Anda di halaman 1dari 3

Inter Aural Cross Correlation

oleh Andri Aditya Hidayat (13306038)

Manusia memiliki 2 telinga yang letaknya berlawanan, satu di kiri dan yang lainnya di kanan. Fungsi
dari peletakkan telinga seperti ini adalah untuk menentukan persepsi pendengaran kita seperti
mengetahui letak sumber suara dan jarak yang memberikan kesan luas suatu tempat. Ketika kita
akan merancang suatu bangunan akustik maupun rekaman musik, maka kesan ini harus kita capai
agar apa yang kita dengar di ruangan maupun dari speaker dan headphones seakan nyata dan
berada di dekat kita dengan kesan yang luas. Kesan ini biasa disebut stereo imaging.

Sistem stereo pada speaker berguna untuk


menentukan aural perspective dan lokalisasi suatu
alat musik di panggung. Adanya sistem stereo ini
membuat orang yang mendengar pertunjukan
musik dengan speaker merasa seolah dia sedang
bermain musik.

Biasanya, sound engineer menempatkan bunyi alat


distribusi SPL kiri: mono, kanan: stereo musik pada speaker left right channel sesuai
dengan posisi alat musiknya. Misal saja ride
cymbals biasa terletak dominan di sebelah kanan seperti saat kita memukul ride cymbals sewaktu
bermain drum. Begitu juga yang dilakukan acoustic engineer. Mereka menempatkan reflektor di
suatu ruang sesuai dengan aural perspective telinga tadi.

Nilai yang menggambarkan seberapa beda persepsi pendengaran telinga kiri dan kanan kita adalah
IACC (Inter Aural Cross Correlation). Nilai IACC berada di rentang -1 sampai 1, umumnya 0 sampai 1.
Nilai -1 berarti sinyal datang identik namun sangat berbeda fasa. Nilai +1 berarti identik dan 0 berarti
tidak identik atau tidak ada korelasi sama sekali. Untuk suara mono atau satu sumber suara, maka
nilai IACC adalah +1. Untuk suara stereo, biasanya nilainya terletak mendekati nol. Umumnya
manusia lebih senang mendengar suara stereo.

Saya menggunakan 2 file musik dengan genre berbeda dalam format wave untuk menunjukan
perbandingan nilai IACC. Asumsi yang saya gunakan dalam pengukuran ini adalah file musik tersebut
merupakan suara yang kita dengar di suatu tempat, gedung konser misalnya. Musik pertama
merupakan lagu ciptaan saya sendiri yang saya rekam dalam format genre akustik berjudul hanya
dirimu. Sedangkan untuk lagu pembandingnya saya gunakan lagu band rock progressive, dream
theater berjudul the dance of eternity. Berikut ini hasil pengukuran IACC dengan software DSSF V5E
keluaran Yoshimasa.inc:
Grafik 1 IACC Lagu Hanya Dirimu (Andri) dalam durasi 90 detik

Durasi lagu yang saya analisa disini adalah sepanjang 90 detik. Lagu Hanya Dirimu terdiri dari
instrument gitar dan vocal saja. Bagian awal lagu ini hanya terdiri dari 1 gitar dan vocal saja. Karena
sumber suara yang sedikit tadi dan penempatan suaranya lebih ditengah jarak dua telinga kita, nilai
IACC lagu ini dalam 45 detik pertama bernilai +1. Sedangkan di detik selanjutnya, masuk bagian reff
lagu dimana jumlah gitar yang dimainkan ada 3 buah. Posisi penempatan gitar 2 dan 3 berada di
kanan dan kiri. Perhatikan suara saat gitar 2 dan gitar 3 dimainkan, apa yang kita dengar di bagian
kiri dan kanan menjadi lebih berbeda sehingga nilai IACC turun hingga 0,7.

Nilai-nilai lagu ini mendekati 1. Artinya kesan mono lebih dominan sehingga kesan spaciousness
tidak kita dapatkan dari lagu ini. Bila suara yang kita dengar ini berada di gedung konser, bisa kita
katakan gedung konser tersebut tidak bagus dalam stereo imaging. Bila kita dengarkan di
headphones, bisa dikatakan mixingnya tidak bagus, terkecuali ada maksud tertentu seperti mencari
click noise pada suatu rekaman. Dalam dunia nyata, hal ini sulit terjadi karena posisi telinga kita tadi.

Untuk rekaman alat musik akustik sederhana dengan 1 instrument musik biasanya suara yang
diambil satu mic berupa mono, sedangkan suara stereonya diciptakan ketika rekaman suara dari
beberapa mic yang ditempatkan berbeda digabung dalam proses mixing. Satu alat musik bisa terdiri
dari beberapa mic dengan posisi berbeda. Teknik micing ini dimaksudkan agar kesan luas tadi
tercapai.
Baiknya nilai IACC berada di bawah 0,5 agar kesan luas bisa kita dapatkan meskipun sumber suara
hanya berasal dari satu alat musik saja.

Ketika jumlah alat musik semakin banyak, penempatan suara sangat harus diperhatikan. Jika tidak,
suara akan menumpuk di satu posisi saja sehingga kesan spaciousness menjadi tidak tercapai.
Sebagai pembanding, saya coba analisa lagu the dance of eternity dimana suara alat musik di lagu ini
sangat banyak. Berikut ini grafiknya IACC-nya:

Grafik 2 IACC Lagu The Dance of Eternity (Dream Theater) dalam durasi 90 detik

Seperti analisa sebelumnya, musik dengan banyak instrument harus diperhatikan penempatan
suaranya. Di 40 detik pertama, tidak banyak instrument yang dimainkan, namun penempatan
suaranya sangat variatif, bahkan ada phase 180o effect yang dimainkan. Nilai IACC bahkan bisa
mencapai 0,17. Di detik selanjutnya semua instrument musik dimainkan. Nilai IACC berada di
rentang 0,3-0,5. Ini menunjukan penempatan suara tadi tidak berkumpul di satu bagian saja. Nilai
IACC yang didapat dari lagu ini rata-rata dibawah 0,5. Ini menunjukan mixing lagu ini baik sehingga
kesan luas tercapai.

Daftar Pustaka: Howard D. Acoustic and Psychoacoustic. 2001. Oxford:Focal Press


http://www.mcsquared.com/mono-stereo.htm
http://www.sweetwater.com/expert-center/glossary/t--IACC

Anda mungkin juga menyukai