Anda di halaman 1dari 44

Tugas Metodologi Penciptaan

Menciptakan Gambar Pada Naskah Skenario Bendi Online

Dengan Menerapkan Konsep Kamera Developing Shot Untuk

Memperkuat Karakter Tokoh

Diajukan oleh:

Afdhal Zikra
NIM : 0611414

PROGRAM STUDI TELEVISI DAN FILM


FAKULTAS SENI RUPA DAN DESAIN
INSTITUT SENI INDONESIA PADANGPANJANG
2016
BAB I

PENDAHULUAN

A Latar Belakang Penciptaan


Online tidak asing lagi di telinga kita terutama dimasyarakat Indonesia.

Namun belakang ini memang sangat populer, bahkan hampir setiap hari kita

dijejali dengan kata online, semakin berkembang nya teknologi online bisa

dijadikan tempat penjualan jasa yang banyak di sebut Media online.

Media Online disebut juga Digital Media adalah yang tersaji secara online

di internet. Pengertian Media Online secara uumu yaitu segala jenis atau format

media yang hanya bisa di akses oleh melalui internet berisikan teks, foto,video,

dan suara . Dalam pengertian umum ini, media online juga bisa dimaknai sebagai

sarana komunikasi secara online. Dengan pengertian media online secara umum

ini, maka email , mailing list (milis), website, blog, whatsapp, dan media sosial

(social media) masuk dalam kategori media online.

Di indonesia Media Online banyak ditemukan di kalangan masyarakat,

dalam artian banyak yang mengunakan Media online ini untuk membantu

keperluan sehari hari, yaitu untuk berjualan online , untuk berbelanja online, dan

adapun yang menjual jasa mereka. Mereka yang berfikir positif akan mengunakan

Media online ini untuk berjualan barang atau jasa mereka dengan baik-baik,

namun ada juga yang menyimpang dalam Media onlne ini contoh dengan adanya
Prostitusi online yaitu dengan menjual jasa dan kecantikan mereka kepada salah

satu peminat untuk memuaskan hasrat sex mereka.

Bendi merupakan salah satu alat transportasi tradisional di Bukittinggi.

Keberadaan bendi sebagai salah satu warisan budaya di kota Bukittinggi

memberikan ciri khas kebudayaan tersendiri yang kini masih terus di lestarikan.

Pengunaan bendi di Bukittinggi kini semakin berkurang karena adanya besi baja

asal jepang yang biasa di namai kendaraan bermotor. Bendi dapat di temui di

Bukittinggi tepatnya dekat Pasar Bawah, keberadaan alat transportasi ramah

lingkungan ini harus kita lestarikan karna akan dapat menjadi daya tarik para

wisatawan.
Pemerintah Bukittinggi masih saja menganggap ini sepele, dimana para

kusir bendi tidak dapat perhatian khusus oleh pemerintah, seringkali terlihat bendi

di pasar bawah tidak tersusus rapi dan masih nampak di sekitar jalan kotoran dari

kuda bendi tersebut yang semakin meresah kan para pengunjung pasar bawah

tersebut.
Berawal ketertarikan penulis mengenai Bendi dan Online, karna

permasalahan dan nampak dari tradisional dengan teknologi , contohnya sering

terjadi kesalah pahaman akan pengemudi bendi (kusir) dengan pengendara motor.

Oleh karena itu Penulis merasa perlu mengungkapkan permasalahn situasinya

secara visual dengan bahasa-bahasa visual.


Naskah yang berjudul Bendi Online yang bergenre kan komedian ini di

pilih untuk di visual kan karna di dalam naskah ini berceritan slah seorang kusir

bendi dimana kusir tersebut baru pertama kali mengunakan bendi, dengan

mengunakan aplikasi Gadget. Hanya membuka dan memilih Bendi Online yang
telah di download di Playstore (Android) dan Appstore (iOS) akan mudah

mengunakan jasa bendi tersebut.

Penulis akan mewujudkan naskah kedalam film. Secara umun film dapat

dibagi menjadi tiga jenis, yaitu documenter, fiksi, dn eksperimental. Film fiksi

menjadi pilihan bagi penulis untuk menginteprestasikan ide atau gagasan bendi

online secara logis walaupun ceritanya direkayasa, tampa terkekang oleh suatu

fakta dari kejadian nyata.


Dalam perwujudan karya ini, penulis masuk dalam departemen penata

gambar, berperan sebagai Director Of Photography. Pilihan penulis menjadi

penata gambar, karena memahai berbagai hala yang berhubungan dengan mutu

gambar, di antaranya menegtahui makna dari sebuah shot. Shot yang baik adalah

kombinasi berbagai komposisi gambar, dari berbagai size, angle, dam movement,

sehingga terciptanya keseimbangan gambar yang utuh dan indah dalam

pengambilan suatu gambar.


Seorang penata gabar juga menjadi konseptor dalam pembuatan film,

dari perumusan ide karya yang di tuangkan dalam bentuk naskah, sapai

menginterpretasikan naskah tersebut dalam bentuk audio visual hingga

emberikan tontonan menarik kepada penonton supaya penonton akan terhibur.


Secara teknis ada tiga tipe dasar pengambilan gambar sebagai tugas dan

tanggung jawab seorang penata gambar, yaitu

(1) Simple Shot adalah teknik pengambilan gambar dengan berbagai

objek yang bergerak maupun diam, dengan ciri-ciri tidak ada

pergerakan lensa, kepala dan badan kamera, akan tetapi di sin objek

yang bergerak; (2) Complexshot adalah teknik pengambilan gambar


dengan berbagai objek yang bergerak , ciri-cirinya antara lain, ada

pergerakan lensa, kepala kamera, dan objek, akan tetapi kamera tetap

pada porosnya; (3) Developing shot adalah kamera dengan berbagai

objek yang bergerak baik individu maupun kelompok dengan ciri-ciri

ada pergerakan lenda, kepala dan badan kamera serta objek yang

komplek.

Dan ini lah penulis mengunakan teknik Developing Shot yaitu proses

pengambilan gabar dengan mengunakan seluruh pergerakan kamera dengan

berbagai angle, Developing Shot dapat di identifikasi pergerakannya dengan

berbagai kriteria yaitu, ada pergerakan lensa, badan kamera, dan berbagai

pergerakan objek.

Penerapan teknik Developing Shot ini akan memberika kemudahan kepada

penulis dalam pengambilan gambar dengan mengunakan berbagai macam

pergerakan baik objek maupun kamera. Objek-objek yang statis, membosankan

atau biasa-biasa saja bisa meriahkan dengan kamera yang bergerak. Emosi

penonton bisa dibangkitkan sampai kepuncak oleh penyajian gambar yang

bergerak dengan cara dramatik tersendiri.

B Rumusan Ide Penciptaan

Berdasarkan latar belakang diatas, maka rumusan ide dalam penciptaan ini

adalah bagaimana menciptakan gambar pada naskah skenario Bendi online


dengan menerapkan konsep kamera Developing Shot untuk memperkuat karakter

tokoh.

