan pokok kemasyarakatan dan dorongan pokok keakuan pada tokoh utama.

Dari hasil penelitian ini diketahui bahwa : dorongan pokok kemasyarakatan dan dorongan pokok keakuan
seperti apakah yang ada pada tokoh utama dalam kumpulan cerpen Larutan Senja karya Ratih Kumala. Hal ini
terepresentasi pada bagaimana tokoh utama berinteraksi dengan lingkungan di sekitarnya, bagaimana interaksi
tokoh utama pada masyarakat yang menjadikan sebab sebuah perilaku pada tokoh utama.

Kata kunci : dorongan kemasyarakatan, dorongan keakuan, Alfred Adler


ABSTRACT

IMPETUS OF SOCIETY AND THE BASIC IMPULSE ON HUMAN ITSELF IN SHORT STORIES
COMPILATION LARUTAN SENJA BY RATIH KUMALA : PSYCHOLOGY OF ALFRED ADLER
STUDY

This study aims to analyze a short stories compilation by Ratih Kumala. This collection of short stories
provides an unusual perspective on the behavior of the main characters in each story. This collection of short
stories was written in 2006 with a diverse background of human life and different times in each of its short
stories so it feels fit to study it with individual psychological theory by Alfred Adler because in it so many
events with relationships, the main character relations with the surrounding community create a goal on the
behavior of the main character. This is in accordance with the individual psychological theory of Alfred Adler,
in his theory he discuss how the main impetus of society and the basic impulse of human itself can be a cause of
behavior of human beings.

The data source of this research is a short stories compilation entitled Larutan Senja by Ratih Kumala
which was published in 2006. The type of data in this study is qualitative data. This research will be focused on
the subject main impetus of society and the basic impulse of human itself on the main character.

From the results of this study it is known that: the main impetus of society and the basic impulse of
human itself like what is on the main character in a short stories compilation Larutan Senja by Ratih Kumala. It
is represented on how the main character interacts with the environment around him, how the interaction of the
main character in the community that causes the cause of a behavior on the main character.

