Anda di halaman 1dari 30

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Musik di Indonesia sangat bergam, hal ini dikarenakan Indoneisa merupakan


kepulauan yang memiliki 17.508 budaya dan seni yang berbeda beda di setiap
daerahnya. Musik di Indonesia termasuk ke dalam kategori musik tradisional,
dimana Musik ini hidup di masyarakat secara turun temurun, dipertahankan
sebagai sarana hiburan. Ketika seseorang berbicara tentang seni musik tradisional
maka ia tidak hanya berbicara tentang musik tradisional Indonesia, karena setiap
daerah di suatu negara memiliki ciri khas atau musik tradisional masing-masing
yang berkembang karena pengaruh kehidupan di masa lalu atau lain sebagainya.

Terlebih lagi musik – musik suku tradisional Indonesia umumnya


menggunakan instrumen perkusi, terutama gendang dan gong. Beberapa lainnya
berkembang menjadi musik yang rumit dan berbeda – beda, seperti alat musik
Petik Sasando dari pulau Rote, Angklung dari Jawa Barat, dan musik okestra
Gamelan yang kompleks dari jawa dan bali. Salah satu musik yang peling dikenal
adalah Angklung, dimana musik ini dimainkan oleh satu orang.

Hal ini lah yang membuat penulis tertarik untuk mengetahui jenis dan fungsi
alat musik tradisional Angklung di Jawa Barat.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang di atas dapat dirumuskan masalah sebagai berikut
1. Apa saja jenis alat musik tradisional Angklung di Jawa Barat ?
2. Bagaimanakah fungsi alat musik tradisional Angklung di Jawa Barat ?

1.3 Tujuan Penelitian


Adapun tujuan penulisan karya tulis ini, sebagai berikut :

1
1. Untuk mengetahui jenis – jenis alat musik tradisional Angklung di Jawa
Barat.
2. Untuk mengetahui fungsi alat musik tradisional Angklung di Jawa Barat.

1.4 Manfaat Penelitian


1.4.1 Bagi Penulis
Hasil penelitian diharapkan dapat bermanafaat bagi penulis dan
menambah wawasan tentang alat musik tradisional Angklung di
Jawa Barat.

1.4.2 Bagi Sekolah


Hasil penelitianini di harapkan dapat membawa bahan kepustakaan
untuk meningkatkan pengentahuan siswa.

1.4.3 Bagi Masyarakat

Hasil penelitian ini di harapkan agar dapat menambah informasi


untuk masyarakat tentang jenis dan fungsi Angklung di Jawa Barat.

2
BAB II
LANDASAN TEORI

2.1 Pengertian Alat Musik

Musik berasal dari bahasa Yunani yaitu “muse”. Dalam bahasa yunani
muse adalah sebutan untuk dewi-dewi yang memiliki tugas sebagai penanggung
jawab terhadap seni dan ilmu pengetahuan. Berdasarkan asal katanya maka musik
dapat dijelaskan sebagai salah satu jenis seni. Namun secara lebih rinci maka
musik dapat jelaskan sebagai karya seni yang diciptakan manusia melalui
penyusunan suara yang terarur, terkombinasi, memiliki keharmonisan dan
mengandung makna.

Berdasarkan penjelasan diatas maka Alat musik adalah alat atau benda
yang dapat mengeluarkan suara yang khas yang jika di padukan dengan alat-alat
lain dapat menghasilkan musik yang indah mengandung keharmonisan
(keselarasan) agar makna yang terkandung didalamnya tersampaikan pada
pendengar.

2.2 Fungsi Alat Musik

a. Fungsi melodi
Alat musik memiliki fungsi melodi. Melodi merupakan susunan tinggi
rendahnya yang disusun dalam satu kesatuan dengan penekanan yang berbeda
terkait dengan intonasi dan durasi yang akan menciptakan musik yang indah.
Fungsi melodi berarti bahwa alat musik dalam suatu pertunjukan difungsikan
hanya untuk memainkan melodi yang dimainkan oleh musik vokal dalam bentuk
lagu. Adapun beberapa control alat musik yang memiliki fungsi melodi yaitu:

 Gitar
 Recorder
 Pianika

3
 Bonang
 Saron

b. Fungsi ritme atau ritmis


Ritme merupakan pengulangan bunyi-bunyian yang sesuai dengan pola dalam
sebuah lagu. Fungsi ritme pada alat-alat musik berarti adalah sebagai berikut:

 Memberikan warna nada


 Memberikan warna sajian komposisi musik
 Mampu menunjukkan suasana dan karakter dalam lagu
 Dapat menggambarkan dinamika perubahan

Alat musik yang memiliki fungsi ritme ini merupakan yang musik yang dapat
ditemukan secara tak bernada. Adapun contoh alat musik yang memiliki fungsi
ritme yaitu:

 Bedug
 Genjring
 Tam-tam
 Dog-dog
 Terbang
 Waditra kendang
 Tifa
 Bongo
 Drum
 Tamburin
 Timpani

c. Fungsi hamoni
Harmoni berarti kesetaraan atau keselarasan. Dalam musik, harmoni berarti
keselarasan panduan dari berbagai bunyi. Harmoni terdiri atas susunan, peranan,
dan hubungan dari paduan bunyi secara keseluruhan. Fungsi harmoni alat musik

