Anda di halaman 1dari 11

PERANCANGAN BUKU ILUSTRASI ALBUM FOLKLORE

KARYA TAYLOR SWIFT BERJUDUL FOLKLORE BEYOND


IMAGINATION

Ujian Pengendali Mutu


Mata Kuliah
Metode Penelitian Desain
Semester Genap 2022/2023

Nama : Muhammad Fatir Fadilah


NPM : 202046500503
Kelas : R6I

PROGRAM STUDI DESAIN KOMUNIKASI VISUAL


FAKULTAS BAHASA DAN SENI
UNIVERSITAS INDRAPRASTA PGRI
2023
A. Definisi Album Folklore Karya Taylor Swift

Album Folklore adalah album studio musik karya Taylor Swift pada

tahun tanggal 24 Juli 2020. Album ini dirilis secara mengejutkan di masa

pandemi Covid 1. Memiliki genre indie folk album folklore sangat berbeda

dengan album pendahulunya yang bergenre pop dan country (Harrison,

2022:1). Album Folklore memiliki makna dalam bahasa indonesia yaitu folk

yang artinya rakyat dan lore yang artinya cerita atau kisah, maka Folklore

disebut juga sebagai cerita rakyat. Sesuai dengan nama albumnya, album

folklore memiliki total 16 lagu yang dimana masing- masing lagu berisikan

cerita fiktif rakyat yang dapat dinikmati oleh pendengarnya. Cerita fiktif

rakyat yang dikemas secara naratif dengan kemampuan lirik yang sangat

storytelling ini berhasil membuat banyak kritikus musik dan pendengar

berkenaan dengan cerita yang ada di dalam album tersebut. Folklore

diciptakan oleh Taylor Swift dibantu dengan beberapa rekannya yaitu, Jack

Antonoff, Aaron Dessner, Bon Iver dan William Bowery. Mereka terlibat

dalam pembuatan lirik, pembuatan instrument hingga menjadi kolaborator.

Menurut Fogarty (2021) Album Folklore adalah album sangat unik

karena berbeda dari album-album milik Taylor Swift sebelumnya, album ini

memiliki terobosan terbaru dengan lagu-lagunya yang bergenre indie folk.

Genre indie folk adalah genre musik yang menggabungkan elemen indie rock

dan folk musik (Muchsin, 2023:3). Album Folklore ini sangat kental dengan

instrumen akustik yang sederhana dengan diiringi berbagai instrumen yang

membangun mood atau atmosfer khusus sesuai dengan cerita yang ingin
disampaikan melalui lagunya. Perilisan album Folklore sendiri disambut

positif karena memicu perubahan signifikan bagi industri musik Amerika.

Taylor Swift di masa pandemi memiliki waktu luang yang banyak dan

menciptakan mahakarya ketika banyak musisi lain justru terpuruk akibat

pandemi Covid 19. Album yang dirilis secara mengejutkan tersebut meraih

banyak rekor di industri musik dunia salah satu pencapaian di masa pandemi

Covid 19 tahun 2020 adalah menjadi album dengan penjualan terbanyak

nomor satu selama 6 minggu berturut-turut dalam Billboard 200.

Gambar 1.
Folklore meraih peringkat 1 dalam Billboard 200 selama 8 minggu
Sumber: Chart data, Twitter

Adapun judul yang terdapat pada lagu-lagu di album Folklore

berdasarkan track 1 sampai 16 yaitu the 1, cardigan, the last great american

dynasty, exile, my tears richocet, mirrorball, seven, august, this is me trying,

illicit affairs, invisible string, mad woman, epiphany, betty, peace, hoax dan

bonus track yang berjudul the lakes. Lagu-lagu tersebut memiliki masing-

masing cerita dengan permasalahan yang berkenaan dengan realita kehidupan


rakyat maupun individu seperti permasalahan perselingkuhan, pertemanan

yang menyebabkan kekacauan eksistensi diri, kekuatan seorang wanita yang

tak terbayangkan, trauma masa kecil dan banyak isu sosial lainnya. Adanya

isu yang diangkat kedalam cerita dan lagu, membuat album Folklore ini

sebagai salah satu album favorit dari para penggemar dan kritikus musik di

Amerika. Menurut situs Metacritic.com yang merupakan tempat para kritikus

musik dan pengamat musik, album Folklore karya Taylor Swift mendapat

rating 88/100 dari 27 kritikus musik dan rating 9.0/10 dari 17506 pengguna di

tahun 2020.

Gambar 2.
Rating album Folklore karya Taylor Swift dari kritikus musik dan pengguna.
Sumber: Metacritic.com

B. Karakterisitik Album Folklore

Menurut Taylor Swift (2020) album folklore merupakan album musim panas

yang ia ciptakan untuk mengisi waktu luang di masa karantina pandemi covid 19.

