Pendahuluan
Budaya adalah sistem gagasan, tindakan dan hasil karya manusia dalam rangka
kehidupan masyarakat yang dijadikan milik diri manusia dengan belajar (Koentjaraningrat,
1990: 180). Budaya yang kemudian menjadi identitas suatu kelompok atau budaya yang
disepakati bersama bahwa budaya tersebut adalah budaya suatu daerah tertentu disebut
kebudayaan. Salah satu contoh kebudayaan adalah budaya wayang yag merupakan budaya
asli suku Jawa.
Dalam perkembangannya wayang menjadi budaya yang fleksibel, yang bisa diisi
dengan nilai-nilai budaya yang lain. Misalnya, pada masa klasik sebelum Hindu-Budha
wayang digunakan ketika upacara adat, ketika masyarakat Jawa masih dalam kepercayaan
animism dan dinamisme. Kemudian datanglah pengaruh Hindu-Budha wayang diisi dengan
nilai-nilai Hindu-Budha. Setelah masa pengaruh Hindu-Budha, yakni tepatnya pada abad ke
16, wayang pun masih mempertahankan eksistensinya.
Ketika abad 16 ini, diketahui adanya perbedaan corak seni pewayangan dengan abad
sebelumnya. Perubahan ini dikarenakan adanya pengaruh agama Islam yang saat itu mulai
berkembang dan adanya kekuasaan yang memberikan kewenanangan supaya wayang tetap
dipertahankan menjadi budaya Jawa namun diisi dengan nilai-nilai luhur sesuai agama
masyarakat pada waktu itu. Dalam penelitian ini, akan mengkaji corak seni pewayangan abad
ke 16.
Tinjauan Pustaka
Beberapa literasi banyak yang membahas tentang seni pewayangan di Jawa, akan
tetapi referensi yang berkaitan dengan tema penelitian ini belum ditemukan. Buku sebagai
sumber primer penelitian ini adalah buku tentang wayang yang berjudul Wayang: Lambang
Ajaran Islam, Karya R. Poedjosoebroto, 1978. Buku ini membahas tentang identitas wayang
sebagai media penyebaran ajaran agama Islam di Jawa.
Jurnal yang berjudul Wayang dan Seni Pertunjukan: Kajian Sejarah Perkembagan
Seni Wayang di Tanah Jawa sebagai Seni dan Pertunjukan dan Dakwah, ditulis oleh Bayu
Anggoro, Universitas Sebelas Maret, Surakarta, 2018. Jurnal ini menjelaskan tentang
kehidupan masyarakat Jawa yang penuh dengan tradisi dan mulai mengalami perubahan saat
datangnya Islam dengan media wayang yang dijadikan hiburan, di dalamnya mengandung
nilai-nilai dakwah dan moral kehidupan.
Skripsi yang berjudul Akulturasi Budaya Jawa dengan Islam (Wayang Semar dalam
Pandangan Tokoh Budayawan Banymas), ditulis oleh Ahmad Rifqi Al-Azmi, IAIN
Purwokerto, 2017. Skripsi ini menjelaskan tentang akultuasi Jawa dengan Islam dengan
media kesenian wayang kulit serta dilihat dari sudut pandang tokoh Budayawan mengenai
wayang Semar yang digambarkan budaya diakomodasi dengan nilai-nilai keislaman sebagai
bentuk hiburan, karya seni, dan media penyebaran ajaran agama Islam.
Jurnal Historica, Vol 2, ISSN No. 2252-4673 dengan judul The Fuction of Wayang
Kulit in the Spreading of Islamic Religy in Demak at 16 th Century, ditulis oleh Anang Ari
Indriyanto,dkk. Penelitian jurnal ini menganalisis tentang fungsi wayang kulit abad ke-16,
menganalisis fungsi wayang kulit dalam penyebaran agama Islam di Demak pada abad ke-16,
dan menjelaskan pengaruh wayang kulit sebagai media penyebaran agama Islam terhadap
masyarakat Demak abad ke-16.
Dari beberapa sumber yang peneliti baca, peneliti belum menemukan tentang sumber
yang berjudul Corak Seni Pewayangan di Jawa abad ke-16 M, yakni judul yang akan peneliti
paparkan. Oleh karena itu penelitian ini bertujuan untuk menganalisa dan memaparkan
informasi mengenai beberapa Corak Seni Pewayangan di Jawa bagian Timur, Tengah dan
Barat pada Abad ke-16 M.
Landasan Teori
Penelitian ini menggunakan teori budaya asimilasi. Asimilasi adalah proses sosial
yang timbul bila golongan-golongan manusia dengan latar kebudayaan yang berbeda-beda,
salin bergaul langsung secara intensif untuk waktu yang lama sehingga kebudayaan-
kebudayaan golongan-golongan tadi masing-masing berubah sifatnya yang khas dan juga
unsur-unsurnya masing-masing berubah wujudnya menjadi unsur-unsur kebudayaan
campuran (Koentjaraningrat, 1990: 284). Alasan menggunakan teori asimilasi dalam
penelitian ini adalah karena adanya pencampuran budaya wayang sebelum abad ke 16 dengan
wayang pada abad ke 16.
Metode Penelitian
1. Heuristik
2. Kritik Sumber
3. Interpretasi
4. Historiografi