Anda di halaman 1dari 18

1.

Pendahuluan
Batik adalah karya budaya yang merupakan warisan nenek moyang dan
memiliki nilai seni yang tinggi dengan corak, serta tata warna yang khas milik
suatu daerah yang menunjukan identitas bangsa indonesia.[1] Salah satunya
adalah motif batik mbakau yang merupakan batik asli dan khas dari kota
Temanggung. Berbagai macam motif yang digunakan, terinpirasi dari potensi
sumber daya alam yang ada di Temanggung, khususnya Tembakau yang
menggambarkan ciri khas dan potensi sumber daya alam terbesar di Temanggung.
Namun, berdasarkan hasil wawancara dengan UMKM batik mbakau,
pengrajin motif batik mbakau, dan dinas UMKM kabupaten Temanggung, dapat
disimpulkan bahwa masalah yang sedang dihadapi motif batik mbakau adalah
kurangnya media sebagai sarana informasi dan sosialiasi kepada masyarakat yang
mengakibatkan kurang dikenalnya motif batik ini oleh masyarakat Indonesia,
khususnya masyarakat Temanggung, karena selama ini dalam menginformasikan
dan mengenalkan motif batik mbakau kepada masyarakat hanya melalui brosur
dan website. Untuk itu, dibutuhkan sebuah media sebagai sarana untuk
menginformasikan dan mengenalkan tentang awal mula motif batik mbakau,
berbagai macam motif yang dibuat, bahan yang digunakan dalam proses
pewarnaan motif batik mbakau, lama pembuatan motif batik mbakau, tahap dalam
proses pembuatan batik motif mbakau, serta berbagai jenis hasil olahan yang
menggunakan motif tembakau sebagai motif utamanya.
Salah satu bentuk media komunikasi visual yang dapat digunakan untuk
menginformasikan dan mengenalkan motif batik mbakau Temanggung adalah
dengan menggunakan media video atau film. Salah satu jenis medianya adalah
film dokumenter karena film merupakan alat komunikasi yang efektif dalam
menyampaikan informasi dan pesan kepada masyarakat secara lebih cepat dan
lebih mudah untuk dipahami karena didukung oleh unsur audio dan visual yang
terdapat di dalam film.
Berdasarkan masalah yang ada, maka dirancang sebuah media berupa film
dokumenter yang dapat digunakan untuk menginformasikan dan mengenalkan
motif batik mbakau kepada masyarakat Indonesia, khususnya masyarakat
Temanggung.

2. Tinjauan Pustaka
Jauharshari Wardhani dalam penelitiannya yang berjudul “ Upaya
Peningkatan Apresiasi Batik Surakarta Melalui Pembelajaran Menggunakan
Audio Visual, Gabungan Slide, dan Film Dokumenter Pada Siswa Kelas X SMA
1 NEGERI SURAKARTA “ menyatakan bahwa dengan menggunakan media
audio visual, pembelajaran menjadi lebih menarik dan tidak membosankan.
Melalui media audio visual juga dapat mempermudah guru dalam menyampaikan
materi pelajaran dan perhatian siswa selama proses pembelajaran juga mengalami
peningkatan karena siswa lebih mudah memahami materi mengenai batik
Surakarta . [3]
Penelitian lain berjudul “ Perancangan Film Dokumenter Proses Pembuatan
Batik Tulis “ yang dilakukan oleh Pama Felosia Adanta. Perancangan film

2
dokumenter ini bertujuan sebagai media penunjang pelestarian budaya
bangsa Indonesia dan sebagai media informasi yang menceritakan tahap - tahap
dalam proses produksi pembuatan batik tulis karena banyaknya turis asing
maupun lokal yang ingin mengetahui cara dalam proses pembuatan batik tulis.[4]
Hal yang membedakan dengan penelitian yang telah dilakukan adalah film
dokumenter yang dihasilkan sebelumnya, hanya berupa film yang mengangkat
mengenai sejarah batik, jenis batik berdasarkan proses pembuatannya, dan proses
pembuatan batik. Sedangkan dalam penelitian kali ini dengan judul “ Perancangan
Film Dokumenter Motif Batik Mbakau ” mengulas awal mula dari motif batik
mbakau, berbagai jenis motif yang dibuat, bahan yang digunakan dalam proses
pewarnaan motif batik mbakau, lama pembuatan motif batik mbakau, tahapan
dalam proses pembuatan batik motif mbakau, serta berbagai jenis hasil olahan
dengan memanfaatkan tembakau sebagai gambar motifnya.
Komunikasi visual adalah ilmu yang mempelajari konsep komunikasi serta
ungkapan kreatif melalui berbagai pesan dan gagasan secara visual dengan
mengelola elemen - elemen grafis yang berupa garis, bidang, komposisi warna
serta layout. Dalam perkembangannya, komunikasi visual juga mencakup elemen
non visual seperti bunyi, tulisan, dan bahasa verbal.[5]
Media informasi adalah alat - alat grafis, fotografis atau elektronis untuk
menangkap, memproses, dan menyusun kembali informasi visual. Media
informasi dapat disimpulkan sebagai alat untuk menyusun dan mengumpulkan
suatu data hingga menjadi suatu informasi yang bermanfaat bagi penerima
informasi tersebut. Penyampaian informasi secara visual mampu lebih cepat
dicerna oleh masyarakat karena persepsi ingatan yang berupa audio visual itu
mampu diingat lebih lama.[6]
Multimedia dapat dikatakan bentuk baru dalam pembuatan program
komputer dengan penggabungan lebih dari satu media. Multimedia dapat diartikan
sebagai alat yang dapat menciptakan presentasi yang dinamis dan interaktif karena
mengkombinasikan teks, grafik, animasi, audio, gambar dan video, sehingga
pengguna dapat bernavigasi, berinteraksi, berkarya dan berkomunikasi.[7]
Film adalah karya cipta seni dan budaya yang merupakan salah satu media
komunikasi masa audio visual yang dibuat berdasarkan asas sinematografi yang
direkam pada pita seluloid, pita video, piringan video dan bahan hasil penemuan
teknologi lainnya dalam segala bentuk, jenis dan ukuran melalui proses kimiawi,
proses elektronik, atau proses lainnya dengan atau tanpa suara yang dapat
ditayangkan dengan sistem proyeksi mekanik, elektronik dan sistem lainnya. Film
berfungsi sebagai media pengantar informasi kepada masyarakat, sebagai
dokumen sosial, karena film merupakan alat komunikasi yang efektif dalam
menyampaikan informasi dan pesan kepada masyarakat secara lebih cepat dan
lebih mudah untuk dipahami karena didukung oleh unsur audio dan visual yang
terdapat di dalam film. Melalui film masyarakat juga dapat melihat secara nyata
apa yang terjadi di tengah - tengah masyarakat, sebagai media edutainment,
dimana selain mendidik film juga harus menghibur.[8]
Film dokumenter merupakan salah satu genre film, Pertama kali disematkan
pada film karya Lumiere bersaudara yang bercerita tentang kisah perjalanan
mereka. Terminologi dokumenter, kembali digunakan oleh kritikus dan pembuat