A. Tujuan Penciptaan

Berdasarkan rumusan ide penciptaan, maka tujuan dari

penciptaan film televisi Bendi Online adalah sebagai berikut:


1. Mengaplikasikan kemampuan penulis dalam bidang

videografi terutama dalam menerapkan konsep

developing shot dalam produksi sebuah film.


2. Untuk dapat memberikan dan menginformasikan

pentingnya gimana bendi itu harus di perhatikan.

B. Manfaat Penciptaan

Adapun manfaat yang didapatkan dari penciptaan film fiksi

Bendi Online adalah sebagai berikut:

1. Bagi Penulis

a. Mengasah kepekaan Penulis dalam membaca realitas

yang terjadi dalam masyarakat.


b. Mengasah kemampuan Penulis dalam menciptakan

sebuah karya film.


c. Meningkatkan pemahaman Penulis terhadap

pemahaman teknik kamera developing shot.

2. Bagi Institusi

a. Bertambahnya Arsip karya audio-visual dengan tema

Bendi
b. Menjadi sebuah sumber referensi bagi masyarakat

akademisi nantinya.

3. Masyarakat

a. Memberikan pengetahuan kepada masyarakat tentang

bendi, dan manfaat nya bagi masyarakat.

b. Memberikan pengetahuan kepada masyarakat tentang

kegunaan bendi.

BAB II
KAJIAN SUMBER PENCIPTAAN

A. Objek Penciptaan

Objek penciptaan dalam tugas akhir ini adalah Naskah

Bendi Online. Naskah ini mengangkat tema tentang Bendi yang

menceritakan didalam sebuah kota kecil yang dimana kota


tersebut telah berkembang. Tokoh Budi yang berperan sebagai

kusir bendi.
Penciptaan karya ini didasari oleh keprihatinan penulis

melihat bendi pada saat ini, banyak masyarakat yang melihat

sebelah mata tentang bendi di indonesia

Naskah Bendi Online merupakan cerita yang menjelaskan

sistem bagaimana seorang kusir bendi yang tidak bisa

mengunakan heandphone yang cangih, dengan naskah yang 24

scene dengan durasi sekitar 26 menit akan menjadikan Bendi

Online ini menjadi film fiksi komedi yang bermanfaat.

B. Analisa Objek Penciptaan

Menurut Eddy D. Iskandar dalam bukunya Panduan Praktis

Menulis Skenario mengatakan bahwa:

Film adalah serangkaian gambar yang bergerak. Bahasa


film adalah bahasa gambar. Maka film menyampaikan
ceritanya melalui serangkaian gambar yang bergerak,
dari satu adegan lain, dari satu emosi ke emosi lain,
dari satu peristiwa keperistiwa lain.1

Dengan sebuah film kita dapat menyampaikan rangkaian

peristiwa, salah satunya adalah peritiwa sejarah. Film terbentuk

dari sekian banyak shot, scene dan sequence.

Shot merupakan pemotongan film bagaimanapun panjang

atau pendeknya merupakan hasil dari satu pengambilan gambar.

1 Eddy D.Iskandar.1999. Panduan Praktis Menulis Skenario. Bandung.


PT. Remaja Rosdakarrya.
Scene adalah penamaan atas serangkaian shot yang beberapa

unsur didalamnya memiliki kesamaan, yakni setting, konsep,

action pelaku, suasana jiwa.

Sequence adalah penamaan atas serangkaian scene yang

beberapa unsur didalamnya mempunyai kesamaan, yakni seting,

konsep, action, pelaku, suasana jiwa, atau apa saja.

Dalam setiap shot membutuhkan penempatan kamera

dengan posisi yang baik bagi pandangan mata penonton,

penataan set dan action pada suatu saat tertentu dalam

perjalanan cerita. Menempatkan objek serta menentukan ukuran

shot merupakan tugas pokok dari seorang penata gambar.

Seorang penata gambar harus mengerti dengan unsur sinematik,

unsur sinematik merupakan aspek-aspek teknis dalam produksi

sebuah film.

Memikirkan aspek teknis termasuk juga aspek Mise-en

Scene sebagai unsur penyampaian informasi. Mise-en Scene

memilki empat elemen pokok yaitu, setting atau latar, tata

cahaya, kostum dan make-up, serta acting dan pergerakan

pemain.2

Naskah Bendi Online yang ditulis oleh Afdhal Zikra akan

diterapkan teknik kamera Developing shot dengan konsep

2 Himawan Pratista,2008. Memahami Film. Yogyakarta. Homerian


Pustaka. 61
penyutradaran One Scene One Shot. Developing shot adalah

teknik pengambilan gambar dengan pergerakan kamera

berbagai objek yang bergerak baik individu maupun kelompok 3.

Developing Shot ini biasanya dilakukan untuk mengambil gambar

gambar yang di shot sehingga seluruh kemampuan bisa

menggunakan pergerakan kamera. Seperti panning, tilting dan

tracking. Dari pengambilan ini bertujuan untuk memperkuat

karakter tokoh terhadap informasi yang akan disampaikan dalam

skenario Bukan Koruptor. Pergerakan kamera berfungsi untuk

mengikuti pergerakan objek dalam membangun sebuah cerita.

Developing Shot diterapkan menggunakan alat bantu

pergerakkan badan kamera mounting kamera, tripot, dolly crane

bahkan memanggul kamera atau disebut juga camera hand held.

Pergerakan kamera berbeda dengan pergerakan optik

kamera, jika pergerakan optik terjadi maka terjadi perubahan

diafragma pada lensa, sedangkan pergerakan kamera atau

badan kamera yang bergerak bukan optik melainkan kamera itu

sendiri yang dioperasikan oleh kamera operator. Pergerakan

kamera ini penulis terapkan dalam pengambilan gambar dalam

film fiksi televisi Bukan koruptor guna untuk membangun look

dan mood penonton. Pengaplikasian teknik kamera Developing

3 Wahyu Wary Pintono dan Diki Umbara, 2010. How To Be A


Cameraman:Yogyakarta. interprebook. 103
Shot didalam naskah ini hampir keseluruhan penulis terapkan

karena dalam penyutradaraannya memakai konsep One Scene

One Shot. Konsep one scene one shot merupakan suatu konsep,

dimana pembuat film menvisualisasikan unsur mise en scene

yang terdapat dalam naskah hanya dengan menggunakan satu

shot untuk satu scene. Untuk pemecahan shot diciptakan melalui

pergerakan kamera dan pergerakan pemain.

C. Analisa Program Televisi

Sebagai media penyiaran televisi memiliki tiga fungsi

utama, yakni fungsi penerangan (The Information Function),

fungsi pendidikan (The educational Function), dan sebagai fungsi

hiburan4.

