TINJAUAN TEORITIS
A. Film
1. Pengertian Film
hidup (bergerak), sering juga disebut movie. Menurut Kamus Besar Bahasa
Indonesia, film dapat diartikan dalam dua pengertian, film merupakan selaput
tipis yang dibuat dari soluloid untuk tempat gambar negatif (yang akan dibuat
potret) atau untuk tempat gambar positif (yang akan dimainkan di bioskop dan
televisi), yang kedua, film diartikan sebagai lakon (cerita) gambar hidup. 1
pergantian gambar dalam sepersekian detik. Film menjadi media yang sangat
sama dengan baik dalam membuat penontonnya tidak bosan dan lebih
mengingat, karena formatnya yang menarik. Secara umum film dapat dibagi
atas dua unsur pembentuk, yakni unsur naratif dan sinematik. Biasa dikatakan
1
Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembang Bahasa, Kamus Besar Bahasa
Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1990), hlm. 242
17
unsur naratif adalah bahan (materi) yang akan diolah, sedangkan unsur
Tahun 1992 adalah karya cipta seni dan budaya yang merupakan media
piringan video, atau bahan hasil penemuan teknologi lainnya dalam sagala
bentuk, jenis, dan ukuran melalui proses kimiawi, proses elektronik, atau
proses lainnya, dengan atau tanpa suara, yang dapat dipertunjukan atau dapat
Film merupakan media elektronik paling tua dari pada media lainnya,
diciptakan sebagai salah satu media komunikasi massa yang benar-benar telah
memasuki kehidupan umat manusia yang sangat luas lagi beraneka ragam. 4
yang merupakan dokumen yang terdiri dari cerita dan gambar yang diiringi
kata-kata dan musik. Sehingga film merupakan produk yang multi dimensial
2
Pamusuk Eneste, Novel dan Film (Jakarta, Nusa Indah, 1989), hlm. 36
3
Undang-Undang Dasar (Surabaya: Pustaka Anugrah Harapan, 1992) hlm. 83-85
4
Liliweri, Alo, Dasar-dasar Komunikasi Antar Budaya. (Pustaka Pelajar, Yogyakarta, 2004),
hlm. 153
18
dan kompleks. Kehadiran film ditengah kehidupan manusia dewasa ini
dikatakan hampir tidak ada sehari-hari manusia yang berbudaya maju yang
selalu merekam realitas yang tumbuh dan berkembang dalam masyarakat dan
Film telah menjadi komunikasi audio visual yang akrab dinikmati oleh
segenap masyarakat dari berbagai rentang usia dan latar belakang sosial.
lantas membuat para ahli bahwa film memiliki potensi untuk mempengaruhi
karakter penontonnya.
5
Ashandi Siregar, Menyingkap Media Penyiaran Membaca Televisi, (Yogyakarta, LP31,
2000), hlm. 176
6
Alex Sobur, Semiotika Komunikasi, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2006), hlm. 127
7
Alex Sobur, Analisis Teks Media; Suatu Pengantar untuk Analisis Wacana, Analisis
Semiotik, dan Analisis Framing, (Bandung, PT. Remaja Rosdakarya, 2004), hlm. 17
19
Dalam menyampaikan pesan kepada khalayak sutradara menggunakan
Tidak sedikit film yang mengangkat cerita nyata atau sunguh-sungguh terjadi
gambar yang bergerak, film adalah reproduksi dari kenyataan seperti adanya.
2. Klasifikasi Film
Jenis film saat ini ada beragam, dengan hadirnya film dengan
dikarang atau dimainkan oleh aktor atau aktris. Umumnya film cerita
20
b. Film Non Cerita (Non Fiksi)
a. Film Eksperimental
baru lewat film. Umumnya dibuat oleh sineas yang kritis terhadap
8
Depdikbud, 2005, hlm. 242
21
perubahan (kalangan seniman film), tanpa mengutamakan sisi
b. Film Animasi
a. Romance/drama
hingga akhir abad ke-20. Hal tersebut digemari karena film romantis
dapat dilihat dari berbagai sudut pandang dan faktor prasaan dan
9
Gotot Prakosa, Pengetahuan Dasar Film Animasi, (Jakarta, Fakultas Film dan Televisi,
2010), hlm. 102
22
b. Action/aksi
terjadi.
c. Comedy/humor
d. Horor
23
Semua materi media secara tidak terelakkan merupakan produk dari
berbagai masa dan budaya yang membuatnya. Dengan dua alasan, dapat
diperdebatkan bahwa genre-genre memiliki tempat yang khusus dalam hal ini.
