Abstract—Prajnaparamitha is a statue form of the sebagai makhluk yang feminim, atau matriarki penuh
Bodhisattwadewi from ancient Java which famous as a misteri, namun terdapat asumsi bahwa wanita adalah
representation of Ken Dedes. This statue was estimated makhluk yang memiliki sifat lembut, sabar, elok , dan
from the 13th century in the era of Singhasari Kingdom. beberapa sifat kefeminiman lain yang jarang ditunjukkan
Prajnaparamitha statue is one of the best masterpieces as a wanita. Apabila berpijak pada persepsi filosofis yang
classic figurative statue in Hindu-Budha Indonesia which menempatkan peran wanita sekadar sebagai kanca
can represents Javanese women who is graceful and full of wingking (istri yang pekerjaannya cuma di dapur dan
symbolic value of women’s life in Java land. The statue’s sumur), isi-sining omah (istri sebagai pelengkap dalam
visual characteristics and historical-philosophy values that
rumah tangga ) tersebut sesungguhnya sangat
contained in it has to be the idea of Javanese women’s life
symbolism representation in post-modern batik artwork.
bertentangan dengan kearifan masyarakat Jawa
(Adji&Achmad, 2018:12).
In this research, the art method of creation that is Wanita Jawa pada masa Hindu-Buddha tampak
adopted in the process of making post-modern batik memiliki posisi yang sama dengan kaum pria. Tengok saja
artwork is a theory from SP. Gustami which consisted of seperti, penguasa wilayah Lasem pada masa Majapahit,
several phases. kelima rajanya yang pernah memerintah di Lasem
seluruhnya wanita (Rahardjo, 2001 ). Selain itu, tampak
The main phase basically begins from (1) Exploration is
an activity of exploring ideas or digging ideas that will
penguasa ketiga Majapahit yang memerintah antara tahun
produce art themes and concepts, in this case, researcher is 1328-1351 yang merupakan seorang putri dari Raden
going to study the idea sources from various literatures. The Wijaya dan Gayatri, ia adalah Tribhuwana Tunggadewi.
next phase (2) Planning that will visualize the ideas to be the Berdasarkan Nagarakertagama, Tribhuwana naik tahta
first shape of prototype, then it will produce visual ideas atas perintah ibunya (Gayatri).
and some aspects that includes the concept and form of Telah banyak disinggung berbagai aspek wanita Jawa
artwork.
dalam naskah-naskah Jawa kuna, diantaranya aspek
And the last phase is (3) the form of artwork which
kesetiaan, seperti kisah Sri Tanjung yang diceritakan
based on philosophical values or the meaning of its artwork. sebagai seorang istri yang setia terhadap suaminya
There are three prototypes of post-modern batik artwork (Sidapaksa) meski harus rela terbunuh untuk
that divided into three titles (1) Dadi Wong Wadon, that membuktikan kesetiannya (Susetyo, 2002). Wanita bukan
express the Javanese women’s life symbol which is having sekedar teman laki-laki semata, kehadiran wanita
some philosophical values based on her life; (2)Sacrifice, is memberi ketenangan, kehangatan, dan ketentraman
about representation of journeys and struggles by a duniawi. Di dalam mitologi Jawa, wanita pada tatanan
Javanese woman in her life; (3) Pandonga Kagem Biyung, sosial Jawa adalah simbol-simbol dari makhluk-makhluk
as a representation of the child’s devotion to mother as a yang menjaga kehidupan dan mengamankan keadaan
woman figure in Javanese women’s life. selamat (Permanadeli, 2015). Di Jawa, kehidupan wanita
selalu bisa direpresentasikan sebagai makhluk yang
Keywords—Symbolism, Woman, Javanese, Batik, Post- berusaha memperjuangkan dan menyeimbangkan
Modern berbagai situasi kehidupannya dalam keluarga.