1. Fungsi Penerangan
Faktor yang pertama membuat penonton sangat

terpuaskan adalah immediacy di mana faktor ini memiliki

pengeritan langsung dan dekat, sehingga peristiwa yang

disiarkan oleh televisi lebih memuaskan bagi khalayak dari pada

hanya mendengar radio atau membaca koran. Faktor yang kedua

adalah faktor realisme bermakna kenyataan yang artinya bahwa

televisi menyiarkan informasinya melaui media pandang dan

4 Effendi, Onong Uchjana.1993. Ilmu Komunikasi, Teori dan Praktek. PT.


Remaja Rosdakarya. Bandung. 23
dengar yang apa adanya dan sesuai kenyataan dilengkapi

dengan gambar-gambar yang sudah tentu faktual dan realistis.


2. Fungsi Pendidikan
Selain menyiarkan informasi, televisi juga memiliki fungsi

pendidikan dimana televisi menyajikan acara-acara yang

meningkatkan pengetahuan masyarakat sesuai dengan makna

pendidikan. Berkaitan dengan pendidikan ada yang dinamakan

dengan televisi edukasi dan Instructional Television (ITV). Untuk

televisi edukasi acara pendidikan diselipkan ke dalam siaran

yang sifatnya umum, sedangan ITV merupakan stasiun penyiaran

yang sepenuhnya menyiarkan acara pendidikan yang ditujukan

kepada para pelajar dan mahasiswa, yang terlebih dahulu

dikirimkan bahan-bahan pelajaran. Oleh karena itu ITV sering

juga disebut dengan pendidikan formal jarak jauh.


3. Fungsi Hiburan
Fungsi hiburan yang melekat pada televisi hampir

mendominasi hampir keseluruhan dari program acara. Hal

tersebut dikarenakan televisi menampilkan gambar yang hidup

atau gambar bergerak dan suara yang seperti kenyataan,

sehingga hal tersebut menjadi hiburan rutinitas bagi kebanyakan

masyarakat. Saat ini media televisi menjadi konsumen bagi

hampir keseluruhan masyarakat.


Televisi adalah media komunikasi massa, merupakan alat

penyampai berbagai pesan dalam peradaban modern ini. Dalam

pengunaan lain televisi menjadi media ekspresi artistik, yaitu


menjadi alat bagi seniman-seniman film untuk mengutarakan,

ide, gagasan, lewat satu wawasan keindahan. Keindahan yang

dimaksud adalah keindahan gambar. Sebuah gambar yang indah

diterjemahkan oleh seorang penata gambar dari proses

interpresentasi yang dilakukan pada saat analisa naskah.


Televisi melakukan proses komunikasi melalui program

acaranya. Televisi memiliki banyak bentuk program acara, salah

satunya adalah drama televisi. Program drama berisi cerita fiksi,

istilah ini juga disebut sinetron cerita. 5 Televisi mengadopsi

drama menjadi tayangan yang dinikmati oleh penonton,

kemudian dikemas menjadi tontonan yang menampilkan ragam

cerita yang dikemas secara fiksi atau khayalan. Drama menurut

Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah sesuatu yang

mendebarkan.6
Secara keseluruhan televisi merupakan media komunikasi

yang tergolong kepada komunikasi elektronik. Dalam proses

komunikasi televisi memiliki banyak program untuk

menyampaikan pesannya. Pembagian program acara dapat

dibagi dalam tiga kelompok besar yaitu produksi program drama,

non-drama dan news7. Program drama merupakan program yang

identik dengan cerita fiktif. Program drama untuk televisi bisa

5 RM. Soenarto. 2007.Program Televisi Dari Penyusunan Sampai


Pengaruh Siaran, FFTV-IKJ Press, Jakarta 62

6 Balai Pustaka, 2000. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Balai pustaka.


terbagi lagi ke dalam beberapa bentuk yaitu FTV, Serial TV, serial

panjang, serial lepas dan mini seri.


FTV (Film Televisi) Secara metode yang ditempuh proses

produksi film layar lebar dengan produksi film televisi hampir

sama, hanya saja yang membedakan adalah media dan

peralatan yang digunakan. Kalau untuk film televisi tentunya

medianya adalah televisi yang bisa dinikmati penonton di rumah

mereka masing-masing. FTV juga memiliki keterbatasan, salah

satunya adalah masalah durasi, biasanya durasi untuk FTV

adalah 120 menit (30 menit untuk iklan). Drama televisi dapat

digolongkan menjadi beberapa bentuk yaitu film televisi atau

FTV, mini seri, serial lepas dan serial panjang. Film Televisi atau

lebih dikenal dengan FTV adalah tipe drama televisi dengan

karakter dan ceritanya terpisah setiap episodenya.8

Film Televisi mulai banyak diproduksi di Indonesia pada awal

tahun 1995 yang dipelopori oleh SCTV. Hal ini dilakukan untuk

menjawab kejenuhan masyarakat atas sinetron.

Program cerita 30 menit dibagi menjadi 3 babak


atau act. masing-masing babak berdurasi 8 menit.
Satu babak terdiri dari atas beberapa adegan atau
scene. Jika satu scene atau adegan berdurasi rata-
rata 1 menit, maka satu babak terdiri atas 7-8

7 Ciptono Setiobudi. 2006. Teknologi Broadcasting Televisi. Graha Ilmu,


Yogyakarta. 55.

8 Suban. Fred. 2009. Yuk nulis skenario sinetron. PT Gramedia Pustaka


Utama. Jakarta. 32
adegan atau scene. Opening dan closing masing-
masing berdurasi 1 menit.9

Mini seri adalah serial drama televisi yang ditayangkan pada

jam tertentu yang berdurasi di bawah 60 menit, berarti durasi

mini seri hanya 30 menit. Sedangkan serial lepas dan serial

panjang adalah program acara televisi yang memakan waktu

lebih dari 30 menit. Serial lepas adalah salah satu program film

televisi yang cukup panjang dan bersifat sekali tayang sekali

habis atau lebih tepat disebut tidak memakai episode.

Perbedaan Film Televisi (FTV) dengan Film Layar Lebar

1. Film televisi diproduksi oleh stasiun televisi ataupun rumah

produsi untuk disiarkan melalui televisi, film bioskop dibuat

untuk ditayangkan di bioskop.

2. Proses pembuatan film televisi lebih singkat daripada film

layar lebar.

3. Biaya pembuatan film televisi lebih murah dari pada film

layar lebar.

4. Cara menonton film televisi berbeda dengan film layar

lebar karena saat menonton film layar lebar tidak terdapat

iklan seperti halnya saat menonton film televisi.

9 Ibid Hal:5
Fiksi (drama) adalah sebuah format acara televisi yang

diproduksi dan dicipta melalui proses imajinasi kreatif dari kisah-

kisah drama atau fiksi yang di rekayasa atau di kreasi ulang. 10

Film televisi merupakan media penyampaian pesan yang efektif

untuk memberikan perubahan dalam pendidikan, dengan media

film sebuah pengetahuan baru tentang ilmu sejarah dapat

disampaikan dengan pemaparan cerita yang baik dalam sebuah

film itu sendiri, penyampaian pesan peristiwa sejarah dengan

menghadirkan bukti-bukti sejarah.


