Anda di halaman 1dari 13

Volume 10 No.

2 September 2019
P-ISSN 2086-6178 E-ISSN 2579-3292
http://ejournal.bsi.ac.id/ejurnal/index.php/jkom

Nilai Estetika Pada Film Layar Lebar Indonesia The Raid


Muhammad Ichsan

Universitas Bina Sarana Informatika


e-mail: muhammad.mch@bsi.ac.id

Cara Sitasi: Ichsan Muhammad. Nilai Estetika Pada Film Layar Lebar Indonesia The Raid. Jurnal Komunikasi,
10(2), 119-131.

Abstract - Everything that is phenomenal becomes basic for human filmmakers to become a commercial work.
The Raid, this big-screen movie really puts forward the beauty of visuals which indeed has a special attraction
among Indonesian movie lovers. The Raid is an action-packed film where challenging scenes color the contents
of the film. The aesthetic meaning in the film The Raid is very much influenced by the progress of
cinematographic technology and also the workers behind the scenes of the film. The shooting techniques that
were carried out were very very high quality so that they were different from previous Indonesian action films
such as the Martyrs, Merantau and many more. Packaged with modern cinema techniques as well as action
scenes with totality with quality actors. The author wants to know the visual aesthetic values contained in the
film The Raid especially through verbal and nonverbal communication in interpreting the visual aesthetics of the
film The Raid. The key to this research is that the picture message (visual) captured by the audience can give
meaning to the beauty of the image on a big screen Indonesian film.

Keywords: aesthetics, value, film

PENDAHULUAN liku.Apakah mayoritas masyarakat Indonesia


memang hanya menyukai film yang rendah
Film merupakan transformasi dari penalaran dan mengedepankan gambar visual
gambaran-gambaran kehidupan manusia. yang bagus sekarang ini. Hal ini dapat dilihat
Kehidupan manusia penuh dengan simbol yang dari ketertarikan penonton pada saat
mempunyai makna dan arti berbeda, dan lewat penayangan perdana film tersebut.Apakah ini
simbol tersebut film memberikan makna yang merupakan sebuah awal dari kembalinya
lain lewat bahasa visualnya. Film juga kejayaan dunia perfilman Indonesia seperti
merupakan sarana ekspresi indrawi yang khas beberapa dekade silam atau hanya sekelebat
dan efisien, aksi dan karateristik yang sebagai hiburan semata saja.
dikomunikasikan dengan kemahiran Jika dilihat lebih dalam lagi kedua film
mengekspresikan image yang ditampilkan ini merupakan produk dari para pekerja
dalam film yang kemudian menghasilkan belakang layar mancangara bukan pribumi.Hal
makna tertentu yang sesuai konteksnya. ini berkaitan dengan segmentasi penonton
Segala sesuatu yang fenomenal Indonesia terhadap lingkungan tempat
menjadi basic bagi insan perfilman untuk tinggal,status ekonomi sosial terhadap tayangan
dijadikan suatu karya yang komersil. The Raid, yang digemari.Karena tidak semua masyarakat
film layar lebar ini amat sangat mengedepankan menyukai tayangan yang sama dikarenakan
keindahan visual yang memang mempunyai tingkat pendidikan dan lingkungan yang
daya tarik tersendiri dikalangan penikmat film mempengaruhi.Masyarakat yang berstatus
Indonesia. The Raid adalah film bergenre ekonomi menengah kebawah biasanya lebih
action dimana adegan-adegan yang penuh menyukai tayangan yang tidak melibatkan otak
tantangan mewarnai isi film tersebut.Sementara untuk berfikir karena sudah lelah seharian
jika dilihat dari segi cerita termasuk kedalam bekerja.Tapi karya seni tidak selalu “indah”
kategori mudah dicerna tanpa harus seperti pada persoalan dalam estetika,maka
membutuhkan daya nalar yang ekstra seperti diperlukan suatu biadang khusus yang benar-
jika menyaksikan film-film bergenre lika benar menjawab tentang apa hakekat seni atau