Jika dipahami betul kedudukan wanita dalam struktur
I. PENDAHULUAN
kehidupan di masyarakat Jawa. Wanita memegang
Perbincangan mengenai peradaban sejarah kehidupan peranan penting dalam suatu praktik masyarakat.
manusia di tanah Jawa, khususnya kaum wanita sering Layaknya kutipan yang sering dilontarkan oleh
kali digambarkan sebagai kaum yang dikekang, feminim, masyarakat Jawa yaitu, wong wedok kuwi kudu srawung,
bahkan tidak berdaya. Wanita yang sering dianggap wanita itu harus terus belajar menyatukan dirinya dalam
280
masyarakat. Wanita harus terus mengolah, mempertajam produk kultural yang terlihat berbeda dari produk kultural
kepekaan feminimnya untuk mendapatkan dan modern saat itu terlihat memberi teori baru pada
mempertahankan tempat wanita dalam masyarakat Jawa perkembangan seni saat ini. Dimana proses penggalian ide
(Permanadeli, 2015). karya, pemanfaatan teknik dan medium penciptaan yang
baru akan melahirkan produk karya seni/artefak dengan
Setiap sejarah akan melahirkan berbagai artefak serta gaya yang baru serta lebih artistik.
babad yang diperoleh dari penemuan-penemuan para ahli
purbakala. Hasil-hasil kebudayaan khususnya dalam
bentuk seni rupa yang ditinggalkan diantaranya berupa II. METODE PENELITIAN
candi, arca, relief dengan berbagai bentuk kisah yang Penciptaan seni sebagai disiplin ilmu yang
diceritakan di dalamnya. Berbagai bentuk candi, arca, dan mengekspresikan dan merumuskan pengetahuan yang
relief yang dihasilkan pada zaman Hindu/Budha banyak diwujudkan secara empiris dan simbolik, dengan rumusan
tersebar di penjuru pulau Jawa (Hariyanto, 2009:42). Di pengetahuan mengenai; (1) teknis artistik, (2) bentuk-
tanah Jawa sendiri, berbagai temuan artefak peninggalan bentuk artistik, dan (3) keterampilan untuk
masa Hindu/Buddha utamanya berupa arca banyak mewujudkannya, serta (4) pengetahuan tentang isi yang
tersebar di berbagai situs peninggalan bersejarah. melekat pada realitas teknis dan bentuk artistik, yaitu
Dilihat dari sejarah yang melatarbelakangi pengetahuan tentang nilai-nilai (Djatiprambudi, 2017:25).
perkembangan kerajaan-kerajaan besar di Nusantara, Metode dalam perwujudan karya seni atau penciptaan seni
terutama di Jawa Timur, terdapat sebuah kerajaan yang sebagai ekspresi pengetahuan mengenai berbagai objek
mengalami masa kejayaan dan diperkirakan berada di yang terpilih, yaitu objek yang dirasakan kehadirannya di
daerah Singosari, Kabupaten Malang. Letak geografis hadapan kesadaran seniman, kemudian diekspresikan
pusat kerajaannya yang berada di Malang memberi asumsi dengan medium terpilih, dalam formulasi artistik yang
pada khalayak mengenai cerita-cerita sejarah kerajaan bersifat empiris dan simbolik yang terpilih pula (Sunarto,
yang lekat dengan masyarakat Malang dan sekitarnya. 2013:13). Metode penciptaan yang digunakan dalam
Sosok Ken Dedes (baca: Dêdês) sebagai seorang putri penelitian ini yaitu mengadopsi teori penciptaan seni dari
Jawa kuna yang dipandang sangat cantik jelita sudah SP. Gustami yang terdiri dari beberapa tahapan. Tahap
bukan barang baru lagi. Tokoh Ken Dedes dimetaforakan pertama yang dapat dilakukan dalam kegiatan penciptaan
sebagai Mayadewi, ia adalah ikon dari seorang dewi seni yaitu eksplorasi dimana dilakukan kegiatan
sempurna yang melahirkan tokoh agung pembawa ajaran penjelajahan atau menggali ide yang kemudian akan
Buddha Mahayana (Munandar, 2011:8). menghasilkan tema, ide dan/atau konsep karya. Pada
tahap ini kegiatan dimulai dengan mengkaji sumber,
Berangkat dari berbagai sumber mitos maupun sejarah mempelajari sumber ide dari berbagai literasi. Melalui
yang menceritakan tentang kecantikan putri Mpu Purwa, pendekatan umum ke khusus, dari proses penentuan ide
Ken Dedes yang digambarkan dalam wujud kesenirupaan umum berupa kajian wanita Jawa hingga mengerucutnya
yaitu berupa artefak arca sebagai sosok wanita yang cantik pada pemilihan salah satu arca wanita terbaik Jawa kuno
rupanya dan berornamen megah yang melekat pada yang dapat menjadi representasi dari ide umum tersebut.