Album folklore memiliki cover album yang berisikan foto dari sang musisi
berwarna hitam putih, dengan latar belakang pepohonan, tanaman dan kabut.

Nuansa hitam putih dan foto landscape yang bernuansa alam juga dapat ditemui

pada produk lain album ini seperti vinyl, cover cd, photobook dan photoshoot

yang Taylor Swift lakukan untuk promosi,

Gambar 3.
Cover album folklore
Sumber: laman Instagram Taylor Swift

Gambar 4.
Cover album folklore vinyl
Sumber: laman Instagram Taylor Swift

Album ini diciptakan oleh Taylor Swift yang menuangkan segala imajinasi,

keinginan, renungan, ketakutan dan mimpi ke dalam sebuah mahakarya audio


yang dapat dinikmati masyarakat di seluruh dunia. Menurut Taylor Swift,

(2020) album ini tidak hanya menulis lagu tentang dirinya tapi ia juga

menulis dengan perspektif lain seperti orang yang belum pernah ia jumpai,

pernah jumpai dan orang-orang yang ia harap tidak temui. Sang musisi

mendefinisikan cerita yang ada pada album folklore dalam sebuah surat yang

dapat dijumpai di album vinylnya, ia mengatakan “Sebuah cerita yang

menjadi cerita rakyat yang turun temurun dibisikkan pada setiap generasi,

bahkan dinyanyikan nantinya. Garis yang menghubungi fantasi dan kenyataan

menjadi samar sehingga batas antara kebenaran dan fiksi hampir menjadi hal

yang tak dapat dibedakan, spekulasi, fakta, mistis, dongeng, gossip dan

bahkan legenda”. Itulah mengapa lirik dalam tiap lagu ini sangat magis dan

juga metaforikal karena mengadaptasi berbagai cerita ke dalam berbagai

definisi yang sangat variatif dan kompleks.


Gambar 5.
Surat dari Taylor Swift dalam album vinyl.
Sumber: Billboard.com

Menurut pakar musik Chris Willman (2020) album folklore memiliki nuansa

dan tema yang sedikit merefleksikan “kita bisa melakukannya!” dan lebih banyak

“Bisakah kita melakukannya?” karena album ini condong pada refleksi renungan

dalam diri. Atmosfer yang dibawakan dalam album ini sangat mendukung

penghayatan karena iringan akustik, musik yang tenang dan aransemen sederhana

namun dramatis. Album ini sangat kuat secara sastra dan puitis, mendengarkan

dan menganalisis lirik-liriknya dapat membantu meningkatkan pemahaman

tentang bahasa, metafora dan cara pengahayatan dalam menulis lagu.


C. Nilai Lebih Album Folklore

Album Folklore ini memiliki nilai lebih yang sangat berbeda dengan

kebanyakan album lainnya. Album ini dapat disebut mahakarya karena telah

meraih banyak penghargaan musik. Pencapaian tertinggi album Folklore adalah

kemenangan pada nominasi album of the year di ajang musik bergengsi Grammy

Awards pada tahun 2021. Album folklore beberapa nilai lebih yaitu :

a. Nilai sastra

Lagu pada album Folklore menghasilkan pesan yang sangat mendalam

disampailkan melalui lirik dengan penggunaan perangkat sastra yang begitu

kompleks seperti adanya penggunaan majas metafora (Permana, dkk, 2021:9)

Lirik metafora pada lagu-lagunya akan berisikan berbagai macam kiasan namun

menjadi kesatuan cerita yang utuh. Metafora adalah cara menyatakan suatu frasa

yang dekat hubungannya dengan arti sebenarnya ke dalam suatu pembanding

atau persamaan (Perrine dalam Gustsa dan Laili, 2022:14). Seperti pada lirik di

lagu cardigan ada lirik metaforikal yang ditulis dengan baik, musisi lain biasanya

akan menulis dengan lirik secara langsung seperti “You Hurt me” yang dalam

bahasa indonesia artinya “Kau menyakitiku”, namun Taylor Swift dengan

kemampuan menulis lirik yang jenius membuat lirik seperti “You drew stars

around my scars, but now i’m bleeding” yang artinya dalam metafora “ Kau telah

menggambarkan bintang pada lukaku, namun justru aku berdarah” . Dengan

adanya lirik metafora dalam lirik lagunya yang naratif membuat atmosfer yang

sangat dramatis sehingga membuat para pendengarnya ikut terjun dalam

kesedihan yang mendalam. Selain bahasa figuratif metafora, Taylor Swift juga
menggunakan bahasa figuratif lain seperti simile, personifikasi, sinekdot,

apostropi, hiperbola dan metonomi (Gustsa dan Laili, 2022:15)

b. Nilai Moral

Album Folklore ini memiliki 17 lagu yang masing lagu-lagunya adalah suatu

cerita. Tiap cerita dalam album ini memiliki permasalahan, isu dan pesan yang

berbeda-beda. Dalam lagu-lagu ini pesan yang disampaikan sangat berkenan bagi

para pendengarnya karena mengangkat permasalahan dalam kehidupan sosial.