3
film asal Inggris, John Grierson untuk film Moana. Grierson berpendapat,
dokumenter adalah cara kreatif untuk mempresentasikan realitas. Melalui
dokumenter, realitas yang terjadi di dunia nyata dapat dituangkan melalui proses
representasi ke dalam bentuk film.[9]
Beberapa hal yang membedakan film dokumenter dengan film fiksi, yaitu
subyek, dimana film dokumenter memfokuskan lebih sekedar kondisi manusia.
Perbedaan yang kedua dilihat dari segi tujuan, sudut pandang, dan pendekatannya.
Dalam film dokumenter, pembuat film adalah subyek dari film yang berusaha
merekam fenomena sosial dan budaya, untuk memberikan informasi kepada
publik tentang apa yang sebenarnya terjadi. Perbedaan ketiga adalah dari bentuk,
dimana dalam film dokumenter yang ditampilkan bisa saja sesuatu yang
sebelumnya tidak direncanakan atau sesuatu yang muncul secara spontan.
Ke empat, teknik dan metode produksi film dokumenter yang tidak menggunakan
aktor, tetapi menggunakan real people atau playthemselves dari orang yang
ditampilkan dalam film dokumenter.[9]
Beberapa jenis pendekatan dan cara penyajian dalam film dokumenter yang
berkaitan erat dengan gaya penceritaan, antara lain :
A. Narasi
Sesuai namanya, cara penyajian ini dilakukan secara naratif, dengan
melalui penceritaan tentang apa yang diangkat dalam film dokumenter. .
B. Recreations
Cara penyajian ini dilakukan dengan melakukan reka ulang atas
peristiwa yang diangkat dalam film dokumenter. Cara penyajian ini
membutuhkan naskah yang detil yang didasarkan pada riset yang
komprehensif sehingga apa yang direka ulang tidak berbeda dengan apa
yang sebenarnya terjadi.
C. Wawancara
Cara penyajian ini sesuai dengan namanya, dilakukan dengan
wawancara terhadap subyek yang dipilih oleh filmmaker sesuai dengan
tujuan produksi film dokumenter.
D. Arsip Foto
Film dokumenter ini menampilkan gabungan dari berbagai arsip foto
yang kemudian membangun jalinan cerita. Jadi tidak semata - mata slide
show saja, namun juga harus diperhatikan unsur kontiniti sehingga
rangkaian foto tersebut bisa berbicara pada penonton.
Kata sinematografi berasal dari kata kinema yang berarti gerakan dan
graphoo yang berarti menulis. Jadi sinematografi dapat diartikan sebagai bidang
ilmu terapan yang membahas tentang teknik menangkap dan menggabungkan
gambar – gambar sehingga menjadi rangkaian gambar yang dapat menyampaikan
sebuah cerita atau menyampaikan informasi serta mengkomunikasikan suatu ide
tertentu.[9]
Beberapa hal yang penting dalam sinematografi dalam proses produksi film
dokumenter, antara lain :
 Shot
Shot bisa diartikan sebagai bagian dari adegan.

