Anda di halaman 1dari 56

DRAMATURGI

BAB 1
BEBERAPA PENGERTIAN

Arti Dramaturgi
Dramaturgi adalah ajaran tentang masalah hukum, dan konvensi drama. Kata drama
berasal dari bahasa Yunani draomay yang berarti berbuat, berlaku, bertindak, bereaksi, dan
sebagainya: dan drama berarti: perbuatan, tindakan. Drama dapat berupa komedi (suka cerita)
dan tragedi (duka cerita). Ada juga yang beranggapan drama merupakan sandiwara tragedi.

Arti drama
1. Drama adalah kualitas komunikasi, situasi, action, (segala apa yang terlihat dalam
pentas)
2. Menurut moulton, drama adalah “hidup yang dilukiskan dengan gerak (life presented
in action).
 Menurut Brander Mathews: Konflik dari sifat manusia merupakan sumber pokok
drama.
 Menurut Ferdinand Verhagen: Drama haruslah merupakan kehendak manusia
dengan action.
 Menurut Baltazar Verhagen: Drama adalah kesenian melukiskan sikap manusia
dengan gerak.
3. Drama adalah cerita konflik manusia dalam bentuk dialog, yang diproyeksikan pada
pentas dengan menggunakan percakapan dan action dihadapan penonton (audience).

Arti teater
Secara etimologis teater adalah gudang pertunjukan (auditorium).
 Dalam arti luas:
Teater adalah segala tontonan yang dipertunjukan didepan orang banyak. Misalnya
wayang orang, ketoprak, ludrug, srandul, memebai, randai, mayong, arja, rangda, reog,
lenong, dagelan, sulapan, akrobatik, dan sebagainya.

By : Septia Anjeni / 2014 161 023


DRAMATURGI
 Dalam arti sempit:
Drama, kisah hidup dan kehidupan manusia yang diceritakan di atas pentas, disaksikan
oleh orang banyak, dengan media: percakapan, gerak dan laku, dengan atau tanpa dekor,
didasarkan pada naskah yang tertulis dengan atau tanpa musik, nyanyian, tarian.

Arti drama – Sandiwara - Tonil


Pertunjukan drama disebut juga sandiwara. Kata sandiwara dibuat oleh P.K.G
Mangkunegara VII almarhum sebagai kata pengganti toneel (bahasa Belanda). Sandiwara
dibentuk dari bahasa jawa sandi dan wara. Sandi berartirahasia dan wara berarti pengajaran.
Demikianlah menurut Ki Hadjar Dewantara, sandiwara adalah pengajaran yang dilakukan
dengtan perlambang.

Formula Dramaturgi (4M)


Tugas dramaturgi mempelajari:

M1 Mengkhayalkan Di sini untuk pertama kali pengarang mengkhayalkan


kisah: ada inspirasi dan ide.

M2 Menuliskan Pengarang menyusun kisah yang sama (the sean

idea) untuk kedua kalinya. Pengarang menulis kisah


(story).

M3 Memainkan Pelaku-pelaku memainkan kisah yang sama untuk


ketiga kalinya (action). Di sini aktor dan aktris yang
bertindak dalam stage tertentu.

M4 Menyaksikan Penonton menyaksikan kisah untuk yang keempat


kalinya.

By : Septia Anjeni / 2014 161 023


DRAMATURGI
BAB 2
SEJARAH TEATER DI INDONESIA

SEJARAH NASKAH DAN PENTAS


1. Sebelum abad ke-20
Tidak ada naskah dan pentas. Yang ada hanyalah naskah-naskah cerita rakyat dan kisah-
kisah turun temurun disampaikan secara lisan oleh ayah kepada anak. Drama-drama
rakyat, istana, keagamaan, di arena, di bawah atap, atau lapangan terbuka.

2. Permulaan abad ke-20


Terpengaruh oleh drama Barat dan cara pemanggungannya (staging), timbul bentuk-
bentuk drama baru: komidi stambul/istana/bangsawan, tonil, opera, wayang orang,
ketoprak, ludruk, dan lain-lainnya. Tidak menggunakan naskah (improvisatoris), tetapi
menggunakan pentas; panggungbnya berbingkai.

3. Zaman Pujangga Baru


Muncul naskah drama asli yang dipakai oleh pementasan amatir. Rombongan
professional tidak menggunakannya.

4. Zaman Jepang
Sensor Sendenbu sangat keras, diharuskan menggunakan naskah. Rombongan
professional dipaksa belajar membaca. Perkumpulan amatir tidak kaget karena terdiri atas
kaum pelajar.

5. Zaman Kini
Rombongan professional membuang naskah. Organisasi amatir tetap setia pada naskah,
sayang sering mengabaikan pengarang, penyadur, atau penyalinnya.

Segi Bahasa
Komidi stambul dan bangsawan memakai bahasa Melayu karena dimengerti di kota-
kota besar, dan juga karena alas an alas an komersial (perdagangan). Pujangga baru memakai

By : Septia Anjeni / 2014 161 023


DRAMATURGI
bahasa Melayu/ Indonesia dengan sebab dan tujuan politik. Sekarang dipakai bahasa kesatuan
Indonesia.

Segi Ideologi
Setiap pengutaraan pendapat adalah propaganda. Sejak dulu drama menjadi alat
propaganda agama, susunan pemerintahan, pandangan hidup, dan lain-lain, tetapi tidak lepas
dari manusia dan kemanusiaan, tidak terlepas dari zamannya.

Bentuk Teater di Indonesia


1. Yang lahir di dalam lingkungan kehidupan desa.
Kegiatannya terkait erat oleh persoalan kehidupan sehari-hari di dalam desa, yaitu adat
atau agama. Contohnya terdapat pada kehidupan teater di Bali.
2. Yang lahir di keraton.
Pertunjukan dilaksanakan pada upacara-upacara tertentu, para pelakunya anggota
keluarga bangsawan. Pertunjukan dilaksanakan hanya untuk kalangan ternatas. Tingkat
artistic yang dipakai sangat tinggi. Cerita pada umumnya berkisar pada kehidupan kaum
bangsawan yang dekan dengan para dewa dan sebagainya.
3. Yang tumbuh di kota-kota
Kadang-kadang masih membawa bentuk-bentuk yang di desa atau di keraton. Lahir dari
kebutuhan yang timbul dengan tumbuhnya kelompok-kelompok baru di dalam
masyarakat dan sebagai produk dari kebutuhan baru, sebagai fenomena modern dalam
seni pertunjukan di Indonesia.
4. Yang diberi predikat modern atau kontemporer
Menampilkan peranan manusia bukan sebagai tipe, melainkan sebagai individu. Dalam
dirinya terkandung potensi yang besar untuk tumbuh, saat ini merupakan golongan teater
minoritas. Merupakan hasil pencarian manusia Indonesia yang dilakukan secara terus
menerus.

By : Septia Anjeni / 2014 161 023


DRAMATURGI
BAB 3
MASALAH DRAMATURGI

Bagian I: Drama dan Konflik Manusia


1. Hukum drama
a. Subjek
Lahit dan mati, lahir dan mati, kawin dan cerai, kejahatan dan hukuman, perang dan
damai.
b. Tema
Keberanian dan pengecut, kesetiaan dan pengkhianatan, keserakahan dan murah hati.
c. Emosi
Kemarahan, cinta dan benci, ketakutan dan kenikmatan. Perhatian terhadap konflik
adalah dasar dari drama. Protagonios adalah peran yang membawa ide prinsipil.
Pertentangan diantara dua kekuatan (protagonis dan antagonis) mengakibatkan
dramatic action.

2. Sumber penulis drama ialah “Tabiat Manusia”


Yang harus di pelajari dalam tabiat manusia sebagai berikut:
a. Pengarang
b. Aktor/aktris
c. Sutradara

3. Kerangka drama adalah “action”


Konflik diwujudkan dengan action. Drama memerlukan action yang terbuka karena
penonton hanya dapat menerima maksud berdasarkan action yang dilihat dan didengar.
Action dapat membawa kehebatan (excitefull) dan daya tarik. Action merupakan
kerangka drama.

4. Dasar action adalah “motif”


Sumber-sumber motif:
a. Human driver (kegiatan, semangat, pendorong)

By : Septia Anjeni / 2014 161 023


DRAMATURGI
Merupakan kegiatan yang mengontrol suatu action atau kegiatan manusia; bersifat
dinamik. Menurut W.I. Thomas ada empat macam kekuatan dasar:
a. Kekuatan untuk tanggapan (response)
b. Kekuatan untuk pengakuan
c. Kekuatan untuk petualangan (adventure)
d. Kekuatan untuk keamanan (security)

b. Situasi: fisik dan sosial


Situasi fisik: Dua aspek situasi bisa menyebabkan action dan menunjukan sumbernya.
Lakon/ play yang sadar akan motif yang timbul dari situasi fisik menempatkan
peranan-peranannya terkurung, mengubah keaktivitetan motif secara logis balam
mengekspresikan ide serta emosi yang dikehendaki.
Situasi sosial: Perbedaan dalam kesibukan merupakan hasil perbedaan ukuran sosial
yang menentukan sikap di dalam dua tempat.

c. Interaksi social (Socian Interaction)


Jika dua orang berbeda dalam kontak social langsung, yaitu bila mulai sadar terhadap
satu sama lain, timbulah interaksi sosial.

d. Pola watak (character pattern)


Kita mencoba memperoleh gambaran watak itu, masa lampaunya, pengalamanya, dan
struktur psikisnya.
a. Intelegensi
b. Hubungannya dengan dunia luar
c. Hubungannya dengan dirinya sendiri
Formula hubungan unsur-unsur kunci: Yang dimaksut dengan unsur kunci ialah
motif, action, dan conflik.

By : Septia Anjeni / 2014 161 023


DRAMATURGI
Drama merupakan kisah pertentangan yang saling beroposisi, di mana tiap kejadian dari
kekuatan-kekuatan khusus action dapat diketahui pada tiap motif. Dengan demikian maka
drama didasarkan pada human conflict.

Bagian II: Drama dan Pengarang


Drama merupakan kisah pertentangan yang saling beroposisi, di mana tiap kejadian
dari kekuatan-kekuatan khusus action dapat diketahui pada tiap motif.
Dengan demikian maka drama didasarkan pada human conflict.
1. Bahan-bahan untuk pengarang
a. Karakter; untuk mengembangkan konflik.
b. Situasi; lakon adalah rentetan situasi, dimulai dari situasi yang akan berkembang
selama action terlaksana.
c. Subjek; ide pokok lakon atau drama.

2. Alat-alat pengarang
a. Dialog; lewat dialog tergambarlah watak-watak sehingga latar belakang perwatakan
bisa diketahui.
b. Action; berbicara lebih kerasc dari pada kata-kata, karena to see to believe.

3. Proses inspirasi yang merangsang daya cipta (MI & MII)

MI Inspirasi dapat timbul:

1. Sendiri karena pikiran kita menemukan suatu gagasan yang


merangsang daya cipta.
2. Karena perhatian kita tertuju pada suatu peristiwa baik yang
disaksikan sendiri maupun yang didengar atau dibaca.
3. Karena kehidupan kita terkait pada kehidupan seseorang.

