2 September 2019
P-ISSN 2086-6178 E-ISSN 2579-3292
http://ejournal.bsi.ac.id/ejurnal/index.php/jkom
Cara Sitasi: Ichsan Muhammad. Nilai Estetika Pada Film Layar Lebar Indonesia The Raid. Jurnal Komunikasi,
10(2), 119-131.
Abstract - Everything that is phenomenal becomes basic for human filmmakers to become a commercial work.
The Raid, this big-screen movie really puts forward the beauty of visuals which indeed has a special attraction
among Indonesian movie lovers. The Raid is an action-packed film where challenging scenes color the contents
of the film. The aesthetic meaning in the film The Raid is very much influenced by the progress of
cinematographic technology and also the workers behind the scenes of the film. The shooting techniques that
were carried out were very very high quality so that they were different from previous Indonesian action films
such as the Martyrs, Merantau and many more. Packaged with modern cinema techniques as well as action
scenes with totality with quality actors. The author wants to know the visual aesthetic values contained in the
film The Raid especially through verbal and nonverbal communication in interpreting the visual aesthetics of the
film The Raid. The key to this research is that the picture message (visual) captured by the audience can give
meaning to the beauty of the image on a big screen Indonesian film.
arts itu.Lahirlah yang dinamakan “filsafat seluloid, pita video, piringan video, dan atau
seni”,jadi perbedaan antara estetika dan filsafat bahan hasil teknologi lainnya dalam bentuk,
seni hanya objek materialnya saja.Estetika jenis, ukuran, melalui kimiawi, proses
mempersoalkan hakekat keindahan alam dan elektronik, atau proses lainnya”.
karya seni,sedangkan filsafat seni Film juga merupakan serangkaian
mempersoalkan hanya karya seni atau benda gambar-gambar yang diambil dariobyek yang
yang disebut seni (Sumardjo, 2000) bergerak memperlihatkan suatu serial peristiwa-
Makna estetika dalam film The Raid peristiwagerakan yang berlaku secara
amat sangat dipengaruhi dari sisi kemajuan berkesinambungan, yang berfungsi
teknologi sinematografi dan juga para pekerja sebagaimedia hiburan, pendidikan, dan
dibelakang layar film tersebut.Tekhnik-tekhnik penerangan. Sebagai salah satu mediainformasi
pengambilan gambar yang dilakukan pun amat maka film secara otomatis akan membawa
sangat bermutu sehingga berbeda dengan film- dampak (side effect) baik itu positif maupun
film action Indonesia terdahulu seperti Sang negatif kepada penontonnya.
Martir,Merantau dan masih banyak lagi.Dilihat Menurut Dr. Phil Astrid Susanto, film
dari apa yang telah dijabarkan diatas penulis adalah :
ingin meneliti masalah tersebut khususnya
mengenai ketertarikan masyarakat tentang Gambar yang bergerak dikenal dengan
visual yang modern dalam film action gambar hidup dan memang gerakan
Indonesia belakangan ini yaitu The Raid. itumerupakan unsur pemberi hidup
Oleh karena itulah, penulis sangatlah kepada suatu gambar, namun
tertarik untuk mengangkat masalah ini sebagai betapapunsempurnanya dan modernnya
bahan pembuatan penulisan ilmiah karena teknik yang dipergunakan belum
penulis ingin mengetahui nilai-nilai estetika mendekatikenyataan hidup sehari-hari
visual yang terkandung dalam film The Raid sebagaimana film. Untuk meningkatkan
khususnya melalui komunikasi verbal dan kesandan dampak dari film, suatu film
nonverbal dalam memaknai estetika visual dari diiringi suara yang dapat berupa
film The Raid. Kunci dari penelitian ini adalah dialogobyek itu memperlihatkan suatu