D. Teori Videograf

Sebuah gambar memilki empat unsur pembentuk, yaitu

ukuran gambar, angle dari subjek, tinggi kamera dan pergerakan

kamera. Dalam teori Cinematografy Joseph V Marscelli, A.S.C

mengemukakan bahwa empat aspek dasar dalam sebuah

gambar adalah :
1. Ukuran Subjek
Ukuran subjek dari citra, size dari subjek dalam

hubungan dengan keseluruhan bingkai, yang

menentukan tipe dari shot yang dibuat. Terdapat

sembilan ukuran dasar dalam sebuah gambar yang

sering disebut oleh ahli 9 shot size yaitu :

a. Extreme Long Shot (ELS)

10 Naratama, 2004. Menjadi Sutradara Televisi Dengan Single Dan


Multi Camera, PT Gramedia Widiasarana Indonesia. Jakarta.
Adalah shot yang digunakan untuk mengambil gambar

yang sangat-sangat jauh, panjang, luas dan berdimensi

lebar. Roy Thompson dalam Naratama menyebutkan

recognition of the scene dimana kita perlu

memberikan shot-shot yang dapat memperkenalkan

seluruh lokasi adegan isi cerita.

b. Very Long Shot (VLS)

Adalah ukuran shot yang mengambarkan lokasi atau

gambar yang panjang, jauh dan luas yang lebih kecil

dari extreme long shot.

c. Long Shot (LS)

Ukuran shot ini adalah gambar manusia seutuhnya dari

ujung rambut sampai ke ujung kaki. LS dikenal sebagai

gambar dengan format landscape yang mengantarkan

mata penonton kepada keluasan suatu suasana dan

objek.

d. Medium Long Shot (MLS)

Adalah gambar dengan ukuran dari lutut kaki hingga ke

bagian atas kepala manusia. Shot ini biasa digunakan

setelah pemakaian LS untuk memadatkan gambar.

e. Medium Shot (MS)

Medium shot merekam bagianbagian besar dari film

cerita dan televisi, karena ukuran ini menempatkan


pemain dalam posisi jarak menengah. Ukuran nya dari

pinggang hingga ke atas kepala.

f. Middle Close Up (MCU)

Adalah ukuran gambar dari dada manusia hingga ke

bagian atas kepala. Ukuran gambar ini dapat

memperdalam gambar dengan lebih menunjukkan profil

dari objek yang direkam.

g. Close Up (CU)

Close up adalah ukuran gambar wajah yang terlihat

penuh dalam frame kamera( fokus kepada wajah). CU

digunakan untuk mengungkapkan emosi atau reaksi

sesorang dalam sebuah adegan.

h. Big Close Up (BCU)

Big Close Up meliputi bagian daerah sedikit bawah bibir

sampai sedikit di daerah bagian atas mata. Ungkapan

yang dapat diwujutkan dengan BCU adalah ungkapan

kesedihan yang sangat dalam yang di alami oleh tokoh.

i. Extreme close up (ECU)

ECU adalah ukuran gambar yang biasa digunakan untuk

anggota gerak tubuh atau panca indra.

2. Angle

Semua materi subjek memiliki tiga dimensi, baik manusia


maupun benda mati. Penempatan posisi kamera dengan
sedemikian rupa dalam pengambilan sebuah gambar gedung
dapat memperlihatkan sisi dan tampil secara tiga dimensi.
Memberikan kesan kedalam dalam sebuah shot yang dua
dimensi dengan penentuan angle dari penempatan kamera
terhadap subjek.

a. Level Angle

Level angle sebagaimana dalam buku The Five of

Cinematography joseph V. Mascelli, A.S.C., menjelaskan tentang

memotret dari level mata dari tinggi orang yang lazin, atau dari

level mata subjek. Kamera yang level dibutuhkan kalau merekam

pandangan yang level-mata atau agar garis-garis vertikal tetap

tampak tegak lurus dan sejajar satu sama lainnya.11

b. Point of view

Point of view biasanya disingkat menjadi P.O.V, yaitu angle

camera objektif shot yang sedekat dengan subjektif shot. Pada

P.O.V penonton berada seolah-olah beradu pipi dengan pemain,

karena angle ini berada di antara objektif shot dan subjektif shot,

untuk itu perlu diberi posisi khusus yaitu Point of view.12

3. Tinggi kamera

11 Joseph V. Marcelli, A.V.C. The five CS of Cinematography.


Terjemahan H.M.Y Biran. (Californnia: Cine/Grafic Publications, 1986),
54.

12 Himawan Pratista. Memahami Film. (Yogyakarta: Homerian Pustaka,


2008), 111.
Tinggi kamera merupakan penempatan kamera pada saat

melakukan pengambilan gambar. Tinggi kamera juga sering

disebut dengan sudut pengambilan gambar. Tinggi kamera terdiri

dari level bagi angle yaitu posisi kamera yang sama rata dengan

mata aktor, Joseph V Marscelli, memberikan pengertian high

angle adalah segala macam shot dimana mata kamera

diarahkan ke bawah untuk menangkap subjek, low angle adalah

setiap shot yang di ambil dari sudut pengambilan paling rendah

terhadap objek, kamera menengadah terhadap objek, dutch

angle adalah angle kemiringan terhadap garis horizontal objek

dalam sebuah frame.

4. Pergerakan kamera

Gerak kamera berfungsi untuk mengikuti tokoh atau objek

yang bergerak, menciptakan ilusi gerak atau suatu objek yang

statis, membentuk hubungan ruang antara dua unsur dramatik,

menjadikan ekspresi subyektif tokoh terlihat dengan jelas.

Pergerakan kamera menurut Darwanto dalam bukunya

Produksi Acara Televisi Pada dasarnya terdapat tiga macam

gerakan pada gambar di media televisi yaitu Primary

Movement, Secondary movement dan Tertiary Movement.13

13 Darwanto Sastro Subroto. 1999. Produksi Acara Televisi,Yogyakarta :


Duta Wacana Hal .117
a. Primary Movement.

Kamera tidak bergerak, tetapi artisnya yang bergerak.

Dalam hal ini dapat dicontohkan misalnya, adegan seseorang

mengambil posisi tidur. Dalam adegan ini kamera tidak

melakukan pergerakan lensa maupun pergerakan kamera,

sehingga gambar yang dihasilkan bersifat statis.


b. Secondary Movement.
Kamera yang bergerak dan artis tetap berada di tempat.

Dalam hal ini yang aktif adalah kamera sedangkan artis tetap

berada di tempat, dengan memamfaatkan segala jenis

pergerakan kamera.

c. Tertiary Movement.

Kamera dan artis sama-sama bergerak, dalam tertiary

movement pergerakan kamera dapat mengiringi pergerakan

artis. Pergerakan kamera dapat bergerak statis dengan pan atu

tilt, dan juga dapat bergerak atau berpindah tempat atau lebih

sering disebut Tracking.