Keyword : main impetus of society, the basic impulse of human itself, Alfred Adler
PENDAHULUAN benar-benar terjadi tetapi dapat terjadi dimana
saja dan kapan saja, serta relatif pendek). Cerpen
Dalam catatan sejarah kesusatraan Indonesia menawarkan yang khusus pada para pembaca;
cerpen memiliki usia yang jauh lebih muda jika padat. Di dalam cerpen ditemukan kepadatan
dibandingkan dengan puisi dan novel. Tonggak makna, kekayaan tekstur, kekompakan bentuk.
terpenting sejarah penulisan cerpen di Indonesia Dalam sebuah cerpen, setiap kata setiap baris,
dimulai oleh cerita- cerita M. Kasim (bersama strukturnya mengandung unsur-unsur sugestif
Suman Hs) pada awal tahun 1910 – an, yang yang menarik. Unsur yang ketiga adalah padu.
memperkenalkan ebntuk – bentuk penulisan Kepaduan ini menuntut pembaca secara
cerita pendek (cerpen). Demikian salah satu psikilogis memahami cerpen secara utuh. Seperti
bagian keterangan yang terdapat dalam buku tuntutan intuitif yang dihadapi penulis ketika
Horison Sastra Indonesia 2 : Kitab Cerita Pendek menyusunnya. Pengaruh kepaduan ini hampir
(2002 : xiii – xiv). Cerpen merupakan sebuah tidak ditemukan dalam novel. Novel atau cerpen
karya seni sastra yang menyajikan cerita secara yang baik haruslah memenuhi kriteria kepaduan,
ringkas, namun tidak kehilangan unsur unity. Artinya, segala sesuatu yang diceritakan
imajinatif, konflik, realita di sekitar kita bersifat dan berfungsi mendukung tema utama.
terkadang pula penuh dengan kata-kata yang Penampilan berbagai peristiwa yang saling
berasal dari puisi. Selanjutnya jenis cerita menyusul yang membentuk plot, walau tidak
berkembang meliputi sage, mite dan legenda. bersifat kronologis, namun haruslah tetap saling
Sage merupakan cerita kepahlawanan seperti berkaitan secara logika. Baik novel maupun
kisah Joko Dolog. Mite atau mitos lebih cerpen, keduanya, dapat dikatakan menawarkan
mengarah pada cerita yang terkait kepercayaan sebuah dunia yang padu. Namun, dunia imajiner
masyarakat setempat tentang sesuatu hal yang yang ditampilkan cerpen hanya menyangkut
berbau mistis, seperti kisah dari ratu pantai salah satu sisi kecil pengalaman kehidupan saja
Selatan Nyi Roro Kidul. Legenda adalah adalah (Nurgiyantoro: 1998, 14).
sebuah cerita yang mengandung pengertian Namun cerpen memiliki kekurangan
sebagai sebuah cerita mengenai asal usul daripada karya sastra yang panjang seperti novel.
terjadinya suatu tempat seperti terbentuknya Dikarenakan pendek, cerpen dapat memuat pola
Danau Toba. bahkan pula tidak memuat pola semacam
Ciri penanda cerpen adalah kehadiran tiga struktur dramatis seperti eksposisi, komplikasi,
unsur dalam cerpen tersebut yaitu pendek, padat, aksi yang meningkat, krisis, klimaks,
dan padu. Ciri pertama menunjuk pada ruang penyelesaian dan pesan moral. Pada umumnya
lingkupnya, yang ke dua pada tekniknya, dan cerpen biasanya hanya terfokus pada 1 tokoh,
yang ke tiga pada efeknya. Cerpen mampu hanya memiliki sedikit plot cerita dan terfokus
mengungkapkan masalah-masalah yang pada satu konflik. Hal ini menyebabkan
kompleks dalam bentuk cerita yang pendek. kebanyakan cerpen membuka ceritanya dengan
Itulah keistimewaan sebuah cerpen, yakni sebuah aksi kemudian melambat dalam proses
kemampuannya mengungkapkan ruang lingkup pencapaian klimaks dan pada akhir moral.
yang besar dalam tuturan yang pendek. Cerita Sedangkan novel dapat membuka ceritanya
pendek menurut Susanto dalam Tarigan (1984 : dengan unsur dramatis (pengantar setting, situasi
176), cerita pendek adalah cerita yang dan tokoh utamanya), komplikasi (peristiwa di
panjangnya sekitar 5000 kata atau kira-kira 17 dalam cerita yang memperkenalkan konflik dan
halaman kuarto spasi rangkap yang terpusat dan tokoh utama); aksi yang meningkat, krisis (saat
lengkap pada dirinya sendiri. Sementara itu, yang menentukan bagi si tokoh utama dan
Sumardjo dan Saini (1997 : 37) mengatakan komitmen mereka terhadap suatu langkah);
bahwa cerita pendek adalah cerita atau parasi klimaks (titik minat tertinggi dalam pengertian
(bukan analisis argumentatif) yang fiktif (tidak konflik dan titik cerita yang mengandung aksi
terbanyak atau terpenting); penyelesaian (bagian c) memilah data yang telah dicatat yang nantinya
cerita di mana konflik dipecahkan); dan akan dianalisis. Langkah – langkah dalam proses
moralnya. Meskipun demikian , akhir dari penganalisan data adalah sebagai berikut : a)
banyak cerita pendek biasanya mendadak dan Kategorisasi, yakni mengelompokkan data yang
terbuka dan dapat mengandung atau tidak telah dipilih berdasarkan rumusan masalah yang
menutup kemungkinan tidak mengandung pesan telah ditetapkan, yaitu teori psikologi Alfred
moral atau pelajaran praktis. Adler (dorongan pokok kemasyarakatan dan
Kumpulan cerpen Larutan Senja menarik dorongan pokok keakuan) pada kumpulan cerpen
untuk dianalisis secara psikologis karena dalam Larutan Senja karya Ratih Kumala, b) Pelabelan,
kumpulan cerpen tersebut sarat akan konflik yakni menyajikan data dalam bentuk tabel
psikologis dari para tokoh utama pada tiap berdasarkan kategorisasi data, c) Menelaah
cerpen. Para tokoh utama mengalami konflik kembali data yang telah dipilih apakah sudah
psikologi seperti memilih nyawanya atau nyawa sesuai dengan teori psikologi Alfred Adler, d)
dari orang-orang yang disayanginya, tetap Menganalisis data, yakni memberikan interpretasi
menjujung tinggi harga diri meskipun tokoh pada data yang telah dimaknai, e) Menyusun tabel
utama menyadari bahwa dirinya bahkan lebih data, seperti contoh berikut ini :
rendah dari sampah masyarakat ataupun
berusaha menantang yang berkuasa hanya untuk *RS
orang yang dicintainya. Tidak hanya bentuk Kutipan
konflik psikologi pada sekitarnya, namun juga Keterangan
1 2
pada diri tokoh utama sendiri berupa pembuktian
pada diri sendiri bahwa tokoh utama mampu
menjadi lebih baik ataupun melawan rasa takut “Suamiku disantet 
untuk mendapatkan hal yang diinginkan. Melalui Paradji!” Dan
kajian teori psikologi Alfred Adler yang berfokus perkataannya didengar
pada dua dorongan pokok yaitu dorongan para lelaki di kampung
kemasyarakatan dan dorongan keakuan, hingga menyebabkan
penelitian ini akan berusaha mendeskripsikan a) mereka berbondong-
Mendeskripsikan dorongan pokok bondong menuju Timur Dorongan pokok
kemasyarakatan tiap tokoh utama dalam perbatasan dusun, kemasyaratan
kumpulan cerpen Larutan Senja. b) mengganggu Paradji
Mendeskripsikan dorongan pokok keakuan tiap hingga tak bisa konsentrasi
tokoh utama dalam kumpulan cerpen Larutan membantu persalinan ibu
Senja. muda.