pesan gambar (visual) yang ditangkap oleh serial gerakan atau momen
penonton dapat memberikan makna keindahan yangberlangsung secara terus-menerus,
gambar pada sebuah film layar lebar Indonesia. kemudian diproyeksikan ke
dalamsebuah layer dengan memutarnya
Film dalam kecepatan tertentu
Menurut Kamus Besar Bahasa sehinggamenghasilkan sebuah gambar
Indonesia, film dapat diartikan dalam dua hidup. (Susanto, 1982)
pengertian. Yang pertama, film merupakan
sebuah selaput tipis berbahan seluloid yang Dari penjelasan di atas dapat
digunakan untuk menyimpan gambar negatif disimpulkan bahwa film padadasarnya
dari sebuah objek. Yang kedua, film diartikan merupakan serangkaian gambar yang diambil
sebagai lakon atau gambar hiduap. Dalam dari obyek bergerak, yang kemudian
konteks khusus, film diartikan sebagai lakon menghasilkan serial peristiwa-peristiwa
hidup atau gambar gerak yang biasanya juga secarakontinyu dan berfungsi sebagai media
disimpan dalam media seluloid tipis dalam komunikasi, media hiburan,pendidikan dan
bentuk gambar negatif. Meskipun kini film penerangan serta diiringi dengan unsur ekspresi
bukan hanya dapat disimpan dalam media penguatseperti musik, dialog dan juga warna
selaput seluloid saja. Film dapat juga disimpan sehingga mampu membuat film itumenjadi
dan diputar kembali dalam media digital. serealistis mungkin. Tema cerita dalam film
Di dalam Anggaran Dasar Pasal 3 pada biasa berangkat dari fenomena sosial yang
Persatuan Karyawan Film dan Televisi terjadi di tengah masyarakat.
Indonesia yang merupakan Keputusan Kongres
ke-8 pada 1995 menyatakan bahwa: Gestur dan Komunikasi
“Film dan televisi adalah karya cipta seni dan Karena kata ekspresi berarti
budaya yang merupakan media komunikasi “mendorong keluar” maka sudah menjadi sifat
massa pandang-dengar yang dibuat berdasarkan alamiah manusia untuk mengeksternalkan
asas sinematografi dengan direkam pada pita perasaan atau ideanya, mendorong
keluar.Aktifitasnya ekspresi adalah bagian dari
120 Ichsan Muhammad
Jurnal Komunikasi, Vol 10 No.2 September 2019
P-ISSN 2086-6178 E-ISSN 2579-3292
121
Nilai Estetika Pada Film Layar Lebar Indonesia The Raid
komunikasi yang formal daripada bunyi-bunyi menafsirkan informasi lewat pikiran yang
alamiah yang dikeluarakan oleh suara.Aktor berfungsi mengendalikan perilaku2
sering didikte oleh kata-kata sehingga ragu-ragu fisiologis (refleks) dan sosiologi (perilaku
atau tidak mampu membumbui pengucapan yang dipelajari dan perilaku sosial).Dalam
dialognya dengan bahkan sedikitpun bunyi bahasa Malandro dan Barker, ketidaksamaan
nonverbal yang dipergunakan dalam kehidupan tersebut, yaitu antara struktur dan
sehari sehari.Sangat disayangkan, karena bunyi nonstruktur, linguistic dan nonlinguistic,
suara adalah salah satu tipe gestur penting, yang sinambung dan tidak sinambung, dipelajari
paling dalam mengekspresikan kepribadian dan dan diperoleh secara alamiah serta
sangat universal pengungkapannya. Margaret pemrosesan informasi otak sebelah kiri dan
Schlauch, dalam bukunya The Gift of Language kanan (Effendy, 2005)
mengatakan :
Kita menggunkan cara-cara yang Keberadaan komunikasi verbal dan nonverbal
nonlinguistik ini untuk mengekspresikan ide- dapat dipahami melalui funsgi-fungsi yang
ide, sebagai pendukung berbicara.Tangisan dilakukan keduanya.Fungsi dari lambang-
infleksi nada, gestur adalah cara-cara lambang verbal maupun noverbal adalah
berkomunikasi yang lebih universal untuk memproduksi makna yang komunikatif.