Diterima: 26-04-2019 Direvisi: 30-05-2019 Disetujui: 01-08-2019 119


Nilai Estetika Pada Film Layar Lebar Indonesia The Raid

arts itu.Lahirlah yang dinamakan “filsafat seluloid, pita video, piringan video, dan atau
seni”,jadi perbedaan antara estetika dan filsafat bahan hasil teknologi lainnya dalam bentuk,
seni hanya objek materialnya saja.Estetika jenis, ukuran, melalui kimiawi, proses
mempersoalkan hakekat keindahan alam dan elektronik, atau proses lainnya”.
karya seni,sedangkan filsafat seni Film juga merupakan serangkaian
mempersoalkan hanya karya seni atau benda gambar-gambar yang diambil dariobyek yang
yang disebut seni (Sumardjo, 2000) bergerak memperlihatkan suatu serial peristiwa-
Makna estetika dalam film The Raid peristiwagerakan yang berlaku secara
amat sangat dipengaruhi dari sisi kemajuan berkesinambungan, yang berfungsi
teknologi sinematografi dan juga para pekerja sebagaimedia hiburan, pendidikan, dan
dibelakang layar film tersebut.Tekhnik-tekhnik penerangan. Sebagai salah satu mediainformasi
pengambilan gambar yang dilakukan pun amat maka film secara otomatis akan membawa
sangat bermutu sehingga berbeda dengan film- dampak (side effect) baik itu positif maupun
film action Indonesia terdahulu seperti Sang negatif kepada penontonnya.
Martir,Merantau dan masih banyak lagi.Dilihat Menurut Dr. Phil Astrid Susanto, film
dari apa yang telah dijabarkan diatas penulis adalah :
ingin meneliti masalah tersebut khususnya
mengenai ketertarikan masyarakat tentang Gambar yang bergerak dikenal dengan
visual yang modern dalam film action gambar hidup dan memang gerakan
Indonesia belakangan ini yaitu The Raid. itumerupakan unsur pemberi hidup
Oleh karena itulah, penulis sangatlah kepada suatu gambar, namun
tertarik untuk mengangkat masalah ini sebagai betapapunsempurnanya dan modernnya
bahan pembuatan penulisan ilmiah karena teknik yang dipergunakan belum
penulis ingin mengetahui nilai-nilai estetika mendekatikenyataan hidup sehari-hari
visual yang terkandung dalam film The Raid sebagaimana film. Untuk meningkatkan
khususnya melalui komunikasi verbal dan kesandan dampak dari film, suatu film
nonverbal dalam memaknai estetika visual dari diiringi suara yang dapat berupa
film The Raid. Kunci dari penelitian ini adalah dialogobyek itu memperlihatkan suatu
pesan gambar (visual) yang ditangkap oleh serial gerakan atau momen
penonton dapat memberikan makna keindahan yangberlangsung secara terus-menerus,
gambar pada sebuah film layar lebar Indonesia. kemudian diproyeksikan ke
dalamsebuah layer dengan memutarnya
Film dalam kecepatan tertentu
Menurut Kamus Besar Bahasa sehinggamenghasilkan sebuah gambar
Indonesia, film dapat diartikan dalam dua hidup. (Susanto, 1982)
pengertian. Yang pertama, film merupakan
sebuah selaput tipis berbahan seluloid yang Dari penjelasan di atas dapat
digunakan untuk menyimpan gambar negatif disimpulkan bahwa film padadasarnya
dari sebuah objek. Yang kedua, film diartikan merupakan serangkaian gambar yang diambil
sebagai lakon atau gambar hiduap. Dalam dari obyek bergerak, yang kemudian
konteks khusus, film diartikan sebagai lakon menghasilkan serial peristiwa-peristiwa
hidup atau gambar gerak yang biasanya juga secarakontinyu dan berfungsi sebagai media
disimpan dalam media seluloid tipis dalam komunikasi, media hiburan,pendidikan dan
bentuk gambar negatif. Meskipun kini film penerangan serta diiringi dengan unsur ekspresi
bukan hanya dapat disimpan dalam media penguatseperti musik, dialog dan juga warna
selaput seluloid saja. Film dapat juga disimpan sehingga mampu membuat film itumenjadi
dan diputar kembali dalam media digital. serealistis mungkin. Tema cerita dalam film
Di dalam Anggaran Dasar Pasal 3 pada biasa berangkat dari fenomena sosial yang
Persatuan Karyawan Film dan Televisi terjadi di tengah masyarakat.
Indonesia yang merupakan Keputusan Kongres
ke-8 pada 1995 menyatakan bahwa: Gestur dan Komunikasi
“Film dan televisi adalah karya cipta seni dan Karena kata ekspresi berarti
budaya yang merupakan media komunikasi “mendorong keluar” maka sudah menjadi sifat
massa pandang-dengar yang dibuat berdasarkan alamiah manusia untuk mengeksternalkan
asas sinematografi dengan direkam pada pita perasaan atau ideanya, mendorong
keluar.Aktifitasnya ekspresi adalah bagian dari
120 Ichsan Muhammad
Jurnal Komunikasi, Vol 10 No.2 September 2019
P-ISSN 2086-6178 E-ISSN 2579-3292

pikiran dan perasaan kita. Proses eksternalisasi


ini terus berlanjut bahkan ketika kita sedang Fungsi Gestur
sendiri Bahasa gestur dapat dibagi menjadi 4
Implus, perasaan atau reaksi yang kita kategori umu yaitu :
miliki menimbulkan energi dari dalam diri yang 1. Ilustrasi atau imitatif
selanjutnya mengalir keluar, mencapai dunia 2. Indikatif
luar dalam bentuk yang bermacam macam : 3. Empatik
kata-kata, bunyi, gerak, postur dan infleksi 4. Autistik
(perubahan nada suara). Umumnya, setiap
Gestur yang sifatnya ilustrasi adalah
tanda eksternal dari perasaan dan pikiran dan
gestur yang disebut “pantonmimik” ketika
pikiran dapat disebut gestur. Dibagian ini kita
mencoba mengkomunikasinya informasi
akan membaginya secra sistematis dalam dua
spesifik (“kontak itu besarnya setinggi ini dan
tipe yaitu fisik dan vokal, yang berhubungan
selebar ini”).Gestur indikatif dipakai untuk
dengan gestur yang dapat dilihat dan yang
menunjuk (“disebelah”). Gestur empatik
dapat didengar. Gestur vokal dibagi lagi
memberikan informasi yang subjektif daripada
menjadi verbal (mengucapkan kata-kata) dan
objektif, berhubungan dengan bagaimana orang
nonverbal (bunyi-bunyi yang kita gunakan,
merasakan sesuatu (ketika kita
termasuk inlfkesi dan penekaan yang
mengarahkan:”sekarang, dengar aku!” sambil
penakanan yang mempengaruhi arti emosional
meninju kepalan tangan kita ke atas meja atau
dari kata-kata yang kita ucapkan). Karena
menunjuk jari kita ke muka musuh). Gestur
penulis naskah akan memberikan gestur gestur
autistik (arti harafiahnya “kepada diri”) tidak
verbal dalam bentuk kata-kata di naskah, tugas
dimaksud untuk komunikasi dengan diri
si aktor adalah menyelidiki aspek-aspek
sendiri. Misalnya, ketika seseorang yang sedang
nonverbal dari gestur karakter yang
mendengar orang lain berbicara memiliki
dimainkannya, gestur-gestur fisik, postur,
perasaan benci kepada lawan bicaranya tetapi
infleksi dan sebagainya. (Sitorus, 2002; 91)
harus menutupinya, maka dia akan melipat
Walaupun masyarakat berbeda-beda,
tangan dengan rapat sekali dengan telapak
banyak tipe gestur yang sama yang
masuk di sela sela kedua ketiak di depan anda.
dipergunakan untuk meningkatkan atau
Dengan tingkah laku rahasia ini.Orang itu
menggantikan komunikasi verbal. Ada gestur
menyatakan aksi simbolis, merasa puas ketika
gestur yang memberikan arti konsisten dalam
sedang mecekik lawan bicaranya.Daging
situasi-situasi yang serupa. Dengan demikian
dianatara puas ketika mencekik lawan
berfungsi sebagai satu sistem simbolis, yang
bicaranya itu.walaupungestur seperti itu sering
istilahnya lebih dikenal dengan nama bahasa
tersembunyi, secara tidak sadar, sering kali
tubuh. Karena fungsi aimbolis ini, gestur
orang disekitar kita dapat mengenali dan
memberikan analogi yang terbentuk fisik unutk
merasakannya.Tentu saja realitanya keempat
aksi-aksi atau perasaan-perasaan yang sedang
kategori ini tidak nyata terpisah tetapi sengaja
diekspresikan atau digambarkan.Ketika bahasa
dipisah untuk memudahkan pelajaran kita
verbal memberikan sistem komunikasi yang
tentang gestur dan hampir smua gestur yang
artinya sudah cukup jelas dan tepat, bahasa
kita pakai kombinasi dari dua atau tiga kategori
tubuh memberikan informasi tentang perasaan-
diatas. (Sitorus, 2002)
perasaan dan aksi-aksi dengan lebih ekspresif
daripada kata-kata. Dalam buku Literature as
Aktor dan Suaranya
Experince dikatakan : Budaya kita lebih menekankan kata-
Gestur mencapai nilai analogis tertinggi kata sebagai satu cara untuk menyampaikan
ketika mengekspresikan emosi, tetapi informasi dan kadang-kadang hal tersebut
gestur terus berfungsi sebagai membuat kita lupa bahwa suara, selain dari
pernyataan-pernyataan ditempat umum, mengucapkan kata-kata, adalah bagian utama
di permainan-permainan dan bahkan dari mekanisme ekspresi. Sementara kemapuan
dalam percintaan.Segi komunikatif kita mengartikulasi kata-kata adalah
yang diciptakan gestur dapat beragam kemampuan yang dipelajari, ekspresi suara
dari yang paling universal sampai yang adalah sikap naluri, bahkan sudah di mulai
paling aneh, bahkan bodoh.Gestur sejak kita berumur 2 bulan.Dengan demikian,
dapat menggantikan kata-kata atau proses berbicara itu mungkin saja terhadap
mendukung kata-kata.