Dalam buku Wahyu Wary Pintono dan Diki Umbara yang

berjudul How To Be A Cameraman secara teknis ada tiga

teknik dasar pengambilan gambar sebagai berikut:


1. Simple shot
Simple shot adalah teknik pengambilan gambar dengan

berbagai objek yang dishot. Adapun objek yang dishot boleh

bergerak (move) atau diam (statis). Simple shot memiliki ciri-ciri :


- Tidak ada pergerakan lensa
- Tidak ada pergerakan kepala kamera
- Adanya pergerakan sederhana dengan materi atau

subjek
2. Complex shot
Complex shot adalah teknik pengambilan gambar dengan

berbagai objek yang bergerak baik individu maupun kelompok,

ciri-cirinya meliputi :
- Ada pergerakan lensa
- Ada pergerakan kepala kamera
- Tidak ada perpindahan letak kamera
- Adanya pergerakan subjek
3. Developing shot
Developing shot adalah teknik pengambilan gambar dengan

berbagai objek yang bergerak baik individu maupun kelompok,

ciri-cirinya meliputi :
- Adanya pergerakan lensa
- Adanya pergerakan kepala kamera
- Adanya perpindahan letak kamera
- Adanya pergerakan subjek
Teknik Developing shot biasanya dilakukan untuk mengambil

gambar dengan seluruh pergerakan kamera. Dalam penerapan

teknik Developing Shot pada Naskah Bukan Koruptor kamera

dibantu beberapa alat bantu seperti mounting kamera, tripot,

dolly track, crane dan slider sedangkan pada alat bantu

steadycam dan soulderick digunakan pada pengambilan hand

held.
Pergerakan kamera yang terjadi pada teknik Developing

Shot adalah :
a. Pan left/right

Adalah gerakan mendatar dari kiri ke kanan begitu juga

sebaliknya , yang nantinya bertujuan untuk mengikuti arah objek


yang berasal dari kiri kekanan frame. Gerakan panning akan

membuat psikologis penonton dalam menikmati alur cerita yang

dihadirkan, sehingga sebelum melakukan panning seorang DOP

dan Kameraman yang akan menerapkanya dalam menentukan

titik awal dan akhir dari sebuah shot.

b. tilt up/down

Adalah gerakan kamera secara vertikal, mendongak dari

bawah ke atas atau sebaliknya.Tilt up ( kepala kamera

mendongak ke atas obyek bergerak ke bawah) Tilt down

( kepala kamera menunduk ke bawah obyek bergerak ke atas)

Gerakan ini dilakukan antara lain untuk mengikuti gerak obyek,

serta juga untuk mempertajam efek dramatis gambar.

c. Track in/out

Tracking shot merupakan pergerakan kamera akibat

perubahan posisi kamera secara horizontal, pergerakan kamera

dapat menuju arah manapun sejauh masih menyentuh

permukaan tanah. Pergerakannya dapat bervariasi yakni maju

(tracking forward) mundur (tracking bacward), melingkar,

menyamping dan sering kali menggunakan rel atau track.

Motivasi dari pemakaian pergerakan kamera tracking ini adalah

untuk mendapatkan kehalusan dalam pengambilan gambar,

yang mana pergerakan kamera menjauh atau mendekati objek


dan mengikuti objek bergerak dengan pelan sehingga developing

shot dapat tercapai untuk memberikan penekanan jiwa terhadap

penonton. Pergerakan kamera yang tenang dengan berbagai

proses pengambilan gambar, sehingga gambar yang dihasilkan

menjadi halus mengikuti pergerakan subjek didalamnya, disebut

dengan Smooth Movement.

d. Optical Lens

- Rack fokus

Rack fokus hanya menampilakan latar depan dan latar

belakang saja. Jika latar depan tampak fokus maka

latar belakang tampak kabur (blur). Umumnya teknik

ini digunakan untuk mengubah penekanan aksi dalam

sebuah shot. Menunjukan tujuan dan aksi yang akan

dilakukan dari sebuah objek.14


- Zoom in/out

Adalah gerakan lensa mendekati / menjauhi obyek secara

optic, yaitu dengan merubah lensa dari sudut pandang sempit

(tele) ke sudut pandang lebar (wide) dan sebaliknya Zoom in :

mendekati obyek, dari long shot ke close up Zoom out : menjauhi

obyek, dari close up ke long shot. Gerakan ini biasanya untuk

menekankan sesuatu, penonton diajak untuk melihat detil dari

14 Joseph V. Marcelli, A.V.C. 1986, The five CS of Cinematography,


Californnia: Cine/Grafic Publications. Hal. 151
sebuah obyek, dan sebaliknya untuk memberi orientasi dimana

obyek itu berada.

5. Motivasi

Adalah alasan mengapa shot diciptakan, sebuah shot

diciptakan untuk mendukung scene (adegan) dan akting dari

pemain. Intinya setiap shot harus memiliki motivasi dan tujuan.


6. Informasi

Sebuah shot memberikan informasi kepada penonton.

Dalam hal ini setiap pengambilan gambar harus mengandung

informasi
7. Komposisi

Komposisi simetrik sifatnya statis. Objek terletak persis di

tengah-tengah frame dan proporsi ruang, di sisi kanan dan kiri

obyek relatif seimbang. Komposisi semetrik dapat digunakan

untuk berbagai macam motif dan simbol seperti, efek tertutup,

terperangkap atau keterasingan seorang karakter dari

lingkungannya. Komposisi dinamik sifatnya fleksibel dan posisi

obyek dapat berubah sejalan dengan waktu. Komposisi dinamik

tidak memiliki komposisi yang seimbang (simetris) layaknya

komposisi dinamik. Ukuran, posisi, arah, gerak objek sangat


15
mempengaruhi komposisi dinamik.

8. Warna

15 Himawan Pratista, Memahami Film. (Yogyakarta: Homerian Pustaka,


2008), 114.
Elemen warna memiliki pengaruh khusus terhadap gambar

yang di hadirkan. Pada warna layar (Screen tone) elemen warna

yang digunakan adalah biru dan kuning. Pada buku Drs. Sadjiman

Ebdi Sanyoto berjudul Dasar-dasar tata rupa dan disain

(Nirmana) ia menjelaskan warna biru memperlihatkan

karakteristik watak yang dingin, pasif, melankolis, sayu,sedih,

dan tenang sedangkan warna kuning memberikan karakteristik

watak ramah, supel, riang dan cerah16.

9. Single Kamera

Proses perekaman gambar dengan menggunakan Single

kamera (satu kamera) karena naskah Bukan Koruptor

menerapkan konsep penyutradaan One Scene One Shot dimana

dalam satu scene dieksekusi dengan satu shot.

10. Mise En Scene

Mise en scene adalah Semua elemen yang ada di depan

kamera dan terlihat di dalam frame. Elemen-elemen tersebut

adalah: Setting, properti, make-up, wardrobe, lighting, dan

action

BAB III
KONSEP KARYA
A. Konsep Estetik

16 Sadjiman Ebdi Sanyoto. Dasar-Dasar Tata Rupa & Desain (Nirmana).


(Yogyakarta: Arti Bumi Intaran, 2005), 38-39.
Tujuan akhir dari produksi setiap film adalah menyampaikan

pesan kepada penonton. Banyak hal yang harus diperhatikan

secara imajinasi dan interpretasi dalam proses penyampaian

pesan kepada penonton melalui media film. Baik dari unsur

cerita, pemain, gambar, suara dan tidak lupa pula unsur teknis.