tubuhnya layaknya seorang dewi. Roman mukanya tenang Ide yang dikembangkan berdasarkan sumber literasi
dan pandangan mata terpusat pada satu arah (Indradjaja, dengan saling berhubungan secara logis memudahkan
2017:111). Arca perwujudan Bodhisattwadewi untuk mengekstraksi aspek nilai yang menjadi aspek
(bodhisattwa wanita) yang paling terkenal dari Jawa Kuna konten karya seni tersebut (Kartika, 2016:76). Tahap
ini diperkirakan berasal dari abad ke-13 Masehi pada era selanjutnya yaitu tahap perancangan yang akan
kerajaan Singasari (Luknanto, ___). Ketika dijumpai di menghasilkan gagasan visual dari konsep karya dan ide
area perkomplekan candi Singasari, arca Dewi ini tampak menjadi suatu bentuk mula-mula prototype dengan
tanpa kepala dengan sikap duduk (vajrasana) dan sikap memanfaatkan sket-sket alternatif dan sket terpilih sebagai
tangannya yang membentuk putaran roda kehidupan acuan visualisasi karya. Pada tahap akhir yaitu
(dharmacakramudra). Berbagai ornamen megah yang perwujudan karya yang diperoleh dari penemuan rumusan
melekat pada tubuh arca ini membuktikan bahwa konsep karya sebagai dasar representasi nilai-nilai
kesohoran Ken Dedes semakin kuat melalui wujud visual. filosofis mengenai makna karya serta terpilihnya tiga sket
utama sebagai acuan visualisasi prototype karya. Di dalam
Keartistikan visual arca dan historisitas dibalik kisah
tahap perwujudan karya seni ini sama seperti proses
Ken Dedes tersebut hadir sebagai salah satu keagungan
pembuatan batik pada umumnya, yaitu dengan diawali
atau kemegahan dari simbolisme wanita Jawa saat itu
proses nyorek hingga proses pelorodan.
hingga kini. Representasi simbol-simbol keagungan
wanita Jawa tersebut hadir dalam batik bergaya post-
modern sebagai sasaran penelitian ini. Ide penciptaan III. HASIL DAN PEMBAHASAN
batik yang merepresentasikan berbagai simbol dalam Sejak era klasik atau pramodern dahulu telah banyak
wanita Jawa tersebut memberikan nafas baru pada terlahir karya-karya visual yang mencoba
penciptaan seni saat ini untuk dapat menggali ide-ide lokal merepresentasikan semangat jaman terdahulu. Berbagai
yang kaya akan nilai artistik dan simbolis. karya visual yang melatarbelakangi kejayaan suatu
Perkembangan postmodernisme sendiri memberikan kerajaan atau sebuah bentuk pendharmaan para raja dan
pemahaman baru pada para kreator seni sebagaimana prameswari tersohor kala itu menjadi sebuah artefak yang
cenderung memperlakukan gaya sebagai suatu bentuk artistik dan sarat akan nilai-nilai simbolis didalamnya.
eklektikisme, yaitu kombinasi berbagai gaya dari berbagai Berangkat dari berbagai peninggalan artefak tersohor
seniman, periode, atau kebudayaan, dan meramunya terdahulu, memberi semangat atau sokongan spiritual
menjadi satu gaya baru (Piliang, 2003:184). untuk para kreator atau perupa di masa kini sebagai
Postmodernisme yang lazim dianggap merujuk pada referensi dalam proses kekaryaannya.