5
 Scene
Scene adalah hasil dari shots yang digabungkan atau dirangkai satu
dengan yang lain.
 Sequence
Sequence merupakan sebuah kesatuan scene yang ditata sehingga
peristiwa yang terjadi dapat dipahami secara utuh.
Camera angle adalah sudut pandang dari penonton, mata penonton akan
diwakili oleh mata kamera. Penempatan sudut pandang kamera akan
mempengaruhi sudut pandang penonton.[9] Secara teknis ada beberapa camera
angle dan gerakan yang lazim digunakan dalam proses produksi film, antara lain :
 Penempatan kamera dari sudut pandang obyek.
- Objective camera angle menggunakan prinsip kamera seolah
tersembunyi. Kamera ditempatkan disatu titik dengan seolah - olah
tidak mewakili siapapun dan penonton tidak dilibatkan dalam adegan
shot.
- Subjective camera angle mengasosiasikan penonton menjadi bagian
yang terlibat dalam gambar yang ditampilkan.
 Penempatan kamera dari sudut pandang penonton.
- Eye level adalah penempatan posisi kamera yang sejajar dengan mata
subyek.
- Low angle adalah penempatan posisi kamera yang lebih rendah
daripada subyek.
- High angle adalah penempatan posisi kamera yang lebih tinggi dari
subyek.
Berbagai jenis Shot size atau ukuran pengambilan gambar digunakan pada
proses produksi film, yang bertujuan untuk merepresentasikan gambar kepada
penonton secara berbeda. Berbagai jenis shot size yang digunakan dalam proses
produksi film, antara lain :
 Long Shot ( LS ) – Pandangan sangat jauh dengan pengambilan gambar
yang cenderung luas.
 Medium Long Shot ( MLS ) – Menekankan tempat dan lingkungannya.
Subjek mulai terlihat, namun tidak jelas.
 Full Shot ( FS ) – Subjek menempati satu bingkai penuh, dari ujung kaki
hingga kepala.
 Mediun Shot ( MS ) - Ukuran subyek dari pusar hingga kepala.
 Medium Close Up ( MCU ) - Ukuran subyek dalam frame dari dada
hingga kepala.
 Close Up ( CU ) - Ukuran subyek dari leher hingga batas atas kepala.
 Extreme Close Up ( ECU ) – Menunjukan detail pada satu anggota
bagian tubuh.
Gerakan kamera selama proses produksi film dokumenter terdiri dari
Panning, Tilting, Dolly / Track, Crane, Zoom.[9]
Motif Batik Mbakau merupakan motif batik asli dan khas kota Temanggung
yang tercetus pada tahun 2009. Berawal dari keinginan Bapak Iman Nugroho
untuk membuat kekhasan lokal berupa motif batik mbakau yang dibantu oleh 8
orang pengrajin batik yang terdiri dari 5 kaum perempuan dan 3 kaum laki - laki.
Berbagai macam motif yang dibuat, 80% menggunakan motif tembakau seperti
motif batang tembakau, motif daun tembakau, dan motif bunga tembakau yang
menjadi ciri khas motif batiknya. Selain motif tembakau, 20% menggunakan
motif potensi lokal Temanggung yang menggambarkan hasil produk unggulan,
seperti motif bunga matahari, motif biji kopi, dan motif daun cengkeh. Keunikan
lain dari motif baik mbakau ini adalah menggunakan zat pewarna alam yang
diperoleh dari ekstrak tanaman tembakau kering ataupun basah, serta berbagai
macam ekstrak daun lainnya seperti daun mangga, putri malu, dan alang - alang.
Dalam pewarnaannya, juga digunakan pewarna kimia yaitu remazol.
Selama ini, dalam menginformasikan dan mengenalkan motif batik mbakau
kepada masyarakat Indonesia, khususnya masarakat Temanggung menggunakan
media berupa brosur dan website. Upaya lain yang dilakukan untuk mengenalkan
dan menginformasikan motif batik mbakau kepada masyarakat, juga dengan
mengikuti berbagi macam kegitan seperti event kebudayaan, workshop, seminar,
serta mendapatkan bantuan dari dinas UMKM kabupaten Temanggung
( Desperindagkop ) dengan membawa sampel dari motif batik mbakau
Temanggung untuk disosialisasikan diluar Temanggung seperti Semarang, DIY,
Solo, NTB, Makasar, Lombok, dan Batam.

3. Metode Penelitian
Metode penelitian yang digunakan untuk film dokumenter tentang Batik
Mbakau adalah metode linear strategy. Metode linear strategy atau garis lurus
merupakan sebuah metode yang menetapkan urutan pada tahapan perancangan
yang sederhana dan mudah dipahami komponennya.[10] Tahap – tahap yang ada
pada metode linear strategy dapat dilihat pada gambar 1.

Gambar 1 Linear strategy[10]


Tahap 1 merupakan proses pengumpulan data yang dilakukan secara
kuaitatif dan kuantitatif. Pengumpulan data secara kualitatif dilakukan dengan
melakukan wawancara kepada Ibu Azizah yang merupakan salah satu pengrajin
motif batik mbakau Temanggung yang menceritakan mengenai awal mula motif
batik mbakau Temanggung, motif yang dibuat, zat pewarna yang digunakan, lama
proses pembuatan motif batik mbakau, proses pembuatan motif batik mbakau, dan
berbagai macam hasil olahan dengan memanfaatkan tembakau sebagai gambar
motif utamanya. Wawancara juga dilakukan kepada Ibu Ekowari Setyowati selaku
Kabid UMKM Kabupaten yang memberikan tanggapan mengenai motif batik
mbakau, upaya yang telah dilakukan untuk menginformasikan dan mengenalkan
motif batik mbakau kepada masyarakat, serta harapan kedepan untuk motif batik
mbakau Temanggung.
Observasi juga dilakukan untuk memperoleh data visual mengenai motif
batik mbakau. Data visual didapatkan dengan cara melakukan pengambilan foto
secara langsung pada tempat lokasi UMKM Batik Mbakau Temanggung. Data
visual yang diperoleh, berupa berbagai macam motif batik khas temanggung dan
media yang selama ini digunakan untuk menginformasikan serta mengenalkan
motif batik mbakau kepada masyarakat. Berbagai macam motif baik khas
Temanggung dapat dilihat pada Gambar 2.