Untuk itu dibutuhkan penguasaan dan pengetahuan yang baik

tentang konsep estetika dan konsep teknik.


1. Konsep Naskah
Naskah yang menceritakan suatu sistem biokrasi yang

rentan terhadap tindakan korupsi. Peristiwa yang terjadi dikantor

dinas sosial dengan perselisihan antara anggaran dana dengan

laporan kerja. Untuk menghadirkan unsur estetik dalam naskah

dihadirkan dengan pemeran tokoh mita dengan memiliki sikap

hati-hati dalam berbicara dan bekerja. Untuk sikap pemeran Anis

dan Joko mempunyai sikap rajin, teliti dan bertanggung jawab

dalam memegang jabatan. Sedangkan pada tokoh Budi selaku

kepala dinas dituntut untuk memiliki dua karakter yang berbeda,

dalam alur cerita dijelaskan pada adegan pak Budi saat berbicara

pada Mita digambarkan sikap lembut, ramah dan sopan dan

ketika berhadapan dengan Joko dan Anis karakter Tokoh Budi

dituntut memiliki sikap tegas, pemarah dan berwibawa.

2. Konsep Penyutradaraan

Sutradara merupakan seseorang yang akan menerjemahkan

naskah ke dalam bentuk audio dan visual. Tugas itulah yang


harus dilakukan sutradara dan dibantu dengan seluruh tim

produksi dan kreatif pada sebuah produksi film. Pada penciptaan

film fiksi televisi Bukan Koruptor yang menerapkan konsep One

Scene One Shot. One Scene One Shot adalah pengambilan

gambar yang diambil dengan satu shot untuk satu scene tanpa

ada pengulangan waktu serta teknik cut to. Pencapaian konsep

One Scene One Shot dalam penataan kamera menggunakan

teknik Developing shot demi memaksimalkan semua pergerakan

kamera dengan penempatan bloking pemain, kamera, lighting

serta ackting dan dialog yang dituntut tidak melakukan

kesalahan, agar semua pengadeganan dalam satu scene dapat

dieksekusi dengan satu shot.


3. Konsep Videografi
a. Konsep Visual
1) Look
Pada karakter warna layar (screen tone) pada film

Bukan koruptor lebih banyak menggunakan warna

panas dan dingin seperti kebiruan dan kekuningan.

warna ini kuning memberikan karakteristik tegas dan

waspada. Sedangkan warna biru agar memberikan

karakteristik tenang .

2) Mood
Penerapan konsep videografi yang disesuaikan

dengan kebutuhan masing-masing scene. Hal ini

disebabkan karena tiap-tiap scene memiliki maksud dan


pesan yang berbeda-beda. Kapan saatnya dibutuhkan

shot size long shot, medium shot dan close up. Secara

umum pada frame size long shot digunakan untuk

menanangkap wilayah dari tempat secara keseluruhan.

Medium shot diciptakan untuk merekam dengan jelas

gerak gerik serta ekpresi dari pemain. Untuk itu penulis

akan menciptakan gambar-gambar dari pergerakan

kamera untuk menghindari kejenuhan penonton,

tentunya juga berlandaskan pada unsur motivasi dan

informasi.
3) Pencahayaan
pada proses produksi nantinya konsep

pencahayaan pagi hari yang berada pada lokasi indoor

akan menggunakan cahaya buatan dengan

menggunakan konsep three points lighting yaitu key

ligh, fill light dan back light dengan karakterik cahaya

soft light guna memberikan kesan natural sedang untuk

outdoor menggunakan cahaya matahari sebagai cahaya

utama. Untuk menyamakan warna pada scene-scene

yang lainnya maka diselaraskan menggunakan white

balance pada kamera.

4) Pembingkaian Komposisi, Angle, dan pegerakan


pembingkaian menggunakan aspec rasio dari

frame wide screen yaitu 16:9 dengan 25pfs ini


disesuaikan dengan media yang akan digunakan

nantinya yaitu film.


Komposisi gambar yang akan digunakan adalah

kompoisi dinamik dan komposisi simetrik. Komposisi

dinamik dimana objek selalu berada pada sisi dari

frame. Komposisi dinamik disini menegaskan ketidak

seimbangan posisi objek atau ketidak adilan yang

dimiliki oleh objek.


Angle kamera yang digunakan adalah eye

level/natural. Penggunaan eye level ini memberikan

kesan natural terhadap penonton dalam penyampain

pesan. Mata pemain disejajarkan dengan penglihatan

mata penonton.
Untuk pergerakan kamera menggunakan teknik

panning, tracking, tilting dan teknik hand held. Teknik

hend held ini digunakan untuk mengikuti pemain

dalam adegan atau disebut follow artis.


b. Konsep Shot
Penggunaan shot size dalam film ini lebih banyak

menggunakan stot size, Close Up (CS) Medium Close Up

(MCU) Medium Shot (MS) Full Shot (FS) dan Long Shot

(LS). Bertujuan untuk menjelaskan tempat kejadian

cerita berlangsung dan juga mengenali karakter-karakter

pemain.
4. Konsep Artistik
Penataan artistik dalam film ini, diseriuskan kepada

penyesuaian blocking kamera dan artis. Perlu disesuaikan

antara kebutuhan scene, kebutuhan kamera, kebutuhan

lighting dan kebutuhan blocking artis, tanpa

menghilangkan unsur logika dari sebuah setting.


Mayoritas scene yang ada bertempatkan di dalam

sebuah kantor dinas sosial yang terdiri dari ruangan

kepala, ruang kepala bagian dan ruangan staff mengingat

ide dan tema yang penulis angkat, penulis akan

menggunakan lokasi yang cukup besar untuk memudakan

penata kamera dalam proses pengambilan gambar serta

set lampu agar pada saat take tidak terjadi kebocoran.

Penulis juga banyak membutuhkan property pendukung

untuk membangun kelogisan cerita visualkan.


5. Konsep Suara
Penataan konsep suara dalam film ini menggunakan

suara diegetick sound dan nondiegetic sound. diegetic

sound adalah suara yang berasal dari adegan yang

dihadirkan sedangakan nondiegetic sound adalah seluruh

suara yang berasal dari luar dunia cerita film dan hanya

mampu didengar oleh penonton saja. Ilustrasi musik atau

lagu, efek suara, serta narasi adalah suara nondiegetic.

Dalam penggunaan konsep sound ini ditentukan terhadap

kebutuhan tiap tiap scene nantinya.


6. Konsep Editing
Dalam film ini konsep editing adalah Cross Cutting

terdiri dari paralel editing dari dua atau lebih kejadian

dalam pola bolak balik. Cross cutting digunakan untuk

mempertinggi interes dengan menggambarkan secara

simultan sejumlah action yang sedang berlangsung dengan

cara bolak-balik. Bisa juga untuk, mempertinggi suspense

dengan menahan terus penonton dalam keadaan

penasaran ketika kejadian bergerak ke arah klimaks.

