Anda di halaman 1dari 5

[FILSAFAT NUSANTARA]

Volume 1 Nomor 1 2022


e-ISSN : 0000-0000

Analisis Ikonografi Patung “Garuda Wisnu Kencana” Karya I


Nyoman Nuarta
[Calibri, 14pt, Capitalize Each Word]
]
Yuliana Aulia Riananda1
Universitas Indraprasta PGRI1
yulianaauliar@gmail.com
]
]

Article History
accepted xx/xx/xxx approved xx/xx/xxx published xx/xx/xxx

]
]
Abstrak
]
Patung Garuda Wisnu Kencana karya I Nyoman Nuarta merupakan salah satu ikon
terpopuler sebagai objek wisata yang ada di Indonesia. Menurut Sumanto seni adalah
hasil proses kerja dan gagasan manusia yang melibatkan keterampilan, kreativitas,
kepekaan indera, kepekaan hati, dan pikiran untuk menghasilkan suatu karya yang
memiliki kesan indah, selaras, bernilai seni dan lainnya. Tedjowirawan (2019) juga
mengungkapkan Dalam khasanah kesejarahan raja-raja Jawa Timur, raja yang didarmakan
sebagai dewa Wisnu adalah Darmawangsa Teguh dari kerajaan Kahuripan, profilnya
dipatungkan sebagai Wisnu yang mengendarai burung garuda. Penelitian ini menggunakan
metode pendekatan kualitatif yang bersifat deskriptif. Serta menggunakan teori
interprestasi ikonografi. Interpretasi dilakukan dengan cara menggali informasi-informasi
yang dihadirkan dalam sebuah karya estetik yang merupakan bagian dari proses analisis
baik dari segi bentuk maupun warna.
]
Kata kunci: Seni, Patung, Dewa Wisnu
]
]
This work is licensed under a CC-BY-NC
]
]
PENDAHULUAN
]
Seni rupa merupakan cabang seni yang diungkapkan dan diciptakan melalui media rupa
(visual) yang tentunya dapat dilihat oleh mata dan biasanya dapat pula dirasakan melalui
rabaan. Menurut Sumanto seni adalah hasil proses kerja dan gagasan manusia yang
melibatkan keterampilan, kreativitas, kepekaan indera, kepekaan hati, dan pikiran untuk
menghasilkan suatu karya yang memiliki kesan indah, selaras, bernilai seni dan lainnya.
Adapun contoh dari seni rupa secara konkret seperti, lukisan, patung, desain pakaian,
kerajinan tangan, dsb. Salah satu contoh dari seni rupa yang akan di analisis yakni patung GWK
atau patung Garuda Wisnu Kencana karya I Nyoman Nuarta.

