Anda di halaman 1dari 8

PEMANFAATAN MEDIA FILM SEBAGAI MEDIA

PEMBELAJARAN DALAM SISTEM PENDIDIKAN DI


INDONESIA

MAKALAH MATA KULIAH BAHASA INDONESIA

David Yosafat Yoel


2111163032

PROGRAM STUDI S-1 FILM DAN TELEVISI


FAKULTAS SENI MEDIA REKAM
INSTITUT SENI INDONESIA YOGYAKARTA
YOGYAKARTA
2021
Pemanfaatan Media Film Sebagai Media Pembelajaran dalam Sistem Pendidikan di
Indonesia
David Yosafat Yoel
E-mail: davidyosafatyoel@gmail.com
Program Studi S-1 Film dan Televisi, Fakultas Seni Media Rekam, Institut Seni Indonesia
Yogyakarta
Jln. Parangtritis Km 6,5 Sewon, Bantul, Yogyakarta
No. Handphone: 082264340494

Abstrak
Hidup di dunia yang mempunyai kebiasaan untuk mencari jalan yang
lebih baik, membuat manusia akan berpikir cara paling tepat dalam
mencapai suatu tujuan. Secara sederhana, kita akan memilih jalan yang
mudah. Begitu juga dalam dunia pendidikan, bagaimana dapat
menuntaskan hasil belajar yang ditentukan perlu metode yang tepat.
Akhir-akhir ini media film banyak digunakan menjadi media
pembelajaran untuk beberapa materi di setiap mata pelajaran. Apa benar
media film ini menjadi media yang efektif dan memberikan pengaruh
positif terhadap hasil belajar peserta didik?

Kata kunci: film, media pembelajaran, sistem pendidikan

A. Pendahuluan
1. Latar Belakang Masalah
Di era dengan perkembangan yang semakin pesat, teknologi juga mengalami
kemajuan, tak terkecuali juga di dunia pendidikan. Bidang pendidikan secara tidak
langsung harus mengikuti alur perkembangan teknologi dan metode yang ada. Hal tersebut
dapat kita lihat dalam lima tahun terakhir, penggunaan kertas secara perlahan dikurangi
dan dialihkan ke metode digital. Tak hanya itu, metode pembelajaran pun memiliki media
pembelajaran yang beragam, mulai dari alat praktika, studi lapangan, media buku, dan
yang akan dibahas dalam makalah ini adalah media film.
Dunia kini juga menyadari adanya tanggung jawab untuk memberikan metode
pembelajaran yang dinilai efektif untuk mencetak penerus bangsa yang berkualitas. Sistem
pendidikan Indonesia harus memiliki metode pembelajaran yang tepat untuk mencapai hal
tersebut. Seperti apa yang dikatakan Chotimah (2018:7), “Metode pembelajaran menjadi
salah satu pilar utama dalam menghadapi era kemajuan teknologi dan informasi seperti
saat ini.”. Sependapat dengan pernyataan tersebut, pemanfaatan media masih menjadi
permasalahan hingga kini. Bagaimana media yang diberikan menjadi jaminan atas
ketuntasan hasil peserta didik atau setidaknya memberi pengaruh positif dan peningkatan
untuk peserta didik dapat menuntaskan hasil belajarnya.
Menyikapi permasalahan di atas, kerap kali media film kini dijadikan media
pembelajaran. Kondisi pandemi covid-19 juga mendorong media film menjadi
pembelajaran paling banyak digunakan selama pembelajaran daring. Oleh karena itu, perlu
kita lihat bersama bagaimana media film sebagai media pembelajaran audio visual dapat
menjadi media efektif dan berpengaruh untuk sistem pendidikan di Indonesia.

2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan, dapat dirumuskan permasalahan
sebagai berikut:
a. Bagaimana media film dapat efektif menjadi media pembelajaran?
b. Bagaimana pengaruh media film dalam sistem pendidikan Indonesia?

3. Tujuan
Tujuan penulisan makalah ini adalah:
a. menjelaskan media film dapat efektif menjadi media pembelajaran
b. menjelaskan pengaruh media film dalam sistem pendidikan Indonesia

4. Metode Penulisan
Metode penulisan yang digunakan dalam penulisan makalah ini adalah dengan
melakukan bedah pustaka terhadap beberapa sumber literatur yang memiliki konteks
pendukung terhadap judul yang diambil. Tidak ada satu sumber yang digunakan sebagai
acuan utama, sebab dalam penulisan makalah ini perlu dilihat dari berbagai macam sudut
pandang dan keefektifannya dalam berbagai mata pelajaran. Dari beberapa sumber
literatur akan disusun menjadi satu rangkaian dan didapatkan satu kesimpulan baru.