4
berarti bahwa alat musik berfungsi untuk menyelaraskan bunyi yang
dikeluarkannya. Contoh alat musik yang memiliki fungsi ini yaitu:

 Gitar
 Saron
 Suling
 Piano
 Kecapi

2.3 Klasifikasi Macam – Macam Jenis Alat Musik

Klasifikasi jenis-jenis alat musik dapat digolongkan menjadi beberapa

klasifikasi. Penggolongan tersebut adalah berdasarkan sumber bunyinya,

berdasarkan cara memainkannya dan berdasarkan zamannya. Adapun penjelasan

dari kasifikasi tersebut adalah sebagai berikut:

2.3.1 Berdasarkan Sumber Bunyinya

Berdasarkan sumber bunyinya alat musik dapat dikelompok menjadi lima


jenis. Adapun penjelasan dari kelima jenis alat musik berdasarkan sunber
bunyinya adalah sebagai berikut:

a. Idiophone

Idiophone merupakan alat musik yang sumber bunyi berasal dari alat
musik itu sendiri. Sumber bunyi berasal dari getaran badan alat musik tersebut,
sehingga dimainkan dengan cara digoyang, ditepuk, dipukul dan lain-lain.
Beberapa contoh alat musik yang termasuk jenis idophone yaitu:

 Bel
 Gong
 Kolintang
 Marakas

5
 Simbal

b. Elektrophone

Electrophone merupakan alat musik yang sumber bunyinya memanfaatkan


tenaga listrik. Alat musik jenis akan umumnya dapat dimainkan jika tersambung
dengan listrik.

 Bass listrik
 Gitar Elektrik
 Keyboard

c. Chordophone

Chordophone merupakan alat musik yang sumber bunyinya berupa dawai.


Hal ini berarti bahwa setiap alat musik yang memiliki dawai merupakan jenis alat
musik chordophone. Alat musik jenis ini memiliki rongga resonansi. Untuk
memainkannya maka dawainya harus dipetik sehingga sura masuk ke rongga
resonansi dan menggetarkan dawai lain sehingga menimbulkan bunyi yang khas.
Beberapa contoh alat musik ini yaitu :

 Biola
 Gitar
 Kecapi
 Harpa

d. Membranophe

Membranophone merupakan alat musik yang sumber bunyinya


memanfaatkan membran atau lapisan tipis. Umumnya alat musik ini dilapisi oleh
membrane atau lapisan tipis pada salah satu sisinya yang dipasang secara kuat.
Alat musik ini dimainkan dengan cara menggetarkan membrannya. Contoh alat
musik tersebuta adalah sebagai berikut:

6
 Gendang
 Drum
 Rabana

e. Aerophone

Aerophone merupakan jenis alat musik yang sumber bunyinya


memanfaatkan udara dan getarannya. Alat musik ini dimainkan dengan cara tiup.
Contoh alat musik ini adalah sebagai berikut:

 Akordion
 Suling
 Harmonica
 Terompet

2.3.2 Berdasarkan Cara Memainkannya


Berdasarkan cara memakainya alat musik terbagi menjadi 5 jenis, yaitu:

a. Alat Musik Gesek

Alat musik gesek merupakan alat musik yang dimainkan dengan cara
digesek. Umumnya alat musik ini berupa alat musik kordofon yang dilengkapi
dengan dawai dan senar. Ketika memainkan alat musik ini, gesekan diberikan
pada senar atau dawainya. Tinggi rendahnya nada yang dihasilkan oleh alat ini
tergantung pada panjang pendeknya dawai. Yang termassuk alat musik geesek
adalah sebagai berikut:

 Biola
 Bass
 Cello
 Kecapi
 Ukulele
 Dan lain-lain.

7
b. Alat Musik Goyang

Alat musik goyang merupakan alat musik yang untuk memainkannya


perlu digoyangkan. Goyangan pada alat ini akan menghasilkan getaran yang akan
menimbulkan suara atau bunyi. Beberapa contoh alat musik yang termasuk alat
musik goyang adalah sebagai berikut:

 Angklung
 Marakas
 Tamborin

c. Alat Musik Petik

Alat musik petik adalah musik yang dimainkan dengan dipetik. Petikan
pada bagian alat musik ini akan menghasilkan getaran ketika dawainya dipetik.
Tinggi rendahnya nada yang dihasilkan alat musik ini juga bergantung pada
panjang pendeknya dawai. Adapun alat musik yang termasuk dalam alat musik ini
adalah sebagai berikut:

 Kontra bass
 Sasando
 Gambus
 Cuk
 Cak
 Siter
 Gitar
 Harpa

d. Alat Musik Pukul


Alat musik pukul merupakan jenis alat musik yang dimainkan dengan cara
dipukul. Suara pada alat ini akan muncul jika dipukul atau ditabuh. Alat musik ini
ada yang bernada dan ada pula yang tidak bernada. Suara yang dihasilkan oleh

8
alat ini ditentukan berdasarkan bentuk dan bahan bagian-bagian instrumen serta
rongga getarnya. Contoh alat musik jenis ini adalah sebagai berikut:

 Bongo
 Drum
 Grender
 Gong
 Gendang
 Talempong

e. Alat Musik Tiup


Alat musik tiup merupakan alat musik yang memainkannya dengan cara
ditiup. Alat musik ini akan mengeluarkan suara ketikan kolom udara didalamnya
digetarkan. Pada alat musik ini tinggi rendah nada yang dihasilkan tergantung
pada frekuensi gelombang yang dihasilkan, panjang kolom udara dan bentuk
instrumen. bunyi yang dihasilkan dipengaruhi oleh bahan dasar konstruksi
instrumen dan cara menghasilkannya. Contoh alat musik tersebut adalah sebagai
berikut:

 Harmonica
 Horn
 Clarinet
 Pianika
 Piccolo
 Suling
 Trombone.