Gambar 2 Berbagai macam motif batik khas Temanggung


Media informasi yang selama ini digunakan untuk menginformasikan serta
mengenalkan motif batik mbakau kepada masyarakat adalah melalui brosur dan
website. Media informasi motif batik mbakau data dilihat pada Gambar 3.

A. Brosur B. Website
Gambar 3 Media informasi motif batik mbakau
Pengumpulan data juga dilakukan secara kuantitatif, dengan menyebarkan
kuisioner kepada 30 responden yang merupakan masyarakat Temanggung,
bertujuan untuk mengetahui sejauh mana responden mengetahui tentang motif
batik mbakau dengan pertanyaan apakah anda menyukai batik, apakah anda
mengetahui batik khas dari Temanggung, apakah anda mengetahui motif batik
mbakau Temanggung, apakah anda mengetahui awal mula penggunaan motif
batik mbakau khas Temanggung, apakah anda mengetahui hasil olahan atau
kerajian yang memanfaatkan tembakau sebagai motif utamanya. Kemudian hasil
dari kuesioner tersebut dilakukan perhitungan, dan disimpulkan bahwa sebanyak
81.20 % dari 30 responden menyatakan tidak mengetahui tentang motif batik
mbakau Temanggung. sedangkan sebanyak 18.8 % responden sudah mengetahui
tentang motif batik mbakau khas Temanggung.
Tahap 2 merupakan tahap analisa data yang dilakukan untuk menganalisa
data apa saja yang nantinya akan digunakan dalam perancangan film dokumenter
sebagai media informasi motif batik mbakau khas Temanggung kepada
masyarakat. Dari analisa data ini, informasi yang nantinya akan ditampilkan
dalam film dokumenter berupa informasi mengenai awal mula motif batik
mbakau, motif yang dibuat, tahap dalam proses pembuatan motif batik
mbakau, pemanfaatan motif batik mbakau, dan testimoni dari Dinas UMKM
Kabupaten Temanggung mengenai motif batik mbakau, upya yang telah
dilakukan untuk menginformasikan dan mengenalkan motif batik mbakau kepada
masyarakat, serta harapan kedepan untuk motif batik mbakau khas Temanggung.
Segmentasi dari target masyarakat dalam perancangan film dokumenter ini,
ditujukan kepada masyarakat umum, khususnya masyarakat Temanggung yang
berusia antara 23 tahun hingga 40 tahun ( usia produktif ). Orang dewasa lebih
menyukai motif batik ini, karena melaui batik ini dapat menonjolkan keunikan
dan kelebihan dari daerah asalnya pembuatannya. Selain itu, dapat juga digunakan
pada saat acara resmi atau non resmi. Peminat dari motif batik ini baru mencakup
kalangan pegawai pemerintahan kabupaten Temanggung, beberapa masyarakat
sekitar UMKM Batik Mbakau, dan mulai merambah ke luar Temanggung
Tahap 3 adalah tahap perancangan film dokumenter yang meliputi proses
pra produksi, produksi, pasca produksi. Tahan perancangan film dokumenter
“ Motif Batik Mbakau “ dapat dilihat pada Gambar 4.

Gambar 4 Bagan metode perancangan film dokumenter “ Motif Batik Mbakau “


Gambar 4 merupakan bagan metode perancangan film dokumenter “ Motif Batik
Mbakau “, dapat diberikan penjelasan sebagai berikut :
Pra Produksi merupakan tahapan persiapan atau perencanaan dalam
pembuatan sebuah film. Didalam proses pra - produksi, langkah pertama adalah
pembuatan ide dan konsep film dokumenter “ Motif Batik Mbakau “.Ide
perancangan film dokumenter ini, berawal dari perlunya sebuah media sebagai
sarana untuk menginformasikan dan mengenalkan serta menceritakan tentang
awal mula motif batik mbakau, berbagai jenis motif yang dibuat, bahan yang
digunakan dalam proses pewarnaan motif batik mbakau, lama pembuatan motif
batik mbakau, tahapan dalam proses pembuatan batik motif mbakau, serta
berbagai jenis hasil olahan dengan memanfaatkan tembakau sebagai gambar
motifnya.
Setelah menentukan ide dan konsep dalam film dokumenter dirancanglah
sebuah storyline yang merupakan gambaran dari isi filim dokumenter “ Motif
Batik Mbakau “. Storyline dari film dokumenter “ Motif Batik Mbakau “ adalah
sebagai berikut :

1
“ Film dokumenter ini diawali dengan menampilkan ikon dari
kota Temanggung berupa gapura selamat datang, tugu jam, suasana
kota dan tembakau. Dari tumbuhan tembakau ini, muncul sebuah
motif batik yang ternyata dapat menjadi ciri khas batik dari
temanggung. Disetiap bagian tumbuhan tembakau dapat dijadkan
motif batik khas Temanggung, seperti motif batang mbakau, motif
daun mbakau, motif bunga mbakau, serta motif potensi sumber
daya alam lainnya yang ada di temanggung seperti motif biji kopi,
daun cengkeh, dan bunga matahari. Tumbuhan tembakaupun dapat
digunakan sebagai bahan pewarna yang berasal dari ekstrak daun
tembakau kering ataupun basah. Juga digunakan pewarna alam
lainnya yang berasal dari dari ekstrak daun mangga, putri malu, dan
alang - alang.
Proses pembuatan batik berawal dari pemberian malam atau
lilin, pewarnaan, perebusan, pencucian dan penjemuran kain.
Setelah dilakukan penjemuran kain hingga kering, kain batik
dengan motif tembakau ini siap untuk dijual atau dipasarkan. Selain
digunakannya sebagai motif utama kain batik khas Temanggung,
motif tembakau ini juga dapat diolah menjadi berbagai jenis hasil
kerajinan seperti asbak, topeng, tempat tissue, dan tas.“

Setelah merancang storyline, langkah selanjutnya adalah merancang


treatment yang merupakan kerangka dari sebuah skenario yang menjadi acuan
untuk pembuatan storyboard. Treatment dari film dokumenter “ Motif Batik
Mbakau “ dapat dilihat pada tabel 1.