MII 4. Daya cipta tersebut diatas akan kita hidupkan ke dalam sebuah
cerita.
5. Maka terciptalah gambar yang masih mentah, belum teratur.
6. Proses kristalisasi sehingga kita dapat berhasil merumuskan
hakikat (intisari) cerita.
7. Saat kita mendapat rumus intisari cerita premis.

By : Septia Anjeni / 2014 161 023


DRAMATURGI
4. Proses mengarang (MII)
a. Seleksi; dengan hati-hati pengarang memilih situasi yang harus memberikan saham
bagi keseluruhan drama. Dalam kebanyakan lakon (play), merupakan kunci laku
(action).
b. Re-arrangement; pengarang enyusun kembali kekalutan hidup menjadi pola yang
berarti.
c. Intensifikasi; pengarang memiliki kisah untuk diceritakan, kesan untuk digambarkan,
suasana hati untuk diciptakan.

5. Komstruksi dramatic
Ide klasik dari Aristoteles
Dalam karyanya petics Aristoteles mengetengahkan antara lain teori, analisis, dan hukum
puisi dan drama:
a. Teori tentang komedi (suka cerita)
b. Teori tentang tragedy (duka cerita)
c. Hukum komposisi drama yang terdiri atas awal, tengah, dan akhir.
d. Pengetahuan tentang trilogy Aristoteles; kesatuan tempat, kesatuan waktu, dan
kesatuan kejadian.

1. Dramatic plot
Aristoteles (klasik)
I. Protasis:
Permulaan, dijelaskan peran
dan motif lakon.
II. Epitasio:
Jalinan kejadian
Gustav Freytag (modern)
 Exposition:
Pelukisan ..............................(1)
 Complication:
Dengan timbulnya kerumitan / komplikasi diwujudkan jalinan
kejadian ................................(2)

By : Septia Anjeni / 2014 161 023


DRAMATURGI
III. Catastasis: - Climaks
Puncak laku, peristiwa mencapai titik kulminasinya; sejak 1-2-3 terdapat laku
sedang memuncak (rising action) ..............................................(3)
 Resolution:
Penguraian, mulai tergambar rahasia motif ........................(3) A
IV. Catastrophe:
Penutupan
 Conclusion:
Simpulan ..............................(4)
 Catastrophe:
Bencana ...............................(4) A
 Denouement:
Penyelesaian yang baik ........(4) B
Ditarik kesimpulan, dan habis cerita.

2. Dramatic plot
T
Climax
E
Rising Action
N Resolution

S
Complication
I Exposition Conclusion
O
N
BABAK I BABAK II BABAK III

3. Trilogi Aristoteles
a. Kesatuan waktu:
Peristiwa harus terjadi berturut-turut selama 24 jam selama satu selingan.
b. Kesatuan tempat:
Peristiwa seluruhnya terjadi dalam satu tempat saja.
c. Kesatuan kejadian:

By : Septia Anjeni / 2014 161 023


DRAMATURGI
Membatasi rentetan peristiwa yang berjalan erat, tidak menyimpanmg dari
pokoknya. Sering disebut kesatuan ide.

Penjelasan Trilogi Aristoteles (The 3 Unites Aristoteles)


Kesalahpahaman sering terjadi terhadap penafsiran Trilogi Aristoteles: sebuah lakon
harus hanya berlaku selama 24 jam (kesatuan waktu), tidak boleh ada pergantian adegan
(scene) (kesatuan tempat), harus hanya mempunyai laku (plot) yang tunggal kesatuan
kejadian).
Aristoteles sendiri tak pernah secara tegas mengemukakan hal itu semua, dan semua
dan tak pula bermaksud agar aturanya itu dipakai sebagai dogma. Dia hanya akan
menyelidiki bagaimana drama itu disusun, dan dikemukakannya dalam rangkaian
komentarnya tentang kesusastraan masa itu, yaitu yang tercantum dalam serangkaian
karangannya yang berjudul Poetics.
Tentang kesatuan waktu, yang berarti pembatasan waktu, teutama ditujukan kepada
tragedi yang harus berbeda dengan epik, karena epik mempunyai kebebasan waktu,
sedangkan tragedy waktunya harus segera dibatasi.
Tentang kesatuan tempat, dia tidak menyebutkan apa-apa. Meski demikian, pembatasan
tempat yang sangat mengikat seperti drama pseudo klasik juga tak dapat dibenarkan. Yang
jelas memang ada pembatasan dalam drama Yunani, seperti halnya kini, drama juga terkait
oleh syarat-syarat pentas, tetapi kebebasan bisa terjadi.
Tentang kesatuan kejadian, terutama ditujukan pada tema dan plot. Tetapi drama
Yunani sendiri sering meninggalkan aturan ini. Fakta yang menafsirkan bahwa drama harus
mempunyai hanya satu tema dan satu plot saja, tetapi ada juga yang mengetengahkan adanya
subplot atau minor action disamping plot utama sehingga merupakan plot majemuk, aasalkan
semuanya membantu penyelesaian plot utama atau plot pokok kea rah satu catastrophe.
Shakespeare kadang-kadang menggunakan plot kembar dengan cara paralelisme. Yang
penting ialah: harus ada persoalan pokok yang jelas, dan persoalan-persoalan lain mendapat
kedudukan yang kurang penting.

4. Tiga unsur prinsip dalam drama


a. Unsur kesatuan
Unsur kesatuan mencakup kesatuan kejadian, kesatuan tempat dan kesatuan waktu.

By : Septia Anjeni / 2014 161 023


DRAMATURGI
b. Unsur penghematan
Karena keterbatasan waktu, maka usahakanlah dalam waktu yang sesingkat itu
dituangkan masalah-masalah pokok yang terpenting saja.
c. Unsur keharusan psikis
Fungsi psikis dalam dramaturgi:
1. Protagonis
Pemeran utama (pahlawan/cerita yang menjadi pusat cerita.
2. Antagonis
Peran lawan, sering juga menjadi musuh yang menyebabkan konflik.
3. Tritagonis:
Peran penengah, bertugas mendamaikan atau menjadi pengantara protagonis dan
antagonis.
4. Peran pembantu
Peran yang secara tidak langsung terlibat di dalam konflik, tetapi peran pembantu
ini diperlukan guna penyelesaian cerita.

5. Drama modern
Drama modern mendobrak hukum-hukum tersebut (Trilogi Aristoteles). Drama yang
baik harus memiliki kegentingan (spaning). Ada dua macam kegentingan:
a. Kegentingan karena hasrat ingin tahu bagaimana akhir cerita.
b. Kegentingan identifikasi karena penonyon mengidentifikasikan diri secara emosional
dengan peran bagaimana nasib mereka. Emosi tersebut antara lain emosi pelengkap
dan emosi penyelamatan.

6. Konstruksi cerita drama


Naskah dan lakon
Naskah adalah bentuk/ rencana tertulis dalam cerita drama. Sedangkan lakon adalah hasil
perwujudan dari naskah yang dimainkan.
Komposisi tiga bahan pokok untuk cerita drama
1. Premise
Premise adalah rumusan intisari cerita sebagai landasan ideal dalam menentukan arah
tujuan ceritera.

By : Septia Anjeni / 2014 161 023


DRAMATURGI
2. Character
Bisa juga disebut tokoh, adalah bahan yang opaling aktif yang menjadi bahan
penggerak cerita. Karakter disini merupakan tokoh yang hidup.
Tiga dimensi character:
a. Dimensi fisiologis (cirri-ciri badan)
b. Dimensi sosiologis (latar belakang kemasyarakatan)
c. Dimensi Psikologis (latar belakang kejiwaan)

3. Plot
Plot ialah alur, rangka cerita, merupakan susunan empat bagian:
a. Protasis
b. Epitasio
c. Catastasis
d. Catastrope

By : Septia Anjeni / 2014 161 023


DRAMATURGI
BAB 4
SENI BERPERAN

Ikhtisar ajaran Richard Boleslavsky


Ajaran pertama: Konsentrasi atau pemusatan pikiran.
Aktor adalah seorang yang mengorbankan diri. Ia menghilangkan dirinya untuk
menjadi pemain (perannya). Agar actor menjadi sempurna dalam profesinya, ia harus
mengalami suatu Pendidikan yang terdiri atas tiga bagian:
1. Pendidikan tubuh
Subjek-subjeknya:
1) Senam irama
2) Tari klasik dan pengutaraan
3) Main anggar
4) Berbagai latihan bernafas
5) Latihan menempatkan suara, diksi, bernyanyi
6) Pantomime
7) Tata rias

2. Pendidikan intelek dan kebudayaan


Subjek-subjeknya:
a) Pengetahuan perihal tokoh-tokoh teater seperti Shakespeare, Moliere,
Goethe, Calderon de La Barca; apa yang telah mereka perjuangkan dan apa yang telah
dilakukan orang diteater-teater dunia dalam mementaskan karya-karya mereka.
b) Kesusastraan dunia pada umumnya; misalnya membedakan antara Romantik Jerman
dan Romantik Perancis.
c) Sejarah seni lukis, seni pahat, seni music; Bisa mengingat gaya setiap kurun zaman
dan tahu kepribadian setiap pelukis besar.
d) Psikologi, memahami psikoanalisis, pernyataan emosi, logika, perasaan.
e) Anatomi tubuh manusia, ciptaan besar seni pahat.

By : Septia Anjeni / 2014 161 023


DRAMATURGI
3. Pendidikan dan latihan sukma
Subjek-subjeknya:
a. Penguasaan seluruh panca indera dalam situasi yang dapat dibayangkan.
b. Penumbuhan ingatan perasaan, ingatan ilham atau penembusan pengkhayalan itu
sendiri, penumbuhan naivitas, penumbuhan daya untuk mengamati, penumbuhan
kekuatan kemampuan, penumbuhan untuk menambahkan keragaman pada pernyataan
emosi, penumbuhan rasa pada humor dan tragedy.
c. Penumbuhan ingatan visual.

Ajaran kedua: Ingatan emosi


Aktor harus berlatih mengingat-ingat segala emosi yang terpendam dan halaman-
halaman sejarah yang telah silam. Boleslavsky member nasehat kepada actor sebagai berikut:
 Perhatikan dan lihat apa yang ada disekitarmu – pandang dirimu dengan penuh
kegembiraan.
 Kumpulkan dan simpan dalam jiwamu semua kekayaan dan kepenuhan hidup.
 Simpan dan susun ingatan dan kenangan ini.
 Siapa tahu suatu hari mereka kita perlukan.
 Mereka adalah satu-swatunya sahabat dan guru dalam karyamu.
 Mereka adalah cat dank was bagi actor, seandainya actor itu adalah seorang pelukis.
 Dan mereka akan membawakan hadiah bagimu.
 Mereka adalah kepunyaanmu milikmu sendiri.
 Mereka bukan tiruan, dan mereka akan memberikan pengalaman, ketelitian, ekonomi, dan
kekuatan padamu.

Ajaran ketiga: Laku dramatis

By : Septia Anjeni / 2014 161 023


DRAMATURGI

BAB 5
MASALAH PERMAINAN

1. Unsur Permainan dalam Drama


Teori sumber perminan terbagi dalam empat kategori :
a) Permainan merupakan jalan keluar bagi energi yang berlebihan.
b) Permainan kanak-kanak merupakan persiapan untuk hidup.
c) Teori rekapitulasi (ikhtisar, ringkasan pokok-poko)
d) Dalam permainan kanak-kanak menyatakan reaksi-reaksi emosional dan sosial.