disampaikan ke binatang. (Sitorus, 2002)
Teori Struktur Kumulatif
Komunikasi Verbal dan Non Verbal Dalam teori ini Ekman dan Friesen
Komunikasi verbal dan non verbal memfokuskan analisisnya pada makna yang
merupakan dua bentuk dari tindak diasosiasikan dengan kinesic yang disebut
komunikasi(communication act) yang tidak cumulative structure atau meaningcentered
dapat dipisahkan.Artinya keduanya saling karena lebih banyak membahas makna yang
membutuhkan guna tercapainya komunikasi berkaitan dengan gerak tubuh dan ekspresi
yang efektif, masing-masing bekerja bersama- wajah ketimbang struktur perilaku yang
sama untuk menciptakan suatu makna. kemudian disebut sebagaiexpressive behaviour
Walaupun keduanya memiliki sifat holistic, yang terdiri dari lima kategori:
namun keberadaannya menurut Don Stack
dapat dibedakan menjadi tiga bagian: a. Emblem: gerakan tubuh atau ekspresi wajah
yang memiliki nilai samadengan pesan
1. Kesengajaan (intentionality)
verbal, yang disengaja, dapat berdiri sendiri
Perbedaan utama antara komunikasi verbal tanpa bantuan pesan verbal. Contoh: setuju,
dan non verbal adalah persepsi mengenai pujian, ucapan selamat jalan yang
niat (intent).Michael Burgoon dan Michael digantikan dengan anggukan kepala,
Ruffner menegaskan bahwa pesan verbal
acungan jempol dan lambaian tangan.
adalah komunikasi jika dikirimkan dan
diterima secara sengaja. b. Ilustrator: gerakan tubuh/ekspresi wajah
yang mendukung dan melengkapi pesan
2. Perbedaan-perbedaan simbolik (symbolic verbal. Contoh: raut muka serius ketika
differences) memberikan penjelasan utk menunjukkan
Komunikasi verbal lebih spesifik dari bahasa bahwa yang dibicarakan adalah persolan
noverbal, dalam arti, ia dapat dipakai untuk serius, atau gerakan tangan yang
membedakan hal-hal yang sama dalam menggambarkan sesuatu yang sedang
sebuah cara yang berubahubah. Sedangkan dibicarakan.
bahasa nonverbal lebih mengarah pada c. Regulator: tindakan yang disengaja yang
reaksi-reaksi alami seperti perasaan atau biasanya digunakan dalam percakapan,
emosi.
misalnya mengenai giliran berbicara.
3. Mekanisme Pemrosesan (processing Contoh: senyuman,anggukan kepala, tangan
mechanism) yg menunjuk, mengangkat alis, orientasi
tubuh.
Semua informasi termasuk komunikasi
diproses melalui otak, kemudian otak
123
Nilai Estetika Pada Film Layar Lebar Indonesia The Raid
subjek yang menjadi lawan objek. Sebagai yang sedang berjalan ternuru-buru.
subjek maka kamera membidik langsung Biasanya digunakan untuk film-film laga
kearah objek seolah subjek dan objek yang memperlihatkan tokokh antagonis
bertemu secara langsung, padahal tidak. sedang mengejar tokoh protagonis.Dengan
Dalam teknik ini komposisi dan ukuran teknik ini seolah penonton menjadi objek
gambar harus diperhatikan. yang berlari mengejar atu dikejar sesuai
denga konteks isi film.
c. Artificial Framing Shoot
Camera Angle
Jika juru kamera menempatkan seutas
daun pas didepan kamera maka hasil shot Kamera angle adalah aspek
seolah juru kamera mengambil dari ranting pengambilan sudut gambar dalam produksi
pepohonan. Padahal dedaunan yang sebuah karya visual. Dimana posisi
muncul sebetulnya hanya sengaja kamera pada saat anda membidik suatu
ditempatkan oleh juru kamera di depan objek akan berpengaruh pada makna dan
lensa kamera.Efeknya, gambar dalam pesan yang akan disampaikan. Sudutu
frame terasa lebih indah, terutama untuk pengambilan high angle (dari atas objek)
shot kondisi dikebun atau hutan. sangat berbeda maknanya dengan low
angle (dari bawah objek). Prinsipnya
d. Jaws Shot dalam urusan teknik pengambilan gambar
dapat dibagi menjadi empat kategori, yaitu
Biasanya objek akan tahu jika diambil sudut pengambilan gambar, ukuran shot,
gambarnya tapi dalam teknik ini justru gerakan objek dan gerakan kamera.