Tabel 1 Treatment film dokumenter “ Motif Batik Mbakau “

INT / JENIS SHOT


NO SCENE KETERANGAN
EKS ANGLE
1. Intro film Int FS – MS Menampilkan ikon kota
Temanggung, berupa gapura
Eye level
selamat datang, tugu jam, dan
High angle tembakau yang dapat digunakan
sebagai bahan baku pembuatan
batik khas Temanggung.
2. Wawancara Int MCU Wawancara narasumber

3. Pembuatan Eks MS – MCU –CU Menampilkan proses pembuatan


pola batik pola batik pada kain.
Eye level
High angle
4. Pewarnaan Eks MS – CU Menampilkan proses pewarnaan
kain batik dasar dan akhir pada kain batik.
Eye level
High angle
5. Perebusan Eks FS – MCU – ECU Menampilkan proses akhir dalam
kain pembuatan kain batik
Eye level
Low angle
High angle
6. Motif batik Int FS – MS – CU Menampilkan berbagai macam
mbakau jenis baju, motif kain batik, dan
Eye level
berbagai macam souvenir yang
High angle menggunakan tembakau sebagai
gambar motifnya
7. Wawancara Int MCU Testimoni dari Dinas UMKM
Eye level Kabupaten Temanggung mengenai
motif batik mbakau Temanggung.
8. Ending Eks FS – MS – CU Menampilkan para pengrajin batik
Eye level dan tagline.

Tahap berikutnya adalah pembuatan storyboard yang merupakan sebuah


gambaran berbentuk sketsa dari treatment yang sudah dirancang sedemikian rupa
untuk mempermudah tim produksi film dalam proses perekaman adegan.
Storyboard film dokumenter “ Motif Batik Mbakau “ dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2 Storyboard film dokumenter “ Motif Batik Mbakau “


SHOT
ANGLE
SCENE STORYBOARD DURATION KETERANGAN
MOVING
CAMERA

1 FS 00 : 00 : 18 s Menampilkan ikon kota


MS Temanggung berupa gapura
Zoom In selamat datang, tugu jam, dan
Eye level tembakau yang dapat
High digunakan sebagai bahan
angle pembuatan batik.
Backsound : Gending –Track1

2 MCU 00 : 01 : 36 s Wawancara narasumber


Eye level

Backsound : Gending -Track1


3 MS 00 : 00 : 31 s Menampilkan proses dalam
MCU pembuatan pola batik.
CU
Zoom In Backsound : Gending -Track1
Eye level
High
angle

4 MS 00 : 00 : 31 s
CU
Menampilkan pewarnaan
dasar dan akhir pada kain
Zoom In
dengan teknik olesdan celup.
Eye level
High angle
Backsound : Gending -Track1

5 FS 00 : 00 : 39 s Menampilkan tahap terakhir


MCU dalam proses pembuatan kain
ECU batik.
Zoom In
Eye level Backsound : Gending -
Low angle Track1
High angle

6 FS 00 : 00 : 16 s Menampilkan berbagai
MS macam jenis baju, motif kain
CU batik, dan berbagai macam
Panning souvenir yang menggunakan
Zoom Out tembakau sebagai gambar
Zoom In motifnya.
Eye level
High angle Backsound : Gending -Track1
7 MCU 00 : 01 : 11 s Testimoni dari dinas UMKM
Eye level Temanggung Mengenai motif
batik mbakau.

Backsound : Gending -Track5

8 FS 00 : 00 : 17 s Menampilkan pengrajin batik


MS dan tagline.
CU
Eye level Backsound : Gending -Track5

Produksi merupakan sebuah tahapan eksekusi dari perencanaan yang telah


dibuat pada tahapan pra produksi. Pada proses produksi dilakukakan shooting
( video, foto ) dan dubbing ( audio ). Shooting adalah proses pengambilan gambar
dalam bentuk video yang akan disesuaikan dengan shotlist yang telah dibuat pada
proses pra produksi. Setelah proses shooting selesai, tahap selanjutnya adalah
dubbing. Dubbing merupakan perekaman suara sebagai narasi yang digunakan
pada penjelasan motif batik mbakau, saat wawancara dan proses pembuatan motif
batik mbakau.
Pasca produksi merupakan tahap yang dilakukan setelah proses produksi,
diantaranya seleksi scene yaitu pemilihan scene yang sesuai dengan treatment,
shootlist, dan storyboard yang dibuat. Editing merupakan proses memilih,
mengatur, dan menyusun stok scene yang telah dibuat sehingga menjadi sebuah
film dokumenter yang dapat digunakan sebagai media untuk mengenalkan dan
menginformasikan motif batik mbakau Temanggung. Setelah proses editing video
selesai, dilakukan penambahan backsound berupa musik instrument gending jawa.
Proses editing dapat dilihat pada Gambar 3

