Anda di halaman 1dari 15

KATA PENGANTAR

Dari semua cabang seni, film dapat dikatakan paling banyak mempengaruhi kehidupan manusia modern. Seorang kritikus film pernah berpendapat bahwa film bisa membawa manusia lebih dekat ke surge atau ke neraka. Yang dimaksud dari ungkapan ini adalah bahwa film yang baik dapat

berpengaruh yang bermanfaat bagi kehidupan manusia seperti di bidang pendidikan, penerangan, dan hiburan yang sehat. Sebaliknya film yang menonjolkan kekerasan dan juga pornografi yang dapat merangsang nafsu kebinatangan yang membawa manusia dalam kesesatan. Kesimpulannya bahwa pengaruh film tergantung pada cara kita memakainya bisa positif ataupun negatif. Dibanding dengan seni lain yang sudah mempunyai tradisi berabad-abad seperti seni rupa, seni tari dan seni suara, film yang baru lahir tahun 1985 relatif masih muda namun yang paling dinamis, popular dan universal. Film paling universal karena bahasa yang dipakai universal yaitu gambar. Manusia

dengan berbagai suku, ras, agama dan budaya dapat melihat dan memahami gambar. Film sudah menjadi bagian dari hidup modern yang tak dapat dielakkan dan harus diterima. Maka sebagai suatu kenyataan kehadiran film harus diterima dengan sikap positif. Film juga merupakan alat hiburan paling murah bagi konsumennya. Karena massa yang universal menjadi konsumen terbesar maka film diproduksi sebagai industri. Implikasi dari dagang dan indsutri adalah untung rugi. Komersialisasi ini menyebabkan persaingan film semakin ketat. Oleh karena itu sebuah film yang dibuat haruslah menarik untuk disukai masyarakat. Dengan berbagai teknik seperti penataan

sinematografi, teknik editing, penataan suara dan lainnya sehingga masyarakat dapat menikmati film tersebut namun juga tidak melupakan norma norma yang berlaku di masyarakat. Kritik film merupakan salah satu cara untuk mengapresiasi film. Manusia biasanya malah alergi mendapatkan kritikan, padahal kritik ini sangat penting untuk meningkatkan kualitas film. Film bisa di kritik dari berbagai aspek baik teknis maupun non teknis misalnya dari segi cerita, sinematografi, penataan suara, editing, pemeranan dan lainnya. Dengan adanya kritik 2

film akan memperluas wawasan dan menambah ide serta meningkatkan kreatifitas dari berbagai kritik tersebut yang pada akhirnya meningkatkan kualitas seorang sineas. BAB I FILM DOKUMENTER

A. PENGERTIAN FILM DOKUMENTER Dokumenter muncul dari tulisan John Grierson ketika menanggapi film-film karya Robert Flaherty, terutama sekali Nanook of the North. Film yang berdurasi kurang lebih 1,5 jam itu tidak lagi mendongeng ala Hollywood. Grierson kemudian menyampaikan pandangannya bahwa apa yang dilakukan oleh Flaherty tersebut merupakan sebuah perlakuan kreatif terhadap kejadian-kejadian aktual yang ada (the creative treatment of actuality). Walaupun definisi ini bertahan cukup lama, kemudian

bermunculan orang-orang yang mencoba mendefinisikan dengan caranya masing-masing (arbitrer) seperti Paul Rotha yang mendefinisikan Dokumenter bukan merujuk pada subyek atau sebuah gaya, namun dokumenter adalah sebuah pendekatan. Pendekatan dalam dokumenter dalam film berbeda dari film

cerita.

Bukan

karena

tidak

dipedulikannya

aspek

kriya

kerajianan (craftsmanship) dalam pembuatannya, tetapi dengan sengaja justru memperlihatkan bagaimana kriya tersebut

digunakan. Sedangkan menurut Paul Wells documenter merupakan teks non-fiksi yang menggunakan footagefootage yang aktual, di mana termasuk di dalamnya perekaman langsung dari peristiwa yang akan disajikan dan materi-materi riset yang berhubungan dengan peristiwa itu, misalnya hasil wawancara, statistik, dsb. Teks-teks seperti ini biasanya disuguhkan dari sudut pandang tertentu dan memusatkan perhatiannya pada sebuah isu-isu sosial tertentu yang sangat memungkinkan untuk dapat menarik perhatian penontonnya. Sementara itu dalam Understanding Movies Edisi Ke-7

