SELATAN
Oleh:
ARIFIN
AIA2 14 004
KENDARI
2018
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
masyarakat suatu bangsa menuju terwujudnya sumber daya manusia yang mampu
dipandang sebagai tolak ukur berkembangnya suatu bangsa dimana bangsa yang
Kualitas pendidikan yang baik menghasilkan lulusan yang baik pula, hal ini
dapat terwujud dengan syarat sistem dan sarana pendidikan harus dilengkapi guna
Jadi, banyak hal yang dibicarakan ketika kita membicarakan pendidikan. Aspek-
a. Penyadaran;
b. Pencerahan;
c. Pemberdayaan;
d. Perubahan perilaku;
guna membentuk karakter siswa, yang dewasa ini pendidikan dihadapkan dengan
pola perilaku siswa yang dominan berubah ubah akibat perubahan zaman. Selain
karakter siswa yang mudah terpengaruh dan berangsur berubah, minat serta antusias
karakter dan penumbuhan minat siswa terhadapa mata pelajaran yang diajarkan
serta terpadu, guna menghasilkan siswa yang berprestasi dan berkarakter serta
pendidikan yang ada tidak tertinggal dengan perubahan zaman di era global ini.
Perubahan yang terjadi membuat segala unsur kehidupan yang ada ikut berubah
mulai dari teknologi hingga pola perilaku dan individu atau kelompokpun mulai
berubah.
Hal ini yang kemudian menjadi tantangan serta pertimbangan bagi institusi
dan tenaga pendidik dalam mencerdaskan bangsa ini. Institusi serta tenaga
pendidikan yang professional dituntut menciptakan teknik atau metode yang tepat
yang ada guna menyadarkan tentang perilaku yang baik dan benar sehingga
menghindarkan dari perilaku buruk individu atau kelompok, perubahan ini sendiri
berpengaruh juga pada minat belajar siswa dimana siswa terkadang acuh dengan
pelajaran yang tidak sukai atau membosankan. Sehingga guru sebagai pendidik
harus mampu menyediakan model pembelajaran yang menarik minat siswa untuk
belajar.
perubahan zaman sangat diperlukan agar sumberdaya manusia dari lulusan institut
pendidikan mampu bersaing dengan kerasnya dunia kerja dan bisnis (jenjang karir).
Proses pembelajaran yang baik adalah hal utama yang harus diperhatikan
telah disampaikan dapat dipahami dan diaplikasikan. Dalam Sanjaya (2011: 27)
dipakai dalam dunia pendidikan di Amerika Serikat. Istilah ini banyak dipergaruhi
dari kegiatan.
pembelajaran harus tepat hal ini tidak lepas dari peran guru sebagai penyalur
informasi, guru harus mampu menerapkan moetode dan model pembelajaran yang
sesuai serta mampu memahami siswa yang cenderung berbeda-berda sifat atau
perilaku.
Dalam era modern ini muncul berbagai model serta metode pembelajaran
media ini harus diikuti dengan kreatifitas guru dalam mendesain media agar
terkadang guru hanya menggunakan metode yang kurang menarik bagi siswa.
Dalam pembelajaran IPS sendiri banyak komponen materi yang akan di
sampaikan pada siswa yang bersifat visual (gambar dan video), dengan
perkembangan teknologi kini mata pelajaran ini didukung dengan media elektronik
yang mampu menampilkan secara visual objek yang disampaikan sehingga siswa
yang menerima materi tidak lagi berangan-angan dengan objek yang dijelaskan
oleh guru, contohnya dalam mata pelajaran IPS Sejarah yang dulu hanya dijelaskan
dnegan metode ceramah atau bercerita kini dengan hadirnya media elektronik
materi yang dijelaskan dapat ditampilkan langsung lengkap dengan gambar dan
video walaupun tidak semua materi yang ada memiliki gambar atau rekaman video.
Dalam hal ini pemanfaatan media film bagi peningkatan hasil belajar siswa sangat
harapkan pengguanan media film atau visual dapat diterapkan pada sekolah-sekolah
di seluruh Indonesia
B. Rumusan Masalah
1. Apakah penggunaan media film pada siswa kelas IX SMP Negeri 1 Wangi-
IPS?
2. Apakah penerapan media film pada siswa kelas IX SMP Negeri 1 Wangi-
IPS?
3. Apakah penerapan media film pada siswa kelas IX SMP Negeri 1 Wangi-
C. Tujuan Penelitian
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
obyek kajian yang sama atau serupa mengenai “Meningkatkan Hasil Belajar IPS
Dengan Menggunakan Media Film Pada Siswa Kelas IX SMP Negeri 1 Wangi-
Wangi Selatan”.