B. Keefektifan Media Film Sebagai Media Pembelajaran


Film memiliki pengertian secara harafiah dapat dikatakan rangkaian gambar hidup
(bergerak). Film juga biasa disebut movie. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2016),
“film memiliki dua pengertian. Pertama, film merupakan selaput tipis yang dibuat dari seluloid
untuk tempat gambar negatif (yang akan dibuat potret) atau untuk tempat gambar positif (yang
akan dimainkan di bioskop dan televisi), yang kedua, film diartikan sebagai lakon (cerita)
gambar hidup”. Dalam sebuah film, memiliki dua unsur pembentuk antara lain unsur naratif
dan sinematik. Unsur naratif adalah pembangun cerita yang ada dalam sebuah film, sedangkan
unsur sinematik adalah segala unsur pengemasan cerita yang sudah disiapkan untuk sebuah
film.
Dalam proses perkembangannya film merupakan bagian dari karya seni penciptaan, sebab
dalam proses produksinya juga memperhatikan estetika agar dapat diterima dengan baik dan
indah oleh penonton film. Seperti yang dikatakan Mudjiono (2011:126), “Film memiliki nilai
seni tersendiri, karena film tercipta sebagai sebuah karya dari tenaga-tenaga kreatif yang
profesional di bidangnya. Film sebagai benda seni sebaiknya dinilai dengan secara artistik
bukan rasional”. Hingga saat ini, orang menonton film agar mendapat kepuasan dan rasa
terhibur dan film yang ditontonnya.
Film juga merupakan media elektronik yang menarik karena mengandung audio visual
yang dengan keadaan santai orang dapat menikmatinya. Film memindahkan realitas ke atas
layar. Film juga selalu memiliki pesan dan makna yang berusaha disampaikan dalam
pembuatannya. Seperti yang dikatakan Sobur (2006:27), “Film selalu mempengaruhi dan
membentuk masyarakat berdasarkan muatan pesan (message) di baliknya. Tanpa pernah
berlaku sebaliknya. Film selalu merekam realitas yang tumbuh dan berkembang dalam
masyarakat dan kemudia memproyeksikannya ke atas layar”. Melihat pernyataan tersebut,
menarik jika kita memberi fokus pada diksi ‘membentuk masyarakat’. Pesan yang ada dalam
film, cerita yang dibawakan dalm film secara tidak langsung diyakini dapat membentuk
masyarakat. Bagaimana jika pesan yang terkandung dalam film-film tersebut dapat diarahkan
pada materi pembelajaran?
Banyak macam media pembelajaran yang ada di sistem pendidikan Indonesia saat ini. Ada
berbagai cara dan sudut pandang untuk menggolongkan jenis media. Rudy Bretz (1971),
“misalnya, mengidentifikasi jenis-jenis media berdasarkan tiga unsur pokok, yaitu: suara,
visual dan gerak. Berdasarkan tiga unsur tersebut, Bretz mengklasifikasikan media ke dalam
delapan kelompok, yaitu: (1) media audio, (2) media cetak, (3) media visual diam, (4) media
visual gerak, (5) media audio semi gerak, (6) media semi gerak, (7) media audio visual diam,
serta (8) media audio visual gerak”. Media film sebagai media pembelajaran termasuk dalam
klasifikasi media audio visual. Film-film dibuat secara sengaja ataupun tidak sengaja dijadikan
pantas dijadikan media pembelajaran.
Seperti film-film perjuangan Indonesia, contohnya: Soekarno: Indonesia Merdeka {2013),
Guru Bangsa Tjokroaminoto (2015), Kartini (2017), Bumi Manusia (2019), dan lainnya dapat
menjadi media pembelajaran yang menarik bagi peserta didik memahami materi terkait.
Adapun film-film yang memiliki keakuratan sains, contohnya: The Martian (2015), Moon
(2009), Interstellar (2014), dan lain sebagainya dapat menjadi tontonan pengaplikasian sains.
Film-film dengan pesan kemanusiaan untuk menumbuhkan rasa kemanusiaan dan motivasi