1
Analisis Ikonografi Patung “Garuda Wisnu Kencana” Karya I Nyoman Nuarta
Yuliana Aulia Riananda (© 2022)

I Nyoman Nuarta adalah seorang pematung Indonesia kelahiran 14 November 1951 dan
salah satu pelopor Gerakan Seni Rupa Baru (1976). Ia merupakan lulusan Institut Teknologi
Bandung yang bergelar sarjana seni rupa. Salah satu karyanya yang paling apic yakni patung
Garuda Wisnu Kencana yang memiliki proses waktu yang sangat lama, mulai dari tahun 1989
hingga di resmikannya pada tahun 22 september 2018 oleh presiden Jokowi Dodo. Tak hanya
menenarik dimata, patung Garuda Wisnu Kencana mempunyai nilai dan filosofis yang
mendalam. Profil garuda, sebagai burung dewata sudah menjadi wacana yang paling populer
di dalam kesejarahan bangsa Indonesia. Muncul sebagai sosok yang perwira pada cerita
Ramayana yang dikenal dengan sosok profil burung Jatayu (I Wayan Agus Gunada. 2020).
Selain itu, profil profil burung garuda juga terpahatkan pada dinding candi secara
dekoratif, menjadi inspirasi subur para pematung tradisional di Bali. Apabila menilik secara
lebih dekat, bahwa keberadaan relief pada dinding candi secara spesifik ada pada cerita
Garudia yang dipahatkan pada candi Kidal di Malang Jawa Timur. Cerita ‘garudia’ dalam sastra
kuno dipaparkan oleh Zultmuder dalam bukunya berjudul Kalangwang. Sebuah kisah yang
mengemukakan pertikaian dua wanita istri Vyasa yang bernama Winata dan Kadru.
Pitaloka, Siswanto, and Martutik (1994) mengungkap bahwa Garudia bertalian erat
dengan cerita Samodramantana atau Amretamantara. Amretamantara merupakan salah satu
episode cerita yang terdapat dalam Adiparwa, yaitu bagian pertama dari wiracarita
Mahabrata. Pokok kisah tersebut berkenaan dengan keluarga Viyasa, tepatnya kisah
ganeologis Vyasa (Byasa) dengan kedua istrinya, beserta kejadian dramatik seputar anak
keturunan keduanya. Kedua istrinya bernama Winata dan Kadru. Tedjowirawan (2019) juga
mengungkapkan Dalam khasanah kesejarahan raja-raja Jawa Timur, raja yang didarmakan
sebagai dewa Wisnu adalah Darmawangsa Teguh dari kerajaan Kahuripan, profilnya
dipatungkan sebagai Wisnu yang mengendarai burung garuda.
Keberadaan patung ini dapat dimaknai sebagai sebuah komplementer yang bersifat
simbolik, antara Garuda dan Wisnu. Komplementer ini tentunya memiliki nilai-nilai idiologis,
yaitu kekuatan dasar falsafah yang menyangga sebuah upaya kesejahtraan. Karena Dewa
Wisnu adalah dewa pemelihara dunia. Maka tidak mengherankan jika falsafat negara kita
dibentuk melalui representasi simbolik burung garuda.
Sebagai karya seni yang memiliki tinggi sekitar 121 meter dari permukaan tanah dan
271 meter dari permukaan laut, menjadikan patung ini sebagai karya seni yang spektakuler
hingga menjadi salah satu patung tertinggi ke tiga didunia mengalahkan Patung Lieberty di
Amerika Serikat. Hal ini tentunya menjadi kebanggaan bagi bangsa Indonesia karena memiliki
ikon seni yang menjadi daya tarik dunia. Selain itu, masyarakat Pulau Dewata menganggap
keberadaan Garuda Wisnu Kencana dapat meningkatkan kunjungan wisatawan ke Pulau Bali.
Adapun tujuan penelitian ini adalah menggali makna-makna dibalik patung Garuda
Wisnu Kencana karya I Nyoman Nuarta dengan mendeskripsikan secara simiotis menggunakan
pendekatan interpretasi Ikonografi.
]
]
METODE
]
Penelitian ini menggunakan metode teori interprestasi Ikonografi pendekatan
kualitatif yang bersifat deskriptif. Metode ini digunakan untuk mengetahui tentang interpretasi
makna yang di lihat dari fakta yang ada, interpretasi tersebut melihat dari sisi emosional
maupun dari latar belakang pada patung Garuda Wisnu Kencana karya I Nyoman Nuarta.
Interpretasi ini dilakukan dengan cara menggali informasi-informasi yang dihadirkan dalam
sebuah karya estetik yang merupakan bagian dari proses analisis baik dari segi bentuk maupun
warna. Menurut Marianto (2002:4) memaparkan bahwa informasi yang dikumpulkan dari

2
Analisis Ikonografi Patung “Garuda Wisnu Kencana” Karya I Nyoman Nuarta
Yuliana Aulia Riananda (© 2022)

proses pembedahan secara detil dari karya seni yang bersangkutan, hal ini bisa dikatakan
internal information/informasi internal. Sedangkan segala informasi yang berasal dari luar
karya seni yang bersangkutan disebut juga eksternal.
Adapun sumber pada penelitian ini dapat di peroleh melalui teknik kepustakaan yaitu
studi literatur pada jurnal, buku, dan artikel, serta website yang dianggap relevan sebagai
penguat temuan peneliti pada aspek yang terdapat pada patung Garuda Wisnu Kencana karya
I Nyoman Nuarta.
]
]

HASIL DAN PEMBAHASAN


]
Hasil dalam penelitian yang berjudul “Analisis Ikonografi Patung “Garuda Wisnu
Kencana” Karya I Nyoman Nuarta akan dipaparkkan secara detail pada bagian ini. Sumber data
di peroleh dari artikel atau jurnal yang relevan yang berkaitan dengan penelitian ini.

Gambar 1. Patung Garuda Wisnu Kencana

Patung Garuda Wisnu Kencana berlokasi di Bukit Unggasan, Jimbaran, Bali. Patung ini
tidak hanya menjadi karya seni saja, melaikan menjadi sebuah monument yang di kembangkan
sebagai taman budaya dan menjadi ikon pariwisata di Bali.

Patung tersebut berwujud Dewa Wisnu yang dalam agama Hindu adalah Dewa
Pemelihara (Sthiti), mengendarai burung Garuda. Tokoh Garuda dapat dilihat di kisah Garuda
& Kerajaannya yang berkisah mengenai rasa bakti dan pengorbanan burung Garuda untuk
menyelamatkan ibunya dari perbudakan yang akhirnya dilindungi oleh Dewa Wisnu. pada
pembahasan ini terdapat dua objek yang akan dianalisis yakni Dewa Wisnu dan Garuda.