Gambar 5 Proses editing


Setelah proses editing video selesai, tahap selanjutnya adalah proses sound
editing yang meliputi noise reduction dan boost. Noise reduction berfungsi untuk
mengurangi noise atau gangguan - gangguan yang ada pada rekaman suara
narator, sehingga suara dari narator terdengar lebih jelas dan jernih. Sedangkan
boost berfungsi untuk penambahan atau pengurangan frekuensi dari suara narator,
sehingga suara yang dihasilkan tidak terlalu keras maupun pelan.
4. Hasil Pembahasan
Film dokumenter “ Motif Batik Mbakau “, dapat digunakan sebagai media
informasi batik khas Temanggung. Berikut ini merupakan potongan adegan dari
setiap scene yang ada didalam film dokumenter Motif Batik Mbakau yang telah
dirancang sesuai dengan perencanaan.
Scene 1

A. Tugu jam B. Tembakau


Gambar 6 Scene 1
Pada scene 1 terlihat pada Gambar 6 merupakan opening film dokumenter
“ Motif Batik Mbakau “ yang menampilkan ikon kota Temanggung berupa gapura
selamat datang, tugu jam, dan tembakau yang ternyata dapat digunakan sebagai
bahan baku utama pembuatan batik. Pengambilan video ini menggunakan angle
kamera eye level, high angle, serta menggunakan beberapa jenis shot, antara lain
FS ( full shot ), MS ( medium shot ), sehingga penonton dapat mengetahui
gambaran sekilas tentang ikon kota Temanggung.
Scene 2

Gambar 7 Scene 2
Pada Scene 2 terlihat pada Gambar 7, menampilkan wawancara narasumber
yang menjelaskan tentang awal mula motif batik mbakau khas Temanggung, zat
pewarna yang digunakan, sampai lama proses pembuatan motif batik mbakau.
Pengambilan video ini menggunakan angle kamera eye level dan jenis shot MCU
( medium close up ), karena sering digunakan dalam kegiatan wawancara karena
lebih bisa menampilkan profil atau sosok seorang yang direkam.
Scene 3

A. Pembuatan motif batik Tulis B. pembuatan motif batik cap


Gambar 8 Scene 3
Pada Scene 3 terlihat pada Gambar 8, menampilkan proses pembuatan pola
batik motif mbakau dengan cara tulis ataupun celup. Pengambilan video ini
menggunakan angle kamera eye level, high angle, serta menggunakan beberapa
jenis shot antara lain MS ( Medium Shot ), MCU ( Medium Close Up ), CU (
Close Up ), agar tidak selalu menampilkan gambar proses pembuatan secara utuh
namun juga butuh gambar yang diambil secara detil ( close up ) pada bagian
tertentu agar penonton dapat melihat detil gambar yang disajikan.
Scene 4

A. Pewarnaan oles B. Pewarnaan celup


Gambar 9 Scene 4
Pada Scene 4 terlihat pada Gambar 9, menampilkan proses pewarnaan pada
kain batik dengan teknik oles ataupun celup. Pengambilan video ini menggunakan
angle kamera eye level, high angle, serta menggunakan beberapa jenis shot, antara
lain MS ( Medium Shot ), CU ( Close Up ), agar tidak selalu menampilkan
gambar proses pembuatan secara utuh namun juga butuh gambar yang diambil
secara detil ( Close Up ) pada bagian tertentu agar penonton lebih merasa tertarik
akan detil gambar yang disajikan.
Scene 5

A. Perbusan kain B. Pencucian kain


Gambar 10 Scene 5
Pada Scene 5 terlihat pada Gambar 10, menampilkan proses perebusan dan
pencucian kain batik motif tembakau. Pengambilan video ini menggunakan angle
kamera eye level, low angle, high angle, serta menggunakan beberapa jenis shots,
antara lain FS ( Full Shot ), ECU ( Extreme Close Up ), MCU ( Medium Close
Up ) agar tidak selalu menampilkan gambar proses pembuatan secara utuh namun
juga butuh gambar yang diambil secara detil ( close up ) pada bagian tertentu agar
penonton melihat akan detil gambar yang disajikan.
Scene 6

A. Baju batik motif tembakau B. Souvenir motif tembakau


Gambar 11 Scene 6
Pada scene 6 terlihat pada gambar 11, menampilkan berbagai jenis baju,
kain batik khas Temanggung, serta berbagai macam souvenir yang menggunakan
motif tembakau sebagai gambar motifnya. Pengambilan video ini menggunakan
angle kamera eye level, high angle serta menggunakan beberapa jenis shot, antara
lain, CU ( Close Up ), MS ( Medium Shot ), dan FS ( Full Shot ).
Scene 7

Gambar 12 Scene 7
Pada scene 7 terlihat pada Gambar 12, menampilkan testimoni dari Kabid
UMKM Kabupaten Temanggung mengenai motif batik mbakau, dan harapan
kedepan untuk motif batik mbakau agar lebih dikenal masyarakat. Pengambilan
video ini menggunakan angle kamera eye level, dan jenis shot MCU ( Medium
Close Up ), karena sering digunakan dalam kegiatan wawancara maupun pembaca
berita karena lebih bisa menampilkan profil atau sosok seorang yang direkam.
Scene 8