halaman 339, Louis Giannetti menyatakan bahwa Tidak seperti kebanyakan film-film fiksi, dokumenter berurusan dengan faktafakta, seperti manusia, tempat dan peristiwa serta tidak dibuat . Para pembuat film dokumenter percaya mereka menciptakan dunia di dalam filmnya seperti apa adanya. Sineas Indonesia Misbach Yusabiran melalui Penulis Skenario, Armantono pernah mengatakan bahwa dokumenter adalah suatu 4

dokumentasi yang diolah secara kreatif dan bertujuan untuk mempengaruhi (mem-persuasi) penontonnya. Dengan definisi ini, film dokumenter seringkali menjadi sangat dekat dengan film-film yang bernuansa propaganda. Justru yang menarik adalah apa yang dikatakan oleh David Bordwell dan Kristin Thompson dalam Film Art: An Introduction Edisi Ke-5. Menurutnya bahwa inti dari film dokumenter adalah untuk menyajikan informasi yang faktual tentang dunia di luar film itu sendiri. Bedanya dengan fiksi adalah dalam

pembuatannya tidak ada rekayasa baik dari tokohnya (manusia), ruang (tempat), waktu dan juga peristiwanya. B. CIRI CIRI FILM DOKUMENTER Film dokumenter seperti yang terdapat dalam buku

Pengetahuan Film Documenter karya Apip halaman 27 adalah sebagai suatu bentuk sinematik yang memiliki sifat solid dari unsur audio dan visual. Saat ini film dokumenter memiliki beragam pilihan gaya dan bentuk penyajian yang bisa dijumpai dalam berbagai siaran televisi. Visualisasi film dokumenter bisa dibangun dari berbagai unsur seperti : 1. Kronologi peristiwa yang terjadi dengan suasana yang nyata 5

2. Arsip, artikel atau mikrofilm 3. Kesaksian atau pernyataan narasumber 4. Narrator dan pewawancara 5. Still foto karena memiliki kaitan historis dengan subjek 6. Perbincangan peristiwa 7. Silhouette untuk memberikan tekanan pada audio atau merahasiakan narasumber. Sementara unsur unsur audio dirangkai melalui : 1. Narasi yang disampaikan oleh narrator dengan atau tanpa kehadirannya didalam layar dalam memandu subjek 2. Syncrhonous sound, suara asli dari peristiwa yang dipersatukan dengan gambar yang direlay 3. Sound effect 4. Musik ilustrasi 5. Hening, visualnya. Semua elemen tersebut disusun struktur penyajiannya secara sinematik sehingga menjadi suatu kesatuan bentuk ketika memberikan tekanan pada unsure para actor sosial yang terlibat dalam

naratif film dokumenter yang kering dan hanya bersifat informatif. Meski film dokumenter mulai akrab dengan segi estetik namun kebenaran dan keaslian tidak dapat ditawar tawar lagi. Kronologi penceritaan bisa dimulai dari manapun untuk membuat daya tarik namun tidak boleh

merekayasanya.

BAB II SINOPSIS FILM

A. FILM DOKUMENTER BARAKA Film dokumenter Baraka diproduksi pada tahun 1992 dan disutradarai oleh Ron Fricke, produser Mark Magidson, score music oleh Michael Stearns featuring music oleh Dead Can Dance, L. Subramaniam, Ciro Hurtado, Inkuyo, Brother and David Hykes. Film ini juga memanfaatkan soundscape alam sebagai musik.

Baraka adalah film nonnaratif yang tidak memiliki plot, alur cerita, tidak ada aktor, tidak ada dialog maupun narasi. Film ini menggunakan tema untuk menyajikan kompilasi global peristiwa alam dan faktor nasib, kehidupan dan kegiatan manusia di bumi. Dalam film ini kita juga bisa menikmati sekaligus rasa fotografi yang kuat dan indah yang hadir secara mengalir pada berbagai footages yang disuguhkan. Dari data yang didapat, film ini mengambil gambar di 152 lokasi, 23 negara dan 6 benua. Indonesia masuk dalam pilihan lokasi film ini, yaitu alam Bali dengan tari Kecak-nya, Gunung Bromo, Candi Borobudur, Candi Prambanan, buruh rokok Gudang Garam di Kediri, serta shalat jamaah ribuan muslim di Mesjid Istiqlal. Sedangkan lokasi dan keindahan alam di negara lain meliputi Puncak Everest, Yahudi di Tembok Ratapan Jerusalem, para biku di Tibet, Ayers Rock Australia, Pulau Galapagos, ladang minyak Kuwait yang terbakar sisa Perang Teluk, pedalaman Afrika, kamp konsentrasi Nazi Auschwitz, Piramid Mesir, kota tua Angkor, lapangan Tiananmen, Swayambhu Nepal, Kabah, Meiji Jingu Jepang, Vatikan, jejak pembantaian Khmer Merah di Tuol Sleng Kamboja, upacara kematian di Sungai Gangga, dan sebagainya.