2. Manfaat praktis
IPS di SMP.
Wangi Selatan.
c. Bagi guru, dapat dijadiakan bahan acuan tentang penggunaan media film
KAJIAN PUSTAKA
A. Konsep Pendidikan
Pendidikan merupakan salah satu hal yang penting dan tak boleh terlewati
dalam hidup ini, dikarenakan pendidikan adalah proses pemanusiaan manusia dari
ketidak tahuan menuju perubahan yang kompleks, sederhananya dari salah menjadi
benar. Yang akan merujuk pada aspek kehidupan individu (siswa) atau kelompok
masyarakat dimana jika pendidikan tak diterapkan pada individu atau kelompok
dari dan sebelum lahir maka akan berpengaruh pada aspek kehidupan individu atau
merupakan kegiatan yang hanya dilakukan manusia dengan lapangan yang sangat
pendidikan.
dikembangkan atas dasar pandangan hidup bangsa itu sendiri (nilai dan norma
utama dari pendidikan yang mempunyai kata dasar didik serta menitih beratkan
pada ranah psikologi guna kesehatan dan perkembangan fisik yang berangsur
tumbuh dan berkembang dengan memuat norma serta nilai-nilai pada masyarakat
dimana nilai dan norma sendiri diterapkan dan menjadi dasar atau ideology
masyarakat tersebut.
Dalam keseharian kita selaku manuisa hampir tidak pernah terlepas dari
kegiatan belajar baik itu individu atau kelompok masyarakat. Secara sadar ataupun
setiap unsur kehidupan baik itu informasi yang ia dapat itu dari lingkup pendidikan
formal serta non-formal atau lingkungan sekitarnya, selain itu belajar merupakan
hal utama yang harus ditingkatkan dalam proses perkembangan siswa agar siswa
tersebut memiliki pengetahuan luas dan berdasar sehingga siswa tersebut tidak
keliru memahami kebutuhan dan aspek kehidupan manusia. Dalam Sumantri (2015:
2) belajar adalah suatu perubahan perilaku yang relatif permanen dan dihasilkan
dari pengalaman masa lalu ataupun dari pembelajaran yang bertujuan atau
direncanakan.
Dalam Anita (2007: 3) belajar adalah proses mental dan emosional atau
proses berpikir dan merasakan. Seseorang dikatakan belajar bila pikiran dan
perasaannya aktif. Aktivitas pikiran dan perasan itu sendiri tidak dapat diamati
orang lain, akan tetapi terasa oleh yang bersangkutan (orang yang sedang belajar
itu). Belajar merupakan aktivitas, baik fisik maupun psikis yang menghasilkan
perubahan tingkah laku yang baru pada diri individu yang belajar dalam bentuk
kemampuan yang relatif konstan dan bukan disebabkan oleh kematangan atau
dari duduknya atau perubahan fisik yang oleh kecelakaan tidak dapat dikategorikan
sebagai hasil dari perbuatan belajar meskipun perubahan itu berlangsung lama dan
konstan.
dalam dunia pendidikan di Amerika Serikat. Istilah ini banyak dipengaruhi oleh
merujuk pada upaya membelajarkan siswa tentang seluruh unsur yang sifatnya
universal. Kurniawan (2014: 27) bisa kita pahami bahwa dalam proses
terjadinya interaksi antara guru dan siswa dengan tujuan mendapatkan hasil dari
ini terganggu maka akan menimbulkan proses pembelajaran yang berujuk pada
hasil yang buruk. Dalam Jihad & Haris (2013: 12) mengemukakan bahwa Dalam
hakikatnya merupakan suatu proses interaksi antara guru dan siswa, baik interaksi
secara langsung seperti kegiatan tatap muka maupun secara tidak langsung, yaitu
teori pokok yang secara rinci memuat pembelajaran untuk setiap materi pokok mata
pelajaran.
Proses belajar terjadi karena adanya suatu tujuan yang ingin dicapai. Tujuan
yang dimaksud adalah berupa hasil belajar. Hasil belajar harus menunjukkan suatu
perubahan tingkah laku yang bersifat menetap, fungsional, positif dan disadari.