kehidupan dalam film-film seperti, Imperfect (2019), The Shawshank Redemption (1994),
Laskar Pelangi (2008), 5 cm (2012), dan sebagainya. Di luar film komersial, tentunya ada
beberapa film yang diproduksi khusus untuk tujuan pembelajaran oleh lembaga pendidikan
ataupun pihak sekolah.
Film-film ini biasanya diputar dan ditonton secara bersamaan di dalam ruang kelas dengan
menggunakan layar proyektor LCD. Sebuah film diputar oleh pengajar dan menjadi bahan ajar
untuk jam pelajaran tertentu. Adapun cara lain, film didistribusikan oleh pengajar untuk dapat
ditonton secara mandiri di rumah masing-masing. Cara tersebut sering digunakan di masa
pembelajaran daring. Peserta didik menonton film yang dipilih pengajar secara mandiri,
membuat rangkuman, dan mejadi bahan ajar di kelas daring berikutnya. Tentunya pengajar
memilih dan memilah serta memikirkan korelasi makna dalam film dengan materi yang akan
disampaikan. Apakah benar mendukung atau cukup ditonton sebagai motivasi dan hiburan
belajar.
Dalam pelaksanaan media film sebagai media pembelajaran menemukan beberapa
kendala, seperti yang dikatakan Rahmatullah (2011:183), “Beberapa kendala yang muncul
dalam kegiatan pembelajaran dengan media film animasi selama kegiatan penelitian
berlangsung tidak lepas dari pengamatan dan perlu pula untuk dipaparkan. Dari faktor guru
terdapat beberapa kendala yang menyebabkan tidak maksimalnya pemanfaatan media film
animasi dalam proses pembelajaran IPS di kelas yakni keterampilan dalam merancang dan
menggunakannya selama proses pembelajaran”. Rahmatullah mengkaji secara khusus film
animasi untuk responden siswa IPS. Faktor kemampuan pengajar memilih media film sebagai
media pembelajaran dan pemahaman pemanfaatannya yang kurang, dapat menjadi kendala
keefektifan. Apabila kita melihat pernyataan hasil penelitian Husmiati (2021:70) “Kelemahan
media film sebagai media pembelajaran karena memerlukan tempat dan waktu. Laboratorium
sejarah merupakan tempat paling sering digunakan mahasiswa untuk menonton film.
Pembuatannya memerlukan biaya yang mahal dan sangat tergantung secara teknis pada listrik
dan berbagai alat terkait. Media film juga tidak dapat menggambarkan realitas yang
sebenarnya dan juga tidak mampu mengontrol pikiran dan mengukur pengetahuan mahasiswa
selama menonton film”.
Terlepas dari hal di atas, kendala yang ditemukan tidak lebih banyak dari kelebihan dan
keefektifan media film sebagai media pembelajaran. Dari hasil penelitian Husmiati (2021:70),
“Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa media film sebagai media pembelajaran di
jurusan sejarah banyak bertema sejarah baik itu bersifat drama, dokudrama, atau dokumenter,
kelebihan media film ini mampu membuat perkuliahan menjadi bervariasi, menyenangkan,
mudah dipahami, mampu merangsang imajinasi, mengkongkritkan peristiwa yang
sebelumnya abstrak dalam waktu singkat dan dapat membawa mahasiswa menembus ruang
dan waktu secara tidak langsung karena media film sesuai dengan materi, kebutuhan dan
tujuan perkuliahan. Hal ini dapat membantu mahasiswa dalam meningkatkan hasil belajar.”
Hal ini berlaku untuk mata pelajaran sejarah dan tidak menutup kemungkinan akan berlaku
juga pada mata perlajaran yang lain, sebab banyak film yang dibuat juga dalam konteks
masing-masing pelajaran. Hal yang perlu ditekankan dari keefektifannya adalah membangun
cara berpikir peserta didik dan dapat menyaksikan secara langsung gambaran pengaplikasian
materi yang disampaikan daripada harus menerka-nerka dari penjelasan auditif dari pengajar.