121
Nilai Estetika Pada Film Layar Lebar Indonesia The Raid

komunikasi yang formal daripada bunyi-bunyi menafsirkan informasi lewat pikiran yang
alamiah yang dikeluarakan oleh suara.Aktor berfungsi mengendalikan perilaku2
sering didikte oleh kata-kata sehingga ragu-ragu fisiologis (refleks) dan sosiologi (perilaku
atau tidak mampu membumbui pengucapan yang dipelajari dan perilaku sosial).Dalam
dialognya dengan bahkan sedikitpun bunyi bahasa Malandro dan Barker, ketidaksamaan
nonverbal yang dipergunakan dalam kehidupan tersebut, yaitu antara struktur dan
sehari sehari.Sangat disayangkan, karena bunyi nonstruktur, linguistic dan nonlinguistic,
suara adalah salah satu tipe gestur penting, yang sinambung dan tidak sinambung, dipelajari
paling dalam mengekspresikan kepribadian dan dan diperoleh secara alamiah serta
sangat universal pengungkapannya. Margaret pemrosesan informasi otak sebelah kiri dan
Schlauch, dalam bukunya The Gift of Language kanan (Effendy, 2005)
mengatakan :
Kita menggunkan cara-cara yang Keberadaan komunikasi verbal dan nonverbal
nonlinguistik ini untuk mengekspresikan ide- dapat dipahami melalui funsgi-fungsi yang
ide, sebagai pendukung berbicara.Tangisan dilakukan keduanya.Fungsi dari lambang-
infleksi nada, gestur adalah cara-cara lambang verbal maupun noverbal adalah
berkomunikasi yang lebih universal untuk memproduksi makna yang komunikatif.
disampaikan ke binatang. (Sitorus, 2002)
Teori Struktur Kumulatif
Komunikasi Verbal dan Non Verbal Dalam teori ini Ekman dan Friesen
Komunikasi verbal dan non verbal memfokuskan analisisnya pada makna yang
merupakan dua bentuk dari tindak diasosiasikan dengan kinesic yang disebut
komunikasi(communication act) yang tidak cumulative structure atau meaningcentered
dapat dipisahkan.Artinya keduanya saling karena lebih banyak membahas makna yang
membutuhkan guna tercapainya komunikasi berkaitan dengan gerak tubuh dan ekspresi
yang efektif, masing-masing bekerja bersama- wajah ketimbang struktur perilaku yang
sama untuk menciptakan suatu makna. kemudian disebut sebagaiexpressive behaviour
Walaupun keduanya memiliki sifat holistic, yang terdiri dari lima kategori:
namun keberadaannya menurut Don Stack
dapat dibedakan menjadi tiga bagian: a. Emblem: gerakan tubuh atau ekspresi wajah
yang memiliki nilai samadengan pesan
1. Kesengajaan (intentionality)
verbal, yang disengaja, dapat berdiri sendiri
Perbedaan utama antara komunikasi verbal tanpa bantuan pesan verbal. Contoh: setuju,
dan non verbal adalah persepsi mengenai pujian, ucapan selamat jalan yang
niat (intent).Michael Burgoon dan Michael digantikan dengan anggukan kepala,
Ruffner menegaskan bahwa pesan verbal
acungan jempol dan lambaian tangan.
adalah komunikasi jika dikirimkan dan
diterima secara sengaja. b. Ilustrator: gerakan tubuh/ekspresi wajah
yang mendukung dan melengkapi pesan
2. Perbedaan-perbedaan simbolik (symbolic verbal. Contoh: raut muka serius ketika
differences) memberikan penjelasan utk menunjukkan
Komunikasi verbal lebih spesifik dari bahasa bahwa yang dibicarakan adalah persolan
noverbal, dalam arti, ia dapat dipakai untuk serius, atau gerakan tangan yang
membedakan hal-hal yang sama dalam menggambarkan sesuatu yang sedang
sebuah cara yang berubahubah. Sedangkan dibicarakan.
bahasa nonverbal lebih mengarah pada c. Regulator: tindakan yang disengaja yang
reaksi-reaksi alami seperti perasaan atau biasanya digunakan dalam percakapan,
emosi.
misalnya mengenai giliran berbicara.
3. Mekanisme Pemrosesan (processing Contoh: senyuman,anggukan kepala, tangan
mechanism) yg menunjuk, mengangkat alis, orientasi
tubuh.
Semua informasi termasuk komunikasi
diproses melalui otak, kemudian otak