2. Psikodrama dan Psikologi Pemain Drama


Karena problem individu hidup dalam drama, maka memungkinkan adanya pemecahan.
Hal ini dibuktikan dengan munculnya apa yang disebut psikodrama. Orang-orang yang tidak
bias menahan konflik-konflik dikumpulkan, kemudian disusun suatu naskah permainan
dengan tujuan menyelidiki dan menemukan problem yang ada pada mereka.

3. Permainan Sebagai Pembebasan


Actor harus menggambarkan orang lain, sekaligus ia tidak bias berbuat selain
menggunakan bahan yang ada padanya.

4. Pembinaan Watak Permainan


A. Ada tiga bahan bagi aktor untuk menggambarkan apa yang telah ditentukan penulis
lewat tubuh dan badannya :
a) mimik yaitu pernyataan atau perubahan muka : mata, mulut, bibir, hidung, kening.
b) Plastik yaitu cara bersikap dan gerakan-gerakan anggota badan.
c) Diksi cara penggunaan suara/ucapan.

B. Tiga fase cara aktor menggambarkan perannya :


a) Typering primer
Yang terpenting adalah mimik. Ada dua typering, yaitu gembira (up) dan sedih
(down).

By : Septia Anjeni / 2014 161 023


DRAMATURGI
b) Typering dramatis
Yang terpenting adalah plastik. Dengan sendirinya plastic ini (sikap dan gerak)
terpengaruh oleh mimic, dan pada umumnya bergantung juga pada tanda yang
sama, tetapi tidak setegas dan seprinsipil ditentukan seperti mimik.
c) Typering individual
Yang dipentingkan adalah diksi. Diksi ditentukan oleh aktor, karena itu ia (diksi)
bisa mempengaruhi arti suatu kalimat.
Jika dibandingkan dengan mimik dan plastik maka diksi memberikan banyak
aspek istemews karena :
1) Tidak dapat dinyatakan dengan sikap atau gerak,
2) Suara halus berbicara dalam kata-kata.
 Dalam mimik : kebebasan banyak dibatasi
 Dalam plastik : kebebasan agak kurang dibatasi, karena dalam hal ini
interpretasi pribadi aktor atas maksud pengarang sering berlaku.
 Dalam diksi : aktor mendapat kebebasan sepenuh-penuhnya, tetapi masih
harus diperhitungkan dengan instruksi sutradara.

5. Aktor sebagai Pencipta


Dalam menemukan seni berperan aktor menghadapi dua masalah yang harus
dipecahkan :
1. Tujuan akting : tujuan menentukan akhtiar/usaha yang akan dijalankan.
2. Metode acting : bagaimana melaksanakan ikhtiar itu.

A. Dua teori tentang tujuan acting


1) Teori ilusi khayalan : tujuan poko acting ialah menciptakan ilusi (illusion) atau
khayalan.
2) Teori interpretasi/penafsiran : aktor tidak berusaha untuk menipu penonton. Tujuan
aktor adalah menafsirkan perwatakan serta memberikan interpretasi.

B. Dua aliran tentang metode acting


1) Aliran emosional : aliran ini mendasarkan metode aktingnya atas emosi.
2) Aliran intelektual : aliran ini berpendapat bahwa acting harus didasarkan atau
dikonstruksikan atas suatu kecerdasan (intelek).

By : Septia Anjeni / 2014 161 023


DRAMATURGI

BAB 6
KESANGGUPAN KATA

1. Hubungan Suara dengan Gerak Mulut


Kalau ucapan-ucapan yang dikeluarkan itu diperhatikan benar, orang lambat laun
akan yakin bahwa memang ada hubungan antara perasaan, suara, dan gerak mulut pada
tiap-tiap ucapan. Tak mengherankan sekarang bahwa ada persesuaian antara suara,
perasaan dan gerak mulut.

2. Hubungan Suara dengan Irama


Irama adalah aturan. Pada seni lukis aturan itu menimbulkan keindahan
pemandangan, pada seni kata dan seni suara menimbulkan keindahan pada pendengaran.

3. Hubungan Suara dengan Warna


Suara tidak hanya merupakan lagu saja, suara juga dapat mewujudkan warna.
Ada dua macam teori tentang warna :
A. Teori warna dari segi fisik
Teori ini bedasarkan studi tentang sinar dan warna dalam ilmu alam. Ada tiga warna
primer, yaitu merah, kuning, biru. Ada tiga warna sekunder yaitu jingga, hijau dan
ungu.
B. Pembagian warna menurut perasaan
Menurut perasaan yang timbul karena orang melihat warna adalah, orang menyebut
warna hangat dan warna dingin. Warna hangat ialah warna yang mengajak kita
gembira dan bergerak, misalnya warna kuning dan merah lembayung. Warna dingin
adalah warna yang menimbulkan perasaan damai, tenang, lemah, misalnya warna
ungu dan biru.

4. Hubungan Perasaan dan Suara


Beberapa arti suara :
a) Keadaan sunyi menimbulkan perasaan seakan-akan orang diasingkan.

By : Septia Anjeni / 2014 161 023


DRAMATURGI
b) Gaya suara yang rendah menimbulkan perasaan sedih, suasana gelap dan menekan.
Suara yang tinggi mengajak melayang-layang karena gembira.
c) Suara keras lagi besar seakan-akan menelan, mempengaruhi orang, tetapi suara yang
lemah lembut membuat hati lemah.
Kalau kita perhatikan benar memang ada persesuaian rasa antara suara dengan warna.
Terang ada persesuaian antara sastra yang rendah dengan suasana gelap, suara yang
tinggi, dengan suasana yang terang.

5. Peranan Kata dalam Drama


A. Peranan Kata dalam Drama
Bahasa tertulis harus dihidupkan oleh pemain diatas pentas. Mereka tidak akan
berdialog seperti keadaan sehari-hari. Laku didalam drama merupakan bentuk
menyatakan yang sudah dipadatkan sedangkan dialog proasis sepanjang satu halaman
misalnya bias diekspresikan dalam satu bait puisi.
B. Arti puisi
Kata syair/puisi merupakan nama untuk menyebut segala macam bentuk bahasa
ikatan. Menurut pengertian lama puisi adalah suatu bentuk dalam kesusastraan yang
terdiri atas empat baris dan bersajak sama.

6. Dialog, Diksi, dan Action


A. Dialog
Dalam struktur lakon, dialog dapat kita tinjau dari dua segi, yaitu :
a) Segi estetis
Dialog merupakan faktor litere (juga filosofis) yang mempengaruhi struktur
keindahan sebuah lakon.
b) Segi teknis
Biasanya diberi catatan pengucapan, ditulis dalam kurung. Dalam lakon bersajak
yang ucapannya secara deklamatoris, diberi tanda baca saja.

B. Diksi
Berbicara adalah bergerak dan merupakan bagian dari seluruh gerakan yang tak
dapat dipandang sebagai sesuatu yang memiliki kedudukan tersendiri, justru karena

By : Septia Anjeni / 2014 161 023


DRAMATURGI
berbicara tidak bias dilepaskan dari gerak batin (pikiran dan perasaan) yang menuntut
seluruh tubuh untuk memberikan sebuah manifestasi. Sebagai contoh akan
dikemukakan bagaimana hubungan antara bicara dengan gerakan-gerakan lain dalam
tubuh kita, yaitu :
 Gesture : gerak tangan, isyarat, yaitu posisi bagian tubuh untuk mengutarakan
emosi atau ide.
 Movement : pertukaran tempat kedudukan pada pentas. Missal : dating dari pintu,
melewati kursi menuju jendela.
 Bussines : kesibukan yang karakteristik, yang mempunyai cirri-ciri khas. Missal :
merokok, mengupas buah-buahan, menjahit, menulis dan lain-lainnya.

C. Action
Action merupakan istilah yang sering membingungkan dan sering pula dikacaukan
dengan movement. Secara teknis, action adalah istilah literer yang digunakan dalam
naskah.
Ada dua macam movement :
a) Direct Movement
Yaitu suatu gerak hakiki (esensial) yang diperlukan pada saat lakon berlangsung.
b) Indirect Movement
Yaitu gerak kreatif, bukan esensial, tetapi meyakinkan dan menghidupkan gerak
dasar pada saat lakon berlangsung.

By : Septia Anjeni / 2014 161 023


DRAMATURGI
BAB 7
SUTRADARA

1. Sejarah Timbulnya Sutradara


Sutradara : karyawan yang mengkoordinasi segala unsur-unsur teaer dengan paham,
kecakapan, serta daya khayal yang intelegensi sehingga mencapai suatu pertunjukan yang
berhasil.
Producer : penanggung jawab keungan dan promosi.
Manager : tokoh eksekutif dari produser, penanggung jawab tata laksana.
Stage Manager : tokoh eksekutif dari sutradara, dialah yang mengatur panggung dan
seluruh perlengkapannya.
Dalam perkembangan kedudukan sutradara ada tiga kejadian penting :
a) Pada saat Saxe Meiningen mendirikan suatu rombongan teater pada tahun 1874-1890
mereka mementaskan 2591 drama di Berlin dan seluruh Jerman.
Setelah itu mereka mengadakan tur ke Negara-negara Eropa lainnya sehungga
akhirnya mempengauhi.
b) Moscow Art Theater yang dipimpin oleh Constatin Stanislavsky (1863-1938).
Stanislavsky (guru R. Boleslavsky) adalah pendiri teori penyutradaraan termasuk
penghapus sitem bintang.
c) Lewat Princetown Players dan Group Theater, Stanislavsky mempengaruhi Broadway
sehingga teater professional menerima pendapatannya (metodenya). Dengan adanya
kedudukan sutradara, teater/drama memasuki babak baru dalam sejarah hidupnya.
Kedudukan sutradara :
Sutradara berdiri di tengah-tengah segitiga, bertindak sebagai pusat kesatuan kekuatan,
juga sebagai coordinator bagi prestasi-prestasi kreatif aktor dan patra teknisi. Akhirnya
sutradara harus menjadi seorang seniman yang berarti.

2. Teori Penyutradaraan
A. Teori Gordon Craig
Harus ada kekuatan ide dalam teater. Jika teater adalah seni maka ia harus
mengekspresikan kepribadian si seniman. Sutradara mengejawantahkan idenya lewat
aktor dan aktris.

By : Septia Anjeni / 2014 161 023


DRAMATURGI
Kebaikan teori ini adalah hasilnya sempurna (perfec), tata tertib terjamin, teratur teliti.
Kelemahan atau keburukannya ialah sutradara menjadi dictator, aktor dan aktris
aadalah alat sutradara, harus meniru gaya sutradara yang merupakan prototip,
kreativitas mereka ihilangkan atau dihalangi, padahal tujuan produksi lakon ialah
memeberi kesemapatan bagi aktor dan aktris untuk memberikan sumbangan bagi
keseluruhnnya.
B. Teori Laissez Faire
Dalam teater ini aktor dan aktris adalah pencipta dalam teater. Tugas sutradara adalah
membantu aktor dan aktris mengekspresikan dirinya dalam lakon, seorang supervisor
individualnya agar melaksanakan peranan sebaik-baiknya.
Kelemahan teori ini adalah sutradara bukan seorang diktator melainkan pembantu.
Kelemahan teori ini adalah terdapat bahaya akan timbulnya kekacauan dan kurang
teratur, kurang teliti.