B. KONSEP PROGRAM

Film fiksi televi yang berjudul Bukan Koruptor dengan

penerapan teknik Developing Shot dalam konsep

penyutradaran One Scene One Shot. Secara umum konsep

program adalah:

Nama program : Film Televisi

Judul : Bendi Online

Kategori program : Fiksi drama Komedi

Format program : Drama Lepas

Jenis televisi : Televisi lokal dan Nasional

Tujuan : Hiburan dan Pendidikan

Kategori Produksi : Non Studio, Single camera

Durasi : 26 menit

Sasaran cerita : Remaja dan Dewasa


C. KONSEP PRODUKSI

Setiap produksi program apapun baik itu program musik,

program talkshow atau program fiksi harus menggunakan

standar operational procedure (SOP). SOP adalah sebuah

batasan-batasan serta tangung jawab yang harus dilaksanakan

untuk mencapai keberhasilan sebuah produksi. seperti pada

tahap Pra Produksi (ide, perencanaan dan persiapan) produksi

(pelaksanaan) pasca-produksi (penyelesaian dan penayangan).

Untuk pencapaian dari penataan gambar untuk film fiksi

televisi ini penulis membagi kedalam tiga tahapan produksi :

1. Pra produksi

a. Ide

Tahap ini di dimulai ketika menentukan ide dan gagasan,

setelah ide ditemukan kemudian melakukan riset untuk

pengembangan ide gagasan tersebut kedalam bentuk

naskah.

b. Perencanaan

Dalam tahap ini melakukan penyempunaan naskah,

pemilihan pemain, lokasi dan kru.

c. Reading naskah
Pada tahap ini penulis melakukan analisa naskah bersama

sutradara untuk menentukan garapan visual dari skenario

dan menafsirkan gagasan dari penulis naskah

menentukan shot shot dan pergerakkan kamera.

d. Visualitation dan Picturization

Visualization adalah pengungkapan ide atau gagasan yang

telah dituangkan dalam rangkaian kata-kata menjadi bentuk

gambar. Menentukan gagasan gambar yang telah didapatkan

dalam analisa naskah, dengan mambayangkan ukuran dan

pengambilan serta motivasi dari pengambilan sebuah shot yang

akan diterapkan dengan teknik kamera Developing Shot dalam

Skenario Bukan Koruptor

Picturization merupakan teknik menggabungkan gambar

satu dengan yang lainya, sehingga menjadi satu seri gambar

yang menarik, hal ini merupakan suatu kunci keberhasilan dari

rangkaian gambar.17

Pada tahap ini penulis melakukan penggambaran secara

kasar dari penterjemahan naskah kadalam bentuk sketsa awal

serta menperkirakan jenis shot yang akan dipakai serta angle

dan teknik pergerakan kamera dari analisa penulis terhadap

skenario Bukan Koruptor.

17 Darwanto Sastro Subroto, 1999. Produksi Acara Televisi,Yogyakarta :


Duta Wacana Hal .127
e. Shotting Script
Agar tidak terjadinya inprovisasi pada tahap eksekusi atau

perekaman gambar pengkarya membuat shoting script.

Shoting script berfungsi sebagai acuan yang jelas pada

tahapan produksi lapangan, Shoting scirpt merupakan

rangkuman semua ide-ide dan konsep yang akan digunakan

dalam produksi lapangan.

f. Hunting lokasi
Bertujuan untuk mencari lokasi yang sesuai yang kebutuhan

visual dalam naskah. Dimana lokasi yang akan dicari menang

sesuai dengan latar atau setting yang mendukung dalam tiap

tiap scene. Pada tahapan ini juga penulis bersama tim

menentukan dimana tempat, mempertimbangkan akses,

kondisi, serta kebutuhan dalam pelaksanaan shoting nantinya.

Setelah menemukan tempat atau lokasi maka dari Unit salah

satu dari tim produksi (Unit Lokasi) bekerja mengurus perizinan.

g. Mise-en-Scene

Semua elemen yang ada di didepan kamera dan terlihat di

dalam frame. Elemen-elemen tersebut adalah setting, property,

make-up, wardrobe, lighting, acting dan sinematografi. Dalam

hal ini penulis melakukan riset ke lokasi untuk menentukan

semua hal yang dibutuhkan dalam sebuah frame


1) Setting
Setting adalah satu hal utama yang sangat mendukung

naratif film, tanpa setting cerita film tidak mungkin dapat


berjalan.18. Konsep setting yang diciptakan dalam produksi

film televisi ini adalah setting sebuah perkantoran dimana

terdiri dari ruang kepala, ruang kepala bagian dan ruang

staff.
Naskah Bukan Koruptor ini mengangkat suatu peristiwa

yang terjadi dikantor dinas sosial mengenai pertanggung

jawaban laporan keuangan terhadap dana yang dialokasikan

untuk santunan fakir miskin. Dalam naskah Bukan Koruptor

ini terjadi pagi sampai siang namun dalam penjelasan

terhadap tanggung jawab setiap karyawan terdapat

flashbak untuk menjelaskan kejadian masa lampau


2) Property
Untuk ruangan kepala dinas terdapat set ruangan

kantor yang dilengkapi property pendukung dalam ruangan

tersebut seperti sofa, lemari, bendera, poto presiden dan

wakil, burung garuda dan meja kerja beserta kursinya dan

didepan meja tersebut diletakkan satu buah kursi untuk

karyawan yang menghadap kemeja kerjanya.


Untuk setting ruang kepala bagian terdapat meja kerja

dilengkapi 1 unit komputer yang terletak diatas mejanya

dan pada ruangan staff terdapat susunan 6 buah meja, 6

unit komputer yang teletak diatas meja papan grafik, lukisan

dan pajangan kotak kotak berkas yang tertata diatas meja .

18 Pratista, Himawan. 2008. Memahami Film, Yogyakarta.Homerian Pustaka.


Hal.66
Properti pendukung lainnya seperti asbak rokok, tisue,

berkas berkas laporan, pena dan mobil.


3) Make Up ( Tata Rias )
Make-up secara umum memiliki fungsi yakni untuk

menunjukkan usia. Dalam hal ini make-up untuk

menunjukkan usia penulis gunakan dalam produksi. Konsep

make-up yang digunakan dalam produksi film Bukan

Koruptor ini adalah konsep natural, sehingga dalam hal

make-up watak tokoh hanya dilakukan sedikit saja, untuk

menyesuaikan karakter wajah dengan peran yang di

mainkan oleh para tokoh dalam film, karena karakter umur

yang sesuai dengan tuntutan dari naskah, sehingga tidak

diperlukan perubahan pada wajah.