A. Berbagai jenis motif batik mbakau B. Tagline


Gambar 13 scene 8
Pada scene 8 terlihat pada gambar 13A, menampilkan pengrajin batik motif
mbakau dan beraneka ragam kain motif batik mbakau kesimpulan dan Gambar
13B menampilkan tagline sebagai pesan kepada penonton. Pengambilan video ini
menggunakan angle kamera eye level serta beberapa jenis shot, antara lain FS
( Full Shot ), MS ( Medium Shot ), dan CU ( Close Up ) yang bertujuan agar
penonton dapat melihat akan detil gambar yang disajikan.
Perancangan media
Film dokumenter “ Motif Batik Mbakau “ yang digunakan sebagai media
informasi batik khas Temanggung akan diserahkan kepada instansi pemerintahan
kabupaten Temanggung, UKM Center dan Dinas UMKM ( desperindagkop )
kabupaten Temanggung yang akan ditayangkan pada saat digelarnya event
kebudayaan, pameran, dan workshop.
Evaluasi
Setelah tahap perancangan selaesai, tahap selanjutnya adalah proses
evaluasi yang dilakukan dengan memperlihatkan film dokumenter “ Motif Batik
Mbakau “ kepada Dinas UMKM Kabupaten Temanggung, untuk mengetahui
kelayakan dari hasil perancangan film dokumenter “ Motif Batik Mbakau “ yang
akan digunakan sebagai media informasi batik khas Temanggung. Berdasarkan
evaluasi yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa film dokumenter yang
telah dirancang layak digunakan sebagai media informasi motif batik khas
Temanggung, karena dapat memberikan gambaran dan informasi kepada
masyarakat tentang awal mula motif batik mbakau, berbagai macam motif yang
dibuat, tahap dalam proses pembuatan motif batik mbakau, dan berbagai macam
jenis hasil olahan berupa baju ataupun souvenir dengan memanfaatkan tembakau
sebagai motif gambar utamanya.
Pengujian
Setelah proses evaluasi selesai, dilakukan pengujian film dokumenter “
Motif Batik Mbakau “ secara kualitatif dan kuantitatif.
Pengujian kualitatif pertama dilakukan kepada Ibu Ekowari Setyowati
selaku Kabid UMKM Kabupaten Temanggung dan didapatkan hasil bahwa film
dokumenter yang telah dirancang dapat memberikan informasi kepada penonton
dengan jelas mengenai awal mula motif batik mbakau khas Temanggung,
berbagai macam motif yang dibuat, tahap dalam proses pembuatan motif batik
mbakau, dan berbagai macam jenis hasil olahan berupa baju, potongan kain motif
batik mbakau, serta berbagai jenis souvenir dengan memanfaatkan tembakau
sebagai motif gambar utamnya, sehingga film dokumenter ini dapat digunakan
sebagai media informasi motif batik khas Temanggung.
Pengujian kualitatif kedua dilakukan kepada pengrajin motif batik mbakau
khas Temanggung dan didapatkan hasil bahwa film dokumenter yang telah
dirancang dapat memberikan informasi dengan jelas karena didukung visualisasi
gambar yang ditampilkan menarik serta narasi yang terdengar dengan jelas,
sehingga mempermudah masyarakat untuk mendapatkan informasi - informasi
tentang motif batik mbakau khas Temanggung.
Pengujian kedua yaitu secara kuantitatif, yang dilakukan dengan cara
menyebarkan kuesioner kepada 30 responden yang merupakan masyarakat
Temanggung.
Hasil dari kuisioner tersebut, kemudian dihitung menggunakan skala likert.
Skala Likert adalah suatu skala psikometrik yang umum digunakan dalam
kuesioner, dan merupakan skala yang paling banyak digunakan dalam riset berupa
survei. Pernyataan dalam skala likert, menentukan tingkat persetujuan terhadap
suatu pernyataan dengan memilih salah satu dari pilihan yang tersedia.[11].
Untuk menghitung jumlah skor dari tiap item pilihan jawaban yang dipilih,
digunakan rumus sebagai berikut.
Skor ( S ) = T x Pn
Keterangan
T = Jumlah Responden yang memilih
Pn = pilihan skor likert

Untuk menghitung persentase skor dari tiap jawaban dapat digunakan rumus
sebagai berikut.
Jawaban ( % ) = S / ∑s x 100

Keterangan :
S = Skor jawaban setiap item
∑s = Total jumlah skor item jawaban

Pengujian Kuisioner
Kuisioner diberikan kepada 30 responden yang merupakan masyarakat
Temanggung bertujuan untuk mengetahui tanggapan responden tentang informasi
yang disampaikan setelah responden melihat film dokumenter “ Motif Batik
Mbakau “. Hasil dari kuesioner dapat dilihat pada Tabel 5.

Tabel 5. Hasil kuisioner setelah melihat film dokumenter “ Motif Batik Mbakau “

Pilihan Jawaban
No Pertanyaan
A B C D E Σ
1 Setelah melihat Video, Apakah Anda lebih 2 23 5 0 0 30
mengetahui batik khas dari Kota Temanggung
2 Setelah melihat Video, Apakah Anda lebih 1 24 5 0 0 30
mengetahui motif batik mbakau Temanggung?
3 Setelah melihat Video, apakah anda mengetahui awal 4 21 5 0 0 30
mula penggunaan motif batik mbakau khas
Temanggung?
4 Apakah anda lebih mengetahui tentang 6 20 4 0 0 30
berbagaimacam hasil olahan ataupun kerajinan yang
memanfaatkan tembakau sebagai motif utamnyanya?
5 Menurut Anda, bagaimana kualitas pencahayaan dari 4 22 4 0 0 30
film dokumenter tersebut?
6 Menurut Anda, bagaimana visualisasi gambar dalam 7 20 3 0 0 30
film dokumenter ini?