1. Dewa Wisnu

Dalam agama Hindu, lazimnya Dewa Wisnu dipandang memiliki tugas khusus sebagai
dewa pelindung keselamatan manusia dan alam semesta (Gonda, 1954:120). Sebagai dewa
pelindung (bhatr-) seperti disebutkan di dalam beberapa kitab Purana, Wisnu terjun langsung
ke dunia dalam wujud aubtara. untuk menyelamatkan kebaikan, memelibara dunia dari

3
Analisis Ikonografi Patung “Garuda Wisnu Kencana” Karya I Nyoman Nuarta
Yuliana Aulia Riananda (© 2022)

kebudayaannya, menghancurkan pelaku kejahatan, serta menegakkan dharma di dunia


(Gonda, 1954:125). Di India yang paling menonjol adalah dasaufrtara yang berkaitan dengan
tugas Wisnu menghancurkan berbagai rintangan perputaran dunia di dalam 10 macam
peristiwa. Dalam filsafat Hindu Waisnawa, Dia dipandang sebagai roh suci sekaligus dewa yang
tertinggi. Dalam filsafat Adwaita Wedanta dan tradisi Hindu umumnya, Dewa Wisnu dipandang
sebagai salah satu manifestasi Brahman dan enggan untuk dipuja sebagai Tuhan tersendiri
yang menyaingi atau sederajat dengan Brahman.
Dalam kitab Purana, Dewa Wisnu digambarkan sebagai dewa yang mempunyai warna
kulit hitam-kebiruan atau biru gelap, berlengan empat dan masing – masing memegang gada,
lotus, sangkala, dan chakra. Dari penjelasan tersebut hal yang paling identik dengan Dewa
Wisnu yakni memegang senjata cakra dan berkulit biru gelap.

2. Garuda

Sedangkan garuda merupakan kendaraan atau wahana dari Dewa Wisnu dalam agama
Hindu. Wujudnya digambarkan dengan tubuh manusia dan wajahnya seperti burung. Garuda
melambangkan pikiran, sehingga keberadaannya bersama Dewa Wisnu menjelaskan bahwa di
dunia tidak ada hal yang lebih cepat dari pikiran. Selain itu, Garuda menyimbolkan matahari
atau surya, seperti halnya dengan Dewa Wisnu yang disetarakan dengan matahari. Upaya
Dewa Wisnu melakukan Triwikrama, yakni tiga langkah menguasai dunia, dianggap mewakili
perjalanan matahari mengedari bumi: terbit, kumulasi, dan terbenam.
Dalam mitologi Hindu, garuda memiliki sejarah dimana ia berhasil membebaskan ibunya
dari cengkraman perbudakan. Simbol garuda juga diketahui dijadikan sebagai lambang
beberapa kerajaan hindu di masa lalu.

Proses Pembangunan Patung Garuda Wisnu Kencana

Dibalik karya seni yang ikonik ini, patung Garuda Wisnu Kencana dalam
pembuatannya mengalami proses yang panjang. Pembangunan patung ini
membutuhkan banyak sekali material dan pekerja. Terdapat setidaknya 1000 pekerja
yang terlibat dalam pembangunan patung Garuda Wisnu Kencana yang kemudian
dibagi dua. Di Bandung terdapat 400 pekerja, sedangkan di Bali terdapat 600 pekerja.
Patung ikonik di Bali ini tidak dibuat dalam waktu singkat. Butuh waktu lama
untuk bisa melihat keindahan patung Garuda Wisnu Kencana seperti saat ini. Proses
pembangunan patung GWK memakan waktu sampai 28 tahun.
Pembangunan patung GWK pertama kali digagas pada tahun 1989. Pada waktu
itu Nyoman menuangkan ide pembuatan patung tersebut bersama Menteri Pariwisata,
Pos, dan Telekomunikasi Joop Ave, Menteri Pertambangan dan Energi IB Sudjana, serta
Gubernur Bali Ida Bagus Oka.
Setahun berikutnya proyek ini pun disetujui oleh Presiden Soeharto. Namun,
proses simulasi peletakan batu pertama patung ini dilaksanakan pada 2013 sudah
berdiri dengan lengkap.

]
]
SIMPULAN
]
Simpulan ditulis sepanjang 200 kata.

4
Analisis Ikonografi Patung “Garuda Wisnu Kencana” Karya I Nyoman Nuarta
Yuliana Aulia Riananda (© 2022)

]
]
DAFTAR PUSTAKA
]

Anda mungkin juga menyukai