Anda di halaman 1dari 6

Nama : Nida

NIM : 030104123
Jurusan : S1 – Ilmu Perpustakaan
Mata Kuliah : SKOM4440 - Produksi Media

REVIEW BUKU AJAR MODUL 6

Ketentuan:
Silahkan buatlah review Modul 6 Pra Produksi dan bentuk media audio visual. Bahan bisa dibaca
di RBV ( ruang baca virtual) SKOM4440 halaman 6.1 - 6.40
Buatlah dalam bentuk file word atau pdf, kirimkan ke indiwanx@gmail.com minimal 3 halaman
sampai 6 halaman, jenis huruf times new roman 12 ppt, spasi 1,5

REVIEW MODUL 6
Nida 030104123

Judul : Pra Produksi dan Bentuk-bentuk Media Audiovisual


Penulis : Drs. M. Bayu Widagdo, M.Si. dan Drs. Tandiyo Pradekso, M.Si.
Penerbit : Universitas Terbuka
Tahun Terbit : 2014 (Cet. Ke-4)
Jumlah Halaman : 45
Pendahuluan
Modul 6 merupakan salah satu modul yang ada pada Buku Bahan Materi Pokok
SKOM4440/3sks/Modul 1-9 “Produksi Media” yang ditulis oleh Drs. Tandiyo Pradekso, M.Si.,
Drs. M. Bayu Widagdo, M.Si., dan Dra. Melani Hapsari, M.Si yang pertama kali terbit pada
tahun 2012. Namun untuk modul 6 ini hanya 2 orang penulis yaitu oleh Drs. Tandiyo Pradekso,
M.Si. dan Drs. M. Bayu Widagdo, M.Si.
Modul 6 memuat tiga kegiatan belajar, yang pertama tentang bentuk-bentuk karya
audiovisual fiksi. Kedua, membahas masalah bentuk-bentuk karya audiovisual non fiksi. Dan
kegiatan belajar yang terakhir menjelaskan tentang pra produksi.
Pada tiga kegiatan belajar yang ada di modul 6 akan diberikan penjelasan secara
mendalam dan padat sesuai tema kegiatan belajar, modul ini dirancang untuk mahasiswa
Universitas Terbuka sebagai bahan belajar mandiri. Selain itu juga, disetiap kegiatan belajar pada
akhir materi dilengkapi dengan tes formatif untuk mengetahui tingkat penguasaan mahasiswa
terhadap materi kegiatan belajar modul 6.
Sinopsis
Ada beragam bentuk karya audiovisual yang sekarang ini berkembang, dari sekedar film
untuk konsumsi pribadi, sebagai promosi dan hiburan (iklan, video klip), propaganda (personal
profile, company profile), produksi untuk televisi, hingga film layar lebar yang memakan banyak
biaya. Semua memerlukan perlakuan (treatment) tertentu yang tidak bisa digeneralisir. Mengapa
demikian? Karena bentuk, cara produksi, segmen penonton, media yang digunakan, bahkan
paradigma yang memayungi prosedur produksinya juga berlainan. Tentu saja tidak akan cukup
jika semua dibahas dalam satu bab ini. Untuk itu kita akan membahas dalam kerangka kerja
produksi pada umumnya (yang tahap-tahapnya semua ada/dijalankan, meskipun tidak semua
tahap tersebut pasti dilalui dalam setiap produksi audiovisual –ada yang harus
dilewati/dilompati-). Namun demikian pembahasan kita pada bab ini berangkali akan lebih
banyak menggunakan pendekatan produksi luar ruang, dan prosedur produksi film yang relatif
dapat mewakili/ mencakup prosedur yang dijalankan di setiap produksi audiovisual.
Berbagai ragam bentuk produksi media audiovisual antara lain dibagi dalam dua kategori
besar, yaitu, fiksi dan non fiksi. Karya fiksi secara sederhana dipahami sebagai karya audiovisual
yang konsep ceritanya dibuat secara rekayasa (tidak berdasarkan kenyataan), sementara karya
non fiksi dibuat berdasarkan kenyataan.
Review
I. Kegiatan Belajar 1: Bentuk-bentuk Audiovisual Fiksi
Pada kegiatan belajar pertama ini penulis membahas tentang bentuk-bentuk
audiovisual fiksi. Ragam karya fiksi didasarkan pada cerita rekayasa, artinya dibuat-buat
seolah-olah terjadi dalam dunia nyata, tetapi pada dasarnya tetap membutuhkan landasan
riset yang kuat. Logika yang dibangun adalah logika filmis, logika realistis, dan logika
artistik. Logika filmis adalah logika yang dibangun dan coba membuat penonton percaya
bahwa hal yang tampak pada film bisa diterima akal meskipun hanya bisa diterima pada film
tersebut. Logika realistis sebagai dasar penilaian logis dan tidaknya film tersebut dan bisa
dikatakan film yang gagal. Dan logika artistik yang menawarkan logika keindahan yang
biasanya didapati di kategori-kategori film-film art.
Yang pertama dibahas penulis tentang bentuk-bentuk audiovisual adalah film. Film
dalam konteks komunikasi menjadi bagian dari media massa yang bisa dimanfaatkan untuk
menyampaikan maksud-maksud tertentu atau pesan dari pembuatnya. Film tersebut
memiliki berbagai kategori, yaitu film indie – hiburan, film propaganda/film iklan – dibuat