seolah-olah objek tidak tahu, sehingga
ketika kamera menyorot ke arahnya dia a. Bird Eye View
agak kaget, tapi tetap dalam situasi Adalah suatu teknik
dramatik. Jaws yang berarti ikan hiu pengambilan gambar yang dilakukan
dipakai untuk menunjukkan keterkagetan juru kamera dengan posisi kamera
objek manakala kamera membidik berada diatas ketinggian objek yang
kearahnya. direkam. Hasil perekaman teknik ini
memperlihatkan lingkungan yang
e. Overshoulder Shot demikian luas dengan benda-benda
Teknik pengambilan gambar melalui lain yang tampak dibawah begitu
bahu pemain. Teknik ini mempunyai kesan kecil dan berserakan tanpa punya
menarik karena seolah mata lensa kamera makna. Sudut pengambilan gambar
mewakili pandangan seorang pemain ini misalnya dilakukan dari helikopter
(objek). Tentunya kaidah overshoulder atau dari gedung bertingkat tinggi.
shot ini juga disesuaikan dengan point of Tujuan dari sudut
view shot. Artinya suatu objek melihat pengambilan gambar ini untuk
objek lainnya diwakili oleh kamera yang memperlihatkan objek-objek yang
mengambil dengan cara over shoulder ini. lemah ,sesuatu erkucil dan perlu
bantuyang kurang bermakna dengan
Cukup baik digunakan untuk
menggambarkan dua atau lebih objek yang maksud menghinakan. Untuk juru
saling berinteraksi secara simultan. kamera berita biasanya untuk suatu
Sementara ukuran bahunya tentu daerah yang mengenaskan. Objek
disesuaikan dengan kepentingan shot yang begitu merana, terkucil dan perlu
bersangkutan. Tidak terlalu banyak dan bantuan. Dengan gambaran bird eye
tidak terlalu sedikit,normal saja. view penonton akan merasa iba,
tergerak hatinya untuk ikut merasakan
f. Walking Shot penderitaan objek.
gambar dari atas objek. Selama disajikan dalam film. Adanya subjek
kamera berada diatas objek makan manusia atau subjek lainnya dihadirkan
akan disebut high angle,dengan teknik untuk melambangkan perwatakkan
ini maka objek akan terlihat kecil. ataupun masalah utama dalam sebuah
Disini bukan soal tampilan fisiknya, film.
yang penting adalah kesan yang
ditimbulkan dari pengambilan gambar 2. Faktor Ruang
ini adalah kesan “lemah”,” tak Faktor ruang ini terbagi
berdaya “, “ kesendirian “ dan kesan menjadi dua, ruangan alami dan non
lain yang mengandung arti “ alami. Ruangan alami adalah ruang atau
dilemahkan “ atau “ dikerdilkan “. tempat yang sesungguhnya untuk
c. Eye Level sebuah peristiwa terjadi sedangkan
Jika kamera berdiri sejajar dengan ruang non alami adalah ruang atau
objek itulah yg dinamakan eye level. tempat pengganti yang dipakai sebagai
Posisi kamera dan objek sejajar terjadinya suatu peristiwa. Dengan kata
sehingga gambar yang didaptkan tidak lain ruang non alami adalah studio yang
keatas atau kebawah. Sudut biasa dipakai untuk rekayasa tempat
pengambilan gambar ini amat lazim sesuai dengan kebutuhannya. Pada
dilakukan oleh juru kamera. Hasilnya produksi film non fiksi unsur ruang
memperlihatkan tangkapan pandangan menjadi unsur yang sangat penting
mata seseorang yang berdiri atau karena faktor ini kita bisa melihat
pandangan mata seseorang yang faktor kandungan yang menjadi sebuah
mempunyai ketinggian tubuh tepat informasi dari zaman, status sosial dan
tingginya sama dengan objek. situasi tentang peristiwa terjadi.