4) Wardrobe ( Kostum )
Wardrobe atau yang lebih sering disebut kostum adalah

segala hal yang dikenakan pemain bersama seluruh

asesorisnya. Busana tidak hanya penutup tubuh namun

memilki fungsi lain sesuai dengan konteks naratif sebuah

film. Dalam hal ini wardrobe atau kostum yang digunakan

baik kepala dinas, bendahara, sekretaris, kepala bagian

maupun beberapa staff pendukung lainnya mengenakan

pakaian dinas Pemda. Sedangkan untuk para pemain

pendukung lainnya mengenakan pakaian office boy dan

pakaian sopir yaitunya warna hitam

5) Acting (Para pemain dan pergerakannya)


Penampilan seorang aktor dalam film dapat dibagi dua,

yakni visual dan audio. Secara fisik visual menyangkut gerak

tubuh (gestur), serta ekspresi wajah, sedangkan audio

merupakan suara dari pemain.


Untuk acting pemain dan blokingnya didalam film ini

ditutut harus matang karena dalam pendirectkan didalam

film Bukan Koruptor menggunakankan konsep

penyutradaraan One scene One shot.

h. Pemilihan Alat

Berdasarkan dari shooting script, maka pengkarya

menentukan peralatan yang akan dibutuhkan nantinya

dilapangan, diantaranya :

1) Kamera DSLR CANON 5D. Kamera ini merupakan kamera

foto, yang juga mempunyai fungsi untuk merekam video.

Berikut ini beberapa alasan penulis menggunakan kamera

DSLR Canon 60D:


a) Kualitas ketajaman gambar yang baik.
b) Fungsi lensa yang dapat diganti, sesuai dengan kebutuhan

gambar.
c) Fitur-fitur kamera, yang secara teknis memberi kemudahan

dalam penggunaannya.
d) Media penyimpanan yang menggunakan memory card.
2) Satu unit dolly track supaya pergerakan kamera dapat

bergerak smoot dan stabil.


3) Satu unit tripod kamera supaya mempermudakan

kameraman dalam mengoperasikan kamera agar gambar

tetap statis dan stabil.

4) SteadyCam berfungsi untuk mempermudahkan kameraman

dalam pengoperasian kamera handlheld

5) Shoulderick untuk mempermudahkan kameraman dalam

pengoperasian kamera handlheld

6) Lampu untuk memeberikan pencahayaan pada proses

produksi.

2. Produksi
Tahap produksi adalah upaya merubah naskah menjadi

bentuk audio visual. Pada tahap produksi, segala hal yang

telah dirancang dalam pra produksi di aplikasikan ke dalam

tahap produksi. Dalam tahap produksi metode produksi

yang digunakan adalah :

a. Single cam
Penggunaan single cam diputuskan sesuai dengan

kebutuhan skenario dengan teknik Developing Shot yang

telah diselaraskan dengan konsep one scene one shot

yang diterapkan oleh sutradara.


b. Pergerakan Kamera
Pergerakan kamera yang dilaksanakan dalam

produksi nantinya adalah pegerakan kamera

kombinasi/dinamik yaitu berupa kombinasi pan left,pan

right, tilt up,tilt down, dan track in/out.


c. Menggunakan shotting scipt.
Shooting script digunakan semaksimal mungkin

dilapangan, agar proses shooting dilakukan benar-benar

terkonsep secara matang dan hal ini menggantisipasi

dalam perpanjangan waktu karena dengan shooting script

akan memperkecil kemungkinan improvisasi dilapangan.


3. Paska produksi
Agar maksud, dan tujuan dari rangkaian shoot yang

penulis tulis dalam shooting script sesuai dengan hasil

editing, maka penulis, sutradara bekerja sama dengan

editor, dalam pasca produksi seorang penata gambar

melakukan diskusi dengan editor dan sutradara untuk

pemilihan rangkaian shoot yang diinginkan.

D. KONSEP TEKNIK

Secara umum pengkarya akan mewujudkan naskah Bukan

Koruptor ini dengan konsep gambar yaitu frame, angle dan

pergerakan kamera.
1. Frame size
Penerapan frame yang mayoritasnya akan lebih banyak

diterapkan dalam film Bukan Koruptor seperti: frame nya

adalah Long Shot (LS) Medium Close Up (MCU), Full Shot (FS) dan

Close Up (CU) dapat penulis contohkan penggunaan frame size

dalam film Apocalypto yang disutradai oleh Mell Gibshon. Frame

size yang dimaksud adalah seperti gambar berikut.


Gambar : 1
Close Up (CU)
Sumber : Apocalypto

Gambar : 2
Medium Close Up (MCU)
Sumber : Apocalypto

Gambar : 3
Full Shot (FS)

Sumber : Apocalypto

Gambar : 4
Long Shot (LS)
Sumber : Apocalypto
Dari contoh frame size diatas penulis akan menerapkan

dalam fiksi Bukan Koruptor dimana penonton dapat

mengetahui tempat kejadian dan karakter pemain.


2. Angle
Untuk angle kamera dalam film Bukan Koruptor penulis

akan menggunakan eye level yang dimaksud adalah seperti

gambar berikut.

Gambar : 5
eye level
Sumber : Apocalypto

Angle kamera eye level ini bisa dicapai dengan

memposisikan kamera pada posisi vertikal dan mengatur titik

kedataran yang terdapat pada kamera atau tripot. Angle ini

dipakai pada setiap yang muncul dalam frame kamera. Hal ini

bertujuan untuk memberikan kenyamanan dan penglihatan yang

wajar oleh penonton. Teknik pengambilan gambar adalah salah

satu hal vital dalam menghasilkan suatu karya visual. Dengan

teknik pengambilan gambar Developing Shot yang tepat, maka

konsep dan rancangan karya visual yang tertuang pada

storyboard dapat terealisasi.


3. Pergerakan Kamera
gerak kamera berfungsi untuk mengikuti tokoh atau objek

yang bergerak, menciptakan ilusi gerak atau suatu objek yang

statis, membentuk hubungan ruang antara dua unsur dramatik,

menjadikan ekspresi subyektif tokoh terlihat dengan jelas.

Gerak kamera pada porosnya, baik berupa gerakan

horizontal maupun vertikal, tanpa memaju mundurkan atau

menaik turunkan kamera. Gerakan ini disebut dengan istilah Pan

right/left untuk gerakan horizontal dan tilt up/down untuk

gerakan vertikal pada.

Gambar 6 : ilustrasi dari pergerakan kamera pan.

Gambar 7 : Ilustrasi dari pergerakan kamera tilt.

Gerak kamera yang disebabkan kamera itu secara fisik

dipindahkan posisinya, yang disebut tracking shot. Kamera yang

bergerak mendekat kepada subyek disebut track in yang

berguna untuk menampakkan kesan introduksi, menggambarkan

suatu ruang drmatik, dan menggambarkan keadaan jiwa tokoh

cerita. Track out merupakan kamera yang menjauh dari subyek,

gunanya untuk menciptakan kesan kesendirian. Dolly merupakan

rel yang digunakan sebagai penopang roda yang dibebani

dengan tempat kamera dan tripod kamera.


Gambar: 8
Ilustrasi dari pergerakan kamera truck in dan truck out.

Anda mungkin juga menyukai