7 Menurut Anda, apakah backsound dari film 10 20 0 0 0 30


dokumenter tersebut telah sesuai tema?
8 Apakah suara narasi yang terdapat pada film 9 17 4 0 0 30
dokumenter terdengar dengan jelas?
9 Menurut Anda, apakah dalam film dokumenter 5 23 2 0 0 30
tersebut sudah informatif ?
10 Menurut Anda, apakah pesan dari film dokumenter 2 25 3 0 0 30
tersebut telah tersampaikan dengan baik ?
11 Menurut Anda, apakah film dokumenter ini dapat 11 19 0 0 0
digunakan media informasi motif batik mbakau? 30

TOTAL 61 234 35 0 0 330

Presentase jawaban A = 61 x 5 /1346 x100% = 22.70% (Sangat Menarik)


Presentase jawaban B = 234 x 4/1346 x100% = 69.50% (Menarik)
Presentase jawaban C = 35 x 3/1346 x100% = 7.80% (Cukup Menarik)
Presentase jawaban D = 0 x 4/1346 x100% = 0.0% (Tidak Menarik)
Presentase jawaban E = 0 x 5/1346 x100% = 0.0% (Sangat Tidak Menarik)

Hasil Kuisioner
0% 0.00%
7.80%
22.70% Jawaban A
Jawaban B
Jawaban C
69.50% Jawaban D
Jawaban E

Gambar 14 Diagram hasil kuisioner setelah melihat film dokumenter “ Motif batik Mbakau “
Dari hasil pengujian kuisioner setelah melihat film dokumenter “ Motif
Batik Mbakau “, menunjukan persentase jawaban A = 22.70 % dan B = 69.50 %,
maka dapat disimpulkan bahwa film dokumenter “ Motif Batik Mbakau “ telah
sesuai untuk kebutuhan dalam penyampaian informasi dan pesan kepada
masyarakat dengan visualisasi, sinematografi, narasi, dan backsound yang
mendukung film dokumenter tersebut, sehingga perancangan film dokumenter ini
dapat digunakan oleh Dinas UMKM Kabupaten Temanggung dan UMKM Batik
Mbakau sebagai media informasi motif batik mbakau khas Temanggung.
Sedangkan 7.80 % responden menilai bahwa film dokumenter motif batik mbakau
cukup sesuai untuk kebutuhan dalam penyampaian informasi dan pesan kepada
masyarakat dari segi visualisasi, sinematografi, narasi, dan backsound yang
mendukung film dokumenter tersebut.

5. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian, perancangan, evaluasi serta pengujian film
yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa film dokumenter “ Motif Batik
Mbakau “ dapat memberikan informasi secara lengkap dan menarik. Perancangan
film dokumenter “ Motif Batik Mbakau “ dapat digunakan sebagai media
informasi sehingga mempermudah dalam menginformasikan dan mengenalkan
motif batik mbakau kepada masyarakat Temanggung ataupun masyarakat
Indonesia.
Film dokumenter ini masih dapat dikembangkan dan ditingkatkan kualitasnya.
Oleh sebab itu, didapatkan saran untuk menambah informasi - informasi yang ada
seiring dengan perkembangan motif batik mbakau khas Temanggung dan
memperbanyak variasi angle pada saat shooting.

6. Daftar pustaka
[1] Widodo. 1983. Batik Seni Tradisional. Jakarta: Penebar Swadaya
[2] Harian Kompas, 2012, keindahan Batik Tembakau,
(http://kompas.com/read/2012/09/01/22292146/Keindahan.Batik.Tembakau.)
diakses tanggal 13 April 2014
[3] Wardhani, Jauharsari, 2010, Upaya Peningkatan Apresiasi Batik Surakarta
Melalui Pembelajaran Menggunakan Audio Visual ( Gabungan Slide, dan
Film Dokumenter ) Pada Siswa Kelas X SMA 1 NEGERI SURAKARTA,
Surakarta: Universitas Sebelas Maret
[4] Adanta, Pama Felosia 2011, Perancangan Film Dokumenter Proses
Pembuatan Batik Tulis, Yogyakarta : Sekolah Tinggi Manajemen Informatika
dan Komputer AMIKOM
[5] Tinarbuko, Sumbo, 2012, Semiotika komunikasi visual. Yogyakarta: Jala
sutra.
[6] Sobur, Alex, 2006, Semiotika Komunikasi, Bandung : Remaja Rosdakarya
[7] Suyanto, 2004, Analisis dan Desain aplikasi multimedia untuk pemasaran,
Yogyakarta: Andi
[8] Effendi, Heru, 2002, Mari Membuat Film, Jakarta : Erlangga
[9] Junaedi, Fajar. 2011. Membuat Film Dokumenter, Yogyakarta : Lingkar
Media.
[10] Sarwono, Jonathan, 2007, Metode Riset untuk Desain Komunikasi Visual,
Yogyakarta : Andi
[11] Alfiana Hafidian, 2013, Skala likert sebagai Teknik evaluasi,
(http://edukasi.kompasiana.com/2013/06/12/skala-likert-568158.html)
diakses 5 juni 2014 12:00 WIB

Anda mungkin juga menyukai