3. Pembinaan Kerja Sutradara


A. Menentukan nada dasar
Tugas pertama sutradara adlah mencari motif yang merasuk karya lakon, yang
memberi cirri kejiwaan dan selalu Nampak dalam penyutradaraan.
Sebuah nada dasar dapat bersifat :
a) Ringan tidak mendalam
b) Menentukan/memberikan suasana khusus
c) Membuat lakon gembira menjadi banyolan/lucu
d) Mengurangi tragedy yang berlebih-lebihan
e) Memberikan prinsip dasar pada lakon

B. Menentukan casting
Macam-macam casting :
1) Casting by ability : berdasarkan kecakapan, yang terpandai dan terbaik dipilih
untuk peran yang penting/utama dan sukar.
2) Casting to type : pemilihan yang bertentangan dengan watak atau fisik si pemain.
3) Antitype casting : pemilihan yang bertentangan dengan watak atau fisik si pemain.
4) Casting to emotional temperament : memilih seseorang berdasarkan hasil
observasi hidup pribadinya.

By : Septia Anjeni / 2014 161 023


DRAMATURGI
5) Therapeutic-casting : menetukan seorang pelaku bertentangan dengan watak
aslinya dengan maksud menyembuhkan atau mengurangi ketakseimbangan
jiwanya.

C. Tata dan Teknik Pentas


Segala yang menyangkut soal tata pakaian, tata rias, dekor, tata sinar. Semua itu harus
disesuaikan dengan nada dasar.
Tata dan teknik pentas ialah segala masalah yang tidak termasuk cerita, naskah dan
acting.

D. Menyusun Mise En Scene


Mise en scene ialah segala perubahan yang terjadi pada daerah permainan yang
disebabkan oleh perpindahan pemain atau peralatan. Dengan mise en scane sutradara
memberikan sryktur visual pada lakon dengan komposisi pentas.
Pemberian bentuk ini bisa tercapai dengan 14 macam cara :
1) Sikap pemain
2) Pengelompokan
3) Pembagian tempat kedudukan pelaku
4) Variasi saat masuk dan keluar
5) Variasi penempatan perabot (mebel)
6) Variasi posisi dua pemain yang berhadap-hadapan
7) Komposisi dengan menggunakan garis dalam penempatan pelaku
8) Ekspresi kontras dalam warna pakaian
9) Efek tata sinar
10) Memperhatikan ruang sekeliling pemain
11) Menguatkan/meluangkan kedudukan peranan
12) Memperhatikan latar belakang
13) Keseimbangan dalam komposisi
14) Dekorasi

E. Menguatkan atau Melemahkan Scene


Sebuah nada dasr merasuk lakon seluruhnya. Usaha menguatkan atau melemahkan
adegan adalah teknik yang menggarap berbagai adegan dalam lakon. Kita dapat

By : Septia Anjeni / 2014 161 023


DRAMATURGI
menentukan tekanan atau aksen pada lakon menurut pandangan kita tanpa mengubah
naskah.

F. Menciptakan Aspek-Aspek Laku


Sutradara harus dapat memberikan saran kepada aktor agar mereka menciptakan apa
yang disebut laku simbolik atau acting kreatif. Laku simbolik adalah cara berperan
yang biasanya tak terdapat dalam instruksi naskah, tetapi diciptakan untuk
memperkaya permainan, yaitu lebih menjelaskan kepada penonton apa yang
terkandung dalam batin penonton.
Ada dua macam laku simbolik :
1) Yang memperkaya permainan yang diciptakan aktor dengan atau tanpa petunjuk
sutradara (aliran laissez faire).
2) Yang tidak diciptakan oleh pemain secara individual, tetapi ditentukan oleh
sutradara (aliran Gordon Craig).

G. Mempengaruhi Jiwa Pemain


a) Dua macam kedudukan sutradara
1) Sebagai Teknikus
Ciri-ciri seorang sutradara teknikus, yaitu dia akan mencipta pergelaran yang
menyolok dan menaik perhatian. Dengan montase yang agung, teknik dekor
yang luar biasa, tata sinar yang menakjubkan, dia berusaha menerapkan film
dan teater.
Tokoh-tokoh internasional : Erwin Piscator (Jerman 1893- ) seorang sutradara
dan pendesain pentas, Max Reinhadt (Austria 1873-1943) seorang sutradara
dan produser.
2) Sebagai psikolog Dramatis
Ciri-ciri sutradara psikolog dramatis, yaitu ekspresi luar atau lahiriah dalam
pagelaran menjadi berkurang. Dalam menggambarkan watak dia lebih
mengutamakan tekanan psikologis, khususnya pada cara acting yang murni
ketika prestasi permainan pribadi ditempatkan dalm arti yang sebenarnay.
Tokoh-tokoh internasional : Constantin Stanlavskiy, kelompok teater I.O.C
dari London mengarah kepada perpaduan tipe pertama dan tipe kedua.

By : Septia Anjeni / 2014 161 023


DRAMATURGI
b) Dua cara mempengaruhi pemain
Ada dua cara mempengaruhi pemain, yaitu :
1) Dengan menjelaskan - sutradara sebagai interpretator.
Ia menjelaskan bagaimana menggambarkan untuk peranan dan bagaimana
berusaha agar mimik plastik, diksi, sesuai dengan idenya.
2) Dengan memberi contoh - sutradara sebagai aktor
Sutradara langsung member contoh acting dalam hal ini ia harus banyak
berpengalaman seperti aktor. Keuntungannya ialah cepat dipahami : bahanya,
pemain membuat imitasi.
c) Perbandingan antara nada dasar dan pengaruh psikologi
Nada dasar : berlaku untuk keseluruhan lakon, berusaha menyamakan semua
peranan secara psikologis dan menyesuaikan tata pentas dengan acting.
Masalah nada dasar ini adalah suatu paham sintetis.
Pengaruh psikologis : berdasrkan nada dasar diusahakan agar setiap pemain
memiliki ciri khusus pribadinya sehingga perbedaan dalam kepribadian
tampak. Masalah ini lebih bersifat analitis.

By : Septia Anjeni / 2014 161 023


DRAMATURGI
BAB 8
IKHTISAR SEJARAH PEMENTASAN LAKON

1. Zaman Yunani dan Romawi


1.1.Zaman Yunani
Asal mula drama ialah kultus Dionyos, dewa domba atau lembu. Drama didahului oleh
kurban domba atau lembu kepada Dionyos. Dalam upacara itu dilagukan nyanyian domba
yang dinamakan tragedy. Dalam perkembangannya. Dionyos digambarkan sebagai
manusia dan ipuja sebagai dewa anggur dan kesuburan. Tragedi mendapat arti yang lain,
yaitu drama yang melukiskan perjuangan manusia melawan nasib.
Bentuk tragedi Yunani klasik :
a) Prologus : bagian yang diucapkan sebelum pertunjukan dimulai.
b) Parodus : lagu yang mengiringi pawai, dinyanyikan oleh paduan suara yang hadir di
pentas sampai pertunjukan selesai.
c) Epiodia : mengemukakan adegan-adegan, dialog-dialog si pemain yang muncul di
pentas
d) Stasima : bagian-bagian atau kelompok nyanyian paduan suara. Nyanyian paduan
suara biasanya terdiri atas strophe dan antistrophe, dan berakhir dengan epode.
e) Exodus : bagian terakhir waktu kelompok penyanyi pergi.

1.2.Zaman Romawi
Teater Romawi mengambil alih gaya teater Yunani. Mula-mula bersifat religious,
kemudian show-bussiness. Dalam staging orang Romawi lebih memperhatikan kebesaran.

2. Zaman Pertengahan
Dalam zaman ini pengaruh Gereja Katolik atas drama sangat besar.
Ciri-ciri khas :
a) Staging atau pentas kereta
b) Kesederhanaan dekor yang simbolis, impresionisme, dan sebagainya menggejala
c) Pementasan simultan, bersifat sinkronis belaka, berbeda dengan pementasan simultan
zaman modern.

By : Septia Anjeni / 2014 161 023


DRAMATURGI

3. Comedia dell’ Arte Italia


Muncul di Italia, bersumber pada banyolan Romawi.
Ciri-ciri :
Improvisatoris, tanpa naskah. Gaya ini dapat dibandingkan dengan gaya jazz.
Dalam jazz melodi ditentukan lebih dulu, dan anggota-anggota orkes melaksanakan
improvisasi masing-masing. Hal ini bias terlaksana bila gaya permainan sama dan
kelompok.
Comedia dell’ Arte meluas ke Belanda (Jan Klaassen). Prancis (Jean Potage), Inggris. Di
Indonesia gaya ini tercetus dalam gaya “Seniman Miring” atau “Seniman Sinting”.

4. Zaman Elisabeth
Di Inggris pada waktu pemerintahan Ratu Elisabeth 1 (1558-1603), drama sangat
berkembang. Baginda sendiri membangun teater-teater dengan gaya istemewa.
Drama zaman Elisabeth dirajai oleh Shakespeare (1564-1616).

5. Aliran Klasik
Ciri-ciri :
a) Materi berdasarkan motif Yunani/Romawi, baik cerita klasik maupun sejarah.
b) Ditulis dengan bentuk sanjak berirama.
c) Akting bergaya deklamasi…..
d) Laku statis, monolog sangat panjang (untuk member kesempatan berdeklamasi yang
berlebih-lebihan), akibatnya laku dramatis terhambat.
e) Tunduk kepada Trilogi Aristoteles.

6. Aliran Romantik
Ciri-ciri :
a) Kebebasan bentuk.
b) Isi yang fantastis, kadanag tidak logis
c) Materinya bunuh-membunuh, teriak-teriakan dalam gelap korban pembunuhan yang
hidup kembali, tokoh-tokohnya sentimental.
d) Mementingkan keindahan bahasa.

By : Septia Anjeni / 2014 161 023


DRAMATURGI
e) Dalam penyutradaraan segi visual ditonjolkan.
f) Actingnya bernafsu, bombastis, mimik yang berlebihan.

7. Aliran Realisme
Ada dua macam aliran :
7.1.Realisme Umumnya
Merupakan aliran seni yang berusaha mencapai ilusi atas penggambaran kenyataan.
Drama realistis bertujuan tidak untuk menghibur melulu, tetapi mengembangkan problem
dari suatu masa. Problem atau masalah ini berasal dari luar (soal sosial) atau dari dalam
manusia sendiri, yaitu dari kesulitan-kesulitan yang timbul oleh kontradiksi-kontradiksi
yang dialami oleh manusia (soal psikologis).
7.2.Realisme Sosial
Ciri-ciri :
a) Peran-peran utama biasanya rakyat jelata : petani, buruh, pelaut, dan sebagainya.
b) Aktingnya wajar seperti yang dilihat dalam hidup sehari-hari, tidak patetis.
7.3.Realisme Psikologis
Ciri-ciri :
a) Permainan ditekankan pada peristiwa-peristiwa intern/ unsur-unsur kejiwaan.
b) Secara teknis segala perhatian diarahkan pada akting yang wajar, intonasi yang tepat.
c) Suasana digambarkan dengan perlambang.