METODE PENELITIAN Kutipan : Teks sastra berasal dari kumpulan


cerpen yang digunakan sebagai
Jenis penelitian ini adalah deskriptif dengan data dalam penelitian
menggunakan pendekatan kualitatif. Sumber data RS : Rumusan Masalah
pada penelitian ini adalah buku kumpulan cerpen Keterangan : Jenis dorongan
Larutan Senja karya Ratih Kumala yang terbit di f) Penarikan kesimpulan yang menunjukkan teori
Jakarta tahun 2006. Untuk data pada penelitian ini psikologi Alfred Adler (dorongan pokok
berupa kutipan teks dari kumpulan cerpen yang kemasyarakatan dan dorongan pokok keakuan)
digunakan sebagai sumber data. Tehnik dalam kumpulan cerpen Larutan Senja karya
pengumpulan data dalam penelitian ini adalah a) Ratih Kumala.
membaca buku kumpulan cerpen Larutan Senja
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
kemudian dilakukannya b) invetarisasi data
dengan dilakukannya mencatat data dan terakhir
Dorongan pokok kemasyarakatan terdapat dalam urusan pekerjaan agar tercapai masyarakat
pada tokoh utama dalam kumpulan cerpen dalam hal ini teman – teman di perusahaan
Larutan Senja. pada Nastiti dalam cerpen “Sang tempat tokoh “Aku” bekerja menjadi masyarakat
Paradji” bentuk dorongan kemasyarakatan ini yang sempurna. Pada kutipan ketiga tokoh aku
berupa masyarakat sebagai ganti kekuasaan atas mengalami penolakan pada sebuah kelompok
kompensasi atas rasa rendah dirinya yang Nastiti sosial. Namun tokoh “Aku” tak kehilangan
tunjukkan dengan membuat para pria di dorongan kemasyarakatannya akan ketertarikan
kampungnya berbondong – bonding menuju sosial pada sebuah kelompok sosial yang sedang
rumah paradji. Bentuk dorongan kemasyarakatan didekatinya akibat dari pertemuannya dengan
yang kedua berupa mementingkan kepentingan wanita bernama Pongga.
umum di atas kepentingan pribadi yang Nastiti Dorongan kemasyarakatan pada
tunjukkan dengan tidak membiarkan warga Penemu dalam cerpen “Larutan Senja”, tampak
kampung membakar Paradji hidup – hidup terlihat tokoh penemu sedang berusaha mencari
dengan alasan tidak ingin ada 3 pemakaman 3 siapa pembocor rahasia larutan gerakan yang ia
orang hari itu, yang pertama suaminya, orok bayi, temukan. Pada kutipan tersebut dapat ditemukan
dan mayat gosong Paradji. Dorongan dorongan pokok kemasyarakatan. Adler
kemasyarakatan yang terakhir pada Nastiti adalah menggambarkan bahwa tiap manusia didorong
membantu memnciptakan masyarakat yang oleh rasa untuk mencapai kekuasaan sebagai
sempurna dengan Nastiti menjadi Paradji baru lantaran dalam pencapaian kompensasi bagi rasa
menggantikan Paradji yang telah diusir dari rendah dirinya. Hal ini kemudian dilanjutkan
kampungnya. dimana tokoh penemu meskipun telah berusaha
Dorongan pokok kemasyarakatan dari tokoh untuk mengikatkan diri pada kelompok penemu
“Aku” dalam cerpen “Schizoprenia”, tokoh dengan melaporkan penemuan – penemuan
“Aku” menunjukkan ketertarikannya pada orang kecilnya ia hanya mendapat tepuk tangan yang
– orang yang berada di sekitarnya. Sebagaimana tak semeriah tuhan ketika tuhan melaporkan
yang dinyatakan Adler “ ketertarikan akan social penemuannya. Dorongan pokok kemasyarakatan
itu nyata dan menjadi sebuah kompensasi yang sebagai ganti dari dorongan kekuatan dari tokoh
tidak dapat dihindari oleh semua manusia” penemu tampak sekali terlihat. Ketika tokoh
(Adler, 1929, p.31 dalam Suryabrata 2012 : 189). penemu mendedikasikan penemuannya untuk
Dorongan kemasyarakatan yang kedua, ketika ‘dunia’ dari ciptaan tuhan. Ia berusaha
tokoh “Aku” menolak perintah dari Dokter menciptakan penemuan yang dapat membuat
Kepala untuk sementara waktu berhenti ‘dunia’ menjadi lebih indah yang ia namakan
mewancarai pasiennya. Dorongan ‘larutan senja’.
kemasyarakatan dari tokoh “Aku” menunjukkan Dorongan kemasyarakatan tokoh “Aku”
bahwa ia meletakkan kepentingan umum dalam cerpen “Tahi Lalat di Punggung Istriku”,
daripada kepentingan pribadinya. Dorongan dalam bentuk konkret dorongan kemasyarakatan,
kemesyarakatan yang ketiga, ketika tokoh “Aku” dorongan ini tidak hanya berfokus pada
memilih untuk mengalah daripada harus dipecat masyarakat secara luas, namun juga berwujud
dari pekerjaannya. Dorongan pokok kooperasi, hubungan social, hubungan antar
kemasyarakatan dari tokoh “Aku” menunjukkan pribadi, mengikatkan diri pada sebuah kelompok
bahwa dirinya ingin membantu masyarakat untuk masyarakat dan sebagainya. Tokoh “Aku”
mencapai tujuan masyarakat yang sempurna. sedang berkooperasi dengan koleganya dalam
Dorongan kemasyarakatan Angga dalam urusan pekerjaan. Meskipun tampak seolah
cerpen “Purnama di Borneo”, pada kutipan tokoh “Aku” kecewa pada bentuk kooperasi dari
pertama dan kedua tokoh “Aku” memiliki koleganya namun tokoh “Aku” tetap meloloskan
dorongan kemasyarakatan yang hampir sama proyek kerja yang ditawarkan. Hal tersebut