281
Di era post-modern seperti saat ini, cukup banyak yaitu semacam aura yang melingkupi jiwa dan jasmani
terlahir berbagai karya visual yang berusaha mengadopsi seseorang sebagai manusia pilihan (Suwandono,
cerita-cerita bersumber dari catatan masa lalu (naskah 2007:142). Arca Prajnaparamita dipilih sebagai salah satu
kuno) atau dari sumber verbal yang turut berkembang di sumber kajian ide karena arca tersebut selain memiliki
masyarakat kala itu hingga kini (sumber mitos). Sumber visual yang artistik juga terdapat berbagai nilai simbolis
mitos yang tumbuh dan berkembang di lingkungan para yang dapat merepresentasikan simbolisme wanita Jawa.
kreator atau perupa memudahkan dalam menggali
berbagai data visual, tekstual, dan verbal sebagai referensi Di Jawa, konsep “wani ing tata” adalah konsep luhur
visual karyanya, serta bentuk penggalian pengalaman yang menempatkan wanita sebagai makhluk yang
estetik. Melalui proses penggalian sumber ide, diperoleh
memiliki posisi terhormat dan bermartabat (Jati,
tema dan konsep karya yang memvisualisasikan
representasi simbolisme wanita Jawa yang berangkat dari 2015:43). Pada kenyataan sehari-hari, wong wedok kuwi
salah satu arca masterpiece Jawa kuno yaitu Arca kudu srawung, artinya wanita harus terus belajar
Prajnaparamitha. menyatukan dirinya dalam dunia Jawa (Permanadeli,
2015:106). Wanita harus terlibat dalam kehidupan Jawa
(yaitu kehidupan sosial dan ritual) dan ia harus
bertanggung jawab mengatur kehidupannya dalam
keluarga. Berdasarkan mitologi Jawa, tempat laki-laki
dan wanita ditata menurut sistem kosmologinya. Prinsip
utama yang ditekankan adalah keselarasan, harmoni dan
keseimbangan dalam hubungan antara jagad gedhe
(makrokosmos) yang berpusat pada Tuhan dan jagad cilik
(mikrokosmos) yang berpusat pada kehidupan itu sendiri.
Pandangan ini menekankan pada keselarasan,
ketentraman batin, dan keseimbangan yang beriringan
dengan sikap nrima (menerima) atas segala peristiwa
yang terjadi (Nugroho, 2015:14).
282
pertama yang bertajuk “Dadi Wong Wadon”, kreator perhatian sepantasnya dalam sistem keluarga maupun
menghadirkan sosok wanita yang merepresentasikan masyarakat.
eksistensi „ibu‟ atau „wanita utama‟ dalam karya. Peran
wanita yang selalu berusaha mempertahankan
keseimbangan batin, menonjolkan dimensi feminin,
seperti kekuatan untuk berempati dan berintuisi hadir
dalam isi (nilai) pada karya tersebut. Perwujudan objek
„wanita‟ yang hadir berdasarkan imajinasi kreator yang
berangkat dari visual wanita Jawa sebagai simbol.
283
Visualisasi karya “Pandonga Kagem Biyung” tersebut
memberikan esensi sebuah harapan dan doa-doa dari sang
anak kepada sosok „ibu‟ yang rela, berkorban demi
keluarga dan masyarakat agar selalu dilimpahkan
keberkahan, kesejahteraan dari Sang Khalik. Pemilihan
objek utama berupa garuda ialah berangkat dari sumber
mitos masa lampau mengenai cerita pengorbanan
Garudeya untuk membebaskan sang ibu kandung dari
kekejian ibu tirinya. Setidaknya dari salah satu narasi
lampau yang tergambar pada relief Candi Kidal tersebut
merepresentasikan bukti pengorbanan bakti seorang anak
kepada ibunya.