Salah satu alasan itu adalah bahwa genre-genre tersebut membawa pesan
mereka dalam selubung protektif berupa bentuk hiburan popular yang mapan.
Alasan lain bahwa genre-genre tersebut didasarkan pada topic inti yang jika
B. Komunikasi Massa
Film tidak terlepas dari komunikasi. Film adalah salah satu bagian
menjelaskan bahwa istilah media massa adalah alat komunikasi yang bekerja
dalam berbagai skala, mulai dari skala terbatas hingga dapat mencapai dan
melibatkan masyarakat, dengan skala yang sangat luas. Istilah media massa
10
Graeme Burton, Yang Tersembunyi di Balik Media, (Yogyakarta: Jalasutra, 2006), hlm. 108
11
Morissan, dkk., Teori Komunikasi Massa: Media, Budaya, dan Masyarakat (Bogor: Ghalia
Indonesia, 2010), hlm. 1
24
media massa sehingga pesan yang sama dapat diterima secara serentak dan
lain:13
film/sinetron.
12
Abdul Halik, Komunikasi Massa (Makassar: Alauddin University Press, 2013), hlm. 7
13
Apriadi Tamburaka, Agenda Setting Media Massa (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada,
2012), hlm. 15
25
tetapi dalam penyampaian pesan melalui media memiliki fungsi
siswa remaja, film Anak Jalanan adalah sinetron remaja. Dalam tayangan
televisi adalah salah satu media untuk belajar sebagaimana salah satu
fungsi komunikasi massa yakni sebagai media edukasi bagi para penonton,
terutama bagi para siswa remaja. Film sebagai komunikasi massa yang
14
Onong Uchjana Effendy, Ilmu Komunikasi : Teori dan Peraktek (Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 2007), hlm. 28
26
1) Informasi
gambar, fakta dan pesan, opini dan komentar yang dibutuhkan agar orang
lingkungan dan orang lain agar dapat mengambil keputusan yang tepat.
2) Sosialisasi (pemasyarakatan)
dalam masyarakat.
3) Motivasi
27
5) Pendidikan
6) Memajukan kebudayaan
7) Hiburan
8) Integrasi
28
media massa. Umumnya dikaitkan dengan perubahan berdimensi kognitif,
1) Efek kognitif
pengetahuannya.
2) Efek afektif
dirinya dengan sosok yang dilihat pada media massa. Kecendrungan sikap
dan perasaan khalayak juga terkait dengan pola dan cara pengidentifikasian
3) Efek konatif
29
Efek konatif merujuk pada perilaku dan niat untuk melakukan
tindakan nyata.
C. Landasan Teori
telah dilakukan. Teori analisis memiliki peran yang sangat penting dalam
sebagainya. 15
15
Ebta Setiawan, Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) Daring(Edisi III; Jakarta : Badan
Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, 2011-2017), hlm. 42
30
Menurut Barelson dan Kerlinger,16 analisis isi merupakan suatu
sistematis untuk menganalisis pesan dan mengolah pesan atau suatu alat
di balik data yang disajikan di media atau teks. Analisis isi dapat
teks. Isi dalam hal ini dapat berupa kata, arti (makna), gambar, simbol, ide,
simbol atau teks yang ada dalam media, untuk kemudian simbol-simbol
16
Rahmad Kriyantono, Teknik Praktis Riset Komunikasi (Jakarta, Kencana Prenada Media
Grup, 2010, hlm. 232-233
17
Nanang Martono, Metodologi Penelitian Sosial (Jakarta, PT. Raja Grafindo Persada, 2015),
hlm. 212
31
membuat kategorisasi dan pedoman pengkodingan, mengumpulkan data,
membuat perbandingan antara isi media dengan realitas sosial, (3) Isi
media merupakan refleksi dari nilai-nilai sosial dan budaya serta sistem
1. Objektif
Salah satu ciri paling penting dari analisis isi adalah objektif.