C. Pengaruh Media Film Sebagai Media Pembelajaran terhadap Sistem Pendidikan di


Indonesia
Mengenai pengaruh media film sebagai media pembelajaran, sebelumnya kita perlu
mengetahui apa yang menyebabkan media film ini dipilih menjadi media pembeljaran, apa
urgensinya? Menambahkan apa yang sudah dijabarkan pada poin sebelumnya, Sistem
Pendidikan Indonesia memerlukan media yang memberikan pengaruh signifikan untuk
keefektifan mencapai hasil belajar dan dalam masa pandemi media film menjadi salah satu
pilihan media pembelajaran tersebut. Kembali mengutip pernyataan Sobur (2006:27), “Film
selalu mempengaruhi dan membentuk masyarakat berdasarkan muatan pesan (message) di
baliknya. Tanpa pernah berlaku sebaliknya. Film selalu merekam realitas yang tumbuh dan
berkembang dalam masyarakat dan kemudia memproyeksikannya ke atas layar”. Tujuan
sebenarnya adalah mendapat pengaruh dan dapat membentuk masyarakat.
Media film sebagai media pembelajaran memberikan pemaparan terhadapat materi yang
akan diajarkan. Makna dan pesan yang terkandung dalam film dapat menjadi suatu hal baru
yang menjadi masukan bagi peserta didik. Bahkan dalam beberapa film, setiap adegan dan
cerita yang dibawakan dapat diuraikan menjadi beberapa bagian yang membuat peserta didik
dapat berpikir secara sistematis. Hal lain yang membuat film ini dapat berpengaruh pada
sistem Pendidikan di Indonesia adalah pembawaan suasana yang santai dan nyaman bagi
peserta didik. Pemutaran film yang dilakukan secara bersama-sama ataupun mandiri tentu
menjadi suatu hiburan dan rasa yang baru bagi peserta didik untuk menumbuhkan semangat
belajar dan mencari tahu.
Dikutip dari hasil penelitian Kurniasih (2013:25), “Adanya perkembangan teknologi
yang cukup pesat di dunia pendidikan saat ini menyebabkan perkembangan media
pembelajaran yang juga semakin bervariasi. Penggunaan media film dokumenter dalam
pembelajaran akuntansi akan memberikan variasi dalam pembelajaran yang biasanya hanya
ceramah maupun latihan soal saja. Dalam media film dokumenter akan digambarkan uraian
materi, memberikan contoh dan latihan soal, serta dapat memberikan gambaran yang
sesungguhnya praktik akuntansi”. Peserta didik memberikan respons yang positif menyambut
media film menjadi salah satu media pembelajaran mereka. Peserta didik menilai, dengan
menggunakan media film, mereka dapat menumpuhkan sifat imajinatif dan eksplorasi terhadap
materi yang diajarkan. Penggambaran secara nyata dan menarik membuat peserta didik
nyaman dalam pembelajaran.
Sebagaimana diuraikan oleh Sadiman (2008:68-69) yang menyebutkan “film animasi
sebagai faktor pemikat dan mampu meningkatkan motivasi” dan pendapat Agina (2003:1-4)
yang menyebutkan bahwa “film animasi dapat meningkatkan keterampilan dan kemampuan
siswa pada sejumlah aspek”. Baik film animasi, film dokumenter, ataupun film drama dari
beberapa penelitian membukrikan memberikan pengaruh yang positif sementara ini. Dengan
penggunaan media film sebagai media pembelajaran di masa pandemi memberikan pengaruh
yang baik untuk peningkatan semangat belajar dan penuntasan capaian hasil belajar.

D. SIMPULAN
Media film sebagai media pembelajaran dinilai efektif dilakukan dalam sistem pendidikan
Indoensia. Film yang memiliki makna dan pesan terkandung di dalamnya akan memudahkan
metode pengajaran dalam berbagai mata pelajaran. Perlu menjadi perhatian adalah
kemampuan pengajar dalam memanfaatkannya, memilih dan memilah film yang benar-benar
satu visi dalam mencapai tujuan belajar. Adapun kendala-kendala yang didapat dalam
pelaksanaannya tidak lebih banyak dari kelebihannya yang masih dapat ditingkatkan lagi
mengingat kemajuan teknologi sangat pesat.
Media film memberikan pengaruh positif dalam sistem pendidikan di Indonesia. Tak
hanya berpengaruh, namun juga dapat menjadi media pembentuk masyarakar. Melalui pesan
dan makna yang terkandung dalam film dapat menjadi suatu arahan dan bahan ajar untuk
membentuk masyarakat yang dalam hal ini adalah peserta didik. Sejauh ini, peserta didik
memberikan respons yang positif menyambut media film digunakan sebagai salah satu media
pembelajaran mereka di kelas, karena dinilai efektif dan dapat mendukung pemahaman yang
berpengaruh pada ketuntasan capai belajar peserta didik.
Daftar Pustaka
Agina, Adel. M. (2003). The Advantages and Disadvantages of The Animation Technology
in Education and Training. Tersedia: http://projects.edte.utwente.nl/pi/Papers/
AnimationPaper.html [9 Juni 2011]
Chotimah, Chusnul (2018), Paradigma Baru Sistem Pembelajaran, Yogyakarta, AR-ARUZZ
MEDIA
Husmiati, Rati (2010), Jurnal Sejarah Lontar, Kelebihan dan Kelemahan Media Film
sebagai Media Pembelajaran Sejarah, 7(02), 61-72
Kurniasih, Farida & Setiawan, Ngadirin (2013) Journal UNY, Pengembangan Media Film
Dokumenter Sebagai Pendukung Pembelajaran Akutansi Pokok Bahasan Siklus
Akutansi Perusahaan Dagang Bagi Siswa SMK Kelas X Akutansi, 2(01), 21-36
Mudjiono, Yoyon (2011), Jurnal Ilmu Komunikasi, Kajian Semiotika Dalam Film, 1(01),
125-138
Rahmatullah, Muhammad (2011), Jurnal UPI, Pengaruh Pemanfaatan Media Pembelajaran
Film Animasi Terhadap Hasil Belajar, Khusus(01), 178-186
Sadiman, Arief S. dkk. (2008). Media Pendidikan: Pengertian, Pengembangan, dan
Pemanfaatannya. Jakarta: PT Raja Grafindo Perkasa
Sobur, Alex (2006), Semiotika Komunikasi, Bandung, Remaja Rosdakarya

Anda mungkin juga menyukai