Anda di halaman 1dari 2

Nama : Muhammad Sulthan Bahri

NIM : 1200150075

Mata Kuliah : Analisa Suara Film dan TV

Sound Designer setelah melihat script tentu sudah memiliki bayangan. Nah, untuk
menginisiasikan visinya, dia butuh bantuan production sound mixer karena dial ah nanti yang
bertugas untuk merekam suara, utamanya dialog, saat produksi. Baiknya mereka melakukan
diskusi dan penyamaan visi terhadap film yang dikerjakan agar lapangan dan post saling
bersinergi, misalnya Sound Designer ingin merekam suara telepon, namun ingin rekaman
mentahnya sudah terdengar seperti suara yang keluar dari handphone, nah production sound
mixer tentu akan melakukan treatment saat adegan tersebut (misalnya) menempelkan
(planting) micnya ke speaker handphone agar suaranya yang didapat real, bukan hasil dari
simulasi plugin digital. Begitupun setelah menerima materi lapangan, Sound Designer dan
tim baiknya duduk Bersama untuk menonton dan berdiskusi tentang arah sound design
filmnya agar saat dikerjakan, semua sudah satu visi. Namun Kembali lagi ke sifat suara yang
subjektif. Tiap orang memiliki pandangan sendiri terhadap apa yang ia dengar.

Peran production sound mixer dalam mendesain suara bisa melalui menyiapkan stok-
stok suara yang dibutuhkan dan sudah didiskusikan sebelumnya oleh sound designer. Bisa
juga dari pemilihan alat yang digunakan. Pemahaman tentang alat juga membantu dialog
terekam dengan baik, misalnya saat melakukan pemasangan lavalier di rambut, maka harus
menggunakan tipe yang omni, seperti DPA 4060. Ini dilakukan agar hasil rekaman lebih
matang dan pekerjaan post juga jadi lebih efisien.

Sound designer juga harus peka terhadap rasa pada film, salah salah mood yang
disampaikan malah berbalik dengan visi sutradara. Ini mengapa ada konsep akusmatik yang
berarti suara (biasanya music score) mengikuti adegan yan gtujuannya tentu untuk
menunjang dramatisasi adegan, misalnya istri ditinggal suaminya pergi, lalu istri berteriak
namun terdengar reverb yang cukup besar serta diikuti music dengan tempo pelan, nada
minor, dan menggunakan instrument piano. Suara bisa menjadi metafora bahwa kepergian
suaminya sangat menyakiti hati sang istri. Atau simpelnya setelah ada orang yang melawak,
terdengar suara jangkrik, padahal lagi di perkotaan, nah ini juga bisa sebagai symbol bahwa
lawakan yang dilontarkan tidak lucu. Hal-hal seperti ini harus dipahami sound designer
karena suara berdampak langsung dengan psikologis penonton. Tentu psikologi penonton
dibentuk dari gaya kehidupan mereka sehari-hari, namun sebenarnya semua penonton tetap
memiliki satu consensus yang sama, misalnya saat ada shot orang tersenyum dengan lagu
tempo moderat dan instrument ukulele, pasti penonton mengindikasikan orang itu sedang
dalam keadaan senang, tetapi shot yang sama dengan music orchestra yang memiliki kesang
tegang, tentu penonton mengira bahwa itu adalah orang yang memiliki niat jahat.

Reverb termasuk ke shadowing suara, suara asli ada bayangannya. Keluarga reverb
terdiri dari echo, delay, dan reverb itu sendiri. Beda echo dan delay adalah jarak suara itu
terdengar Kembali. Echo lebih ke pantulan, delay lebih ke pengulangan. Reverb itu
envelopenya Attack, Decay, Sustain, dan Release. Envelope in iyang nantinya membentuk
reverb itu sendiri, kalua kita coba ganti, ganti preset di plugin reverb, pasti envelopenya juga
berubah ubah menyesuaikan preset yang kita pilih. Attack intinya adalah dari suara biasa ke
suara tertinggi (amplitudonya sih yang saya tangkep kaya pas naik waveformnya menuju
peak). Setelah attack, baru lah kena decay dan sustain. Decay ini nih yang merubah titik
attack tadi menuju sustain untuk ditahan (sustain). Baru lah nanti sampai ke titik release,
yaitu dari titik tadi menuju suara terkecil/silence. Nah kita harus pinter-pinter untuk
menyesuaikan envelopenya agar make believe tanpa mengganggu penonton sehingga
menciptakan dunia diegesis yang nyaman dan relate (secara suara) untuk ditonton.

Anda mungkin juga menyukai