2.3.3 Berdasarkan Zaman (Tradisional dan Modern)


Berdasarkan zamannya alat musik terbagi mmenjadi dua jenis yaitu alat
musik tradisional dan alat musik modern. Adapun penjelasan dari kedua jenis alat
musik tersebut adalah sebagai berikut:

9
a. Alat Musik Tradisional

Alat musik tradisional merupakan alat musik yang telah lama berkembang
sebelum adanya sentuhan budaya modern. Di Indonesia setiap daerah memiliki
alat musik tradisional yang berbeda. Alat musik ini menjadi ciri khas dari daerah
yang memilikinya. Cara memaikan alat musik jenis ini sangat bervariasi
tergantung pada alat musik itu sendiri. Alat musik tradisional ini mengeluarkan
suara khas yang berbeda-beda. Umumnya dalam pembuatannya alat musik ini
dibuat dengan menggunakan bahan-bahan alami yang bersumber dari alam.
Contoh bahan yang digunakan dalam membuatnya adalah kayu, bambu,
tempurung kelapa, kulit hewan dan lain-lain. Pada tabel berikut ini dapat dilihat
contoh- contoh alat musik tradisional Indonesia beserta asal daerahnya.

Nama Alat Musik


No. Asal Daerah
Tradisional
1 Serune Kalee Aceh
2 Aramba Pulau Nias, Sumatera Utara
3 Saluang Minangkabau, Sumatera Barat
4 Serangko Jambi
5 Gambus Riau
6 Acordion Sematera Selatan
7 Bende Lampung
8 Tifa Papua
9 Gamelan Jawa Tengah
10 Tehyan Jakarta
11 Angklung Jawa Barat
12 Gendang Yogyakarta
13 Bonang Jawa timur
14 Serunai Nusa Tenggara Barat
15 Sasando Nusa Tenggara Timur
16 Tuma Kalimantan Barat

10
17 Sampe Kalimantan Timur
18 Panting Kalimantan Selatan
19 Kolintang Sulawesi Utara
20 FU Maluku Utara

b. Alat Musik Modern

Alat musik modern dicirikan dengan sentuhan modern dalam alat musik
tersebut. Alat musik ini hadir setelah adanya perkembangan dari alat musik
tradisional. Sebagian alat musik modern telah menggunakan tenaga listrik dalam
membantu untuk memainkannya. Beberapa contoh alat musik Modern adalah
sebagai berikut:

 Drum
 Gitar
 Seksofon
 Harmonica
 Keyboard
 Terompet
 Piano
 Biola

2.4 Sejarah dan Pengertian Angklung

Angklung adalah alat musik khas Indonesia yang banyak dijumpai di


daerah Jawa Barat. Alat musik tradisional ini terbuat dari tabung-tabung bambu.
Sedangkan suara atau nada alat ini dihasilkan dari efek benturan tabung-tabung
bambu tersebut dengan cara digoyangkan. Sebagai bentuk pengakuan alat musik
Indonesia, Angklung telah terdaftar sebagai Masterpiece of Oral and Intangible
Heritage of Humanity dari UNESCO sejak November 2010. Angklung memiliki
beberapa jenis, antara lain : Angklung Kanekes, Angklung Dogdog Lojor,
Angklung Gubrag, dan Angklung Padaeng.

11
Angklung berasal dari bahasa Sunda angkleung-angkleungan yaitu
gerakan pemain angklung dan membentuk suara klung yang dihasilkannya. Secara
etimologis angklung berasal dari kata “angka” yang berarti nada dan “lung” yang
berarti pecah. Jadi, angklung merujuk pada nada yang pecah atau tidak lengkap.

Bentuk angklung terdiri dari dua atau lebih batang bambu dalam berbagai
ukuran sesuai dengan kebutuhan tinggi rendahnya nada yang dibentuk menyerupai
alat musik calung. Menurut Dr. Groneman, Angklung telah ada di Nusantara,
bahkan sebelum era Hindu. Menurut Jaap Kunst dalam bukunya Music in Java,
selain di Jawa Barat, Angklung juga bisa ditemui di daerah Sumatra Selatan dan
Kalimantan. Di luar itu, masyarakat Lampung, Jawa Timur dan Jawa Tengah juga
mengenal alat musik tersebut.

Di lingkungan Kerajaan Sunda (abad ke 12 – abad ke16) , Angklung


dimainkan sebagai bentuk pemujaan terhadap Nyai Sri Pohaci sebagai lambang
Dewi Sri (dewi padi/dewi kesuburan), Selain itu, konon Angklung juga
merupakan alat musik yang dimainkan sebagai pemacu semangat dalam
peperangan, sebagaimana yang diceritakan dalam Kidung Sunda.

