Anda di halaman 1dari 6

Robert Flaherty, John Grierson, dan Dziga Vertov dalam Film Dokumenter dan

Perbedaan antara Ketiganya

Oleh

Muhammad Sulthan Bahri (1200150075)

A. Robert Flaherty

Sosok Robert Flaherty sering kali disebut sebagai Bapak Film


Dokumentern Dunia. Flaherty, kelahiran Amerika 1884, secara tidak
langsung menjadi bagian dari gerakan dokumenter yang
berkembang di seluruh dunia pada 1930-an ditandai dengan
penggunaan istilah “dokumenter” yang relasinya pada film dalam
tulisan milik John Grierson, “of course, Moana (1926) being a visual
account of events in the daily life of a Polynesian youth and his

Gambar 1. Robert Flaherty family, has documentary value.”1

Film pertamanya, Nanook of The North (1922), digadang-


gadang sebagai film dokumenter pertama dan salah satu film
dokumenter terbaik pada era film bisu. Flaherty sebelumnya
telah mengunjungi pantai timur sub-Arktik dari Teluk Hudson
atas nama perusahaan tambang di mana ia memfilmkan
pedesaan dan kehidupan orang-orang Eskimo, namun
Flaherty mendapatkan cukup banyak bahan dan data dan
tertarik untuk menjadikannya film walaupun ia tidak
mempunyai pengalaman dalam motion picture. Flaherty
melihat bahwa ia bisa mengangkat salah satu karakter Gambar 2. Nanook of The North (1922)
sebagai orang yang melambangkan Suku Eskimo. Flaherty

1
John Grierson. “Flaherty Poetic Moana” dalam The Documentary Tradition (New York: Norton & Co., 1971), hlm.
25.
kembali ke utara dan kali ini membawa peralatan cetak film dan alat proyeksi agar Suku
Eskimo tahu apa yang sedang ia lakukan, orang-orang Eskimo pun terpukau dibuatnya. 2
Pembuatan film yang melibatkan dan bekerja sama dengan masyarakat setempat adalah
gagasan Flaherty. Kutipan cerita yang terkenal adalah saat Flaherty ingin merekam kegiatan
Suku Eskimo berburu anjing laut, namun Flaherty hanya ingin gambar mereka sedang berburu,
bukan ikut berburu dan menikmati hasil buruan. Hal yang mengagetkan datang dari mulut
seorang Eskimo yang berkata, “yes, yes, the Aggie (kamera) will come first, not a man will stir,
not a harpoon will be thrown until you give the sign.”3

Pada dua film pertamanya, Nanook of The North (1922) dan Moana (1926), subjek dan
tujuan yang dimiliki Flaherty membawanya pada invoasi film form. Ia menciptakan apa yang
nantinya akan disebut film dokumenter. Flaherty menemukan arti lain dalam film selain cerita
yang diplot, yaitu untuk menampilkan dan merepresentasikan manusia dalam menjalani
kehidupannya sehari-hari dan diangkat ke layar lebar. Flaherty dinilai intuitif dan pragmatis,
membangun sebuah film (Nanook of The North) dengan tenggelam bersama kebudayaan
subjeknya. Karya-karya Flaherty lah yang nantinya akan menjadi dasar perdebatan akan
‘kebenaran’, ‘realita’, dan ‘ilusi’ dalam film dokumenter dimulai.

2
Robert Flaherty. Kata Pengantar pada Film Nanook of The North. 1922.
3
Paul Rotha. “Nanook of The North” dalam Studies in Visual Communication Vol. 6 Issue 2 (Philadelphia: The Annen
berg School Press, 1980), hal. 43.
B. John Grierson

Jikalau Flaherty adalah Bapak Film Dokumenter Dunia, maka


John Grierson adalah sosok Bapak Film Dokumenter Inggris. Dalam
Perang Dunia l ia ikut membela sebagai Royal Army Minesweeper
yang membuatnya secara aktif terlibat dalam urusan politik
sebelum akhrinya lulus menjadi sarjana pada moral philosophy.
Grierson menggunakan waktunya untuk meriset psikologi
propaganda dan peran media massa dalam mengarahkan opini
publik.
Gambar 3. John Grierson