122 Ichsan Muhammad


Jurnal Komunikasi, Vol 10 No.2 September 2019
P-ISSN 2086-6178 E-ISSN 2579-3292

d. Adaptor: tindakan yang disengaja, yang (penggabungan), dan konklusi


digunakan untuk menyesuaikan tubuh dan (penyimpulan).
menciptakan kenyamanan bagi tubuh dan Penggunaan kata “estetika” berbeda
emosi. Terdapat dua sub kategori adaptor, dengan “filsafat” keindahan, karena estetika
yaitu: Self (menggaruk kepala, menyentuh kini tidak lagi semata-mata menjadi
permasalahan filsafat. Cakupan pembicaraan
dagu/hidung) dan Object (menggigit pinsil,
tentang keindahan dalam seni atau pengalaman
memainkan kunci). Perilaku ini biasanya estetis berkaitan juga dengan karya seni atau
dipandang sebagai refleksi kecemasan atau pengalaman estetis berkaitan juga dengan gaya
perilaku negative. atau aliran seni, perkembangan seni dan
e. Emosi atau affect display: yang dapat sebagaianya. (Ganda & Perwira, 2004) Dalam
disengaja atau tidak, dapat menyertai pesan hal ini seni yang dimaksud adalah film The
verbal maupun berdiri sendiri yang Raid , kajian analisa estetikanya adalah
rangkaian scene per scene yang mewarnai
bentuknya: marah, menghina, malu, takut,
jalannya film The Raid hingga akhir melalui
gembira, sedih dan terkejut.Affect display pengamatan tekhnik pengambilan gambar dan
yang berbeda dapat diungkapkan secara kualitas akting yang diperankan oleh tokoh
bersamaan disebut Affect Blend. dalam film The Raid.
Scene tersebut penulis dapat melihat
Teori Estetika dari tata cara penempatan sisi kamera terutama
Istilah estetika muncul pertama kali pada saat adegan aksi berlangsung.Estetika
pada pertengahan abad ke-18, melalui seorang melihat bahwa keindahan dididapatkan melalui
filsuf Jerman, Alexander Baumgarten, yakni pengamatan yang berasal dari
estetika sebagai ranah pengetahuan sensoris, penginderaan.Dari film tersebut melihat unsur
pengetahuan rasa yang berbeda dari dari tata letak pengambilan gambar yang
pengetahuan logika, sebelum akhirnya ia menjadi sebuah estetika dimana komposisi,
sampai kepada penggunaan istilah tersebut angle, pergerakan kamera dan akting dari para
dalam kaitan dengan persepsi atas rasa tokoh.
keindahan, khususnya keindahan karya seni.
Teknik Pengambilan Gambar
Estetika berasal dari kata aistheton atau Ini adalah proses dimana gambar
aisthetikos, Yunani Kuno, yang berarti persepsi visual direkam dan dijadikan sebuah
atau kemampuan menyerap sesuatu secara rangkaian cerita dengan tekhnik-tekhnik
inderawi. Emmanuel Kant melanjutkan beragam seperti :
penggunaan istilah tersebut dengan
menerapkannya untuk menilai keindahan baik a. Door Frame Shoot
yang terdapat dalam karya seni maupun dalam
alam. Teknik pengambilan gambar ini
Ilmu Estetika Mengandung Dua Aspek: dilakukan dengan cara membuka sebuah
pintu sedikit demi sedikit kemudian
1. Aspek Ilmiah (scientific aspect); melongok ke bagian dalamnya. Seolah juru
menggunakan cara-cara kerja kamera mengintip tapi melalui pintu yang
masih terbuka. Biasanya tekhnik seperti ini
(metodologi) yang sama dengan ilmu
untuk memberikan kesan menegangkan
pengetahuan lain: observasi dalam film-film horor,ketika suasana
(pengamatan), analisa (pembahasan), mencekam menghantui penonton mereka
eksperimen ( percobaan). ingin tau apa sebetulnya yang terjadi
2. Aspek Filosofis (philosophical aspect); dibalik pintu.
selain yang diatas, ditambah dengan
komparasi (perbandingan), analogi b. Point of View Shoot (POV)
(mengentarakan unsur persamaan),
asosiasi (pengkaitan), sintesis Yakni memperlihatkan shot dalam
posisi objek diagonsl dengan kamera. Ada
dua jenis POV, yakni kamera sebagai

123
Nilai Estetika Pada Film Layar Lebar Indonesia The Raid

subjek yang menjadi lawan objek. Sebagai yang sedang berjalan ternuru-buru.
subjek maka kamera membidik langsung Biasanya digunakan untuk film-film laga
kearah objek seolah subjek dan objek yang memperlihatkan tokokh antagonis
bertemu secara langsung, padahal tidak. sedang mengejar tokoh protagonis.Dengan
Dalam teknik ini komposisi dan ukuran teknik ini seolah penonton menjadi objek
gambar harus diperhatikan. yang berlari mengejar atu dikejar sesuai
denga konteks isi film.
c. Artificial Framing Shoot
Camera Angle
Jika juru kamera menempatkan seutas
daun pas didepan kamera maka hasil shot Kamera angle adalah aspek
seolah juru kamera mengambil dari ranting pengambilan sudut gambar dalam produksi
pepohonan. Padahal dedaunan yang sebuah karya visual. Dimana posisi
muncul sebetulnya hanya sengaja kamera pada saat anda membidik suatu
ditempatkan oleh juru kamera di depan objek akan berpengaruh pada makna dan
lensa kamera.Efeknya, gambar dalam pesan yang akan disampaikan. Sudutu
frame terasa lebih indah, terutama untuk pengambilan high angle (dari atas objek)
shot kondisi dikebun atau hutan. sangat berbeda maknanya dengan low
angle (dari bawah objek). Prinsipnya
d. Jaws Shot dalam urusan teknik pengambilan gambar
dapat dibagi menjadi empat kategori, yaitu
Biasanya objek akan tahu jika diambil sudut pengambilan gambar, ukuran shot,
gambarnya tapi dalam teknik ini justru gerakan objek dan gerakan kamera.
seolah-olah objek tidak tahu, sehingga
ketika kamera menyorot ke arahnya dia a. Bird Eye View
agak kaget, tapi tetap dalam situasi Adalah suatu teknik
dramatik. Jaws yang berarti ikan hiu pengambilan gambar yang dilakukan
dipakai untuk menunjukkan keterkagetan juru kamera dengan posisi kamera
objek manakala kamera membidik berada diatas ketinggian objek yang
kearahnya. direkam. Hasil perekaman teknik ini
memperlihatkan lingkungan yang
e. Overshoulder Shot demikian luas dengan benda-benda
Teknik pengambilan gambar melalui lain yang tampak dibawah begitu
bahu pemain. Teknik ini mempunyai kesan kecil dan berserakan tanpa punya
menarik karena seolah mata lensa kamera makna. Sudut pengambilan gambar
mewakili pandangan seorang pemain ini misalnya dilakukan dari helikopter
(objek). Tentunya kaidah overshoulder atau dari gedung bertingkat tinggi.
shot ini juga disesuaikan dengan point of Tujuan dari sudut
view shot. Artinya suatu objek melihat pengambilan gambar ini untuk
objek lainnya diwakili oleh kamera yang memperlihatkan objek-objek yang
mengambil dengan cara over shoulder ini. lemah ,sesuatu erkucil dan perlu
bantuyang kurang bermakna dengan
Cukup baik digunakan untuk
menggambarkan dua atau lebih objek yang maksud menghinakan. Untuk juru
saling berinteraksi secara simultan. kamera berita biasanya untuk suatu
Sementara ukuran bahunya tentu daerah yang mengenaskan. Objek
disesuaikan dengan kepentingan shot yang begitu merana, terkucil dan perlu
bersangkutan. Tidak terlalu banyak dan bantuan. Dengan gambaran bird eye
tidak terlalu sedikit,normal saja. view penonton akan merasa iba,
tergerak hatinya untuk ikut merasakan
f. Walking Shot penderitaan objek.