Dua tokoh yang berperan dalam perkembangan Angklung di Jawa Barat


adalah Daeng Soetigna sebagai Bapak Angklung Diatonis Kromatis dan Udjo
Ngalagena yang mengembangkan teknik permainan berdasarkan laras-laras pelog
dan salendro.

Pada tahun 1938, Daeng Soetigna, menciptakan angklung dengan tangga


nada diatonis. Angklung inovasi Daeng Sutigna tersebut berbeda dengan angklung
pada umumnya yang berdasarkan tangga nada tradisional pelog atau salendro.
Inovasi inilah yang kemudian membuat Angklung dengan leluasa bisa dimainkan
harmonis bersama alat-alat musik Barat, bahkan bisa disajikan dalam bentuk
orkestra. Sejak saat itu, Angklung semakin populer, hingga akhirnya PBB, melalui
UNESCO, pada November 2010, mengakuinya sebagai warisan dunia yang harus
dilestarikan.

12
Setelah Daeng Soetigna, salah seorang muridnya, Udjo Ngalagena,
meneruskan usaha Sang Guru mempopulerkan Angklung temuannya, dengan
jalan mendirikan “Saung Angklung” di daerah Bandung. Hingga hari ini, tempat
yang kemudian dikenal sebagai “Saung Angklung Udjo” tersebut masih menjadi
pusat kreativitas yang berkenaan dengan Angklung.

2.5 Alat Musik Tradisional Khas Jawa Barat

2.5.1 Angklung

Angklung adalah alat musik multitonal (bernada ganda) yang secara


tradisional berkembang dalam masyarakat Sunda di Pulau Jawa bagian barat. Alat
musik ini dibuat dari bambu, dibunyikan dengan cara digoyangkan (bunyi
disebabkan oleh benturan badan pipa bambu) sehingga menghasilkan bunyi yang
bergetar dalam susunan nada 2, 3, sampai 4 nada dalam setiap ukuran, baik besar
maupun kecil. Dictionary of the Sunda Language karya Jonathan Rigg, yang
diterbitkan pada tahun 1862 di Batavia, menuliskan bahwa angklung adalah alat
musik yang terbuat dari pipa-pipa bambu, yang dipotong ujung-ujungnya,
menyerupai pipa-pipa dalam suatu organ, dan diikat bersama dalam suatu bingkai,
digetarkan untuk menghasilkan bunyi. Angklung terdaftar sebagai Karya Agung
Warisan Budaya Lisan dan Nonbendawi Manusia dari UNESCO sejak November
2010.

2.5.2 Arumba

Arumba adalah ensemble musik dari berbagai alat musik yang terbuat dari
bambu. Arumba lahir sekitar tahun 1960-an di Jawa Barat Indonesia, saat ini
menjadi alat musik khas Jawa Barat. Arumba termasuk ensembel berarti termasuk
seni musik
Konon pada tahun 1964, Yoes Roesadi dan kawan-kawan membentuk grup musik
yang secara khusus menambahkan angklung pada jajaran ensemble-nya. Ketika
sedang naik truk untuk pentas ke Jakarta, mereka mendapat ide untuk menamai
diri sebagai grup Arumba (Alunan Rumpun Bambu). Kemudian sekitar tahun

13
1968, Muhamad Burhan di Cirebon membentuk grup musik yang bertekad untuk
sepenuhnya memainkan alat musik bambu. Mereka memakai alat musik lama
(angklung, calung), dan juga berinovasi membuat alat musik baru (gambang, bass
lodong). Ensemble ini kemudian mereka beri nama Arumba (Alunan Rumpun
Bambu).

Sekitar tahun 1969, Grup Musik Arumba juga mengubah nama menjadi
Arumba, sehingga timbul sedikit perselisihan istilah arumba tersebut. Dengan
berjalannya waktu, istilah arumba akhirnya melekat sebagai ensemble musik
bambu asal Jawa Barat.

2.5.3 Calung
Calung adalah alat musik Sunda yang merupakan prototipe (purwarupa)
dari angklung. Berbeda dengan angklung yang dimainkan dengan cara
digoyangkan, cara menabuh calung adalah dengan memukul batang (wilahan,
bilah) dari ruas-ruas (tabung bambu) yang tersusun menurut titi laras (tangga
nada) pentatonik (da-mi-na-ti-la). Jenis bambu untuk pembuatan calung
kebanyakan dari awi wulung (bambu hitam), namun ada pula yang dibuat dari awi
temen (bambu yang berwarna putih).