untuk kepentingan institusi tertentu, film layar lebar – untuk hiburan, alasan komersial/profit
oriented/jualan, dan film imax – dipakai untuk kepentingan hiburan, pendidikan, dan
kebanggaan.
Kemudian Video musik, video klip merupakan ilustrasi bagi sebuah karya musik
(lagu) yang sifatnya auditif, kemudian untuk kepentingan penayangan di media berteknologi
visual (misalnya televisi) maka sangat tidak mungkin untuk menayangkan materi lagu hanya
mengandalkan suara saja. Untuk itu diperlukan ilustrasi video yang mencerminkan
mauatan/isi lagu. Namun demikian seiring perkembangan teknologi dan tuntutan
khalayaknya, video musik sering juga digarap tidak sesuai dengan muatan lagunya, hanya
menampilkan foto-foto konser sang artis, atau digarap dengan menggunakan teknologi
animasi. Video musik sendiri pendekatan visualnya ada beberapa, antara lain:
storytellingi/cerita, animasi/grafis, performance, dan klip video.
Selain film dan video musik, iklan juga menjadi salah satu karya audiovisual fiksi.
Karya iklan di televisi sering dibicarakan bahkan menjadi topik-topik hangat dalam seminar.
Hal tersebut terjadi karena adanya beberapa hal menarik yang terkandung dalam iklan
tersebut. Iklan secara umum dibagi menjadi dua kategori besar, yaitu iklan layanan
masyarakat, dan iklan komersial/niaga.
II. Kegiatan Belajar 2: Bentuk-bentuk Karya Audiovisual Non Fiksi
Pada kegiatan belajar 2 ini yang dibahas adalah karya audiovisual non fiksi. Karya
audiovisual non fiksi dibuat dengan berdasarkan kenyataan yang mengandalkan
riset/observasi sebagai awal proses produksinya. Karya non fiksi juga memerlukan konflik
untuk menjaga dramatiknya, tanpa dramatisi akan menjadi tidak menarik dan mati. Konflik
dalam konteks ini bukanlah suatu hal yang dipahami sebagai permusuhan/pertentangan dan
sebagainya, tetapi diperlukan untuk menjaga dramatik karya audiovisual non fiksi berupa
persoalan/permasalahan yang bisa diekspos atau dimunculkan sebagai wacana/isu yang
perlu dibahas.
Karya-karya audiovisual berupa:
1. Profil (Profile), dibuat untuk mengomunikasikan sebuah perusahaan atau tokoh kepada
stakeholder/khalayak luas.
2. Dokumenter, sebagai film yang dibuat berdasarkan atas sekumpulan fakta otentik tentang
sebuah objek yang akan diekspos, disertai argumentasi opini yang ingin disampaikan oleh
pembuat film, kemudian disuguhkan secara runtut sedemikian rupa sehingga penonton
memahami argumentasi atas fakta tersebut.
3. Berita, program berita merupakan program televisi yang akrab diketahui dan ditujukan
untuk memberikan informasi penting kejadian-kejadian di seputar kehidupan kita, dan
televisi mampu menggerakkan pemirsanya dengan itu.
4. Variety show, pada awalnya merupakan istilah untuk menyebut program tayangan yang
sifatnya menghibur, tak banyak informasi yang ditawarkan, hanya bertujuan untuk
menemani waktu santai penonton televisi. Tetapi, sekarang menjadi lebih spesifik
(infortainment, mengerjai orang, sulap jalanan memberi kejutan, dan sebagainya.
5. Talkshow, adalah salah satu program televisi yang mengetengahkan bincang-
bincang/diskusi di satu ruang untuk membahas suatu wacana/isu.
6. Reality show, dibuat untuk keperluan program televisi. Merupakan pengembangan dari
konsep program acara yang menampilkan drama kehidupan, namun agar muncul
emosinya, maka dibuatlah secara langsung di lapangan produksi.
7. Music show/Konser musik, merupakan salah satu program tayangan televisi yang
menyuguhkan tontonan jenis hiburan pementasan musik.
8. Dokumentasi, ditujukan untuk mengabadikan momen atau peristiwa, merekam kegiatan
yang bisa digunakan untuk laporan perusahaan, kenang-kenangan, stock shot untuk
kemudian dapat dirangkai menjadi profile perusahaan. Dokumentasi juga dapat
dimanfaatkan secara personal.
III. Kegitan Belajar 3: Pra Produksi
Untuk kegiatan belajar 3 ini memaparkan tentang langkah-langkah persiapan produksi
yang harus dilalui dalam proses produksi film. Langkah pertama, manajemen pra produksi
yang merupakan mereka yang bertanggung jawab dalam mengelola jalannya sebuah
produksi film. Posisi dalam manajemen pra produksi mencakup prosedur dan manajer
produksi di mana posisi tersebut memiliki tugas masing-masing yang penting. Tips/ kunci
sukses manajer produksi yaitu:
1. Bila ada keraguan langsung dipertanyakan, untuk alasan efesiensi anggaran yang
mungkin bisa lebih ditekan tanpa mengurangi kualitas hasil jadi film.
2. Jangan berasumi, menebak-nebak, dan sebagainya karena di lapangan semua hal harus
pasti.
3. Cek dan ricek lagi. Karena setiap detik setiap waktu semua hal bisa berubah, apalagi yang
berkaitan dengan jadwal dan uang (Saroengallo, 2008: 17-19).
Beberapa hal yang menjadi catatan penting bagi seorang manajer produksi di lapangan
(Saroengallo, 2008: 84):
1. Selalu perkirakan ukuran produksi sejak awal.
2. Mempelajari betul sumber pendanaan yang ada.
3. Seimbangkan antara anggaran dan skenario serta kemungkinan-kemungkinan yang
terjadi.
4. Persiapkan diri untuk menghadapi kendala di lapangan.
5. Selalu perhitungkan petty cash dengan seksama dan dipantau sedemikian rupa sehingga
tidak begitu membengkak.
Langkah selanjutnya adalah persiapan produksi (merancang produksi), dimaksudkan
untuk membuat kerja eksekusi produksi di lapangan nantinya lebih efesien dan efektif.
Bentuk persiapannya meliputi pengembangan skenario, penjadwalan, membedah skenario,
dan membuat rancangan anggaran.
Hunting lokasi, melengkapi perizinan, dan lokasi merupakan langkah persiapan
berikutnya. Jika anda ingin mencari lokasi untuk syuting, maka anologi ini perlu Anda
pegang untuk kelancaran, penghematan, dan kelangsungan produksi. “Jarak ideal lokasi
syuting adalah satu meter dari jalan raya, satu meter dari tempat parkir, satu meter dari
tempat turun barang/peralatan (Saroengallo, 2008: 115). Hal ini untuk memberi gambaran
pada kita bahwa semakin dekat jarak lokasi dengan hal-hal lain yang dibutuhkan maka
semakin bagus.
Strategi mencari lokasi yaitu menguasai visi sutradara (apa yang sesungguhnya ingin
dikejar dalam pembuatan film itu, apa yang ingin disampaikan di sana), kemudian
memahami wilayah yang akan dituju, cari referensi yang tepat sebanyak-banyaknya jangan
sampai tersesat, cari short cut dari lokasi tersebut, menjalin komunikasi yang baik dengan
orang sekitar lokasi, dan membawa peranti pendokumentasian lokasi, sekaligus meriset
kemungkinan-kemungkinan dalam produksi misalnya arah matahari, kelembapan udara,
interval suhu, cuaca di waktu-waktu tertentu, dan yang terpenting, bagaimana mengurus
perizinan –sulit atau tidak-, kemudian harga sewa lokasi, jarak dengan penginapan dan
lokasi-lokasi lain, kesesuaian penjadwalan, keamanan lokasi, serta bagaimana ketersediaan
sumber listrik (Saroengallo, 2008: 116-119).
Langkah berikutnya adalah memesan logistik, transportasi, dan konsumsi kemudian
dilanjutkan dengan merekrut tim produksi serta mengadakan casting, reading, rehersal
talent. Langkah terakhir adalah peran sutradara di tahap pra produksi. Sutradara harus
berpikir dari aspek, emosi, teknis hingga estetis, bagaimana caranya dari seorang sutradara,
selain itu terdapat pula tahapan rencana syuting yang harus diperhatikan oleh sutradara.
Penutup/Kesimpulan
Pada modul 6 ini membahas tentang pra produksi yang menjelaskan hal-hal yang
berkaitan dengan pelaksanaan persiapan produksi film, yaitu manajemen produksi, merancang
produksi, hunting lokasi, melengkapi perizinan, dan lokasi, kemudian dilanjutkan dengan
memesan logistik, transportasi, dan konsumsi, merekrut tim produksi, mengadakan casting,
reading, rehersal talent, dan terakhir sutradara di tahap pra produksi.
Selain itu juga, membahas bentuk-bentuk media audiovisual yang terbagi menjadi dua
bagian, yaitu karya audiovisual fiksi dan audiovisual non fiksi. Yang termasuk karya fiksi adalah
film, video musik, dan iklan. Sedangkan karya non fiksi adalah profil, dokumenter, berita,
variety show, talkshow, reality show, music show/konser musik, dan dokumentasi.
Untuk keseluruhan dari review modul 6, penulis telah memaparkan secara jelas, tepat,
dan mudah dipahami untuk bahan belajar mahasiswa UT secara mandiri. Dan untuk mengasah
kemampuan mahasiswa dalam menguasai materi yang telah ada di tiap kegiatan belajar, maka
dilengkapi dengan tes formatif beserta kunci jawabannya di halaman akhir modul.

Kepustakaan
Pradekso, Tandiyo, M. Bayu Widagdo dan Melani Hapsari. 2014. Materi Pokok Produksi
Media;1-9; SKOM4440/ 3 sks. Tangerang Selatan: Universitas Terbuka.

Anda mungkin juga menyukai