Sesuai dengan namanya teknik b. High Angle


ini megambil ini mengambil gambar pada Sudut pengambilan gambar
objek yang sedang berjalan. Kesannya ini lebih rendah dari bird eye view.
indah karena memperlihatkan seseorang High angle merupakan pengambilan

124 Ichsan Muhammad


Jurnal Komunikasi, Vol 10 No.2 September 2019
P-ISSN 2086-6178 E-ISSN 2579-3292

gambar dari atas objek. Selama disajikan dalam film. Adanya subjek
kamera berada diatas objek makan manusia atau subjek lainnya dihadirkan
akan disebut high angle,dengan teknik untuk melambangkan perwatakkan
ini maka objek akan terlihat kecil. ataupun masalah utama dalam sebuah
Disini bukan soal tampilan fisiknya, film.
yang penting adalah kesan yang
ditimbulkan dari pengambilan gambar 2. Faktor Ruang
ini adalah kesan “lemah”,” tak Faktor ruang ini terbagi
berdaya “, “ kesendirian “ dan kesan menjadi dua, ruangan alami dan non
lain yang mengandung arti “ alami. Ruangan alami adalah ruang atau
dilemahkan “ atau “ dikerdilkan “. tempat yang sesungguhnya untuk
c. Eye Level sebuah peristiwa terjadi sedangkan
Jika kamera berdiri sejajar dengan ruang non alami adalah ruang atau
objek itulah yg dinamakan eye level. tempat pengganti yang dipakai sebagai
Posisi kamera dan objek sejajar terjadinya suatu peristiwa. Dengan kata
sehingga gambar yang didaptkan tidak lain ruang non alami adalah studio yang
keatas atau kebawah. Sudut biasa dipakai untuk rekayasa tempat
pengambilan gambar ini amat lazim sesuai dengan kebutuhannya. Pada
dilakukan oleh juru kamera. Hasilnya produksi film non fiksi unsur ruang
memperlihatkan tangkapan pandangan menjadi unsur yang sangat penting
mata seseorang yang berdiri atau karena faktor ini kita bisa melihat
pandangan mata seseorang yang faktor kandungan yang menjadi sebuah
mempunyai ketinggian tubuh tepat informasi dari zaman, status sosial dan
tingginya sama dengan objek. situasi tentang peristiwa terjadi.
d. Frog Eye
Merupakan teknik 3. Faktor Waktu
pengambilan gambar yang dilakukan Faktor ini dalam film bisa
oleh juru kamera dengan ketinggian memiliki dua pengertian, yaitu
kamera sejajar dengan dasar (alas) pengertian waktu secara fisik seperti
kedudukan objek. Dengan teknik ini siang, pagi, malam dan sore serta waktu
dihasilkan satu pemandangan objek kejadian ketika sebuah peristiwa sedang
yang besar, terkadang mengerikan berlangsung. Disamping itu, faktor
bisa juga penuh misteri. Pastinya waktu dalam media film (film time) bisa
sudut pengambilan gambar ini berbeda dengan waktu kejadian
mempunyai kesan yang dramatis sesungguhnya (real time) ketika sebuah
untuk memperlihatkan suatu peristiwa terjadi.
pemandangan yang aneh, ganjil, “
kebesaran “, atau “ sesuatu “ yang 4. Faktor Peristiwa Dramatik
menarik tapi diambil dengan variasi Tanpa adanya peristiwa, ruang
tidak biasanya. dan waktu tidak akan memiliki nilai
Shot dramatik. Peristiwa dalam film
realitasnya sangat relatif, sementara
Shot adalah ketika seseorang peristiwa dalam film bisa
melakukan on sampai off pada suatu adegan. dimungkinkan untuk menimbulkan
Shot diartikan sebagai unsur terkecil dari reaksi emosional penonton yang lebih
sebuah struktur film yang utuh, didalamnya kita besar, dibandingkan dengan peristiwa
bisa melihat isi pesan dari shot itu sendiri. realitasnya sendiri. Pada film-film
Ada beberapa batasan hal yang dokumenter, peristiwa yang sifatnya
terkandung dalam sebuah shot : faktual dan aktual menuntut editor
untuk lebih jeli melihat jalinan materi
1. Faktor Manusia shot yang tersedia karena sering
Dalam sebuah shot, tentu ada peristiwa yang terjadi baru bisa
unsur ini karena merupakan bagian dipahami setelah beberapa shot
integral dengan peristiwa yang ingin dirangkai.