yaitu ketertarikan pada sosial di sekitarnya. menunjukkan bahwa tokoh “Aku” berusaha
Membuat tokoh “Aku” mengerti akan kegiatan untuk tidak memutuskan hubungan pribadi
dari masyarakat di sekitarnya serta membantu dengan kolega kerjanya. Dan hal tersebut
dibuktikan oleh tokoh “Aku” ketika ia meminta Dorongan kemasyaraktan Dietrcih dalam cerpen
bantuan pada koleganya untuk memanggil “Nach Westen”, Dietrich menunjukkan
kembali wanita panggilan serta mem – booking kooperasinya ketika berduka untuk tetangganya
sebuah kamar di hotel bintang lima sebagai yang bernama Nyonya Helga yang tewas ketika
kompensasi atas rendah dirinya dalam berusaha menyeberang ke Jerman Barat.
meloloskan proyek pekerjaan. Dorongan kemasyarakatan pada Dietrich sedikit
Dorongan kemasyarakatan tokoh “Aku” tertutup oleh dorongan keakuannya, namun ia
dalam cerpen “Dalu –Dalu”, tampak tokoh mengingat kembali untuk mengesampingkan
“Aku” tengah mengeluh karena ia dicap sebagai kepentingan pribadi demi kepentingan
‘lekra’ atas profesinya sebagai seorang pemain masyrakat dengan mengurungkan niatnya untuk
biola. Dorongan kemasyarakatan dari kutipan ini mengajak Mattriach menyeberang ke Jerman
sedikit tidak tampak, namun jika diperhatikan Barat demi keselamatan sahabatnya.
tokoh “Aku” menanyakan mengapa setelah Dorongan kemasyarakatan tokoh “Aku”
sekian lama ia menghibur masyarakat dengan dalam cerpen “Pada Sebuah Gang Buntu”,
alunan biolanya ia mendapatkan cap ‘lekra’. Hal tampak tokoh “Aku” menunjukkan akan
ini tampak lebih jelas ketika tokoh “Aku” perhatiannya pada keadaan akan orang di
mendapatkan ancaman dari sebuah kelompok sekitarnya. Tak hanya tak ingin mengganggu
sosial untuk memilih buku atau kepala dari orang waktu tidur mereka namun juga tidak ingin
– orang yang disayanginya. Bentuk dorongan malu nantinya. Bentuk dorongan
kemasyarakatan dari kutipan kedua ini berupa kemasyarakatan pada tokoh “Aku” ini dapat
kooperasi, meskipun terdapat unsur paksaan. dikatakan sebagai sebuah bentuk kooperasinya
Namun dorongan kemasyarakatan dari tokoh kepada masyarakat, meskipun tetap ingin
“Aku” kembali menjadi kuat ketika ia mengingat melakukan kepentingan pribadinya namun
masa kecilnya ketika tokoh “Aku” diminta untuk tokoh “Aku” tetap tak lupa untuk lebih
mengantarkan umbi kepada seseorang di atas memprioritaskan kepentingan masyarakat di
gunung oleh tetangganya. Meskipun ia tak tahu sekitarnya. Tokoh “Aku” baru saja cekcok
menahu tentang peluru yang ada pada umbi, ia dengan suaminya kemudian menerima
merasa telah membantu bangsanya tamparan, masyarakat di sekitar tokoh “Aku”
memperjuangkan kemerdekaan. Sebagai ganti kemudian menghampirinya tak lama setelah
telah mementingkan kepentingan masyarakat di suami dari tokoh “Aku” pergi. Tokoh “Aku”
atas kepentingan pribadinya. tidak hanya mendapatkan dorongan
Dorongan kemasyarakatan tokoh “Aku” kemasyarakatan dari orang – orang di
dalam cerpen “Gin – Gin dari Singaraja”, tampak sekitarnya namun ia sendiri juga menunjukkan
sekali dorongan kemasyarakatan dari tokoh dorongan kemasyarakatannya. Sebagai
“Aku”. Mulai dari kooperasi, mengikat diri pada kompensasi atas rasa rendah dirinya pada
social dan ketertarikan akan social. Sejak kelompok social di sekitarnya ia mendapatkan
pertemuan tokoh “Aku” dengan Gin Gin tokoh dukungan dari masyarakat di sekitarnya.
“Aku” telah menunjukkan kesiapannya akan Dorongan kemasyarakatan dari
sebuah bentuk social yang baru, hal tersebut Maria dalam cerpen “Anakku Terbang Laksana
dapat dibuktikan dengan kooperasinya selama Burung”, tampak Maria yang sedang
perbincangan. Kemudian ketertarikan social berbahagia karena mengandung seorang juru
yang ditunjukkan tokoh “Aku” kepada Gin Gin selamat, namun dalam waktu yang bersamaan
ketika tokoh aku menanyakan mengapa Gin Gin ia menerima penolakan dari kelompok
tidak memakan jerohan sapi yang dihidangkan. sosialnya karena dianggap telah hamil di luar
Tokoh “Aku” menunjukkan dorongan nikah. Namun ia tak menyerah ia mendapatkan
kemasyarakatan berupa mengikat diri pada social seorang kekasih bernama Yusuf yang selalu
dengan memberikan kartu namanya dan meminta setia menemaninya. Dari kutipan pertama ini
Gin Gin untutk menuliskan nomor telepon serta mungkin tidak terlihat dorongan
alamat rumah dari Gin Gin di Singaraja. kemasyarakatan dari Maria, namun berkat
adanya Yusuf dorongan kemasyarakatan dari ini berupa kooperasi dan ketertarikan sosial.
Maria hadir dalam bentuk hubungan pribadinya Dimana meskipun membuat dan menjual peti
dengan Yusuf. Dorongan kemasyarakatan dari mati adalah pekerjaannya dia mau
Maria semakin tampak ketika sekelompok mengantarkan ke tempat si pembeli dan
sosial menghampirinya karena mengetahui akan menanyakan perihal “Siapa yang mati?”