B. FILM DOKUMENTER PERMATA YANG TERLUPAKAN Film berjudul lengkap Permata yang Terlupakan: Candicandi Buddhis di Jawa ini menceritakan riwayat singkat candi Buddha di Jawa Tengah dan Jawa Timur. Tepatnya ada 15 candi dan 2 bangunan kuno menyerupai candi yang diuraikan, mulai dari letak geografisnya hingga nilai istimewa bangunan

bersejarah tersebut. Narasi dalam film ini dituturkan langsung oleh Yang Mulia Sri Pannyavaro Mahathera ada juga pilihan narasi dalam bahasa Inggris yang dibacakan Peter Gardiner. Melalui narasi pemirsa diajak mengenal beberapa candi utama peninggalan peradaban agama Buddha di Jawa, mulai dari Borobudur yang dibangun pada abad ke-8 hingga candi-candi dari era Kerajaan Majapahit pada abad ke-14. BAB IV ANALISIS FILM

A. FILM DOKUMENTER BARAKA Kata 'luar biasa' saja mungkin tidak cukup untuk

menggambarkan dahsyatnya film ini, apalagi mengetahui fakta bahwa Baraka adalah sebuah film dokumenter, tipe film yang mungkin kurang terlalu diminati oleh penonton umum karena

kebanyakan cenderung membosankan. Namun Baraka bukanlah film dokumenter biasa. Tidak ada plot, tidak ada aktor, tidak ada narasi, yang ada hanyalah footage2 yang memperlihatkan segala sesuatu yang ada dibumi kita. Dari 152 lokasi yang tersebar di 24 negara dan 6 benua, dari tempat yang paling indah sampai yang paling buruk, dari indahnya pengunungan Himalaya sampai ngerinya ladang pembantaian di Kamboja. Footage-footege yang kuat terhadap obyek-obyek landscape, arsitektur mesjid, gereja, pura, candi; alam semesta, bumi, langit, air; binatang, manusia, kesunyian, kesibukan masyarakat modern, kepadatan penduduk, kekejaman manusia, ragam religi dan ritual, manufaktur modern dan konvensional, dan ragam etnis dunia. Semua footage-footage tersebut digambarkan

dengan sinematogarafi yang jempolan. Film ini menggunakan tema untuk menyajikan langkah-langkah baru dan

membangkitkan emosi melalui sinematografi yang murni, nyata tanpa rekaya efek komputerisasi, satu-satunya efek yang

digunakan hanyalah time effek - speed untuk menangkap denyut nadi kehidupan manusia sehari-hari dibumi ini dari berbagai prespektif.

10

Baraka juga sebuah film yang sangat kental dengan unsurunsur spritual didalamnya, unsur-unsur yang mampu mengugah emosi setiap penontonnya, karena selain menampilkan

pemandangan dan bangunan-bangunan indah, Baraka yang secara harafiah berarti "berkah" ini juga menampilkan berbagai kebudayaan, agama, dan suku yang ada di dunia lengkap dengan segala cara bagaimana manusia memuja dan

mensyukuri kebesaran Tuhan dari keidahan dan kedamaian sampai kesengsaran dan keburukan yang ada di dunia.

Semuanya itu masih dikuatkan dengan scoring musik yang dinamis dan menghanyutkan dari Michael Stearns yang setia mengiringi film sepanjang 96 menit. Kita juga disuguhi gambargambar yang indah dan dirajut secara kontras. Ada gambar pendeta agama Zen berjalan lambat di tengah-tengah orangorang Jepang modern yang berjalan cepat. Keagungan dan kengerian kawah Gunung Bromo. Pabrik penetasan ayam yang modern yang serba menggunakan mesin otomatis. Di sini anak ayam seperti benda mati yang tak bernyawa dan suasana gambar ini disamakan dengan ritme kesibukan orang-orang modern Jepang. Seolah dipertontonkan bahwa manusia modern sudah menjadi mesin dan tak berjiwa. Lalu gambar masuk ke