Pengertian calung selain sebagai alat musik juga melekat dengan sebutan
seni pertunjukan. Ada dua bentuk calung Sunda yang dikenal, yakni calung rantay
dan calung jinjing.

a. Calung Rantay

Calung rantay bilah tabungnya dideretkan dengan tali kulit waru (lulub)
dari yang terbesar sampai yang terkecil, jumlahnya 7 wilahan (7 ruas bambu) atau
lebih. Komposisi alatnya ada yang satu deretan dan ada juga yang dua deretan
(calung indung dan calung anak/calung rincik). Cara memainkan calung rantay
dipukul dengan dua tangan sambil duduk bersilah, biasanya calung tersebut diikat

14
di pohon atau bilik rumah (calung rantay Banjaran-Bandung), ada juga yang
dibuat ancak "dudukan" khusus dari bambu/kayu, misalnya calung tarawangsa di
Cibalong dan Cipatujah, Tasikmalaya, calung rantay di Banjaran dan
Kanekes/Baduy.

b. Calung Jinjing

Adapun calung jinjing berbentuk deretan bambu bernada yang disatukan


dengan sebilah kecil bambu (paniir). Calung jinjing terdiri atas empat atau lima
buah, seperti calung kingking (terdiri dari 12 tabung bambu), calung panepas (5 /3
dan 2 tabung bambu), calung jongjrong(5 /3 dan 2 tabung bambu), dan calung
gonggong (2 tabung bambu). Kelengkapan calung dalam perkembangannya
dewasa ini ada yang hanya menggunakan calung kingking satu buah, panempas
dua buah dan calung gonggong satu buah, tanpa menggunakan calung jongjrong
Cara memainkannya dipukul dengan tangan kanan memakai pemukul, dan tangan
kiri menjinjing/memegang alat musik tersebut. Sedangkan teknik menabuhnya
antar lain dimelodi, dikeleter, dikemprang, dikempyung, diraeh, dirincik,
dirangkep (diracek), salancar, kotrek, dan solorok.

2.5.4 Celempung

Celempung adalah sebuah waditra (istrumen musik tradisional) jenis alat


pukul ini terbuat dari bambu, dimainkan dengan cara dipukul oleh alat bantu
pemukul. Waditra ini berperan seperti kendang (gendang), yaitu sebagai pengatur
irama lagu. Bentuk penyajian waditra 'Celempung' dinamakan 'Celempungan'.
Pertunjukan dilengkapi waditra kacapi, rebab atau suling dan sebuah goong
buyung.

Celempungan merupakan alat bunyi yang diadopsi dari 'Icikibung', yaitu


bunyi sebuah permainan tradisional berupa pukulan telapak tangan dan gerak
sikut diatas permukaan air, sehingga menimbulkan bunyi-bunyi yang khas.
Permainan ini biasa dimainkan oleh para wanita (gadis) yang sedang mandi di

15
sungai. Bunyi dari permainan 'Icikibung' itu ditiru dan dipindahkan menjadi
waditra yang terbuat dari bambu besar (awi gombong) yang disebut 'Celempung'.

Bahan dasar waditra 'Celempung' dibuat dari bahan bambu, untuk yang
berbentuk bulat. Sedang untuk yang berbentuk segi enam atau segi delapan
terbuat dari bahan kayu. Alat pemukulnya dapat dibuat dari bahan bambu atau
kayu yang ujungnya dibalut dengan kain atau benda tipis agar menghasilkan suara
nyaring, jika dipukulkan pada celempung.

Bagian-bagian celempung:

 'Sirah' penutup pinggir sebelah kiri


 'Pongpok', penutup sebelah kanan, dua utas sembilu berfungsi sebagai
senar
 'Talingkup' penghubung kedua utas sembilu
 'Nawa' sebagai lubang suara
 'Baham' sebagai tempat pengolah suara.

2.5.5 Degung

Degung adalah sekumpulan alat musik yang dimainkan oleh masyarakat


Sunda. Ada dua pengertian tentang istilah degung, degung sebagai nama
perangkat gamelan dan degung sebagai nama laras bagian dari laras salendro (
berdasarkan teori Raden Machjar Angga Koesoemadinata).
Degung sebagai unit gamelan dan degung sebagai laras memang sangat lain.
Dalam teori tersebut, laras degung terdiri dari degung dwiswara (tumbuk: (mi) 2 –
(la) 5) dan degung triswara: 1 (da), 3 (na), dan 4 (ti).

2.5.6 Jentreng

Jentreng adalah sejenis alat musik kecapi dengan jumlah dawai tujuh buah.
Ukurannya jauh lebih kecil jika dibandingkan dengan kacapi pada umumnya.
Terbuat dari kayu kembang (kenanga) atau kayu nangka. Teknik memainkannya

16
dipetik dan di-toel (disentuh) dengan jari kiri-kanan. Telunjuk, jari tengah, dan ibu
jari tangan kanan untuk memetik nada-nada tinggi, sedangkan telunjuk tangan kiri
untuk menyentuh nada-nada rendah (bagian atas dari instrumen).

Menurut sistem klasifikasi Curt Sachs dan Hornbostel, Jentreng diklasifikasikan


sebagai Chordophone, sub klasifikasi zither. Sedangkan menurut cara
memainkannya, jentreng diklasifikasi sebagai alat petik. Dalam ensambel,
jentreng berfungsi sebagai pengiring (mengiringi lagu).

2.5.7 Kacapi

Kacapi (kecapi) termasuk jenis waditra alat petik, karena bunyi suara yang
dihasilkan dengan cara dipetik. Dalam istilah musik Sunda, tekhnik dasar petikan
kacapi dikenal mempunyai cara khas seperti : ditoel, disintreuk, dan digemyang
(diranggeum). Kacapi merupakan alat musik Sunda yang dimainkan sebagai alat
musik utama dalam Tembang Sunda atau Mamaos Cianjuran dan kacapi suling.
Kata kacapi dalam bahasa Sunda juga merujuk kepada tanaman sentul (Sentul
adalah sebuah nama dalam bahasa Sunda untuk tumbuhan dan buah kecapi), yang
dipercaya kayunya digunakan untuk membuat alat musik kacapi.

