Oleh
A. Robert Flaherty
1
John Grierson. “Flaherty Poetic Moana” dalam The Documentary Tradition (New York: Norton & Co., 1971), hlm.
25.
kembali ke utara dan kali ini membawa peralatan cetak film dan alat proyeksi agar Suku
Eskimo tahu apa yang sedang ia lakukan, orang-orang Eskimo pun terpukau dibuatnya. 2
Pembuatan film yang melibatkan dan bekerja sama dengan masyarakat setempat adalah
gagasan Flaherty. Kutipan cerita yang terkenal adalah saat Flaherty ingin merekam kegiatan
Suku Eskimo berburu anjing laut, namun Flaherty hanya ingin gambar mereka sedang berburu,
bukan ikut berburu dan menikmati hasil buruan. Hal yang mengagetkan datang dari mulut
seorang Eskimo yang berkata, “yes, yes, the Aggie (kamera) will come first, not a man will stir,
not a harpoon will be thrown until you give the sign.”3
Pada dua film pertamanya, Nanook of The North (1922) dan Moana (1926), subjek dan
tujuan yang dimiliki Flaherty membawanya pada invoasi film form. Ia menciptakan apa yang
nantinya akan disebut film dokumenter. Flaherty menemukan arti lain dalam film selain cerita
yang diplot, yaitu untuk menampilkan dan merepresentasikan manusia dalam menjalani
kehidupannya sehari-hari dan diangkat ke layar lebar. Flaherty dinilai intuitif dan pragmatis,
membangun sebuah film (Nanook of The North) dengan tenggelam bersama kebudayaan
subjeknya. Karya-karya Flaherty lah yang nantinya akan menjadi dasar perdebatan akan
‘kebenaran’, ‘realita’, dan ‘ilusi’ dalam film dokumenter dimulai.
2
Robert Flaherty. Kata Pengantar pada Film Nanook of The North. 1922.
3
Paul Rotha. “Nanook of The North” dalam Studies in Visual Communication Vol. 6 Issue 2 (Philadelphia: The Annen
berg School Press, 1980), hal. 43.
B. John Grierson
membuat film dokumenter didukung oleh komitmen sosial yang kuat. Grierson berpendapat
bahwa kekuatan dasar di balik dokumenter ialah sosial, bukan estetika; adanya keinginan
untuk membawa ‘mata’ warga ujung bumi untuk meceritakan ceritanya sendiri tentang apa
yang sedang terjadi. Tujuan Grierson selalu politis, ekonomis, dan sosial. Memandang
dokumenter Inggris sebagai gerakan anti-estetika. Seni baginya adalah produk dari pekerjaan
yang selesai; bukan sebuah keindahan itu sendiri. Grierson ingin filmnya menjadi pencerahan
dan membentuk masyarakat industrial yang modern dan kompleks yang mana itu adalah
kehidupan yang ia singgahi. 4
4
Besty A Maclane. A New History of Documentary Film ed. 2 (New York: Continuum International Publishing
Group, 2012), hlm. 88-89.
C. Dziga Vertov
Pembeda ketiganya adalah tujuan mereka dalam membuat film dokumenter. Flaherty,
dengan latar belakang sebagai petualang dan geology, ingin menggunakan film sebagai alat
untuk menemukan dan menampilkan tempat dan orang-orang yang belum atau sedikit
diketahui oleh orang banyak. Grierson, dengan latar belakang social science, memiliki tujuan
edukasi dan sosialisasi dalam pembuatan filmnya. Vertov, dengan latar belakang media, ingin
filmnya didasari kejujuran dan menawarkan perspektif baru kepada penonton.
Pada era sekarang, orang-orang yang mengadopsi pikiran-pikiran John Gierson dan
melakukan penulisan sebelum merekam gambar disebut Giersonian, sedangkan orang-orang
yang mengadopsi gagasan Dziga Vertov dan melakukan perekaman gambar secara spontan
disebut Vertovian. Kendati begitu, dokumenter tetaplah film yang disusun berdasar fakta dan
realita (riset) dan disusun secara kreatif (a creative treatment of actuality).
Daftar Pustaka
Bordwell, David, Kristin Thompson, Jeff Smith. 2017. Film Art: An Introduction ed. 11. New
York: McGraw-Hill Education
Maclane, Betsy A. 2012. A New History of Documentary Film ed 2. New York: Continuum
International Publishing Group
Grierson, John. 1971. “Flaherty Poetic Moana” dalam The Documentary Tradition. New York:
Norton & Co.
Rotha, Paul. 1980. “Nanook of The North” dalam Studies in Visual Communication Vol. 6
Issue 2. Philadelphia: The Annen berg School Press