kelahiran seorang Mesiah. Bentuk dorongan kepada pembeli peti mati yang diobralnya.
kemasyarakatan dari Maria berupa Dorongan kemasyarakatan Cimeng
kooperasinya dengan mengizinkan sekelompok alias Qatrun dalam cerpen “Buroq”, tampak
social tadi untuk ikut merayakan dan memuji Cimeng selalu dicuragi oleh warganya sebagai
atas kelahiran seorang juru selamat. Tak lama seorang kriminal, meskipun pada kenyataannya
setelah kematian dari anaknya Maria masih tidak ataupun bisa saja belum terbukti.
tetap menunjukkan dorongan Dorongan pokok kemsyarakatan pada Cimeng
kemasyarakatannya dengan menunjukkan berupa kooperasi, hal ini tampak ketika polisi
ketertarikan sosialnya pada apa yang sedang menggrebek kios tattonya atas tudingan warga
terjadi di masyarakat di sekitarnya. Hal ini sebagai seorang penjahat Cimeng membiarkan
dibuktikan ketika ia mngetahui bahwa makam polisi melakukan pekerjaannya. Meskipun
dari anaknya dijaga oleh beberapa penjaga guna tampak pula dorongan pokok kemasyarakatan
mayat dari anaknya tak dicuri oleh murid – berupa ketertarikan sosial, namun hal ini tidak
murid dari anaknya. Dorongan dapat digunakan karena pihak yang mendapati
kemasyarakatan tokoh “Aku” dalam cerpen dorongan pokok kemasyarakatan adalah
“Radio Kakek”, tampak tokoh “Aku” masyarakat di sekitar Cimeng. Qatrun berusaha
menunjukkan ketertarikan sosialnya hal ini menceritakan mimpinya pada seorang Ustaz di
dipicu ketika sang kakek membawa radio yang masjid tempat ia biasa berjamaah sholat.
pada zaman Belanda adalah sebuah benda yang Dorongan pokok kemasyarakatan yang ada
amat jarang dimiliki oleh orang pribumi. Hal ini pada Qatrun berupa hubungan pribadi. Hal ini
tidak hanya memicu ketertarikan sosial pada ia tunjukkan dengan cara menceritakan kepada
tokoh “Aku” namun juga pada masyarakat di Ustaz tentang mimpinya yang bertemu
sekitarnya. Dorongan kemasyarakatan berupa Muhammad. Qatrun kembali dengan sepucuk
ketertarikan social tokoh “Aku” semakin kertas dengan gambar Muhammad. Dorongan
tampak ketika para pemuda pejuang pokok kemasyarakatan yang tampak pada
kemerdekaan datang ke rumah kakeknya untuk Qatrun berupa mengikatkan diri pada sosial dan
mendengarkan radio milik kakeknya. Ia hubungan sosial. Yang ia tunjukkan dengan cara
berusaha mendengar apa yang sedang menjelaskan gambar tersebut kepada Ustaz dan
diperbincangkan kakeknya dengan para pemuda teman – teman sepermainannya. Ia ingin orang
pejuang. Dorongan masyarakat ini menjadi – orang di sekitarnya percaya bahwa ia baru
bentuk kooperasi, ketika radio kakek ditemukan saja bermimpi Muhammad, namun interaksi
dan dihancurkan oleh tentara Belanda. Tokoh sosial yang ia tunjukkan mengalami penolakan
“Aku” menyimpannya dan memberikannya dari Ustaz yang mengatakan padanya bahwa
pada pemuda pejuang untuk diperbaiki dan berbohong itu dosa.
dapat digunakan mereka kembali.
Dorongan kemasyarakatan tokoh “Aku” Dorongan keakuan tokoh Nastiti dalam cerpen
dalam cerpen “Obral Peti Mati”, dorongan “Sang Paradji”, tampak dorongan keakuan pada
kemasyarakatan dari tokoh “Aku” tak begitu Nastiti, dendam akan Paradji yang dianggapnya
nampak karena keinginan pribadinya telah meneluh suaminya membuat ia bersemadi
mengalahkan dorongan kemasyarakatannya. demi mendapatkan ilmu hitam dan untuk
Namun ketika ada seorang pria yang melihat membalaskan dendam suaminya. Nastiti ingin
tanda obral darinya, tokoh “Aku” menunjukkan menunjukkan bahwa ia lebih superior dari
ketertarikan sosialnya pada sang lelaki tadi. Paradji dan membalas dendam atas kematian
Pada kutipan kedua dorongan kemasyarakatan suaminya, dorongan keakuan ini tampak ketika
Nastiti berhasil mengalahkan Paradji dan ibunya. Dorongan keakuan pada kutipan ini
menancapkan sebuah belati ke dada Paradji. berupa rasa puas, tampak sekali ketika ia
Entah rasa takut ataupun ingin membuktikan menemukan Sabang dan Merauke kemudian ia
bahwa dirinya lebih superior dari Paradji, melihat pulau terbesar dan terletak di tengah
Nastiti memastikan tidak ada janin yang lahir peta Indonesia yaitu pulau Kalimantan atau
selama 7 bulan purnama sebagaimana yang Borneo dalam kisah yang ia cintai. Angga
telah dijanjikan Paradji bahwa ia akan bertemu dengan Pongga untuk kedua kalinya,
mengembalikan lubang belati di dada Paradji ke dorongan keakuan dari kutipan ini adalah nafsu
dada Nastiti. Namun tetap tampak dorongan dan rasa puas. Angga telah diingatkan untuk
keakuan dari tokoh Nastiti pada kutipan ketiga tidak mengikuti siapapun ke dalam hutan
ini. Sebagaimana yang telah dijelaskan oleh terutama pada malam bulan purnama oleh salah
Adler dorongan keakuan ini tidak hanya pada satu bawahannya. Namun Angga seolah tak
dorongan seksualitas namun juga dorongan mengikuti peringatan itu dan ia mengikuti