125
Nilai Estetika Pada Film Layar Lebar Indonesia The Raid

5. Faktor Suara awam. Efek spesial tidak hanya berwujud


Faktor suara adalah salah satu gambar, tetapi memiliki perngertian luas.
kelebihan media film yang juga Apapun bentuknya, efek spesial digunakan
memiliki kemampuan untuk diolah untuk meningkatkan dampak suatu objek
secara kreatif, sama seperti unsur terhadap indera manusia.
gambarnya. Faktor suara bisa berfungsi
sebagai informasi ruang, waktu dan Objek tersebut bisa berupa tontonan,
peristiwa, yang pada awalnya ketika gambar, atau pertunjukkan. Dengan demikian
suara bisa masuk kedalam film hanya diharapkan efek spesial bisa meningkatkan
berfungsi sebagai pelengkap dan ketertarikan seseorang terhadap objek tersebut.
penunjang gambar. Bahkan para Egek spesial merupakan kombinasi dari seni
pembuat film saat ini, memasukkan dan teknologi. Dari sisi teknologi, tidak Cuma
musik film pun sering penguasaan teknologi yang digunakan, namun
mempertimbangkan tahun produksi itu juga pengetahuan bagaimana indera manusia
sendiri, baik sebagai usaha untuk menangkap gambaran yang akan diterima oleh
mencapai tahun aktualitas film itu otak. Sedangkan sisi seni, berperan tentang
terjadi maupun hanya mengembalikan bagaimana teknologi tersebut digunakan untuk
memori penonton, pada tahun tentang mencapai hal tersebut.
musik itu di produksi (Syahid, 2000, 3-
4).
METODOLOGI PENELITIAN
Visual Efek dan Spesial Efek
Dalam penelitian ini, penulis menggunakan
Visual Effect (Visual F/X; Vfx). analisis kualitatif deskriptif. Kualitatif bermaksud
Serangkaian proses pembuatan gambar yang untuk memahami fenomena tentang sesuatu oleh
menyertakan proses manipulasi tertentu di luar subjek penelitian (misalnya perilaku, persepsi,
adegan pengambilan gambar syuting asli. Efek motivasi, tindakan dan lain-lain) secara holistic
visual merupakan perpaduan dari gambar (utuh) dengan cara mendeskripsikan dalam bentuk
syuting asli dengan objek rekayasa komputer, kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks khusus
serta objek lainnya untuk menciptakan adegan yang alamiah dengan memanfaatkan berbagai
metode alamiah. (Moleong, 2005)
yang realistis sesuai dengan tuntutan skenario.
Sifat-sifat penelitian deskriptif menurut
Hal ini dilakukan misalnya karena adegan (Surakhmad, 1990) adalah sebagai berikut :
tersebut berbahaya untuk dilakukan oleh para 1. Memusatkan diri pada pemecahan masalah yang
pemeran, atau berbiaya tinggi, atau bahkan ada pada masa sekarang pada masalah-masalah
mustahil untuk divisualkan secara nyata. yang aktual.
2. Data yang dikumpulkan mula-mula disusun,
Efek visual pada film era modern dapat dijelaskan, kemudian dianalisa; karena itu
ditemukan pada film King Kong (Merian C. penelitian ini sering juga disebut dengan
Cooper dan Ernest B. Schoedsack, 1933). Kera penelitian analitik.
besar itu, sebenarnya, hanya boneka berukuran 3. Menjelaskan setiap langkah penyelidikan
18 inci dengan tungkai dan lengan yang dapat deskriptif itu dengan teliti dan terperinci, baik
digerakkan. King Kong adalah film pertama mengenai dasar-dasar metodelogi maupun
mengenai data teknis secara langsung.
yang menggunakan teknik front projection–
4. Menjelaskan prosedur pengumpulan data, serta
menempatkan aktor di depan gambar sehingga pengawasan dan penilaian terhadap data itu.
terlihat bahwa aktor adalah bagian dari gambar. 5. Memberi alasan yang kuat mengapa dalam
Pada era selanjutnya, komputer mengambil alih metode deskriptif tersebut penyidik
pembuatan visual efek. Star Wars menggunakan teknik tertentu dan bukan teknik
menggunakan kamera yang dikendalikan lainnya.
komputer untuk mengonstruksi gambar
pertempuran multilayered. HASIL DAN PEMBAHASAN
Spesial efek dalam bahasa Indonesai sering
disingkat SFX banyak digunakan dalam dunia Dalam pengamatan ini penulis melihat
perfilman, pertelevisian dan hiburan. Dengan nilai-nilai estetika yang penulis analisa melalui
definisi ini, efek spesial tidak Cuma terdapat tekhnik pengambilan gambar, akting para
dalam film, seperti yang diketahui masyarakat tokoh, dan efek dramatisir.

126 Ichsan Muhammad


Jurnal Komunikasi, Vol 10 No.2 September 2019
P-ISSN 2086-6178 E-ISSN 2579-3292

1. Teknik Pengambilan Gambar bantuan karena dirinya beserta temannya yang


a. Door Frame Shoot terluka tengah terancam.
Teknik pengambilan gambar ini dilakukan Shoot
dengan cara membuka sebuah pintu sedikit
demi sedikit kemudian melongok ke bagian Jika juru kamera menempatkan seutas
dalamnya. Seolah juru kamera mengintip tapi daun pas didepan kamera maka hasil shot
melalui pintu yang masih terbuka. Biasanya seolah juru kamera mengambil dari ranting
tekhnik seperti ini untuk memberikan kesan pepohonan. Padahal dedaunan yang muncul
menegangkan dalam film-film horor,ketika sebetulnya hanya sengaja ditempatkan oleh juru
suasana mencekam menghantui penonton kamera di depan lensa kamera.Efeknya, gambar
mereka ingin tau apa sebetulnya yang terjadi dalam frame terasa lebih indah, terutama untuk
dibalik pintu. shot kondisi dikebun atau hutan.

Gambar 4.1
Dimana salah seorang penyerbu dari satuan
khusus membuka dengan hati-hati pintu yang di Gambar 4.3
dalamnya belum terindentifikasi kondisinya.
Suasana pembuatan narkotika di dalam markas
b. Point of View Shoot (POV) yang sedang diserbu.
Yakni memperlihatkan shot dalam posisi Pada pengambilan gambar kali ini
objek diagonal dengan kamera. Ada dua jenis menggunakan teknik Artificial Shot atau yang
POV, yakni kamera sebagai subjek yang lebih dikenal dengan nama Fore Ground yaitu
menjadi lawan objek. Sebagai subjek maka pada film The Raid memperlihatkan deretan
kamera membidik langsung kearah objek seolah bahan pembuat narkoba seolah menghalangi
subjek dan objek bertemu secara langsung, sosok dari si pembuat narkoba. Estetikanya
padahal tidak. Dalam teknik ini komposisi dan adalah dengan adanya deretan bahan tersebut
ukuran gambar harus diperhatikan. memperjelas kegiatan apa yang sedang
Jenis POV yang kedua adalah kamera dilakukan pada adegan tersebut.
sebagai orang ketiga. Maka tugas kamera
seperti layaknya pendengar dalam sebuah d. Jaws Shot
obrolan. Seorang pendengar dia akan selalu
memperhatikan orang yang sedang berbicara. Biasanya objek akan tahu jika diambil
gambarnya tapi dalam teknik ini justru seolah-
olah objek tidak tahu, sehingga ketika kamera
menyorot ke arahnya dia agak kaget, tapi tetap
dalam situasi dramatik. Jaws yang berarti ikan
hiu dipakai untuk menunjukkan keterkagetan
objek manakala kamera membidik kearahnya.
Gambar 4.2
Dimana aktor utama berteriak kepada
kamera,seolah kamera merupakan orang yang
dimaksud (pihak ketiga).