rupa sehingga subjektivitas ini tidak muncul. Hasil dari analisis ini adalah
benar-benar mencermikan isi dari suatu teks, dan bukan akibat dari
2. Sistematis
32
Analisis ini selain objektif, juga harus sistematis. Sistematis
Isi yang tampak adalah bagian dari isi yang terlihat nyata, ada di
dalam teks (dalam penelitian ini adalah tayangan film Anak Jalanan) dan
Ada banyak teori yang berkaitan dengan efek media bagi audiens.
konten televisi. 18 Riset kultivasi adalah riset tentang efek sosial terpaan
media massa, sama dengan yang dilakukan melalui riset uses and
18
Khomsahrial Romli, Komunikasi Massa (Jakarta: PT Grasindo, 2016), hlm. 44
33
pada pengaruh seseorang atau kelompok dalam realitas sosial setelah
menonton televisi. 19
bisa digunakan untuk kajian diluar tema kekerasan. 20 Seperti penelitian ini
ringan yakni penonton yang hanya menonton televisi sekitar dua jam tiap
19
Rachmat Krisyantono, Teknik Praktis Rriset Komunikasi (Jakarta: Kencana Prenada Media.
2006), hlm. 285
20
Nurudin, Pengantar Komunikasi Massa (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2013), hlm.
167.
34
hari sedangkan penonton berat adalah yang menonton lebih dari empat jam
Tentu saja, tidak semua pecandu berat televisi terkultivasi secara sama.
Beberapa lebih mudah dipengaruhi televisi dari pada yang lain. Sebagai
usia dan jenis kelamin pemirsa. Jadi, meskipun televisi bukanlah satu-
merupakanlah salah satu media yang paling ampuh terutama bila kontak
sama pula. Dengan kata lain, media mempengaruhi penonton dan masing-
21
Elvinaro Ardianto, dkk, Komunikasi Massa suatu pengantar edisirevisi (Bandung:
Simbiosa Rekatama Media, 2007), hlm. 67.
35
D. Pengertian Remaja
Kata “Remaja” berasal dari bahasa latin yaitu adolescere yang berarti
dewasa.22
sosial dan pergaulan remaja telah cukup luas. Dalam penyesuaian diri
identitas atau jati diri. Dalam fase ini terkadang remaja mengalami kesulitan
hal ini diakibatkan dari masih labilnya emosi mereka, yaitu, kecenderungan
untuk meniru ini tidak lepas dari pencarian jati diri, mencari perhatian
kesukaannya untuk meniru hal-hal baru, tertarik kepada lawan jenis, mencari
idola, ingin mencoba terhadap hal-hal baru dan emosinya mudah meletup.
22
Sudarsono, Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja.(Jakarta, Ranika Cipta, 1989), hlm.
23.
36
Masa remaja adalah masa yang penuh kontradiksi, sebagian orang
mengatakan masa remaja adalah masa energik, dinamis, kritis, dan masa yang
paling indah, tetapi ada pula yang menyebutkan bahwa masa remaja sebagai
Dalam masa remaja ada sifat-sifat yang positif dan ada pula sifat-sifat
yang negatif, namun sifat yang paling menonjol pada masa ini adalah sifat
negatifnya terhadap sebagian remaja yang hidup pada masa ini adalah sifat
prilaku adalah tindakan suatu organisme yang dapat diamati dan dipelajari.
kegiatan orang lain yang ditiru atau dicontohkan oleh orang lain yang
disekitarnya. Prilaku itu terjadi karena adanya tokoh idola yang dijadikan
sebagai model untuk ditiru. Dalam penelitian ini prilaku-prilaku yang diteliti
23
Sri Rumini, Perkembangan Anak Remaja. (Jakarta, Rineka Cipta, 2004), hlm. 21
24
Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta: PT. Gramedia,
2008), hlm. 859
37
adalah prilaku imitasi (meniru) sesorang terhadap suatu tayangan film atau
sinetron.
receiver, effect) (Wilbur Schrann, 1955), arti khalayak sendiri adalah salah
satu aktor dari proses komunikasi. Karena itu unsur khalayak tidak boleh
khalayak. Kegiatan komunikasi bila diboikot oleh khalayak, maka pasti akan
lokasi, aspek personal (seperti ketika media dicirikan dengan mengacu pada
kelompok usia tertentu), aspek isi pesan, aspek waktu (“primetime”, penonton
38