8. Aliran Ekspresionisme
Ekspresionisme ialah “seni menyatakan”. Ekspresionisme dalam drama baru lahir dalam
masa sesudah perang Dunia 1.
Ciri-ciri :
a) Pergantian adegan cepat.
b) Penggunaan pentas yang ekstrem.
c) Fragmen-fragmen yang filmis (meniru gaya dan cara film, misalnya layar
diproyeksikan seperti film).
d) Ada tiga aliran dalam ekspresionisme :
e) Adanya gerak kolektif dalam drama, dipentaskan revolusi sosial.
f) Aliran yang dipengaruhi oleh psikoanalisis.
g) Aliran yang dipengaruhi oleh film.

By : Septia Anjeni / 2014 161 023


DRAMATURGI

9. Drama Zaman Kini


Tidak mempunyai ciri-ciri khusus dalam gaya penyutradaraan.
Terdapat enpat aliran besar yang dipengaruhi oleh gaya atau aliran yang dahulu :
a) Expresionisme : Thorton Wilder, Arthur Miller.
b) Realisme : Jean Anouil.
c) Puitis Romantik : Christopher Fry, Max Frisch, Garcia Lorca, T.S Eliot.
d) Absurd : Samuel Beckett, Eugene Ionesco, Arthur Adamov, Friedrich Durrenmatt,
Iwan Simatupang dengan drama sebabaknya yang berjudul “Taman”.

By : Septia Anjeni / 2014 161 023


DRAMATURGI
BAB 9
ARSITEKTUR TEATER

1. Teater Primitif
Lakon bersumber pada kegiatan cultural tertua dari kemanusiaan. Mula-mula
dilaksanakan dengan tujuan kepercayaan, religi. Tempat pelaksanaan bergantung pada
keadaan alamiah saat itu, di alam terbuka, kemudian orang melakukannya di kompleks
candi tempat dewanya bersamayam dan disembah.

2. Teater Yunani
Lakon Yunani kuno bersumber pada pemujaan Dewa Dionyos.
Konstruksi teater Yunani adalah sebagai berikut :
a) Orchestra : tempat bermain.
b) Thymele : pusat orchestra, digunakan sebagai puncak pemujaan.
c) Theatron : tempat penonton, theatron Athena bias memuat 17000 orang, berbentuk
amphitheater.
d) Skene : tempat berpakaian dan mengaso bagi pemain.
e) Parados : ruang masuk yang terletak diantara skene dan orchestra, disebelah kiri
maupun kanan skene.
f) Paraskenia : side wing, sekat penutup kiri/kanan dari skene.
g) Proskenion : forestage, orang membangun tingkat kedua diatas skene.
h) Legion : diatas proskenion sering pula digunakan sebagai pentas. Pentas ini disebut
logeion.

3. Teater Romawi
Bangsa Romawi mengoper bentuk teaternya dari bangsa Yunani dengan mengadakan
perubahan-perubahan sepanjang sejarah yang mengarah ke perkembangan bangunan
teater maa kini. Pada teater Romawi sebagian besar dari orchestra digunakan untuk ruang
penonton, sedangkan lakon dimainkan di tempat yang merupakan kesstuan dengan latar
belakang.

By : Septia Anjeni / 2014 161 023


DRAMATURGI
4. Teater Abad Pertengahan
Konstruksinya sangat primitive (teater kereta) dan bias lebih luas dan mewah (teater
simultan). Secara sederhana teater bias dipasang – dibongkar, dibawa kesana-kemari oleh
kelompok orang yang mengembara dariii kota satu ke kota lainnya. Model pentasnya
dapat diubah-ubah, disesuaikan dengan lakon yang akan dimainkan. Penonton berdiri
pada tiga perempat lingkaran di sekitar pentas yang biasanya ditempatkan diatas kereta.
Pemain bermain di depan tirai, dan berganti pakaian di belakang tirai.

5. Teater Elizabethan
Bentuk-bentuk teater terkenal tempat William Shakespear (12564-1616) mencipta karya-
karya besarnya bersumber dari tempat-tempat pada losmen-losmen Inggris, tempat-
tempat rombongan-rombongan teater melakonkan cerita-cerita dramanya. Mula-mula
pertunjukan berlangsung di udara terbuka di dalam kompleks losmen yang dikelilingi
gallery-galery tempat penonton. Pentas berada di ujung tempat terbuka itu, ditutup tirai-
tirai. Di belakang tirai-tirai itu para pemain bias berganti pakaian.

6. Teater Renaissance
Di Eropa Barat tumbuh secara bertahap dengan berbagai bentuknya konstruksi teater
dimana terdapat pemisahan antara penonton dan pemain.
a) Teater Perspektif
Orang membuat dekorasi tetap di tempat lakon dipertunjukan.
Pentas terdiri atas dua bagian :
1) Bagian pertama di pentas bagian depan disebut proscenium.
2) Bagian kedua dibuat meninggi dan bertemu dengan dekorasi belakang untuk
bersama-sama menimbulkan pemandangan yang perspektif.
b) Teater dengan Dekorasi yang Bisa Digerakpindahkan
Mula-mula digunakan dekorasi yang berbentuk segi-tiga dan digerakkan pada poros
yang memungkinkan membalikkan gambar dengan memutar dekorasi pada poros
tersebut. Kemudian prisma-prisma begini diganti dengan drop dan wing (coulissen)
yang kita kenal kini.

By : Septia Anjeni / 2014 161 023


DRAMATURGI
c) Teater Loge
Sejak zaman teater Elizabeth orang mengenal adanaya pemisahan tempat penonton
umum atau rakyat dan penonton ningrat. Zaman kini kita mengenal perbedaan kelas
dan harga tanda masuk antara yang murah dan mahal, antara orang biasa dan orang
penting. Ketikan rakyat banyak mengunjungi teater, kaum bangsawan merasakan
perlunya pemisahan ini.
d) Teater dengan Dekorasi yang Tertutup
Pada teater ini orang menutupi lukisan teater, dibuatnya ruangan-ruangan kamar dan
plafon sehingga dekorasi realistis muncul seperti yang kita lihat masa kini.

7. Teater Masa Kini


Konstruksi dasar teater modern berasal dari analisis kedudukannya. Kedudukan ini terdiri
atas tiga bagian :
1) Memberikan akomodasi untuk pertunjukan.
2) Memberikan akomodasi untu penonton.
3) Membuat kedua fungsi diatas itu menjadi satu. Pertunjukan pada stage block kiri,
audience pada house block tengah dan front house block kanan.
a) Teater Proscenium
1. Auditorium (tempat penonton)
Joseph Urban memberikan suatu standarisasi pembagian auditorium seperti
terlihat pada konsepsinya. Usahakanlah agar seorang penonton yang hendak
mencapai tempat duduknya pada deretan kursi tidak sampai melewati
maksimal 10 tempat duduk. Jarak antara baris kursi yang satu dengan lainnya
kurang lebih 75 cm lebar tempat duduk yang baik adalah 50 cm termasuk
tangan kursinya.
Letak baris pertama depan hendaknya 2 cm dari tirai depan pentas.
2. Stage (pentas tempat memainkan lakon, acting/area)
Lantai pentas harus rata, tidak boleh meninggi di belakang meskipun hanya
sedikit. Lantai meninggi ini adalah peninggalan abad-abad dahulu yang
menghendaki adanya kesan dalam atas dekorasi yang terlukis. Kini konstruksi
itu sudah ketinggalan zaman. Jadi, buatlah lantai horizontal. Lantai hendaknya
dibuat dari kayu atau diberi alas dari kayu.

By : Septia Anjeni / 2014 161 023


DRAMATURGI
Proscenium. Ini adalah bagian pentas yang berada di depan tirai depan dan
menonjol ke depan. Tempat begini sangat berguna untuk aneka keperluan.
Pentas tanpa tempat begini membuat para aktor bermain terlalu dalam di
pentas.
Tempat orkes (orchestra pit).pada teater modern lantai yang digunakan untuk
orchestra bias disetel meninggi-merendah menurut keperluan.

b) Teater Non-Proscenium (Teater Terbuka)


Macam-macam bentuk pentas ini adalah :
1. Pentas arena
Daerah pemain di tengah, penonton berada berkeliling. Orang menamakan
juga pentas sentral, pentas bundar (theater in the round, ring theater), pentas
circus dan sebagainya.
2. Tirai depan
Fungsi tirai depan adalah untuk memisahkan tempat penonton dan tempat
bermain.
3. Mekanik pentas
Seni pertunjukan modern meminta syarat dan saran yang banyak.
Beberapa macam mekanik pentas :
a) Revolving : pentas bias berputar.
b) Jackknife
c) Elevator : dua pentas atau lebih disusun vertical dan digunakan secara silih
berganti dalam menaikkan dan merunkannyan.

By : Septia Anjeni / 2014 161 023


DRAMATURGI
BAB 10
DEKORASI

Dekorasi (scenery) adalah pemandangan latar belakang (background) tempat


memainkan lakon.
Klasifikasi dekorasi :
a. Ditinjau secara mekanik
1) Draperies : Dibuat dari bahan-bahan yang tak terlukis, mempertahankan warna-warna
aslinya.
2) Dekorasi terlukis ( painted scenery) : Dekorasi yang kita saksikan pada pentas-pentas
tradisional.
b. Ditinjau dari segi konstruksi dekorasi terlukis
1) Flats : dekorasi yang berbingkai seperti orang membuat bingkai kain untuk melukis.
2) Drops : dekorasi yang tidak berbingkai menurut bentuk yang dikehendaki, tetapi
digantung di pentas belakang.
3) Plastic pieces : dekorasi yang meirukan objek-objek seperti adanya berbentuk 3
imensional atau terwujud dengan adanya konstruksi plastis.
c. Ditinjau sesuai dengan struktur settingnya
1) Drop dan wing
2) Box
d. Ditinjau menurut lokasi perwujudannya
1) Interior set : menggambarkan keadaan di dalam ruang tertutup (indoor).
2) Exterior set : menggambarkan keadaan di luar (outdoor)
e. Ditinjau dari watak desainnya
1) Naturalis : orang mencoba menirukan keadaan yang alamiah kedalam dekorasi
sehingga senantiasa diadakan percobaan-percobaan atau perombakanperombakan atas
perencanaan tata dekor yang tradisional.
2) Konvensional : gaya dekorasi menurut konvensi, kebiasaan yang telah dipraktekkan
dalam teater yang tradisional.

By : Septia Anjeni / 2014 161 023


DRAMATURGI
BAB 11
KOMPOSISI PENTAS

1. Proses Dramatik Visual


Sacara rinci proses ini digambarkan sebagai berikut :
 Gambar → luluh dan membentuk → gambar → luluh dan memebentuk →gambar
dan seterusnya…
Gambar-gambar itu disebut konposisi. Proses luluh dan memebentuk adalah gerak.
 Komposisi → gerak → komposisi → gerak → komposisi dan seterusnya…
Moment dipertahankan suatau bentuk gambar bergantung pada lama tidaknya suatu
motivational forces.