d. Frog Eye
Merupakan teknik 3. Faktor Waktu
pengambilan gambar yang dilakukan Faktor ini dalam film bisa
oleh juru kamera dengan ketinggian memiliki dua pengertian, yaitu
kamera sejajar dengan dasar (alas) pengertian waktu secara fisik seperti
kedudukan objek. Dengan teknik ini siang, pagi, malam dan sore serta waktu
dihasilkan satu pemandangan objek kejadian ketika sebuah peristiwa sedang
yang besar, terkadang mengerikan berlangsung. Disamping itu, faktor
bisa juga penuh misteri. Pastinya waktu dalam media film (film time) bisa
sudut pengambilan gambar ini berbeda dengan waktu kejadian
mempunyai kesan yang dramatis sesungguhnya (real time) ketika sebuah
untuk memperlihatkan suatu peristiwa terjadi.
pemandangan yang aneh, ganjil, “
kebesaran “, atau “ sesuatu “ yang 4. Faktor Peristiwa Dramatik
menarik tapi diambil dengan variasi Tanpa adanya peristiwa, ruang
tidak biasanya. dan waktu tidak akan memiliki nilai
Shot dramatik. Peristiwa dalam film
realitasnya sangat relatif, sementara
Shot adalah ketika seseorang peristiwa dalam film bisa
melakukan on sampai off pada suatu adegan. dimungkinkan untuk menimbulkan
Shot diartikan sebagai unsur terkecil dari reaksi emosional penonton yang lebih
sebuah struktur film yang utuh, didalamnya kita besar, dibandingkan dengan peristiwa
bisa melihat isi pesan dari shot itu sendiri. realitasnya sendiri. Pada film-film
Ada beberapa batasan hal yang dokumenter, peristiwa yang sifatnya
terkandung dalam sebuah shot : faktual dan aktual menuntut editor
untuk lebih jeli melihat jalinan materi
1. Faktor Manusia shot yang tersedia karena sering
Dalam sebuah shot, tentu ada peristiwa yang terjadi baru bisa
unsur ini karena merupakan bagian dipahami setelah beberapa shot
integral dengan peristiwa yang ingin dirangkai.
125
Nilai Estetika Pada Film Layar Lebar Indonesia The Raid
Gambar 4.1
Dimana salah seorang penyerbu dari satuan
khusus membuka dengan hati-hati pintu yang di Gambar 4.3
dalamnya belum terindentifikasi kondisinya.
Suasana pembuatan narkotika di dalam markas
b. Point of View Shoot (POV) yang sedang diserbu.
Yakni memperlihatkan shot dalam posisi Pada pengambilan gambar kali ini
objek diagonal dengan kamera. Ada dua jenis menggunakan teknik Artificial Shot atau yang
POV, yakni kamera sebagai subjek yang lebih dikenal dengan nama Fore Ground yaitu
menjadi lawan objek. Sebagai subjek maka pada film The Raid memperlihatkan deretan
kamera membidik langsung kearah objek seolah bahan pembuat narkoba seolah menghalangi
subjek dan objek bertemu secara langsung, sosok dari si pembuat narkoba. Estetikanya
padahal tidak. Dalam teknik ini komposisi dan adalah dengan adanya deretan bahan tersebut
ukuran gambar harus diperhatikan. memperjelas kegiatan apa yang sedang
Jenis POV yang kedua adalah kamera dilakukan pada adegan tersebut.
sebagai orang ketiga. Maka tugas kamera
seperti layaknya pendengar dalam sebuah d. Jaws Shot
obrolan. Seorang pendengar dia akan selalu
memperhatikan orang yang sedang berbicara. Biasanya objek akan tahu jika diambil
gambarnya tapi dalam teknik ini justru seolah-
olah objek tidak tahu, sehingga ketika kamera
menyorot ke arahnya dia agak kaget, tapi tetap
dalam situasi dramatik. Jaws yang berarti ikan
hiu dipakai untuk menunjukkan keterkagetan
objek manakala kamera membidik kearahnya.
Gambar 4.2
Dimana aktor utama berteriak kepada
kamera,seolah kamera merupakan orang yang
dimaksud (pihak ketiga).