Perwujudan hasil belajar akan selalu berkaitan dengan kegiatan evaluasi. Untuk itu
diperlukan teknik dan prosedur evaluasi belajar yang dapat menilai secara efektif
proses dan hasil belajar. Dalam Anita (2007: 19) hasil belajar merupakan kulminasi
dari suatu proses yang telah dilakukan dalam belajar. Kulminasi akan selalu diiringi
dengan kegiatan tindak lanjut. Hasil belajar menunjukkan suatu perubahan tingkah
laku atau perolehan perilaku yang baru dari siswa yang bersifat menetap,
Hasil belajar merupakan hasil dari suatu interaksi tindak belajar dan tindak
mengajar. Jadi belajar pada hakikatnya yaitu berubahnya perilaku peserta didik
meliputi kognitif, afektif, serta psikomotoriknya. Sehingga setiap pendidik pastinya
akan mengharapkan agar hasil belajar peserta didiknya itu meningkat setelah
beberapa faktor, dalam Mujtahid (2011: 35) berpendapat bahwa hasil belajar
memang dipengaruhi oleh banyak faktor, antara lain; kemampuan guru, keadaan
peserta didik, sarana prasarana dan lain-lain. Namun terlepas dari itu semua, bahwa
hasil belajar merupakan tanggung jawab guru. Kegagalan peserta didik dalam
bagian konsep atau meteri ilmu-ilmu social yang diramu untuk kepentingan
Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan salah satu bidang studi yang
rumit karena luasnya ruang lingkup dan merupakan gabungan dari sejumlah disiplin
ilmu seperti Ekonomi, Sejarah, Geografi, Sosiologi, Antropologi dan apa yang
disebut dengan “sipil” perlu ditekankan. Tetapi ilmu-ilmu social dan kemanusiaan
ada.
memperhatikan studi tentang manusia dimasyarakat, dalam situasi global saat ini
dapat memainkan peran yang sangat penting. Namun demikian berdasarkan data
proses belajar mengajar dengan menggunakan buku teks (Fajar, 2004: 31-32).
Pembelajaran IPS dengan cakupan yang sangat luas tidak hanya bergantung pada
buku teks sebagai sumber belajar siswa, lingkungan, social budaya, politik dan
Tujuan utama dari pembelajaran IPS adalah membantu peserta didik sebagai
beragam di dunia yang saling tergantung. Tujuan belajar IPS adalah mendukung
kompetensi warga Negara dalam hal pengetahuan, proses intelektual, dan karakter
yang demokratis, yang diperlukan siswa untuk terlibat aktif dalam kehidupan
publik. Dengan membentuk kompetensi wargga Negara sebagai suatu tujuan utama.
nilai, moral dan ketrampilannya berdasarkan konsep yang telah dimilikinya. IPS
masyarakat dimana anak didik tumbuh dan berkembang sebagai bagian dari
dari sarana pendidikan dapat meningkatkan pemahaman siswa pada obyek kajian
indonesisa sendiri tidak tertinggal dengan Negara lain. Adapun bentuk dari
Media berasal dari bahasa latin dan merupakan bentuk jamak dari kata
medium yang secara harafiah dapat dairtikan sebagai perantara atau pengantar
(Sanjaya, 2011: 204). Dalam hal ini media dijadikan sebagai perantara dari objek
dan peristiwa yang akan ditampilkan sehingga tanpa menghadirkan hal tersebutpun
kita bisa mengetahui seluk beluknya dimana media berfungsi menampilkan yang
jauh menjadi dekat dekat atau menampilkan kejadian yang lalu sehingga kita bias
memiliki prestasi belajar yang baik. Dalam Suryani dan Agung (2012: 135)
Media sendiri merupakan pengantar atau perantara yang berupa alat yang
tidaklah terasa berat dan belajar sendiri menjadi menarik. Dari sisnilah motivasi dan
hasil belajar siswa dapat meningkat karena proses belajar tidak lagi monoton dan
F. Kerangka Berpikir
Guru
Hasil belajar kurang
optimal
Pembelajaran IPS
Penerapan media
film
Hasil belajar
meningkat
G. Hipotesis Tindakan
Wakatobi
2. Penggunaan media film dapat meningkatkan aktivitas siswa dalam
Wakatobi.
3. Penggunaan media film dapat meningkatkan hasil belajar IPS siswa kelas
H. Penelitan Relevan
ketuntasan 47% pada observasi awal menjadi 66,67% pada siklus I dan
nilai ≥ 70.
Selanjutnya penelitian yang dilakukan oleh Hasbullah dengan
3. Dari segi hasil belajar yang diperoleh siswa pada siklus I secara klasikal
hanya mencapai 60% dengan nilai rata-rata 74,54 sedangkan pada siklus
76,96.
dengan kesimpulan:
siswa kelas VII 16 orang (66,7%) siswa mendapatkan nilai di bawah 60,
dan hanya 8 orang siswa (33,3%) yang mendapatkan diatas 60. Secara
70, dan 19 orang mendapatkan nilai diatas 70. Secara keseluruhan rata-
menjadi 83,1.