kekuatan yang nantinya dapat berubah menjadi ajakan Pongga masuk ke dalam hutan.
dorongan superior. Dorongan keakuan pada Angga adalah nafsu
Dorongan keakukan pada tokoh “Aku” agresif, rasa puas dan nafsu seksual. Dapat
dalam cerpen “Schizoprenia”, tampak tokoh dilihat ketika Angga dengan cepat keluar dari
“Aku” seolah menunjukkan dorongan kamarnya seketika ia melihat Pongga, ia
kemasyarakatan berupa ketertaikan akan menikmati perjalanan selama bersama Pongga
hubungan pribadi daripada dorongan keakuan, seolah dia memiliki sayap di kedua mata
namun jika diperhatikan lebih lanjut akan kakinya yang membuat ia melayang. Tak lama
tampak dorongan keakuan tersebut. Terutama setelah itu mereka berdua berciuman di bawah
ketika tokoh “Aku” menunjukkan rasa bulan purnama dalam rimbun hutan. Dorongan
penasarannya apa yang ada pada otak dari keakuan pada Angga hanya berupa nafsu
orang – orang gila. Dorongan keakuan ini agresif, telah lama sudah Angga tak bertemu
berupa nafsu dan bentuk superior yang dengan Pongga membuat Angga gelisah dan
menjadikan tokoh “Aku” merasa lebih dari berniat untuk mencari Pongga ke dalam hutan
orang – orang gila yang ada di sekitarnya. namun Angga tak dapat menemui Pongga di
Dorongan keakuan dari tokoh “Aku” ia kedalaman hutan Borneo.
mengabdi pada diri sendirinya untuk Dorongan keakuan Penemu dalam cerpen
mendapatkan rasa puas dengan menggoda salah “Larutan Senja”, tampak dorongan keakuan
satu pasiennya. Hal ini berlanjut pada kutipan pada tokoh penemu berupa perasaan berharga
ketiga rasa puas itu semakin menjadi ketika atas pengalaman yang didapatkannya. Tokoh
tokoh “Aku” berhasil membohongi pasiennya penemu berulang kali mendapatkan pengalaman
dengan mengatakan bahwa ia adalah mata – yang tidak menyenangkan ketika tuhan datang
mata musuh, bahkan tokoh “Aku” ke tempat nya untuk membeli penemuannya.
menunjukkannya dengan tertawa terkekeh – Bukan pujian yang ia dapatkan melainkan
kekeh. Tokoh “Aku” menunjukkan nafsu sindiran dan hinaan. Oleh sebab itu ia berusaha
agresifnya pada Dokter Kepala dan perawat untuk merahasiakan penemuannya dari tuhan.
yang dalam ruangan. Ia merasa tak bersalah atas Hal yang sama terjadi pada tokoh penemu,
metode yang ia gunakan untuk membantu tampak dorongan keakuan berupa rasa puas.
pasiennya sembuh, namun Dokter Kepala tak Tokoh penemu menikmati proses penciptaan
menyukainya dan mengancam akan penemuannya dan tidak berfokus pada apa yang
memecatnya. akan dihasilkannya nanti, ia sudah puas dengan
Dorongan keakuan Angga pada cerpen temuan – temuan kecilnya karena yang paling
“Purnama di Borneo”, tampak Angga ketika penting menurutnya adalah proses menemukan
masa kecil ia berusaha mencari Borneo di atlas penemuan tadi. Tokoh penemu mengalami
sebegitunya ia dapat membaca. Ia mencari perubahan dorongan keakuan yang awalnya
pulau dari kisah cerita yang selalu diceritakan rasa puas dan berharga pada diri sendiri, ia
mendapati dorongan keakuan berupa nafsu hingga ketika ada orang lain di sekitar mereka.
agresif dan dorongan keinginan berkuasa. Dia Dorongan keakuan Dietrich dalam
merasa kecewa kepada tuhan karena ia merasa cerpen “Nach Westen”, dorongan keakuan pada
tuhan sama sekali bukanlah penemu, dia lah Dietrich berupa perasaan cukup berharga,
yang pantas mendapatkan salut dari ‘kelompok Dietrich berniat untuk memakan kaviar hitam
penemu’ Karena tanpa larutan hasil sebagai hidangan pembuka sebagai hadiah atas
penemuannya ‘dunia’ milik tuhan hanya akan dirinya jika ia berhasil lari dari Timur ke Barat
diam dan tak bergerak. Dorongan keakuan dengan tidak menjadi mayat. Dorongan
berupa keinginan berkuasa dari tokoh penemu keakuan pada Dietrich berupa superior, ia tak
semakin kuat, tokoh penemu berhasil ingin seperti ayahnya yang hanya bisa
menciptakan larutan yang akan membuat mengutuk akan adanya tembok pemisah Berlin
‘dunia’ ciptaan tuhan semakin indah, ia Barat dengan Berlin Timur hingga akhir
namakan penemuannya ‘larutan senja’. Ia tahu, hayatnya. Dietrich berhasil melewati tembok
meskipun ia merahasiakannya cepat atau lambat lapis pertama namun ketika akan menuju
tuhan akan tahu tentang ‘larutan senja’ perbatasan antara Barat dan Timur para penjaga
miliknya. Dengan memanfaatkan kesempatan mengetahui Dietrich dan menembaknya. Tak
ini tokoh penemu berhasil untuk menunjukkan jauh dari tempat Dietrich tertembak ia dapat
bahwa tanpa temuannya ‘dunia’ milik tuhan melihat bahwa ia sangat dekat dengan Berlin
akan biasa saja. Dan tak hanya dorongan Barat, meskipun ia tak dapat mencapai Berlin
keinginan berkuasa saja yang tampak pada Barat dalam keadaan hidup namun Dietrcih
kutipan keempat ini tapi juga nafsu agresif, mendapati dorongan keakuan berupa perasaan
perasaan berharga dan dorongan untuk menjadi puas dengan wujud tidur dalam kebebasan.