2. Beberapa pengertian
Komposisi pada seni lukis adalah suatau make-up dari lukisan yaitu penempatan artistic
atas garis dan kelompok dalam batas bingkai lukisan.
Komposisi pentas adalah penyusunan yang berarti dan artistic atas bahan-bahan
perlengkapan pada pentas.
Aktor adalah bahan yang bergerak, dekorasi dan lain-lain peralatan pentas adalah bahan-
bahan statis tidak bergerak.

3. Prinsip komposisi pentas


Sesuai dengan kasusu dari setting pentas, hakikat usaha itu adalah proses penyusunan
tokoh-tokoh manusia sedemikian rupa sehingga garis dan kelompok yang tersusun
menciptakan gambaran artistic yang berarti. Dengan kata lain adalah usaha ini adalah
make-up dari lukisan kemanusiaan. Dalam membuat komposisi lukisan yang berarti dan
artistik hendaklah diperhitungkan pula “pola motif” yang ada dalam adegan serta batas-
batas teknik teater konvensional.

4. Aspek Motif Komposisi


a) Komposisi harus nampak wajar.
b) Komposisi hendaklah menceritakan suatu kisah.
c) Komposisi hendaklah menggambarkan suatu emosi

By : Septia Anjeni / 2014 161 023


DRAMATURGI
d) Komposisi hendaklah memberikan indikasi hubungan tokoh perwatakan yang satu
dengan yang lainnya.

5. Aspek Teknik Komposisi


Untuk mencapai aspek ini hendaklah memperhatikan pedoman-pedoman sebagai berikut :
a) Sesuaikan komposisi dengan situasi “daerah permainan” (playing area).
b) Ciptakan tata letak bahan-bahannya untuk memperoleh gambar yang indah.
c) Usahakan cara pengaturan yang menguasai perhatian penonton (control of attention).
d) Daerah permainan (playing area).
Berdasar daerah permainan tempat orang memainkan lakon, kita menemukan ide dan
prinsip teater.

6. Aspek Piktorial Komposisi


Meliputi :
a) Uniti (kesatuan)
b) Kontras
c) Koherensi (saling bergantung)
d) Balans (keseimbangan)
e) Emphasis (titik berat)

By : Septia Anjeni / 2014 161 023


DRAMATURGI
BAB 12
TATA PAKAIAN

1. Definisi
Segala sandangan dan perlengkapannya (accessories) yang dikenakan didalam pentas
merupakan tata pakaian pentas. Seorang pelaku, selain harus memperhatikan bagaimana
penampilannya. Seorang pelaku, sebelum didengar suaranya, sering harus dilihat lebih
dahulu. Pakainnya yang pertama kali tampak membantu menggariskan karakternya dan
pakainnya yang tampak kemudian memperkuat kesan itu atau mengubahnya menurut
keperluan lakon.

2. Bagian-bagian Kostum
Kostum dapat digolongkan menjadi lima bagian :
a) Bagian dasar atau foundation.
Membuat tertib bentuk pakaian yang terlihat.
b) Pakaian kaki/sepatu
Gaya sepatu penting tidak hanya demi efek visual, tetapi juga karena hal itu
mempengaruhi cara si pelaku bergerak dan berjalan.
c) Pakaian tubuh/body
Ini meliputi : blus, rok (skirt), kemeja, overall, celana dan lain-lain yang dipakai oleh
pelaku.
d) Pakaian kepala/ headdress
Corak pakain kepal tentu saja bergantung pada corak kostum. Gaya rambut kadang-
kadang dimasukkan ke dalam make-up. Kostum dan make-up sangat erat berjalinan
dengan mmelukiskan peranan hingga kedua hal itu harus diperhatikan bersama.
Hairdo atau tata rambut disesuaikan dengan wajah dan bentuk tubuh.
e) Perlengkapan-perlengkapan / accessories
Merupakan pakaian-pakaian yang melengkapi yaitu bagian-bagian kostum yang
bukan pakaian-pakaian dasar atau yang belum termasuk 1, 2, 3, 4, tetapi dapat
ditambahkan demi efek dekoratif, demi karakter atau tujuan-tujuan lain. Ini meliputi
kaus tangan, perhiasan, dompet, ikat pinggang, kipas dan sebagainya.

By : Septia Anjeni / 2014 161 023


DRAMATURGI
3. Hubungan Kostum dengan Fase-fase Lain di Pentas
Kostum biasanya akan lebih efektif dan ssesuai bila direncanakan bersam-sama dengan
fase-fase produksi yang lain. Kostum-kostum haruslah saling bersesuaian dan cocok
scenery. Keselarasan warna kostum dengan setting haruslah masuk perhitungan karena
setting menjadi latar belakang untuk kostum.

4. Tujuan dan Fungsi Kostum


Tiap costuming mempunyai dua tujuan :
1) Membantu penonton (M4) agar mendapatkan suatu ciri ats pribadi peranan.
2) Membantu memperlihatkan adanya hubungan peranan yang satu dengan peranan yang
lain, misalnya seragam tentara.
Fungsi kostum :
1) Membantu menghidupkan perwatakan pelaku.
2) Tipe-tipe Kostum Pentas
3) Untuk individualisasi peranan.

5. Memberi fasilitas dan membantu gerak pelaku.


Kostum dapat digolongkan ke dalam empat tipe umum :
1) Kostum historis : adalah dari periode-periode spesifik dalam sejarah.
2) Kostum modern : adalah pakaian yang dipakai dalam masyarakat sekarang.
3) Kostum nasional : adalah dari negara atau tempat spesifik. Tentu saja kostum dapat
sekaligus historis dan nasional.
4) Kostum tradisional : adalah representasi karakter spesifik secara simbolis dan
distalisasi, seperti kostum Pierrot, Pierrette, dan Harlequin.
Masih ada corak-corak kostum yang lain, yaity kostum sirkus, fantastic, tari skating,
kostum hewan, dan sebagainya.

6. Cara memakai
Ada dua macam teknik :
1) Kostum dikenakan pada tubuh tanpa dipotongi (gedrapeerd). Bisa terdiri atas satu atau
lebih potong bahan yang terlepas, dikenakan pada tubuh dengan di sana-sini dikaitkan
dengan mendapatkan bentuk tubuh.

By : Septia Anjeni / 2014 161 023


DRAMATURGI
2) Kostum yang dipotong menurut bentuk tubuh dan kemudian dijahit.

7. Dua Macam Studi dalam Merencanakan Kostum


1) Studi atas kehidupan atau watak yang akan dibawakan oleh peranan.
2) Usaha riset atau periode sejarah dan pakaian nasional peranan yang dibawakan.

By : Septia Anjeni / 2014 161 023


DRAMATURGI
BAB 13
TATA RIAS

1. Pengertian-pengertian Dasar
Tata rias adalah seni menggunakan bahan-bahan kosmetika untuk mewujudkan wajah
peranan. Terwujudnya wajah harus dipandang dari titik lihat 4M, maka dua hal dua hal
yang harus diperhatikan dalam tat arias pentas adalah : lighting, jarak antara M3 dan M4.
Tugas rias adalah memberika bantuan dengan jalan memberikan dandanan atau
perubahan-perubahan pada para pemain hingga terbentuk dunia panggung dengan
suasana yang kena dan wajar.
Kegunaan rias dalam seni teater :
1) Merias tubuh manusia artinya mengubah yang alamiah (nature) menjadi yang budaya
(culture) dengan prinsip mendapatkan daya guna yang tepat.
2) Mengatasi efek tata lampu yang kuat.
3) Membuat wajah dan kepala sesuai dengan peranan yang dikehendaki.

Masalah keindahan
Keindahan adalah sifat yang trasendental. Trasedental berdasarkan kerohanian,
mengatasi yang duniawi, dan merupakan sifat yang melekat pada segala sesuatu yang ada,
baik pada Tuhan maupun pada makhluk. Keindahan itu trasenden, tidak Nampak bagi
pancaindera. Keindahan yang ditangkap manusia adalah keindahan estetis yang sebagian
besar dipengaruhi oleh kejasmanian kita.
Titik tolak pemikiran tat arias :
1) Melihat dengan jelas apa yang dikemukakan untuk suatu peranan tertentu.
2) Kepribadian pemain, yaitu jenisnya, bangsanya, wataknya, usianya.
3) Dalam hubungan dengan keseluruhan pertunjukan harus diperhatikan hakiki dramanya.
Faktor-faktor yang harus diperhatikan demi suksesnya make-up :
1) Rata dan halusnya base.
2) Kesamaan foundation.
3) Penggunaan garis-garis yang layak.
4) Harmoni anatara sinar dan bayang-bayangan.
5) Blending, gunanya ialah agar campuran bahan-bahan pada wajah terwujud sempurna.

By : Septia Anjeni / 2014 161 023


DRAMATURGI

1) Bahan-bahan Make-up Teater


1) Base : yang termasuk base adalah codcream (netral).
2) Foundation : ada dua macam yaitu, stick dan pasta. Gunanya untuk menutup
ketidakrataan pada kulit.
3) Lines : gunanya untuk memberikan batas anatomi muka. Macamnya : eyebrow pencil,
eyelash, lipstick, highlight dan shadow, eyeshadow.
4) Rouge : mengidupkan bagian pipi dekat mata, tulang pipi, dagu, kelopak mata antara
hidung dan mata.
5) Cleansing : cairan untuk menghilangkan segala make-up.

2) Proses Make-up
Sebelum memulai pekerjaan rias, seniman rias harus mempelajari dengan mendalam isi
cerita, kemudian mandalami satu per satu tiap persona yang akan main.
Kerja make-upnya sendiri :
1) Mempersiapkan muka, membersihkannya sebelum memakai alat-alat make-up.
2) Member warna dasar/foundation.
3) Penggunaan rouge untuk memberikan warna tiga dimensi pada pipi.
4) Lining/pemberian garis-garis sesuai dengan watak dan usia peranan.
Anatomi wajah ada tiga bagian : alis, mata, bibir.
5) Menyusun dan membentuk hairdo.

3) Teori dan Teknik Rias


Rias dapat dibedakan atas delapan macam :
1) Rias jenis.
2) Rias bangsa.
3) Rias usia.
4) Rias tokoh.
5) Rias watak.
6) Rias temporal.
7) Rias aksen.
8) Rias lokal.

By : Septia Anjeni / 2014 161 023


DRAMATURGI

Tinjauan secara teknis :


1) Ssraight make-up mewujudkan peranan asli si pelaku.
2) Character make-up melukis dan mengerjakan wajah sesuai dengan peranan.

Klasifikasi rias :
1) Rias sehari-hari.
2) Rias teater.
3) Rias untuk fotografi.
4) Rias untuk film dan Tv

By : Septia Anjeni / 2014 161 023


DRAMATURGI
BAB 14
TATA RIAS

1. Tujuan
a) Menerangi dan menyinari pentas dan aktor.
 Menerangi adalah cara menggunakan lampu sekedar untuk memberi terang,
melenyapkan gelap.
 Menyinari adalah cara penggunaan lampu untuk membuat bagian-bagian pentas
sesuai dengan keadaan dramatik.
b) Mengingatkan efek lighting alamiah.
c) Membantu melukis dekor/ scenery dalam menambah nilai warna sehingga tercapai
adanya sinar dan bayangan.
d) Membantu permainan lakon dalam melambangkan maksudnya dan memperkuat
penjiwaan.