IV. KESIMPULAN
Seperti yang telah diketahui, di era post-modern
semacam ini perlunya inovasi-inovasi dalam hal
penciptaan karya yang berangkat dari kajian sumber
mitos terdahulu memberikan spirit tersendiri dalam
kehadiran karya tersebut. Berangkat dari sumber mitos
yang berkembang dan lekat dalam masyarakat Jawa,
yaitu mengambil topik utama pada wanita Jawa
memberikan kekayaan spiritual bagi para penikmat atau
si kreator itu sendiri. Nilai-nilai kearifan wanita Jawa
yang masih dipegang teguh hingga saat ini berdasar
prinsip utama kehidupan Jawa yang selaras, seimbang
dan harmoni dalam hubungan antara makrokosmos dan
mikrokosmos.
284
[4] Gustami, SP. (2007), Butir-Butir Mutiara Estetika Timur: Ide Religi dan Ikonografi. Jurnal Berkala Arkeologi, 2007(1), 127-
Dasar Penciptaan Seni Kriya Indonesia, Yogyakarta: Prasista. 154.
[5] Hariyanto, 2009. Sejarah Kebudayaan Indonesia. Malang:UM [15] Susetyo, S. (2002). Pandangan Masyarakat Jawa Tentang
Press. Perkawinan dari Masa Jawa Kuna hingga Kini (Berdasarkan
[6] Indradjaja, Agustijanto. 2017. Penggambaran Ideal Perempuan Karya Sastra dan Relief). Amerta, 22, 84–98.
Jawa Pada Masa Hindu-Budha. Jurnal Purbawidya, 6(2), 105- [16] Zoetmulder, PJ. 2004. Kamus Jawa Kuno Indonesia.
116. Jakarta:Gramedia.
[7] Jati, Wasisto, R. 2015. Wanita, Wani Ing Tata: Konstruksi [17] Dakini, 2012. Prajnaparamita, (Online),
Perempuan Jawa dalam Studi Poskolonialisme. Jurnal (https://dipsintheroad.wordpress.com/2012/05/09/prajnaparamita/)
Perempuan, 20(1), 43-49. , diakses pada 16 Mei 2019
[8] Kartika, D. Dwi. 2016. Kreasi Artistik:Perjumpaan Tradisi [18] Joe,2019.(Online),(https://id.pinterest.com/josepheditor/), diakses
Modern Dalam Paradigma Kekaryaan Seni, Karanganyar:Citra pada 19 Agustus 2019.
Sains. [19] Nugroho, Widy, N. 2015. Nilai-nilai Perempuan Jawa, (Online),
[9] Munandar, Agus. A. 2011. Menafsirkan Ulang Riwayat Ken (https://www.researchgate.net/publication/287207011_NILAI-
Angrok dan Ken Dedes dalam Kitab Pararaton. Jurnal NILAI_PEREMPUAN_JAWA), diakses pada 18 Agustus 2019.
Manassa,1(1),1-15.
[10] Piliang, Yasraf, A. 2003. Hipersemiotika: Tafsir Culture Studies
Atas Matinya Makna. Bandung:Jalasutra.
[11] Rahardjo, S. (2001). Perempuan dan Kekuasaan dalam Dinamika
Perempuan Nusantara. Jakarta: Ikatan Ahli Arkeologi Indonesia.
[12] Permanadeli, Risa. 2015. Representasi Sosial Perempuan Jawa Di
Era Modern. Yogyakarta:Pustaka Ifada.
[13] Sunarto, B., (2013). Epistimologi Penciptaan Seni. Yogyakarta:
Idea Press.
[14] Suwandono, 2007. Identifikasi Ken Dedes Dalam Arca
Perwujudan Sebagai Dewi Prajnaparamitha:Tinjauan Filsafat
285