Artikel Ilmiah
Diajukan kepada
Fakultas Teknologi Informasi
untuk memperoleh Gelar Sarjana Desain
Peneliti:
Yves Christio Dyarenggasto (692011069)
Anthony Y.M Tumimomor, S. Kom., M.Cs.
2. Tinjauan Pustaka
Penelitian pertama dengan judul Perancangan Film Dokumenter Tentang
Polusi Emisi Kendaraan Bermotor (Studi Kasus : Kota Semarang) menggunakan
film dokumenter sebagai media untuk memberi informasi kepada masyarakat
tentang dampak negatif dari polusi emisi akibat kelalaian perawatan dari pemilik
kendaraan bermotor. Salah satu media yang dapat menyampaikan informasi
adalah film, karena melalui film masyarakat tidak hanya mendengar audio tetapi
melihat secara visualisasi dalam bentuk video. Jenis film yang dipilih adalah film
dokumenter yang dirancang karena film dokumenter dapat memberi informasi
kepada masyarakat secara lengkap dan sesuai dengan fakta yang ada [3].
Penelitian kedua dengan judul Peningkatan Motorik Kasar Melalui Permainan
Tradisional Engklek pada Anak Kelompok A di PAUD Terpadu Karya Bakti Ds.
Reksosari Kec. Suruh Semester II Tahun Ajaran 2013/2014 bertujuan untuk
meningkatkan ketrampilan motorik kasar anak melalui permainan tradisional
engklek pada anak kelompok A di PAUD Terpadu Karya Bakti Ds. Reksosari
Kec. Suruh Semester II Tahun Ajaran 2013/2014. Penelitian tindakan kelas ini
menggunakan metode deskriptif kualitatif dengan subjek penelitian adalah anak
kelompok A2 PAUD Terpadu Karya Bakti Ds. Reksosari Kec. Suruh Semester II
Tahun Ajaran 2013/2014 yang berjmlah 13 anak yang terdiri dari 3 anak laki-laki
dan 10 anak perempuan. Pengumpulan data dalam penelitian dilakukan dengan
metode dokumentasi dan observasi. Hasil penelitian menunjukkan adanya
peningkatan keterampilan motorik kasar anak. Pada siklus I anak yang dapat
melompat dengan satu kaki secara mandiri (BDM) adalah 7 anak (30,77%) dan
meningkat pada siklus II sebanyak 12 anak (92,30%) sehingga penelitian dapat
dikatakan berhasil, terbukti pada siklus II mencapai 92,30%. Hal ini menunjukkan
bahwa permainan tradisional engklek terbukti dapat meningkatkan ketrampilan
motorik kasar anak A2 di PAUD Terpadu Karya Bakti. [4]
Dari penelitian yang ada, perbedaan dari penelitian yang dilakukan, film yang
dirancang tidak hanya mendokumentasikan tentang permainan tradisional tetapi
juga membahas tentang falsafah yang ada dalam permainan tersebut. Selain itu
film dokumenter ini juga menggunakan teknik sinematografi agar menjadi lebih
menarik.
Media Informasi adalah alat untuk mengumpulkan serta menyusun kembali
sebuah informasi sehingga menjadi bahan yang bermanfaat bagi penerima
informasi, dan merupakan alat-alat grafis, fotografis atau elektronis untuk
menangkap, memproses, serta menyusun kembali informasi visual [5].
Multimedia merupakan pemanfaatan komputer untuk membuat dan
menggabungkan teks, grafik, audio, gambar bergerak (video dan animasi) dengan
menggabungkan alat bantu (tool) dan koneksi (link) sehingga pemakai dapat
bernavigasi, berkreasi, berkomunikasi, dan informatif [6].
Film adalah melukis gerak dengan cahaya, agar dapat melukis gerak dengan
cahaya, harus menggunakan alat khusus, yang biasa disebut kamera. Film sebagai
karya seni sering diartikan hasil cipta karya seni yang memiliki kelengkapan dari
beberapa unsur seni untuk memenuhi kebutuhan yang sifatnya spiritual [7].