superior. Tampak dorongan keakuan berupa Dorongan
nafsu agresif, keinginan berkuasa, perasaan keakuan tokoh “Aku” dalam cerpen “Pada
berharga dan rasa puas. Tokoh penemu Sebuah Gang Buntu”, tokoh “Aku” sedang
menyadari bahwa ‘larutan senja’ – nya dicuri menatap gambar yang ditorehkan oleh anaknya,
oleh tuhan, dengan geram ia menuduh tuhan Lindung. Pertama kali ia melihatnya ia merasa
telah mencuri penemuannya, jika tuhan tidak marah namun kini gambar tersebut dapat
mengakuinya maka akan diteteskan larutan membuatnya tersenyum. Tampak sekali
kehitaman ke ‘dunia’ milik tuhan. Namun tuhan dorongan pokok keakuan dari tokoh “Aku”
tak menginginkan ‘dunia’ ciptaannya dibagi berupa nafsu agresif namun tak lama setelahnya
dengan orang lain maka tokoh penemu pun dorongan tersebut berubah menjadi rasa puas.
menunjukkan nafsu agresifnya dengan Hal ini menurut Alfred Adler sebagai sebuah
meneteskan ‘larutan bencana’ ke ‘dunia’ tuhan. bentuk superioritas, hal ini membantu subyek
Dorongan keakuan tokoh “Aku” dalam untuk melaui fase perkembangan menuju fase
cerpen “Tahi Lalat di Punggung Istriku”, perkembangan ke berikutnya. (Suryabrata, 2012
bentuk dorongan keakuan pada tokoh “Aku” : 187). Hal yang sama terjadi pula pada tokoh
adalah nafsu seksualitas. Dorongan ini “Aku”, perubahan dorongan pokok keakuan
ditunjukkannya ketika tokoh “Aku” tak lama yang berawal dari nafsu agresif berubah
setelah melakukan hubungan suami istri, ia menjadi dorongan untuk menjadi diri lebih
mendapati sebuah tahi lalat yang begitu cantik sempurna. Ketika tokoh ”Aku” bertanya pada
di punggung istrinya. Yang menyebabkan ia dirinya sendiri tentang kehidupannya yang saat
mengajak istrinya untuk ‘babak kedua’. Tampak ini sedang dilanda kesulitan akibat dorongan
dorongan keakuan berupa nafsu seksualitas dari keakuan berupa nafsu agresifnya untuk kawin
tokoh “Aku” namun jika diperhatikan lebih lari dengan kekasihnya. Kini ia menanyakan
mendalam akan tampak pula dorongan keakuan tentang seandainya saja ia mengikuti perkataan
dalam bentuk nafsu agresif. Dimana tokoh orang tuanya dulu. Tokoh “Aku” sedang
“Aku tak segan untuk menciumi tahi lalat di mencari suaminya, namun ia mendapati
punggung istrinya, dimana pun dan kapan pun, suaminya sedang tidur bersama wanita lain, hal
tersebut menyebabkan munculnya dorongan mengobral peti matinya lah yang menjadi sebab
pokok keakuan berupa nafsu agresif dan kematian tiga orang secara tidak wajar. Tokoh
superior. Yang ditunjukkan tokoh aku dengan “Aku” menunjukkan dorongan keakuan berupa
cara tokoh “Aku” memarahi suaminya karena dorongan agresif dengan cara menolak
suaminya telah tidur dengan wanita lain. Pada penangkapan dan berusaha lepas dari borgol
kutipan keempat tokoh “Aku” mengalami para polisi. Ia percaya ia tak pernah membunuh
perubahan dorongan pokok keakuan yang siapapun meskipun ia memang mengakui
cukup drastis, perubahan dorongan pokok bahwa ia mengobral peti matinya.
keakuan tersebut menjadi dorongan untuk
berharga. Tokoh “Aku” tak mempercayai akan SIMPULAN DAN SARAN
tindakan yang dilakukan suaminya atas dirinya,
SIMPULAN
hingga membuat tokoh “Aku” mengingat jika ia
rela susah untuk suaminya namun kenyataan Berdasarkan hasil analisis pada kumpulan
justru tidak sesuai yang ia bayangkan. Hal ini cerpen Larutan Senja karya Ratih Kumala
mencapai puncaknya pada kutipan kelima dan dengan menggunakan kajian psikologi Alfred
keenam, tokoh “Aku” mengalami perubahan Adler, dapat diambil beberapa kesimpulan
dorongan pokok keakuan dari dorongan untuk sebagai berikut.
berharga menjadi dorongan agresif. Tokoh
“Aku” tak dapat memenuhi dorongan untuk Kumpulan cerpen Larutan Senja karya Ratih
berharga pada dirinya yang menjadikan Kumala ini menghadirkan tokoh utama dengan
perubahan tersebut menjadi dorongan agresif, berbagai keadaan pada lingkungan dan sosial di
yang tokoh “Aku” rupakan pada keinginan sekitar tokoh utama. Dorongan kemasyarakatan
untuk membunuh dirinya sendiri. pada tiap tokoh utama hasil analisis adalah
Dorongan keakuan pada tokoh “Aku” dalam sebagai berikut : a) “Sang Paradji”, Nastiti :
cerpen “Obral Peti Mati”, tokoh “Aku” sedang masyarakat sebagai ganti kekuasaan,
membuat sebuah tulisan di atas sebuah papan mementingkan kepentingan umum di atas
tripleks bekas yang bertuliskan “Obral Peti kepentingan pribadi, dorongan untuk membantu
Mati”. Tampak dorongan pokok keakuan pada demi terciptanya masyarakat yang sempurna dan
tokoh “Aku” berupa superioritas. Yang ia interaksi sosial. b) “Schizoprenia”, “Aku” :
tunjukkan dengan tidak menggubris perkataan ketertarikan sosial, mementingkan kepentingan
dari istrinya tentang hal tersebut, ia beralasan umum di atas kepentingan pribadi, dan dorongan