127
Nilai Estetika Pada Film Layar Lebar Indonesia The Raid
e. Overshoulder Shot
2. Camera Angle
a. High Angle
Sudut pengambilan gambar ini lebih
rendah dari bird eye view. High angle
merupakan pengambilan gambar dari atas
Gambar 4.5 objek. Selama kamera berada diatas objek
makan akan disebut high angle,dengan teknik
Dimana pada shot kali ini salah satu aktor yaitu
ini maka objek akan terlihat kecil. Disini bukan
Dony Alamsyah sedang berdialog dengan
soal tampilan fisiknya, yang penting adalah
Yayan yang adalah temannya .
kesan yang ditimbulkan dari pengambilan
Pada adegan kali ini estetika terdapat gambar ini adalah kesan “lemah”,” tak berdaya
pada teknik pengambilan dimana lawan bicara “, “ kesendirian “ dan kesan lain yang
mendapat efek blur (tidak jelas) dengan tujuan mengandung arti “ dilemahkan “ atau “
memperjelas siapa yang sedang berbicara dan dikerdilkan “.
makna yang sedang dibicarakan. Pada teknik
kali ini amat sangat memperhatikan apa
namanya garis imajiner.
f. Walking Shot
Hampir sama dengan angle bird eye kebesaran “, atau “ sesuatu “ yang menarik tapi
view namun bedanya pada high angle kamera diambil dengan variasi tidak biasanya.
lebih jelas berada diatas objek dan penglihatan
penonton pun bisa lebih jelas melihat apa yang
sedang terjadi. Ini merupakan estetika yang
terdapat pada angle ini, efek yang didapatkan
pun menjadi lebih dramatisir terhadap
penonton. Untuk adegan ini tidak bisa
manggambarkan kewibawaan manusia karena
kesan yang ditimbulkan akan melenceng. Gambar 4.11
Dimana ada sebuah adegan yang
b. Eye Level memperlihatkan salah satu anggota satuan
Jika kamera berdiri sejajar dengan objek khusus sedang merangkak kesakitan.
itulah yg dinamakan eye level. Posisi kamera
dan objek sejajar sehingga gambar yang Pada adegan ini terlihat seorang
didaptkan tidak keatas atau kebawah. Sudut anggota satuan khusus yang merangkak
pengambilan gambar ini amat lazim dilakukan kesakitan karena terluka. Angle yang digunakan
oleh juru kamera. Hasilnya memperlihatkan adalah frog eye karena nilai estetika yang
tangkapan pandangan mata seseorang yang terkandung yaitu menhasilkan efek yang
berdiri atau pandangan mata seseorang yang didapat. Penonton mendapatkan kesan yang
mempunyai ketinggian tubuh tepat tingginya natural tanpa adanya rekayasa dalam visual ini,
sama dengan objek. karena posisi objek yang rendah namun sejajar
oleh letak kamera.
3. Visual Efek
129
Nilai Estetika Pada Film Layar Lebar Indonesia The Raid
komandan yang berwibawa dan Pierre Gruno Sebuah produksi film di tanah air dapat
menjadi salah satu anggota bantuan dari pihak berkembang bila ada sesuatu yang di dukung
aparat lain yang ternyata mempunyai misi dengan pengambilan gambar dan teknik yang
khusus tanpa diketahui oleh Joe Taslim sebagai baik dalam sebuah produksi itu sendiri . Dalam
komandan penyerbuan. sebuah karya film yang merupakan gabungan
antara sisi audio dan sisi visual pastinya
5. Aktor dan Suaranya terdapat nila-nilai estetika yang menjadi ciri
Kita menggunakan cara-cara yang atau selera dari film tersebut. Sama halnya
nonlinguistik ini untuk mengekspresikan ide- dengan film layar lebar Indonesia The Raid,
ide, sebagai pendukung berbicara.Tangisan dimana nilai-nilai estetika didapatkan dari unsur
infleksi nada, gestur adalah cara-cara teknik pengemasan gambar, seni peran dan
berkomunikasi yang lebih universal untuk akting juga spesial efek .
disampaikan ke binatang. (Sitorus, 2002)
REFERENSI
131