11

suasana sunyi, dan seterusnya. Walaupun secara teknis film ini tanpa cerita, melalui gambar2 yang ditampilkannya, Baraka mampu menyampaikan pesan non verbalnya secara efektif. Inilah kelebihan film Baraka, Cara penggarapan sutradara Ron atau Fricke

pengemasannya

menakjubkan.

menyampaikan gagasannya luar biasa dan dengan sukses membuat penonton betah menontonnya. Penataan

sinematografi, musik, pemilihan gambar dan menyandingkannya dengan gambar yang lain semuanya luar biasa. Baraka memang pantas disebut sebagai film dokumenter terbaik yang pernah ada. Menonton Baraka adalah pengalaman sinematik yang luar biasa. Jarang2 ada dokumenter yang tidak hanya mampu menampilkan footage2nya secara apik, namun sekaligus juga mampu memberikan pesan spritual yang kuat didalamnya. B. FILM DOKUMENTER PERMATA YANG TERLUPAKAN Film dokumenter ini merupakan jenis film yang seharusnya dibuat lebih banyak lagi di Indonesia, isinya menarik untuk disaksikan oleh semua orang. Film berjudul lengkap Permata yang Terlupakan: Candi-candi Buddhis di Jawa ini menceritakan riwayat singkat beberapa candi Buddha di Jawa Tengah dan Jawa Timur. Tepatnya ada 15 candi dan 2 bangunan kuno menyerupai

12

candi yang diuraikan, mulai dari letak geografisnya hingga nilai istimewa bangunan bersejarah tersebut. Melalui narasi yang dituturkan pemirsa diajak mengenal beberapa candi utama peninggalan peradaban agama Buddha di Jawa, mulai dari Borobudur yang dibangun pada abad ke-8 hingga candi-candi dari era Kerajaan Majapahit pada abad ke-14. Salahsatu yang paling menakjubkan dari film ini adalah adanya animasi komputer yang menggambarkan suatu kompleks candi di masa lalu. Sangat menarik melihat keagungan candi candi tersebut dalam keadaan yang utuh. Namun diperbaiki masih banyak pekerjaan rumah yang harus film

sineas

kita

utamanya

dalam

pembuatan

dokumenter seperti ini. Narasi dari film ini terkesan kaku dengan bahasa yang sangat resmi khas pemuka agama, walau begitu penjelasannya mudah ditangkap. Dari segi sinematografi,

komposisi gambar yang dihadirkan cukup beragam. Berbagai sudut gambar dihadirkan juga dengan beberapa pergerakan gambar. Pergerakan gambar ini cukup penting mengingat pergarakan ini juga merepresentasikan cara membaca relief relief yang terpahat di candi candi tersebut. Sayangnya pengemasan dari film ini menurut saya belum sempurna.

13

Dengan

narasi

yang

terkesan

kaku

dan

sudut

sudut

pengambilan gambar yang relatif sama ditambah dengan teknik editing yang banyak dihiasi transisi dissolve membuat film ini

cenderung menjenuhkan. Perlu adanya terobosan seperti sudut sudut gambar lain yang masih bisa direpresentasikan seperti sudut gambar dari ketinggian, teknik track in atau track out , ataupun teknik swing dengan menggunakan jimmy jib. Hal ini perlu dilakukan karena objek yang diambil gambarnya, perlu teknik

cenderung

merupakan

objek

diam

sehingga

pengambilan gambar yang lebih bervariasi agar penonton tidak jenuh. Pengambilan dari sudut sudut yang lain juga penting guna mempresentasikan bentuk lain dari candi candi tersebut yang mungkin akan memberikan makna yang lain pula. Hal yang sama juga terjadi pada penataan suara.

Backsound yang mengiringi film ini cukup merepresentasikan suasana daerah tempat candi candi ini berada. Hanya saja perlu adanya penawaran lain bagi para penonton untuk

backsound karena backsound yang dihadirkan ditambah narasi yang kaku dan teknik editing serta sudut pengambilan gambar yang sama cenderung membuat mata jenuh. Perlua adanya

permainan music yang bisa menaikan atau menurunkan tensi

14

penonton. Bisa juga sesekali diselingi suara asli, atmosfer dari situasi tempat candi candi itu berada sehingga bisa membuat kita ikut terlibat dalam suasana film ini.

15

Anda mungkin juga menyukai