bahwa hal ini salah satu cara untuk dapat untuk membantu demi terciptanya masyarakat
menjual peti mati mereka. Tokoh “Aku” sedang yang sempurna. c) “Purnama di Borneo”,
mengutuk teknologi dan segala supplement Angga : ketertarikan akan sosial, dan hubungan
yang membuat manusia menjadi awet muda. pribadi. d) “Larutan Senja”, Penemu : keinginan
Tampak dorongan keakuan pada tokoh “Aku” akan kekuatan sebagai kompensasi atas rasa
berupa agresif. Ia tak menyukai segala sesuatu rendah diri, dan dorongan untuk mengikatkan
hal yang membuatnya menjadi kesulitan diri pada kelompok sosial. e) “Tahi Lalat di
mendapatkan rejeki hingga puncaknya ia Punggung Istriku”, “Aku” : kooperasi, hubungan
mengutuk kesemua hal tersebut. Tokoh “Aku” pribadi, dan keinginan akan kekuatan sebagai
menunjukkan sebuah hal yang seharusnya dapat kompensasi atas rasa rendah diri. f) “Dalu –
menjadi dorongan pokok kemasyarakatan yang Dalu”, “Aku” : mementingkan kepentingan
berupa kooperasi. Namun sebaliknya ia umum di atas kepentingan pribadi dan kooperasi.
menunjukkan dorongan pokok keakuan berupa g) “Gin – Gin dari Singaraja”, “Aku” :
dorongan agresif. Ia dituduh telah membunuh kooperasi, mengikatkan diri pada sosial dan
tiga orang pada hari itu atas kematian yang ketertarikan akan sosial. h) “Nach Westen”,
tidak wajar. Menurut polisi yang datang ke Dietrich : kooperasi dan mementingkan
rumahnya untuk menangkapanya, ada seorang kepentingan umum di atas kepentingan pribadi.
tetangga yang melaporkan bahwa tokoh “Aku” i) “Pada Sebuah Gang Buntu”, “Aku” :
mementingkan kepentingan masyarakat di atas kemasyarakatan dan membaca literature tentang
kepentingan pribadi dan keinginan akan psikologi kepribadian selain dari Alfred Adler.
kekuatan sebagai kompensasi atas rasa rendah
diri. j) “Anakku Terbang Laksana Burung”, Teruntuk penelitian selanjutnya, disarankan
Maria : hubungan pribadi, kooperasi, dan untuk meneliti lebih dalam tentang teori
ketertarikan sosial. k) “Radio Kakek”, “Aku” : psikologi Alfred Adler pada kajian karya sastra,
ketertarikan sosial dan kooperasi. l) “Obral Peti dikarenakan penelitian dengan kajian psikologi
Mati”, “Aku” : ketertarikan sosial dan kooperasi. kepribadian tidak hanya melihat kepribadian dari
m) “Buroq”, Cimeng alias Qatrun : kooperasi, seseorang namun juga untuk meneliti pemicu
hubungan pribadi, mengikatkan diri pada sosial dari sebuah kepribadian.
dan hubungan sosial. Bentuk - bentuk dorongan
DAFTAR PUSTAKA
kemasyarakatan pada tiap tokoh utama dalam
kumpulan cerpen Larutan Senja karya Ratih Alwisol. 2009. Psikologi Kepribadian. Edisi
Kumala menjadi dorongan perilaku tokoh utama Revisi. Malang : UMM Press.
untuk mengabdi kepada masyarakat.
Kumpulan cerpen Larutan Senja karya Ratih Hall, S. Calvin. 1993. Teori-teori Psikodinamik.
Kumala ini tidak hanya menghadirkan tokoh Gardner. Yogyakarta : Kanisisus
utama pada keadaan di lingkungan sosialnya, Kumala, Ratih. 2006. Larutan senja. Jakarta : PT.
namun juga pada diri tokoh utama itu sendiri. Gramedia Pustaka
Dorongan keakuan pada tiap tokoh utama hasil
Maslikatin, Titik. 2007. Kajian Sastra: Prosa, Puisi,
analisis adalah sebagai berikut : a) “Sang
Drama. Jember: Unej Press
Paradji”, Nastiti : menjadi superior. b)
“Schizoprenia”, “Aku” : nafsu agresif, menjadi Nurgiyantoro, Burhan. 1998. Teori Pengkajian Fiksi.
superior, dan rasa puas. c) “Purnama di Borneo”, Yogyakarta : Gajah Mada University Press.
Angga : rasa puas, nafsu agresif, dan nafsu
seksual. d) “Larutan Senja”, Penemu : perasaan Suryabrata, Sumadi. 2012. Psikologi kepribadian.
berharga atas pengalaman yang didapatkannya, Jakarta : PT. RajaGrafindo Persada
rasa puas, nafsu agresif, dorongan keinginan
Siswantara, 2010. Metode Penelitian Sastra Analisis
untuk berkuasa, dan menjadi superior. e) “Tahi
Struktur Puisi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Lalat di Punggung Istriku”, “Aku” :nafsu
seksualitas dan nafsu agresif. f) “Nach Westen”, Tarigan, Henry Guntur. 1984. Prisip-prinsip Dasar
Dietrich : perasaan berharga, menjadi superior, Sastra. Bandung: Angkasa.
dan rasa puas. g) “Pada Sebuah Gang Buntu”,
2012, Cerpen dan Perkembangannya di Indonesia
“Aku” : nafsu agresif, rasa puas, menjadi diri
//gebyarbahasa.blogspot.co.id/04/
lebih sempurna, dan perasaan berharga. h)
“Obral Peti Mati”, “Aku” : menjadi superior, dan 2008, Ratih Kumala http//ratihkkumala.com/abput
nafsu agresif. Bentuk – bentuk dorongan
keakuan pada tiap tokoh utama dalam kumpulan
cerpen Larutan Senja karya Ratih Kumala
menjadi sebuah dorongan perilaku tokoh utama
untuk mengabdi kepada dirinya sendiri.

SARAN

Dari hasil penelitian ini, peneliti


memberikan saran sebagai berikut :

Teruntuk pembaca karya sastra, disarankan


agar untuk membaca karya sastra dengan tema

Anda mungkin juga menyukai