Jenis-jenis film sesuai dengan cara pembuatan dan isinya :
- Film Non Fiksi
Film yang tidak bersifat fiktif atau film yang berdasarkan dengan kejadian
nyata sesui dengan fakta yang ada. Sebagai contoh, untuk film non fiksi
adalah film dokumenter yang menjelaskan tentang dokumentasi sebuah
kejadian alam, flora, fauna maupun manusia.
- Film Fiksi
Film yang bersifat fiktif dan imajinatif. Sedangkan untuk kelompok fiksi,
dalam dunia perfilman mengenal jenis-jenis film yang berupa drama,
suspence atau action, science fiction, horror dan film musikal [8].
Dokumenter adalah film nonfiksi karena dalam pembuatannya film
dokumenter hanya mendokumentasikan kenyataan dan fakta yang ada, dengan
kata lain film dokumenter hanya mempresentasikan kenyataan dan menampilkan
kembali fakta yang ada dalam kehidupan [9].
Jenis-jenis film dokumenter menurut cara pembuatan dan isinya :
- Perbandingan
Dokumenter ini menengahkan sebuah perbandingan, bisa dari seseorang
atau sesuatu misalnya seperti perbedaan teknologi industri di negara
berkembang dibandingkan dengan negara maju.
- Ilmu Pengetahuan
Genre ini berisi penyampaian informasi mengenai suatu teori, sistem,
berdasarkan ilmu tertentu. Adanya teknologi komputer untuk animasi, hal
ini banyak membantu memperjelas informasi tertentu misalnya informasi
statistik atau gambaran mengenai sistem kerja komponen sebuah produk.
- Dokudrama
Jenis dokumenter ini memliki motivasi komersial karena itu yang
berperan dalam dokudrama ini adalah artis film. Cerita yang disampaikan
merupakan rekonstruksi suatu peristiwa atau potret mengenai seseorang.
Dokumenter jenis ini biasanya tidak sepenuhnya berdasarkan realita
karena dokudrama bertujuan komersial dengan manampilkan profil suatu
produk atau profil sebuah perusahaan untuk kepentingan promosi [10].
Sinematografi adalah ilmu terapan merupakan bidang ilmu yang membahas
tentang teknik menangkap gambar dan menggabung-gabungkan gambar tersebut
sehingga menjadi rangkaian gambar yang dapat menyampaikan ide (dapat
mengemban cerita). Sinematografi memiliki objek yang sama dengan fotografi
yakni menangkap pantulan cahaya yang mengenai benda. Perbedaannya,
peralatan fotografi menangkap gambar tunggal, sedangkan sinematografi
menangkap rangkaian gambar. Penyampaian ide pada fotografi memanfaatkan
gambar tunggal, sedangkan pada sinematografi memanfaatkan rangkaian gambar.
Jadi sinematografi adalah gabungan antara fotografi dengan teknik perangkaian
gambar atau dalam sinematografi disebut montase/montage [11]. Jenis shot yang
digunakan dalam sinematografi : long shot , medium close up, medium shot
extreme close up, dan close up. Sedangkan untuk camera angle yang digunakan
antara lain : low angle, eye level, high angle, dan bird eye.
Permainan tradisional sudah jarang ditemui di masyarakat karena faktor
perkembangan zaman yang di dominasi oleh perkembangan teknologi. Permainan
tradisional tidak hanya sekedar sarana untuk bermain bagi anak-anak, namun
digunakan sebagai media penyampaian makna dan nilai-nilai yang mengandung
pesan moral serta merupakan simbolisasi dari pengetahuan yang turun temurun
dan mempunyai bermacam-macam fungsi atau pesan di baliknya, di mana pada
prinsipnya permainan anak tetap merupakan permainan anak. Dengan demikian
bentuk atau wujudnya tetap menyenangkan dan menggembirakan anak karena
tujuannya sebagai media permainan. Aktivitas permainan yang dapat
mengembangkan aspek-aspek psikologis anak dapat dijadikan sarana belajar
sebagai persiapan menuju dunia orang dewasa [12].