Pada adegan ini terdapat nilai estetika


berdasarkan teknik pengambilan gambar Points
of View karena menunjukkan sisi dari akting
tokoh utama yang seadng kalap mencari
Gambar 4.4

127
Nilai Estetika Pada Film Layar Lebar Indonesia The Raid

Dimana tokoh utama merasa terkejut ketika


kamera membidik kearahnya karena
kedatangannya diketahui oleh musuh yang
sedang mencarinya.

e. Overshoulder Shot

Teknik pengambilan gambar melalui


bahu pemain. Teknik ini mempunyai kesan
menarik karena seolah mata lensa kamera Gambar 4.6
mewakili pandangan seorang pemain (objek). Dimana adegan kali ini beberapa anggota
Tentunya kaidah overshoulder shot ini satuan khusus melompat kebawah melewati
juga disesuaikan dengan point of view shot. lubang lantai yang bolong.
Artinya suatu objek melihat objek lainnya
diwakili oleh kamera yang mengambil dengan Teknik pengambilan gambar seperti ini
cara over shoulder ini. Cukup baik digunakan merupakan sebuah tantangan bagi seorang juru
untuk menggambarkan dua atau lebih objek kamera karena membutuhkan kemampuan yang
yang saling berinteraksi secara simultan. amat sangat mumpuni dalam mengendalikan
Sementara ukuran bahunya tentu disesuaikan kamera. Mengingat lokasi yang tidak lazim
dengan kepentingan shot yang bersangkutan. yaitu kamera ikut melompat melewati lubang
Tidak terlalu banyak dan tidak terlalu lantai seolah kamera adalah objek. Estetika
sedikit,normal saja. pada shot ini sangat jelas yaitu mata penonton
diwakili oleh kamera yang melakukan
pergerakan tadi.

2. Camera Angle

a. High Angle
Sudut pengambilan gambar ini lebih
rendah dari bird eye view. High angle
merupakan pengambilan gambar dari atas
Gambar 4.5 objek. Selama kamera berada diatas objek
makan akan disebut high angle,dengan teknik
Dimana pada shot kali ini salah satu aktor yaitu
ini maka objek akan terlihat kecil. Disini bukan
Dony Alamsyah sedang berdialog dengan
soal tampilan fisiknya, yang penting adalah
Yayan yang adalah temannya .
kesan yang ditimbulkan dari pengambilan
Pada adegan kali ini estetika terdapat gambar ini adalah kesan “lemah”,” tak berdaya
pada teknik pengambilan dimana lawan bicara “, “ kesendirian “ dan kesan lain yang
mendapat efek blur (tidak jelas) dengan tujuan mengandung arti “ dilemahkan “ atau “
memperjelas siapa yang sedang berbicara dan dikerdilkan “.
makna yang sedang dibicarakan. Pada teknik
kali ini amat sangat memperhatikan apa
namanya garis imajiner.

f. Walking Shot

Sesuai dengan namanya teknik


ini megambil ini mengambil gambar pada objek
yang sedang berjalan. Kesannya indah karena
memperlihatkan seseorang yang sedang
Gambar 4.9
berjalan ternuru-buru. Biasanya digunakan
Dimana adegan ini terdapat visual
untuk film-film laga yang memperlihatkan
mobil anggota satuan khususyang berisi supir
tokokh antagonis sedang mengejar tokoh
ditembaki oleh gerombolan bandar narkoba.
protagonis.Dengan teknik ini seolah penonton
menjadi objek yang berlari mengejar atu dikejar
sesuai denga konteks isi film.

128 Ichsan Muhammad


Jurnal Komunikasi, Vol 10 No.2 September 2019
P-ISSN 2086-6178 E-ISSN 2579-3292

Hampir sama dengan angle bird eye kebesaran “, atau “ sesuatu “ yang menarik tapi
view namun bedanya pada high angle kamera diambil dengan variasi tidak biasanya.
lebih jelas berada diatas objek dan penglihatan
penonton pun bisa lebih jelas melihat apa yang
sedang terjadi. Ini merupakan estetika yang
terdapat pada angle ini, efek yang didapatkan
pun menjadi lebih dramatisir terhadap
penonton. Untuk adegan ini tidak bisa
manggambarkan kewibawaan manusia karena
kesan yang ditimbulkan akan melenceng. Gambar 4.11
Dimana ada sebuah adegan yang
b. Eye Level memperlihatkan salah satu anggota satuan
Jika kamera berdiri sejajar dengan objek khusus sedang merangkak kesakitan.
itulah yg dinamakan eye level. Posisi kamera
dan objek sejajar sehingga gambar yang Pada adegan ini terlihat seorang
didaptkan tidak keatas atau kebawah. Sudut anggota satuan khusus yang merangkak
pengambilan gambar ini amat lazim dilakukan kesakitan karena terluka. Angle yang digunakan
oleh juru kamera. Hasilnya memperlihatkan adalah frog eye karena nilai estetika yang
tangkapan pandangan mata seseorang yang terkandung yaitu menhasilkan efek yang
berdiri atau pandangan mata seseorang yang didapat. Penonton mendapatkan kesan yang
mempunyai ketinggian tubuh tepat tingginya natural tanpa adanya rekayasa dalam visual ini,
sama dengan objek. karena posisi objek yang rendah namun sejajar
oleh letak kamera.
3. Visual Efek

Spesial efek dalam bahasa Indonesai


sering disingkat SFX banyak digunakan
dalam dunia perfilman, pertelevisian dan
hiburan. Dengan definisi ini, efek spesial tidak
Cuma terdapat dalam film, seperti yang
Gambar 4.0
diketahui masyarakat awam. Efek spesial
Dimana pada adegan ini ada dua tokoh yang
tidak hanya berwujud gambar, tetapi memiliki
sedang berhadapan. Sudut pandang kamera
perngertian luas. Apapun bentuknya, efek
sejajar dengan mata keduanya.
spesial digunakan untuk meningkatkan
dampak suatu objek terhadap indera manusia.
Pada adegan tersebut letak kamera
sejajar dengan posisi objek dimana kamera Objek tersebut bisa berupa tontonan,
dengan mata sejajar garis lurus. Estetika yang gambar, atau pertunjukkan. Dengan demikian
terdapat yaitu adanya kesan yang natural, alami, diharapkan efek spesial bisa meningkatkan
tidak direkayasa terhadap objek dan gambar ketertarikan seseorang terhadap objek
yang ditangkap oleh kamera. Penginderaan oleh tersebut. Egek spesial merupakan kombinasi
penonton menghasilkan efek yang tidak dibuat- dari seni dan teknologi. Dari sisi teknologi,
buat tetapi penonton seolah mendapatkan tidak Cuma penguasaan teknologi yang
keadaan yang real berdasarkan pengamatan. digunakan, namun juga pengetahuan
bagaimana indera manusia menangkap
c. Frog Eye gambaran yang akan diterima oleh otak.
Merupakan teknik pengambilan gambar Sedangkan sisi seni, berperan tentang
yang dilakukan oleh juru kamera dengan bagaimana teknologi tersebut digunakan
ketinggian kamera sejajar dengan dasar (alas) untuk mencapai hal tersebut.
kedudukan objek. Dengan teknik ini dihasilkan
satu pemandangan objek yang besar, terkadang
mengerikan bisa juga penuh misteri. Pastinya
sudut pengambilan gambar ini mempunyai
kesan yang dramatis untuk memperlihatkan
suatu pemandangan yang aneh, ganjil, “