2.5.8 Karinding

Karinding merupakan salah satu alat musik getar (mouth harp) tradisional
Sunda yang terbuat dari banbu atau kayu.

Karinding yaitu alat buat mengusir hama di sawah. Suara yang dihasilkan
dari getaran jarum karinding biasanya bersuara rendah low decible. Suaranya
dihasilkan dari gesekan pegangan karinding dan ujung jari yang ditepuk-tepakkan.
Suara yang keluar biasanya terdengar seperti suara wereng, belalang, jangkrik,
burung, dan lain-lain. Yang zaman sekarang dikenal dengan istilah ultrasonik.
Biar betah di sawah, cara membunyikannya menggunakan mulut sehingga
resonansina menjadi musik. Sekarang karinding biasa digabungkan dengan alat
musik lainnya.

17
2.5.9 Tarawangsa

Tarawangsa merupakan salah satu jenis kesenian rakyat yang ada di Jawa
Barat. Istilah "Tarawangsa" sendiri memiliki dua pengertian: (1) alat musik gesek
yang memiliki dua dawai yang terbuat dari kawat baja atau besi dan (2) nama dari
salah satu jenis musik tradisional Sunda. Tarawangsa lebih tua keberadaannya
daripada rebab, alat gesek yang lain. Naskah kuno Sewaka Darma dari awal abad
ke-18 telah menyebut nama tarawangsa sebagai nama alat musik. Rebab muncul
di tanah Jawa setelah zaman Islam sekitar abad ke-15—16, merupakan adaptasi
dari alat gesek bangsa Arab yang dibawa oleh para penyebar Islam dari tanah
Arab dan India. Setelah kemunculan rebab, tarawangsa biasa pula disebut dengan
nama rebab jangkung (rebab tinggi), karena ukuran tarawangsa umumnya lebih
tinggi dari pada rebab.

2.5.10 Rebab

Rebab adalah waditra (alat musik) jenis gesek, karena bunyi yang
dihasilkan waditra ini bersumber dari kawat yang dimainkan dengan cara digesek.
Waditra ini hampir sama dengan tarawangsa, perbedaannya terletak pada bentuk
dan cara memakainya. Rebab berasal dari kata Rabab (bahasa Persia) yang artinya
sedih. Pengertian ini sesuai dengan jenis lagu-lagu pada rebab, yang sering
membawakan lagu-lagu " ngalengis ", yaitu lagu-lagu yang sangat menyayat hati
(sedih). Diantara waditra-waditra Sunda, alat gesek Rebab merupakan waditra
uang paling tepat menghantarkan lagu-lagu yang bersuansana sedih.

Rebab biasa disebut Lengek. Lengek adalah alat gesek/keset. Orang yang
sedang menyajikan Rebab biasa disebut " ngalengek". Jadi ngalenggek sama
dengan ngarebab/merebab.

Bahan dan Rancang Bangun

 Waditra Rebab dibuat dari bahan: kayu,kawat dan kulit, dengan bahan
tambahan kain dan pelitur.

18
 Terbuat dari bahan kayu jeruk. Bagian lainnya seperti : wangkis terbuat
dari bahan kayu nangka, Tumpang sari dari bahan Kayu jati, dari bulu ekor
kuda putih, Dampit dari bahan karet atau benda yang empuk dan sisir dari
bahan tanduk atau tulang binatang.

2.5.11 Suling

Suling adalah alat musik dari keluarga alat musik tiup kayu atau terbuat
dari bambu. Suara suling berciri lembut dan dapat dipadukan dengan alat musik
lainnya dengan baik. Ada Beberapa Jenis Suling Sunda, yaitu :

a. Suling Sunda Lubang Enam

Digunakan Untuk Mengiringi Tembang Dan Kawih Namun Lebih


Dominannya Pada Tembang, Fungsinya Adalah Sebagai Nada Dasar Pesinden
Dalam Bernyanyi, Membawakan Melodi Dan Melilit Melodi, Ornamentasi Yang
Dimainkan Suling Pasti Sama Dengan Sinden, Sementara Laras Yang Digunakan
Adalah: Laras Pelog, Pelog Degung, Madenda Dan Kadang Salendro Tapi Untuk
Laras Yang Satu Ini Jarang Digunakan Oleh Suling Ini.

b. Suling Lubang Lima

Suling Ini Adalah Jenis Suling Yang Digunakan Pada Jenis Kesenian
Tarawangsa Suatu Kesenian Ritual Di Daerah Sumedang, Akan Tetapi Jenis
Suling Ini Di Daerah Tasikmalaya Pun Sering Digunakan, Yaitu Di Daerah
Cibalong.

c. Suling Lubang Empat

Secara Laras Suling Ini dibagi Menjadi: Suling Lubang Empat Laras
Degung, Suling Lubang Empat Laras Salendro, Suling Lubang Empat Laras
Nyorog/Madenda, dan Suling Lubang Empat Laras Sorog, Bagian Dari Laras
Pelog.