BAB III
METODE PENELITIAN
Kabupaten Wakatobi dengan waktu penelitian selama empat bulan mulai dari bulan
Maret 2018 sampai bulan Juni 2018 dengan menerapkan proses pembelajaran
B. Subyek Penelitian
C. Prosedur Penelitian
Pengamatan
Perencanaan
Pengamatan
menggunakan media film, agar keefektifan guru dapat berjalan dengan lancar perlu
1. Perencanaan
Ada tiga hal rencana tindakan kelas pada penelitian ini yaitu:
(RPP).
2. Pelaksanaan
efektifitas guru, aktivitas siswa dan hasil belajar dalam pembelajaran IPS.
partner kerja yang berfungsi sebagai penilai aktivitas belajar siswa dan efektifitas
dilakukan oleh guru dan siswa selama pembelajaran, yaitu mulai kegiatan awal
hingga kegiatan akhir. Pada akhir siklus diakhiri dengan tes. Tes ditujukan untuk
melihat hasil belajar dari setiap kegiatan pembelajaran yang telah dilakukan pada
dan kegagalannya. Data yang diperoleh dari proses belajar dan Pembelajaran,
apabila hasil analisis pada siklus pertama terdapat revisi dan kekurangan maka
mencapai tujuan.
dan pengamatan.
1. Tes
dengan menggunakan media film dalam pembelajaran IPS. Teknik tes ini berupa
butir soal yang diberikan oleh guru. Soal yang digunakan untuk mengetahui
2. Pengamatan
dalam penelitian ini. Lembar pengamatan digunakan untuk mengamati kinerja guru
F. Indikator Kineja
sebagai berikut:
2. Indikator aktivitas belajar siswa yaitu minimal 80% siswa memperoleh skor
3. Indikator meningkatan hasil belajar siswa, di nyatakan tuntas jika minimal 80%
Anwar Hafid, Jafar Ahiri, Pendais Haq. 2013. Konsep Dasar Ilmu Pendidikan.
Bandung: Alfabeta.
Arnie Fajar. 2014. Portofolio dalam Pembelajaran IPS. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya.
Arifin. 2012. Meningkatkan Hasil Belajar IPS Sejarah Melalui Penggunaan Media
Gambar (PTK pada Siswa Kelas VII SMPN 3 Pasarwajo
Kabupaten Buton). Kendari: Universitas Halu Oleo.
Asep Jihad dan Abdul Haris. 2013. Evaluasi pembelajaran. Yogyakarta: Multi
Pressindo.
Asmir. 2015. Penerapan Media Videografi pada Pembelajaran Sejarah di Kelas
XI. IS SMA Negeri 9 Kabupaten Bombana. Kendari: Universitas
Halu Oleo.
Deni Kurniawan. 2014. Pembelajaran Terpadu Tematik (Teori, Praktik, dan
Penilaian). Bandung: Alfabeta.
Hasbullah. 2014. Penggunaan Media Audio Visual dalam Meningkatkan Hasil
Belajar IPS pada Siswa Kelas VIIᴳ SMP Negeri 3 Kendari.
Kendari: Universitas Halu Oleo.
Imas Kurniasi dan Berlin Sani. 2014. Ragam Pengembangan Model Pembelajaran.
Jakarta: Kata Pena.
Mohamad Syarif Sumantri. 2015. Strategi Pembelajaran Teori dan Praktik di
Tingkat Pendidikan Dasar. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Mujtahid. 2011. Pengembangan Profesi Guru. Malang: Uin-Maliki Press.
Nunuk Suryani dan Leo Agung. 2012. Strategi Belajar Mengajar. Yogyakarta:
Penerbit Ombak.
Nurani Soyomukti. 2013. Teori-Teori Pendidikan. Jogjakarta: Ar-Ruzz Media.
Wina Sanjaya. 2011. Perencanaan dan Desain Sistem Pembelajaran. Jakarta:
Prenada Media Group.
Rusman. 2014. Model-Model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme
Guru. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Sri Anita W. 2007. Materi Pokok Strategi Pembelajaran. Jakarta: Universitas
Terbuka.
Suharsimi Arikunto, Suhardjono, Supardi. 2015. Penelitian Tindakan Kelas.
Jakarta: PT Bumi Aksara.
Uyoh Sadulloh. 2010. Pengantar Filsafat Pendidikan. Bandung: Alfabeta.
Wahidmurni. 2017. Metodologi Pembelajaran IPS Penegembangan Standar
Proses Pembelajaran IPS di Sekolah/Madrasah. Yogyakarta:
Ar-Ruzz Media.