129
Nilai Estetika Pada Film Layar Lebar Indonesia The Raid

4. Gestur dan Komunikasi

Walaupun masyarakat berbeda-beda,


banyak tipe gestur yang sama yang
dipergunakan untuk meningkatkan atau
menggantikan komunikasi verbal. Ada gestur
gestur yang memberikan arti konsisten dalam
situasi-situasi yang serupa. Dengan demikian
berfungsi sebagai satu sistem simbolis, yang
Gambar 4.12 istilahnya lebih dikenal dengan nama bahasa
tubuh. Karena fungsi aimbolis ini, gestur
Dimana pada adegan ini salah satu tokoh memberikan analogi yang terbentuk fisik unutk
menembak kepala para korban. aksi-aksi atau perasaan-perasaan yang sedang
diekspresikan atau digambarkan.Ketika bahasa
verbal memberikan sistem komunikasi yang
artinya sudah cukup jelas dan tepat, bahasa
tubuh memberikan informasi tentang perasaan-
perasaan dan aksi-aksi dengan lebih ekspresif
daripada kata-kata.

Dalam buku Literature as Experience


dikatakan :
Gambar 4.13 Gestur mencapai nilai analogis tertinggi
ketika mengekspresikan emosi, tetapi
Dimana supir dari satuan khusus ditembaki gestur terus berfungsi sebagai
oleh para gembong narkoba dari jarak kurang pernyataan-pernyataan ditempat umum,
lebih 7 meter. di permainan-permainan dan bahkan
dalam percintaan.Segi komunikatif
yang diciptakan gestur dapat beragam
dari yang paling universal sampai yang
paling aneh, bahkan bodoh.Gestur
dapat menggantikan kata-kata atau
mendukung kata-kata.

Gambar 4.14 : Adegan ini memperlihatkan


ditembaknya ketua gembong dari jarak dekat
pada kepala oleh salah satu anggota satuan
khusus

Pada keseluruhan teknik visual efek yang


Gambar 4.15
ada pada film The Raid menambah kesan nyata
Pierre Gruno dan Joe Taslim sedang
untuk kejadian yang seharusnya membutuhkan
berjalan dan bercakap-cakap sesaat
sentuhan kreatif seperti contohnya darah yang
sebelum penyerbuan ke markas
keluar akibat dari tembakan, bacokan dan
gembong narkoba.
adegan-adegan aksi lainnya. Terdapat nilai
estetika dari adanya teknik spesial efek ini
Pada konteks adegan ini terdapat sisi
karena penginderaan penonton mengakibatkan
estetika dari fungsi gestur dan komunikasi
aanya pengamatan yang menghasilkan pesan
dimana keduanya dapat memerankan dari
berupa kesan alami terhadap film tersebut.
masing-masing karakter.Keduanya seolah
menjadi benar-benar anggota satuan khusus
dalam misi menyerbu ke dalam markas anggota
narkoba. Joe Taslim berperan sebagai

130 Ichsan Muhammad


Jurnal Komunikasi, Vol 10 No.2 September 2019
P-ISSN 2086-6178 E-ISSN 2579-3292

komandan yang berwibawa dan Pierre Gruno Sebuah produksi film di tanah air dapat
menjadi salah satu anggota bantuan dari pihak berkembang bila ada sesuatu yang di dukung
aparat lain yang ternyata mempunyai misi dengan pengambilan gambar dan teknik yang
khusus tanpa diketahui oleh Joe Taslim sebagai baik dalam sebuah produksi itu sendiri . Dalam
komandan penyerbuan. sebuah karya film yang merupakan gabungan
antara sisi audio dan sisi visual pastinya
5. Aktor dan Suaranya terdapat nila-nilai estetika yang menjadi ciri
Kita menggunakan cara-cara yang atau selera dari film tersebut. Sama halnya
nonlinguistik ini untuk mengekspresikan ide- dengan film layar lebar Indonesia The Raid,
ide, sebagai pendukung berbicara.Tangisan dimana nilai-nilai estetika didapatkan dari unsur
infleksi nada, gestur adalah cara-cara teknik pengemasan gambar, seni peran dan
berkomunikasi yang lebih universal untuk akting juga spesial efek .
disampaikan ke binatang. (Sitorus, 2002)
REFERENSI

Effendy, P. D. O. U. (2005). Ilmu Komunikasi :


Teori Dan praktek. PT Remaja Rosdakarya.
Ganda, D. S. & K. N., & Perwira. (2004).
Memahami Seni dan Estetika. Bandung:
Rekayasa Sains.
Moleong, L. J. (2005). Metodologi Penelitian
Kualitatif (1st ed.). Bandung: Remaja
Gambar 4.16 Rosdakarya.
Ray Sahetapy sedang menerima laporan Sitorus, E. D. (2002). The Art Of Acting. indonesia:
tentang kedatangan anggota satuan khusus yang Gramedia Pustaka Utama.
tengah menyerbu markasnya. Sumardjo, J. (2000). Filsafat Seni. Bandung: ITB.
Surakhmad, P. D. W. (1990). Pengantar Penelitian
Ray Sahetapy berperan sebagai Ilmiah Dasar Metode Teknik. Tarsito.
pimpinan dari gembong narkoba ini. Susanto, D. P. A. S. (1982). Komunikasi massa.
Karakternya adalah bersifat keras, sadis dan Bina Cipta.
juga tidak mengenal kompromi. Bahkan dia pun
selalu berbicara dalam nada keras seolah selalu
dalam keadaan marah. Dia memerankan tokoh PROFIL PENULIS
ini dengan sangat sempurna sehingga
pengamatan penonton terbawa oleh perannya Tentang Penulis : Muhammad Ichsan kelahiran
yang menjiwai dan menjadikan sebuah nilai Depok, 07 Oktober 1989 bekerja dibidang
pendidikan Univeritas Bina Sarana Informatika
estetika dari segi akting dan suara. bidang penyiaran sebagai pengajar dimulai tahun
2012 hingga sekarang.
KESIMPULAN

131

Anda mungkin juga menyukai