19
BAB III

METODELOGI PENELITIAN

3.1 Metode Penelitian

Penelitian ini merupakan penilitian deskripsi. Penelitian deskripsi adalah


penelitian yang berusaha menggambarkan dan menginterprestasikan objek sesuai
apa adanya. Dalam karya tulis ini penulis mendekripsikan dan
menginterprestasikan fungsi dan jenis alat musik tradisional Angklung di Jawa
Barat.

3.2 Teknik Pengumpulan Data

Tekik dalam pengumpulan data menggunakan teknik observasi, teknik


studi pustaka.

3.2.1 Teknik Observasi

Teknik Observasi merupakan teknik pengumpulan data, dimana peneliti


melakukan pengamatan secara langsung ke objek penelitian untuk melihat dari
dekat kegiatan yang dilakukan (Riduwan, 204: 104). Dengan menggunakan
metode ini penulis mengumpulkan data – data lebih lanjut dengan cara melakukan
penelitian terhadap objek yang diangkat penulis dalam karya tulis ilmiah ini yaitu
jenis dan fungsi alat musik tradisional Angklung di Jawa Barat.

3.2.2 Teknik Studi Pustaka

Teknik studi pustaka adalah pengumpulan data diambil dari sumber –


sumber literatur yang terkait dengan optik yang dikaji. Dengan menggunakan
metode ini penulis mengumpulkan data – data yang bersumber dari buku – buku
kajian teori yang berkaitan dengan bahasan yang disampaikan dalam bahasa karya
tulis ini.

3.3 Objek Penelitian

20
Objek penelitian ini adalah alat musik tradisional Angklung di Jawa Barat.
Yang menjadi kajian utama dalam karya ini adalah jenis dan fungsi alat musik
tradisional Angklung di Jawa Barat.

3.4 Teknik Analisis Data

Setelah data terkumpul, data dianalisis dengan cara sebagai berikut :

1. Mengumpulkan data dengan beberapa sumber.


2. Mengidentifikasi data yang berkaitan dengan topik yang dibahas.
3. Mendeskripsikan data yang telah dikumpulkan.
4. Membahas data – data yang telah diidentifikasi dan dideskripsikan
sebelumnya.
5. Membuat kesimpulan dari pembahasan yang telah dilakukan.

21
BAB IV

PEMBAHASAN

4.1 Jenis Angklung

Penyebaran alat musik ini begitu meluas dan tersebar hingga keluar dari
kebudayaan Sunda. Hal ini turut menciptakan keragaman jenisnya. Disamping itu,
banyaknya variasi juga disebabkan oleh kreativitas dan kebutuhan musikal
daerah-daerah dalam lingkup budaya Sunda.

Sehubungan dengan ini, umumnya perbedaan berkisar pada variasi rangka, hiasan
serta jumlah tabung (nada). Berikut ini adalah beberapa jenis Angklung
berdasarkan bentuk dan wilayah penyebarannya :

4.1.1 Angklung Kanekes

Kanekes merupakan nama suatu daerah yang sering kita sebut adalah
orang Baduy, sehingga dinamakan dengan angklung kanekes. Penggunaanya

22
angklung tersebut berhubungan dengan ritus padi, yaitu dibunyikan ketika mereka
menanam padi di ladang.

Hanya orang Kajeroan (Tangtu; Baduy Jero) saja yang berhak membuat
angklung kanekes. Kajeroan terdiri dari 3 kampung, yaitu kampung Cibeo,
kampung Cikartawana, dan kampung Cikeusik. Namun demikian tidak semua
orang dari ketiga kampung tersebut dapat membuat angklung kanekes, hanya
orang – orang yang mempunyai keturunan serta adanya syarat – syarat ritual
tertentu untuk membuatnya.

4.1.2 Angklung Reyog

Angklung reyog merupakan aliran seni musik yang dikenal karena


digunakan untuk mengiringi kesenian tari Reog Ponorogo (tari Reog Ponorogo
berasal dari Jawa Timur). Berbeda dengan angklung pada umumnya, angklung
Reyog memiliki dua nada mempunyai bentuk lengkungan dari ritan yang dihiasi
dengan benang rumbai berwarna – warni yang indah.

23
4.1.3. Angklung Banyuwangi

Angklung yang berasal dari Banyuwangi ini terbagi dalam beberapa jenis,
namun yang paling terkenal adalah angklung Caruk Banyuwangi. Permainan
musik angklung yang satu ini tidak hanya menampilkan seni musiknya saja,
namun juga ditampilkan sebagai pengiring tarian.

4.1.4 Angklung Dogdor Lojor

Dogdog Lojor merupakan sebuah kesenian yang berada di masyarakat


Kasepuhan Pancer Pangawinan atau Kesatuan Adat Banten Kidul. Dogdog Lojor
sendiri merupakan nama salah satu waditra didalamnya. Tidak berbeda dengan
sejarah pemakaian angklung yang telah dijelaskan sebelumnya, yaitu masih
mempunyai kaitan dengan ritual padi.

24
4.1.5 Angklung Gubrag

Selain dimainkan untuk ritual yang berhubungan dengan penanaman padi,


dalam perkembangannya angklung Gubrag juga dimainkan dalam berbagai acara
seperti penyambutan tamu agung atau pernikahan adat.

4.1.6 Angklung Badeng

Kesenian Badeng lebih menekankan segi musikal dengan angklung


sebagai alat musik pengiring utamanya. Jadi mayoritas yang ditonjolkan adalah
angklung itu sendiri.