Pandangannya terhadap film dalam


masyarakat membawanya menjadi seorang kritikus
film di New York Sun. Ia adalah orang pertama yang
menggunakan istilah “dokumenter” saat sedang
membicarakan film Moana (1926) yang
disutradarai oleh Robert Flaherty. Film-film
Grierson dipengaruhi era industrialisasi di Inggris
pada 1929-1939. Pengaruh Grierson dalam Gambar 4. Drifters (1929)

membuat film dokumenter didukung oleh komitmen sosial yang kuat. Grierson berpendapat
bahwa kekuatan dasar di balik dokumenter ialah sosial, bukan estetika; adanya keinginan
untuk membawa ‘mata’ warga ujung bumi untuk meceritakan ceritanya sendiri tentang apa
yang sedang terjadi. Tujuan Grierson selalu politis, ekonomis, dan sosial. Memandang
dokumenter Inggris sebagai gerakan anti-estetika. Seni baginya adalah produk dari pekerjaan
yang selesai; bukan sebuah keindahan itu sendiri. Grierson ingin filmnya menjadi pencerahan
dan membentuk masyarakat industrial yang modern dan kompleks yang mana itu adalah
kehidupan yang ia singgahi. 4

4
Besty A Maclane. A New History of Documentary Film ed. 2 (New York: Continuum International Publishing
Group, 2012), hlm. 88-89.
C. Dziga Vertov

Seorang filmmaker Soviet yang dilatarbelakangi oleh keaadan


sosial politik Soviet saat itu membuat Vertov bergabung dalam
media massa sebelum akhirnya tertarik pada dunia film.
Ketertarikan Vertov bermula saat ia melihat adanya relasi antara
proses merekam gambar (film) dengan proses berpikirnya
manusia. Vertov juga berpendapat bahwa mata manusia
(perspektif) memiliki limitasi jika dibandingkan dengan mata mesin
(kamera) yang mampu menawarkan setitik perspektif baru dari apa
Gambar 5. Dziga Vertov
yang ditangkapnya.

Saat terjun ke dunia perfilman, Vertov tidak memiliki


satupun film fiksi. Ia enggambarkan film fiksi sebagai candu
bagi rakyatnya. Untuk menunjukkan ketidakalamian (artifisial)
produksi film fiksi dan film pada umumnya, Vertov membuat A
Man with A Movie Camera pada 1929. Ia merekam cameraman
yang sedang merekam kejadian nyata dan menampilkan stok
film yang sedang didevelop. Ia dibantu istrinya, Yelizaveta
Svilova, sebagai editor untuk membuat film impresionis yang
mendokumentasikan era industrial Soviet senyata mungkin (as
Gambar 6. A Man with A Movie
direct as possible). Camera (1929)

Dalam prosesnya, Vertov mengembangkan filosofinya akan Kino-Pravda yang ditujukan


bahwa film haruslah menampilkan kehidupan senyata dan sejujur mungkin (dengan
terlihatnya kamera dan kru dalam pembuatan film) dan hanya menggunakan editing untuk
membantu penonton merefleksikan apa yang sedang ditampilkan. Gagasan ini dilanjutkan di
Perancis dalam gerakan Cinéma Vérité pada 1960-an akhir ditandai dengan terjangkaunya alat
perekam gambar dan suara. Gerakan yang sama juga terjadi di Amerika dengan nama Direct
Cinema yang juga memiliki prinsip untuk merekam kejadian senyata mungkin dan dipadukan
dengan subjek kontroversial.
D. Perbedaan antara Ketiga Tokoh

Pembeda ketiganya adalah tujuan mereka dalam membuat film dokumenter. Flaherty,
dengan latar belakang sebagai petualang dan geology, ingin menggunakan film sebagai alat
untuk menemukan dan menampilkan tempat dan orang-orang yang belum atau sedikit
diketahui oleh orang banyak. Grierson, dengan latar belakang social science, memiliki tujuan
edukasi dan sosialisasi dalam pembuatan filmnya. Vertov, dengan latar belakang media, ingin
filmnya didasari kejujuran dan menawarkan perspektif baru kepada penonton.

Pada era sekarang, orang-orang yang mengadopsi pikiran-pikiran John Gierson dan
melakukan penulisan sebelum merekam gambar disebut Giersonian, sedangkan orang-orang
yang mengadopsi gagasan Dziga Vertov dan melakukan perekaman gambar secara spontan
disebut Vertovian. Kendati begitu, dokumenter tetaplah film yang disusun berdasar fakta dan
realita (riset) dan disusun secara kreatif (a creative treatment of actuality).
Daftar Pustaka

Bordwell, David, Kristin Thompson, Jeff Smith. 2017. Film Art: An Introduction ed. 11. New
York: McGraw-Hill Education

Maclane, Betsy A. 2012. A New History of Documentary Film ed 2. New York: Continuum
International Publishing Group

Grierson, John. 1971. “Flaherty Poetic Moana” dalam The Documentary Tradition. New York:
Norton & Co.

Rotha, Paul. 1980. “Nanook of The North” dalam Studies in Visual Communication Vol. 6
Issue 2. Philadelphia: The Annen berg School Press

Anda mungkin juga menyukai