2. Problem Stage Lighting


a) Problem fisikal dan mekanis
b) Problem artistik.

3. Alat-Alat Tata Sinar


a) Strip Light
Ada dua sistem striplight :
1) open system.
2) Compartment system.
Ada macam striplight :
1) Footlight :diletakkan di batas depan pentas, dibawah.
2) Borderlight : diletakkan diatas, digantungkan di belakang border-border.
b) Spotlight
Adalah sumber sinar yang dengan intensif memberikan sinar kepada saru titik atau
bidang tertentu.
c) Floodlight
Adalah lampu yang mempunyai kekuatan yang besar tanpa lensa.

By : Septia Anjeni / 2014 161 023


DRAMATURGI
4. Tiga macam Lampu dalam Masalah Penerangan
a) Lampu primer : adalah sumber sinar yang langsung menuju benda atau daerah yang
ingin kita sinari.
b) Lampu sekunder : sinar yang menetralisasi bayangan itu.
c) Lampu untuk latar belakang : lampu khusus untuk menerangi cyclorama.

5. Kontrol atas Sinar


Ada enam kategori dalam pengontrolan sinar :
1) Pengontrolan atas hidup dan matinya lampu.
2) Pengontrolan atas penyuraman lampu.
3) Pengontrolan atas arah lampu/sinar.
4) Pengontrolan atas besar sinar spotlight.
5) Pengontrolan atas bentuk sinar spotlight.
6) Pengontrolan atas warna sinar.

6. Pertimbangan Perencanaan Lighting yang Terakhir


Ada empat problem :
1) Apakah tujuan perencanaan lighting sudah tercapai?
2) Apakah lighting tersebut berasal dari sumber yang logis?
3) Apakah sudah dicapai keseimbangan antara gelap dan terang?
4) Dapatkah segala macam perubahan lighting tercapai?

7. Lighting Plot
Adalah diagram pengaturan panggung yang memperlihatkan posisi semua sinar. Lighting
cues adalah tanda-tanda, petunjuk-petunjuk untuk menghidupkan dan mematikan lampu.

8. Sejarah Perkembangan Tata Lampu


1) Sinar alam adalah matahari. Dahulu orang main drama pada siang hari.
2) Pada zaman Shakespear orang mulai main di ruang tertutup. Artificial lighting
berkembang dengan menggunakan banyak lilin.
3) Masa penggunaan minyak tanah dan gas.

By : Septia Anjeni / 2014 161 023


DRAMATURGI
BAB 15
TATA BUNYI

1. Tentang Istilah
Dibawah ini dikemukakan beberapa istilah dalam bahasa, yaitu :
 Bunyi = sound
 Suara = voice
 Derau = noise
 Nada = tone
 Dengung = hume
Suara adalah bunyi yang berasal dari makhluk hidup, seperti manusia dan binatang. Suara
orang adalah media manusia untuk mengekspresikan bahasa agar dapat dipahami orang
lain. Untuk member petunjuk praktis atas suasana hati manusia seperti marah, riang,
susah dan sebagainya, maka kita mengartikan istilah dibawah ini :
 Texture : kualitas suara yang dapat dirasakan senang, kasar, lancar, dan sebagainya.
 Intonation : tinggi-tengahnya suara pada saat berbicara.
 Stress : tekanan suara pada kata-kata yang penting.
 Mood : perasaan suara yang menggambarkan keadaan girang, susah, marah, dan
sebagainya.
 Pacing : pengucapan beberapa kata lebih cepat atau lebih lambat dan kata-kata yang
lain.
 Accent : tekanan pada suatu bagian kata atau suku kata.
Apabila kita bertugas mengiringi sebuah lakon, kita harus memperhatikan tiga masalah
yang merupakan bahan-bahan yang harus digarap :
 dialog → efek bunyi → music

2. Efek Bunyi
Contoh beberapa efek bunyi :
a) Bunyi pintu.
b) Bunyi jam.
c) Bunyi halilintar.
d) Bunyi tembakan.
e) Bunyi kapal terbang

By : Septia Anjeni / 2014 161 023


DRAMATURGI
f) Bunyi kebakaran dan hujan.

3. Musik
Musik mempunyai peranan dalam teater. Dengan adanya musik penonton akan bertambah
daya dan pengaruh imajinasinya. Musik yang baik dan tepat bisa membantu aktor
membawakan warna dan emosi peranannya dalam adegan. Musik juga dapat dipakai
sebagai awal dan penutup adegan.

4. Akuistik Ruangan
Ruang teater yang baik adalah yang dibangun sedemikian rupa sehingga bunyi yang
timbul di pentas bias dengan mudah terdengar di segala tempat penonton.
Tugas arsitek adalah mengusahakan adanya jaminan keseimbangan kemampuan dengar
(audibility) dari pertunjukan, sementara itu juga melindungi penonton dari bunyi-bunyi
yang tidak diinginkan kehadirannya (noise), seperti suara kendaraan bermotor, kipas
angin, bunyi bel telepon, dan lain-lain.

5. Keseimbangan bunyi
Yang dimaksud dengan keseimbangan bunyi adalah teraturnya beraneka bunyi yang
ditimbulkan dalam suatu lakon teater sehingga tidak akan merupakan suatu gangguan dari
macam bunyi yang satu terhadap yang lainnya.

6. Terjadinya Bunyi
Sensasi bunyi terjadi apabila getaran sumber bunyi itu melewati udara yang turut bergetar
dan memproduksi getaran lebih lanjut ke telinga kita.

7. Gema atau Bunyi Pantulan


Ruangan yang diperlengkapi dengan bahan-bahan antigema, seperti gorden yang tebal
akan mengurangi bunyi gema karena bahan-bahan itu dapat menyerap bunyi.
Ruangan itu disebut “mati” jika ruangan itu tidak banyak menimbulkan gema dan disebut
“hidup” jika ruangan itu berdinding tembok, atau semen, atau bahan yang keras sehingga
menimbulkan gema.

By : Septia Anjeni / 2014 161 023


DRAMATURGI
BAB 16
ILMIAH TEATER

Untuk mengetahui gambaran tentang rusang lingkup pembahasan teater sebagai ilmu,
akan dikemukakan beberapa data mengenai tumbuh dan berkembangnya eksistensi teater
pada lembaga-lembaga pendidikan tertentu yang secara khusus menggarapnya sebagai suatu
bahan bidang studi :
1) Pengetahuan teater memilih teater dengan segala bentuk serta gejala yang timbul sebagai
objek studinya.

2) Seni teater adalah suatu bentuk seni yang terwujud dengan menggunakan tubuh manusia
sebagi salah satu bahannya.

3) Seni teater memperoleh dasar idenya atas kehendak menusiawi yang berwujud permainan
dan peniruan.

4) Empat faktor yang menentukan suatu pagelaran seni teater ialah :


a) Sebuah ketentuan yang bias digelarkan, sebuah ide, naskah.
b) Aktor.
c) Ruang perlakonan, pentas.
d) Penonton.

5) Teatralogi pembagian ilmiah aspek-aspek pergelaran teater sehubungan dengan aktor-


pentas- penonton. Bias juga digunakan metode teoritis- sistematis dan historis, yaitu
misalnya :
a) Menelaah asal teater,
b) Memperkembangkan arsitektur gedung pertunjukan,
c) Cara mekanisasi pentas,
d) Prestasi aktor dan sutradara,
e) Interpretasi naskah,
f) Masalah penonton,
g) Peranan pihak yang berkuasa (pemerintah),
h) Problem sosial-kultural.

By : Septia Anjeni / 2014 161 023


DRAMATURGI

6) Seni berperan bersifat transitoris (Lessing). Lakon terjadi selama waktu terangkatnya tirai
dengan (Hunningher). Nilai momen pergelaran lakon tidak dapat terulang. Fakta tersebut
adalah unik. Gejala itu merupakan lambing kehidupan.
7) Seorang yang dengan tekunnya mempelajari dan menyelidiki teater adalah juga seorang
historikus.

By : Septia Anjeni / 2014 161 023


DRAMATURGI
BAB 17
KREATIVITAS

A. Seni Imitatif Dan Kreatif Dalam Seni Teater


1. Kreatif
Suatu pekerjaan kreatif adalh pekerjaan yang dilakukan sekali saja sehingga
mempunyai moment, artinya apabila kesenian sebagai suatu pekerjaan kreatif telah
diciptakan pada suatu ketika, kesenian tersebut tidak dapat diciptakan kembali karena
momennya sudah lain, situasinya sudah berubah pula karena manusia hidup ditengah-
tengah waktu dan keadaan yang sangat dinamis.syarat supaya suatu pekerjaan
mempunyai momen yaitu, orang yang menyalahkan daya kreatif itu seluruh tindak-
tanduknya adalah pancaran kepribadian yang sekuatkuatnya dan tidak
memperhitungkan keuntungan lain.
2. Perbedaan Antara Manusia Kreatif dan Manusia nonkreatif
Manusia kreatif itu tidak terlepas dari manusia nonkreatif. Seorang manusia kreatif
yang hanya mau duduk di menara gading sama halnya dengan pemimpin yang berada
jauh dari rakyat yang dipimpinnya. Hanya bedanya, tidak ada manusia kreatif seperti
itu, sebab seorang manusia kreaatif dalam arti yang sebenarnya akan tetap tinggal di
tengah-tengah public yang dipimpinnya.
3. Dua Aliran Akting
a) Aliran imitatif
b) Aliran kreatif
4. Reaksi Penonton
Penonton akan mengerti tentang gagasan-gagasan yang agung dan mendalam, akan
merasa ikut serta hidup dalam peristiwa-peristiwa yang dipertunjukan diatas pentas
hanya apabila gagasan itu mampu dijelaskan lewat emosi-emosi yang segera dan vital
dari aktornya.
5. Sistem Stanislavsky
Dalam periode permulaan dari risetnya itu dia tidak menarik garis pemisah yang tajam
antara teori, teknik professional seorang aktor, dan metode yang digunakan oleh aktor
dari aliran proses kreatif, yakni suatu proses untuk mempersiapkan suatu
peranandengan keesadaran yang sungguh-sungguh.

By : Septia Anjeni / 2014 161 023


DRAMATURGI
6. Teori dan Metode
Masalah metode adalah mutlak bagi teater. Teater adalah bentuk kolektif kesenian.
Untuk dapat mencapai hasil kerja yang artistik dan menyeluruh didalam drama,
produser, aktor-aktor, decorator, dan komponis berkedudukan mendudukkan artistik
individualitasnya terhadap tujuan umum produksi, dan karenanya sangat penting
untuk mempersatukan hasrat pekerja-pekerja teater melalui metode tunggal.
7. Menghidupulangkan Peranan Pada Tiap Pertunjukan
Tugas aktor bukan untuk mengulangi hasil yang pernah dicapai, melainkan untuk
menghidupulangkan peranan pada tiap pertunjukan.