25
4.1.7 Buncis (seni pertunjukan daerah bandung)

Buncis merupakan seni pertunjukan hiburan. Awal mulanya, Buncis


digunakan pada acara acara pertanian, namun dengan perkembangan zaman juga
sering digunakan sebagai seni hiburan.

4.1.8 Angklung Padaeng

Berbeda dengan beberapa jenis angklung sebelumnya, angklung Padaeng


merupakan alat musik dari bambu yang mempunyai varian modern. Dikenalkan
oleh seorang Daeng Soetigna pada tahun 1938 yang melakukan inovasi agar alat
musik angklung dapat dimainkan dengan nada diatonik, sehingga dapat
memainkan lagu – lagu internasional.

26
4.1.9 Angklung Sarinande

Angklung sarinande merupakan istilah angklung Padaeng yang hanya


menggunakan nada bulat saja tanpa nada dasar C.

4.1.10 Angklung Toel

Sekitar tahun 2008, angklung Toel diciptakan oleh Kang Yayan Udjo.
Cara memainkan alat musik ini hanya dengan men-toel angklung tersebut dan
secara langsung akan bergetra karena adanya karet pada angklung

27
4.1.11 Angklung Sri-Murni

Sesuai dengan namanya, satu angklung memakai dua atau bahkan lebih
tabung suara yang nadanya sama, sehingga menghasilkan nada murni. Alat musik
jawa barat ini tentu tidak lepas dari pengaruh alat musik betawi yang pada
dasarnya juga termasuk wilayah jawa barat.

4.2 Fungsi Alat Musik Tradisional Angklung

1. Sebagai Alat Musik

Angklung merupakan salah satu jenis alat musik dari daerah Jawa Barat.
Fungsi utama angklung yakni sebagai alat musik dan menciptakan harmoni yang
indah untuk mengiringi lagu maupun dijadikan sebagai musik isntrumental.
Keberadaan angklung sebagai alat musik menjadi salah satu ragam alat musik
yang ada di Indonesia. angklung dapat dipadukan dengan beberapa jenis alat
musik lainnya sehingga membuat gabungan musik dari beberapa alat musikyang
indah untuk di dengarkan. Bahkan menggunakan angklung sebagai alat musik
sudah digunakan sejak zaman kerajaan Padjajaran sebagai instrumen musik pada
saat perang bubat.

28
2. Pengingat Waktu Sembahyang

Sebelum adanya teknologi modern seperti sekarang, masyarakat menggunakan


alat-alat tradisional untuk berkomunikasi. Jika di Jawa Tengah dan sekitarnya
menggunakan kentongan, di kerajaan Padjajaran alat komunikasi yang digunakan
adalah angklung. Angklung digunakan sebagai alat untuk tanda pengingat waktu
sembahyang. Ketika angklung dibunyikan, waktu itulah tandanya masyarakat
Hindu di Padjajaran zaman dahulu harus bersembahyang.

3. Pemompa Semangat

Memainkan alat musik angklung pada zaman Hindia Belanda sempat dilarang.
Hal tersebut mengakibatkan popularitas angklung sempat menurun. Hanya anak-
anak kecil yang diperbolehkan bermain angklung. Pelarangan bermain angklung
oleh pemerintah Hindia Belanda ini malah menambah semangat rakyat pada
waktu itu untuk tetap mempertahankan buadaya dan tanah yang mereka pijak.

4. Sarana Pembentukan Karakter

Angklung tidak hanya alat musik yang nyaman untuk didengarkan, akan tetapi
juga dapat digunakan untuk membentuk karakter anak. Satu angklung hanya
memuat satu tangga nada, dan angklung biasanya dimainkan oleh banyak orang.
Artinya, bermain angklung sama saja dengan bekerja dalam tim. Diperlukan tim
yang solid, bertanggung jawab, jujur dan toleransi serta konsentrasi yang tinggi
agar harmoni musik yang diciptakan oleh alat musik angklung dapat di dengarkan
dengan indah. Bermain angklung dapat membentuk karakter pemainnya untuk
lebih disiplin dan percaya diri.

29
BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Angklung merupakan sebuah alat musik tradisional terkenal yang dibuat


dari bambu dan merupakan alat musik asli Jawa Barat, Indonesia. Dulunya,
angklung memegang bagian penting dari aktivitas upacara tertentu, khususnya
pada musim panen. Suara angklung dipercaya akan mengundang perhatian Dewi
Sri (Nyi Sri Pohaci) yang akan membawa kesuburan terhadap tanaman padi para
petani dan akan memberikan kebahagian serta kesejahteraan bagi umat manusia.

5.2 Saran

Kurangnya kecintaan generasi muda terhadap budaya terutama pada alat


musik tradisional saat ini sehingga kreativitasnya kurang berkembang. Justru
generasi muda merupakan bangsa untuk kedepannya. Oleh karena itu, agar
kebudayaaan – kebudayaaan asli bangsa Indonesia ini tetap ada marilaj kita jaga
bersama. Selain itu, pengenalan budaya kepada anak sejak dini merupakan salah
satu cara yang tepat agar kebudayaan tetap terus dilestarikan.

30

Anda mungkin juga menyukai