Nilai kehidupan yang diangkat dalam lagu-lagu Folklore perlu divisualisasikan

agar para pendengar dapat mendalami lagunya yang berkaitan dengan realita

kehidupan sosial. Permasalahan yang diangkat dalam lagu ini juga sangat spesifik

yang membuat orang menyadari bahwa ternyata ia adalah orang yang dimaksud

dalam lagu ini, permasalahan seperti penemuan jati diri, sulitnya menerima

kesalahan di masa lampau hingga hubungan rahasia terdapat dalam lagu-lagu di

album Folklore. Seperti contoh pada lagu mirrorball, Menurut Taylor Swift dalam

video dokumenter Folklore (2020) lagu ini bercerita tentang sesorang yang ingin

selalu menjadi pusat perhatian, menyinari orang disekitarnya, sehingga ia harus

menciptakan beberapa versi dirinya agar dapat diterima oleh beberapa kelompok

yang berbeda. Lagu mirrorball tersebut tentunya sangat relate bagi anak muda

yang sulit untuk menemukan jati dirinya sehingga yang dilakukan hanya

menyesuaikan dirinya pada situasi yang berbeda untuk mendapatkan validasi dari

orang lain.

c. Nilai Produksi
Pembuatan lagu-lagu dalam album ini tentunya memiliki perlakuan yang

berbeda, album yang diciptakan selama masa pandemi Covid 19 mengharuskan

Taylor Swift berdiskusi dengan para partner kerja lainnya secara online atau

remote. Melalui video dokumenter “Folklore : Long Pond Studio Session” (2020)

Taylor Swift menyebutkan orang lain yang terlibat dalam pembuatan album ini

diantaranya adalah Aaron Dessner dari band The National yang membantu

pembuatan lirik dan instrumen, Jack Antonoff selaku produser serta Justin Vernon

dari Bon Iver yang menjadi kolaborator. Keterbatasan yang mereka alami di masa

pandemi mengharuskan mereka mengerjakan album Folklore secara online karena

peraturan social distancing, dalam proses pembuatannya Taylor Swift akan

merekam suaranya di studio rumahnya yang berada di Los Angeles, sedangkan

Aaron Dessner mengerjakan instrumen melalui rumahnya di Upstate, New York,

begitu juga dengan Justin Vernon dan Bon Iver yang melakukan hal serupa.

Pembuatan album Folklore yang cukup menyulitkan tersebut ternyata membuat

mereka menciptakan album yang sangat mendalam karena proses pembuatan yang

tidak terburu-buru dengan waktu senggang yang lebih banyak pada saat semuanya

melakukan masa karantina. Masa karantina Covid 19 justru menjadi masa

produktif mereka yang menguntungkan untuk mengerjakan album tersebut,

dengan memanfaatkan masa karantina inilah yang membuat album Folklore

dikerjakan dengan sangat rapih sehingga tiap alunan lagunya memiliki kualitas

yang baik dari segi suara maupun naratif lirik yang dikembangkan.
DAFTAR PUSTAKA

Fogarty, M., & Arnold, G. (2021). Are you ready for it? Re-evaluating Taylor
Swift. Contemporary music review, 40(1), 1-10.

Gustsa, F., & Laili, E. N. (2022). AN ANALYSIS OF FIGURATIVE


LANGUAGE IN TAYLOR SWIFT’S FOLKLORE ALBUM. TEFLICS:
Teaching English as Foreign Language, Literature and Linguistics, 2(2), 12-
14.

Harrison, C., & Ringrow, H. (2022). Disnarration and the performance of


storytelling in Taylor Swift’s folklore and evermore. International Journal of
Literary Linguistics, 11(1).

Philip Gustsa, F., & Laili, E. N. (2022). AN ANALYSIS OF FIGURATIVE


LANGUAGE IN TAYLOR SWIFT’S FOLKLORE ALBUM. TEFLICS:
Teaching English as Foreign Language, Literature and Linguistics, 2(2), 12-
14.

Permana, I. P. A., Ardiantari, I. A. P. G., & Sari, P. I. C. M. (2021).


INTERELASI PENGGUNAAN METAFORA DAN CITRAAN DENGAN
PENGGUNAAN SIMBOL DALAM LAGU CARDIGAN OLEH TAYLOR
SWIFT DALAM ALBUM FOLKLORE. In Prosiding Seminar Nasional
Linguistik dan Sastra.

Peters, B. & Allen, R. (Produser) Swift, Taylor (Sutradara). (2020). Folklore :


Long Pond Studio Session [Video Dokumenter]. Disney+Hotstar.

Willman, Chris. (2020). Taylor Swift’s ‘Folklore : Album Review. Variety.com

Anda mungkin juga menyukai