Jenis-jenis permainan tradisional antara lain:
- Permainan bersifat rekreatif
Pada umumnya dilakukan untuk mengisi waktu luang. Permainan jenis
ini bersifat menghibur dapat dilakukan hanya satu orang saja. Contoh
dari permainan ini seperti egrang.
- Permainan bersifat kompetitif
Permainan seperti ini memiliki ciri-ciri terorganisir, bersifat
kompetitif, dimainkan oleh paling sedikit 2 orang, mempunyai kriteria
yang menentukan siapa yang menang dan yang kalah, serta
mempunyai peraturan yang diterima bersama oleh pesertanya. Contoh
dari permainan ini seperti petak umpet, cublak-cublak suweng, sledur,
dan lain-lain.
- Permainan bersifat edukatif
Permainan jenis ini terdapat unsur-unsur pendidikan di dalamnya,
dapat dimainkan satu atau lebih dari satu orang. Contoh dari
permainan ini seperti dakon dan bekelan [13].
Falsafah adalah studi mengenai kebijaksanaan, dasar dasar pengetahuan, dan
proses yang digunakan untuk mengembangkan dan merancang pandangan
mengenai suatu kehidupan. Filosofi memberi pandangan dan menyatakan secara
tidak langsung mengenai sistem kenyakinan dan kepercayaan [14]. Falsafah
Cublak-Cublak Suweng karya Sunan Giri (1442M) berisi syair yang sarat makna,
tentang nilai-nilai keutamaan hidup manusia. Arti dari Cublak-Cublak Suweng
adalah untuk mencari harta kebahagiaan sejati janganlah manusia menuruti hawa
nafsunya sendiri atau serakah, tetapi semuanya kembalilah ke dalam hati nurani,
sehingga harta kebahagiaan itu bisa meluber melimpah menjadi berkah bagi siapa
saja [15].
Proses perancangan yang dilakukan dalam video dokumenter terdiri dari tiga
tahap yaitu pra produksi, produksi dan pasca produksi. Proses perancangan dapat
dilihat pada Gambar 2.
Ide dan Konsep
Pra Produksi
Film Statement
Storyline
Shooting
Produksi Treatment
Audio
Storyboard
Offline Editing
Mixing
Ya
Evaluasi Revisi
Tidak
Hasil
Tahap selanjutnya adalah tahap produksi, yaitu Video Live Action, pada tahap
ini yang dilakukan adalah proses shoting di area kota Salatiga dengan talent
maupun hanya pengambilan footage dengan mengikuti konsep seperti pada
storyline dan treatment. Proses pembuatan video live action ini menggunakan
kamera DSLR untuk menghasilkan gambar yang baik serta didukung dengan
peralatan pendukung kamera berupa lensa, sound recorder, tripod, dan lain-lain.
Proses produksi dapat dilihat pada Gambar 4.
Gambar 4 Proses produksi
.
Gambar 11 Scene 5 Anak-anak bermain sledur
Pada scene 8 yang berisi tentang makna apa saja dibalik permainan
seperti gundu, betengan, sledur, bekelan dan tali spreng. Jenis shot yang
digunakan adalah close up, extreme close up, tilt down, long shot, medium
close up, dan panning agar setiap informasi makna tersampaikan dengan jelas.
Scene 8 dapat dilihat pada Gambar 14.
Gambar 14 Scene 8 Penjelasan makna gundu, betengan, sledur, bekelan dan tali spreng.
5. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian didapatkan hasil bahwa Perancangan Film
Dokumenter Permainan Tradisional Jawa dapat menyampaikan informasi
mengenai permainan tradisional, makna dan falsafah. Bagi Dinas Perhubungan,
Komunikasi, Budaya, dan Pariwisata Kota Salatiga, film dokumenter ini dinilai
menarik dan mampu memberikan pengetahuan kepada masyarakat. Sedangkan
unsur-unsur sinematografi dalam film dokumenter ini sudah baik dan memiliki
alur cerita yang menarik sehingga diharapkan film dokumenter dapat menjadi
media pengetahuan bagi masyarakat mengenai falsafah yang terkandung didalam
masing-masing permainan tradisional.