B. The Method
The method adalah sistem Robert O’Neil dalam mencari cara-cara berperan yang wajar.
1) The Method
2) Improvisasi
3) Lawannya sistm Elian Kazan
4) Studi yang sungguh-sungguh
5) Orang-orang besar

C. Eksperimen Di Dalam Teater


1) Teater improvisasi
2) Teater eksperimental
3) Teater mini kata
4) Sikap mental untuk berpartisipasi

By : Septia Anjeni / 2014 161 023


DRAMATURGI
BAB 18
PENONTON

A. Alasan Orang Menonton


1) Hasrat dasar kemanusiaan
2) Kesamaan pendorong
3) Alasan lain pergi menonton

B. Apa Sebenarnya yang Disebut Penonton Itu?


Untuk menentukan corak penonton hendaklah dimengerti karakteristik dari psikologi
massa. Seorang sutradar harus memahami reaksi-reaksi massa, memahami faktor-faktor
psikologis yang mendorong kegiatan sesuatu massa.
1) Reaksi psikologis dari suatu massa
2) Faktor-faktor psikologis yang mempengaruh penonton teater
a) Polarisasi
b) Stimulus
c) Sikap sosial
d) Regimentation

C. Respons Penonton
1) Partisapsi dalam ilusi
a) Emphatic response
b) Emotional identification
2) Aristic detachment
3) Keseimbangan antara partisipasi dan detachment

D. Kehidupan Penonton yang Maju


Seniman yang baik memahami benar kehidupan masyarakatnya. Seniman itu sendiri
terbentuk dari lingkungannya dengan segala seluk-beluk kehidupan dan masalahnya.
Penonton yang maju akan tetap mengharap agar seni didekatkan kepada masyarakat.

By : Septia Anjeni / 2014 161 023


DRAMATURGI
BAB 19
USAHA TEATER

1. Organisasi yang Tetap


Organisasi yang memproduksi seni pertunjukan teater merupakan suatu gejala dalam
suatu proses efisiensi di bidang sosial dan ekonomi. Proses ini akan menjadi mudah jika
terdapat suatu organisasi yang tetap.
Ditinjau dari kedudukan sosial kegiatan-kegiatan itu sendiri, maka dapatlah dijumpai
jenis teater sebagai berikut :
1) Teater lembaga pendidikan,
2) Teater masyarakat.

Para penanggung jawab petugas pelaksanya antara lain :


1) Kepala eksekutif,
2) Bendahara,
3) Sekretaris, property caretaker( pemelihara property)

Panitia Eksekutif
Dalam organisasi professional, kedudukan board or directors sangat penting artinya, baik
dalam memberikan ide-ide artistik, komersial, maupun teknis. Ada satu prinsip penting
yang harus diingat, yaitu bahwa keanggotaan sebuah teater itu tidak hanya terdiri atas
aktor saja karena harus disediakan tempat buat setiap peminat teater.

2. Organisasi Staf
Dalam prakteknya terdapat tiga petugas pokok yang bertanggung jawab atas
penyelenggaraan, yaitu :
1) Director yang harus menentukan casting dan memilih aktor,
2) Designer yang harus menyiapkan stage, adalah petugas yang mengambil segala unsur
visual dari produksi.
3) Manajer yang harus menarik perhatian calon penonton dan bertanggung jawab akan
segi-segi komersialnya.

By : Septia Anjeni / 2014 161 023


DRAMATURGI
Stage manajer adalah pimpinan dan asisten director yang terpenting. Pada waktu latihan
dia mengontrol calling dan director atas instruksi director.
Stage carpenter, tugasnya ialah menerima scenery dari studio untuk dibangun diatas
pentas.
Electrician, orang yang menguasai lighting, memenuhi ide director dan designer,
kemudian bertanggung jawab akan keselamatan lighting pada waktu pertunjukan
berlangsung.
Bussines manajer, dia harus mendapatkan penonton yang sebanyak-banyaknya melalui
advertensi dan publisistas.

3. Bussines Department
Business department ini biasanya dipimpin oleh seorang manager. Asistennya adalah :
1) Box office atau treasurer, bertanggung jawab atas penjualan karcis dan keuangan.
2) Advertising manager atau press representative, berusaha menarik perhatian publik
sedapat mungkin melalui media pers dan advertensi untuk kepentingan produksi
mereka.
3) House manager bertanggung jawab mengontrol penonton pada saat pertunjukan
berlangsung.

By : Septia Anjeni / 2014 161 023


DRAMATURGI
BAB 20
HAK CIPTA

A. Pengertian Hak Cipta


Sebelum kongres Kebudayaan ke-2 yang diadakan di Bandung dalam bulan Oktober
1951. Istilah yang lazim dipakai ialah “hak pengarang”. Namun istilah ini seolah-olah
yang dicakup hanyalah hak dari pengarang saja, yang ada sangkut pautnya dengan
karaang-mengarang. Oleh karena yang dimaksudkan itu bukanlah khusus yang mengenai
karang-mengarang saja, maka rapat seksi hak pengarang menjadi “hak cipta”.
Akhir-akhir ini ada juga keinginan mengubah istilah hak cipta dengan hak karya, yaitu
suatu hak yang menjamin dan melindungi hasil-hasil karya seseorang dalam lapangan
kesusastraan, pengeetahuan dan kesenian.

B. Pencipta
Pencipta ialah orang yang dinyatakan demikian pada atau dalam ciptaan itu atau jika
pernyataan semacam itu tidak ada orang yang ketika ciptaannya diumumkan dinyatakan
sebagai pencpta oleh yang mengumumkan.
Apabila penciptanya tidak disebut penerbit dan pencetakannya juga tidak, maka atas hasil
karya semacam itu tidak ada hak cipta. Setiap orang dapat menyalinnya,
memperbanyaknya, mengumumkannya dan sebagainya.
Jika suatu ciptaan diselesaikan menurut rancangan dan dibawak pimpinan serta
pengawasan seseorang, maka dialah yang dianggap sebagai pencipta ciptaan tersebut.

C. Penyerahan/ Pemindahan hak Cipta


Hak cipta itu oleh UUT 1912 dianggap sebagai barang bergerak. Hak itu dapat
diserahkan seluruhnya atau sebagian kepada orang atau badan lain. Penyerahan itu sesuai
dengan sistem hukum yang berlaku di Indonesia.
Jika hak cipta diserahkan kepada orrang lain untuk sebagian, maka mengenai bagian yang
diserahkan itu pencipta tidak ada lagi haknya.
Pemindahan hak cipta terdiri atas dua bagian :
1) Transferrable rights, yaiut hak yang dapat diserahkan atau dipindahkan.
2) Non-transferrable rights, yaitu hak yang tidak dapat diserahkan.

By : Septia Anjeni / 2014 161 023


DRAMATURGI
D. Hal Mengumpulkan dan Memperbanyak Hasil Karya
UUT 1912 pasal 13 mengemukakan, yang dimaksud dengan memperbanyak suatu ciptaan
kesusastraan, pengetahuan dan kesenian ialah juga terjemahan penyusunan musik, atau
saduran sandiwara dan pada umumnya.
UUT 1912 pasal 14 mengemukakan, yang dimaksud dengan memperbanyak suatu ciptaan
yang dapat dikecap dengan pendengaran ialah pembuatan rol-rol.

E. Lamanya Hak Cipta


Lamanya hak cipta diatur dalam pasal 37 s/d pasal 42. Hak cipta berakhir setelah lewat 50
tahun, dihitung mulai dari meninggalnya pencipta ciptaan itu. Dalam menentukan
lamanya hak cipta itu haruslah diperhatikan imbangan antara kepentingan si pencipta
beserta tanggungannya di satu pihak dan kepentingan masyarakat umum di pihak lain.

F. Pelanggaran Hak Cipta


Tentang pelanggaran hak cipta dalam UUT 1912 yang mengaturnya adalah Bab II mulai
pasal 26 s/d pasal 36. Dalam pasal 33 dinyatakan bahwa pelanggran hak cipta ini tidak
akan dituntut, kecuali atas pengaduan.
Jaminan terhadap hak cipta, pokoknya terletak di tangan pencipta itu sendiri.

By : Septia Anjeni / 2014 161 023


DRAMATURGI
BAB 21
TEATER DAERAH

1. Teater Barat dan Teater Timur


Definisi John E. Dietrich ini adalah gambaran dari dominasi bahasa percakapan di dalam
teater Barat : drama adalah cerita konflik manusia dalam bentuk dialog yang
diproyeksikan pada pentas dengan menggunakan percakapan dan action di hadapan
penonton. Sejak zaman Reinassance kita dibiasakan dengan teater yang benar-benar
naratif dan deskriptif, dan penonton tidak lagi disuguhi sesuatu yang berbeda dari hal-hal
tersebut. Berbeda dengan kecenderungan psikologi teater Barat, maka teater Timur
mempunyai kecenderungan metafisik. Pada teater Timur terdapat bahasa yang tersusun
oleh gesture, sikap dan indikasi-indikasi yang ditinjau dari laku pemikiran memiliki nilai
yang lebih luas dan tinggi daripada
hal-hal lain. Dan karena itu pula teater Timur memiliki kekuatan magis yang sekaligus
mempengaruhi rasa dan jiwa.

2. Teater Daerah Jawa


1) Teater Ketoprak
Dalam peninjauan lebih lanjut terhadap faktor-faktor yang menemukan suatu
pergelaran seni teater ide Barat, yaitu faktor bahan cerita, aktor, pentas dan penonton,
akan kelihatan nanti bahwa proses akulturasi itu dialami oleh teater ketoprak.
2) Ciri-ciri Teater Ketoprak
a) Ketoprak menggunakan bahasa Jawa sebagai bahasa pengantar dalam dialog.
b) Cerita tidak terikat pada salah satu pakem, tetapi ada tiga kategori pembelajaran
jenis yaitu : cerita tradisional. Cerita babad, dan cerita masa kini.
c) Musik pengiringnya adalah gamelan Jawa, baik pelog maupun slendro.
d) Seluruh cerita dibagi-bagi dalam babak besar dan kecil.
e) Dalam cerita ketoprak selalu ada peranan dagelan yang mengikuti tokoh-tokoh
protagonist maupun antagonis,

By : Septia Anjeni / 2014 161 023


DRAMATURGI
3) Kemajuan-kemajuan yang sedang dalam proses
Teater ketoprak tidak luput pula mengalami proses pembaruan. Hal ini bisa dilihat
a) Nyanyian tembang
b) Bahasa
c) Musik pengiring
d) Tarian
e) Dagelan
f) Monolog
g) Akrobatik
h) Akting

3. Teater Daerah Bali


1) Unsur religi dan tari
Teater dalam bentuknya yang pertama secara serempak memuat unsur tari, musik dan
lain-lainnya yang masih murni dan sederhana, demikian pula wujud teater daerah
Bali. Teater Balai terdiri atas tari, nyanyian, musik, pantomim dan sedikit unsur-unsur
teater Barat. Dalam kealiannya disajaikan kombinasi dari segala unsur dalam suatu
persepektif khayalan an kekuatan.
2) Teater murni
Pada teater ini segala kreasi datang dari atas pentas dan menemukan ekspresi serta
asalnya dalam impuls psikis yang tersembunyi, yang menyapa sebelum kata-kata.
3) Teater masa kini
Bertitik tolak dari penemuannya pada teater Bali. Antonin Artaut dalam sebuah artikel
yang dikumpulkan dalam sebuah artikel berjudul The Theatre and its Double
memproklamasikan keterbatasan teater Barat dari dominasi kesusastraan dan
sastrawan selanjutnya.

By : Septia Anjeni / 2014 161 023

Anda mungkin juga menyukai