6. Pustaka
[1] Ramdhani, N. (1991). Standarlisasi skala tingkah laku sosial. Laporan
Penelitian. Yogyakarta : Fakultas Psikologi UGM.
[2] Ayawaila, Gerzon.R. (2008). Dokumenter dari Ide Sampai Produksi.
Jakarta: FFTV-IKJ PRESS.
[3] Grafira, Tjan O.C (2015). Perancangan Film Dokumenter Tentang Polusi
Emisi Kendaraan Bermotor (Studi Kasus : Kota Semarang).
[4] Astuti, Linda Kusuma. (2014). Peningkatan Ketrampilan Motorik Kasar
Melalui Permainan Tradisional Engklek Pada Anak Kelompok A di PAUD
Terpadu Karya Bakti (Studi Kasus : Ds. Reksosari Kec. Suruh).
[5] Heinich et.al. (2002). Media dan Fungsinya. Jakarta: Depkominfo.
[6] Fred, Wibowo. (1997). Dasar-Dasar Program Televisi. Jakarta: Grasindo.
[7] Pransi, D.A. (2005). Film/Media/Seni. Jakarta: FFTV-IKJ PRESS.
[8] Dityatama. (2013). Mengenal Genre Film Dari Isinya.
http://www.idseducation.com/articles/mengenal-genre-film-dari-isinya/.
Diakses tanggal 5 Mei 2016.
[9] Ayawaila, Gerzon.R. (2008). Dokumenter dari Ide Sampai Produksi.
Jakarta: FFTV-IKJ PRESS.
[10] Pransi, D.A. (2005). Film/Media/Seni. Jakarta: FFTV-IKJ PRESS.
[11] Putra, Adi. (2012). Photograph and Cinematograph.
http://phoci.bukupr.com/2012/08/pengertian-sinematografi.html. Diakses
tanggal 12 Mei 2016.
[12] Atmadibrata. (1981). Permainan Rakyat Daerah Jawa Barat. Jakarta:
Depdikbud.
[13] B Lubis, AA Chalik, G Gushevinalti. (2014). Kolaborasi Media Dalam
Upaya Pelestarian Permainan Rakyat Di Bengkulu Tahun Ke 1 dari
Rencana 2 Tahun. Bengkulu.
[14] Atmadibrata. (1981). Permainan Rakyat Daerah Jawa Barat. Jakarta:
Depdikbud.
[15] D, Wibhyanto. (2013). Memahami Lagu Culak-Cublak Suweng,
http://www.kompasiana.com/ puisi.wibhyanto /memahami- lagu- cublak-
suweng- yang-kaya-makna.html. Diakses tanggal 5 Mei 2015.
[16] Noval. (2015). Metode Penelitian Kualitatif dan Kuanitatif.
http://www.seputarpengetahuan.com/2015/02metode-penelititan-kualitatif-
dan.html. Diakses 23 Juni 2016.
[17] Sarwono, Jonathan dan Harry Lubis. (2007). Metode Riset untuk Desain
Komunikasi Visual. Yogyakarta: Andi.
[18] Husaini Usman dan Purnomo, (2008). Metodologi Penelitian Sosial.
http://www.informasiahli.com/2015/07/pengertian-identifikasi-masalah-
dalam-penelitian.html. Diakses tanggal 24 Juni 2016.
[19] Susanto, Adi. (2013). Perancangan Film Dokumenter Permainan
Tradisional Sunda. Bandung: UNIKOM.
[20] Junaedi, Fajar. (2011). Membuat Film Dokumenter. Yogyakarta: Lingkar
Media.
[21] Syaiful, Agil. (2015). Teknik Pembuatan dan Pengertian Storyboard.
https://sites.google.com/site/elearningtp2010/media-3d/teknik-pembuatan-
storyboard-media-animasi-3d/pengertian-storyboard. Diakses tanggal 29
Juni 2016.