Anda di halaman 1dari 25

TUGAS INDIVIDU PTK

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPS DENGAN MENGGUNAKAN

MEDIA FILM PADA SISWA KELAS IX SMP NEGERI 1 WANGI-WANGI

SELATAN

Oleh:

ARIFIN

AIA2 14 004

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SEJARAH

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS HALU OLEO

KENDARI

2018
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendidikan merupakan hal yang penting dalam menunjang perkembangan

masyarakat suatu bangsa menuju terwujudnya sumber daya manusia yang mampu

bersaing dan berkarir diranah nasional maupun internasional. Pendidikan sendiri

dipandang sebagai tolak ukur berkembangnya suatu bangsa dimana bangsa yang

besar dan maju dapat dilihat dari kualitas pendidikannya.

Kualitas pendidikan yang baik menghasilkan lulusan yang baik pula, hal ini

dapat terwujud dengan syarat sistem dan sarana pendidikan harus dilengkapi guna

kenyamanan proses pendidikan sehingga penyaluran serta penyerapaan informasi

dapat dilaksanakan dengan maksimal.

Dalam Soyomukti (2013: 27) mengatakan Pendidikan adalah proses untuk

memberikan manusia berbagai macam situasi yang bertujuan memberdayakan diri.

Jadi, banyak hal yang dibicarakan ketika kita membicarakan pendidikan. Aspek-

aspek yang biasanya paling dipertimbangkan antara lain:

a. Penyadaran;

b. Pencerahan;

c. Pemberdayaan;

d. Perubahan perilaku;

Proses serta penerapan system pendidikan yang terpadu perlu dilakukan

guna membentuk karakter siswa, yang dewasa ini pendidikan dihadapkan dengan

pola perilaku siswa yang dominan berubah ubah akibat perubahan zaman. Selain
karakter siswa yang mudah terpengaruh dan berangsur berubah, minat serta antusias

siswa dalam mengikuti pelajaran disekolah harus diperhatikan demi kelangsungan

generasi bangsa yang berkarakter serta memiliki pengetahuan luas.

Perubahan sistem pendidikan yang dilakukan harus berorientasi pada

karakter dan penumbuhan minat siswa terhadapa mata pelajaran yang diajarkan

serta terpadu, guna menghasilkan siswa yang berprestasi dan berkarakter serta

pendidikan yang ada tidak tertinggal dengan perubahan zaman di era global ini.

Perubahan yang terjadi membuat segala unsur kehidupan yang ada ikut berubah

mulai dari teknologi hingga pola perilaku dan individu atau kelompokpun mulai

berubah.

Hal ini yang kemudian menjadi tantangan serta pertimbangan bagi institusi

dan tenaga pendidik dalam mencerdaskan bangsa ini. Institusi serta tenaga

pendidikan yang professional dituntut menciptakan teknik atau metode yang tepat

dalam menghadapi kondisi pendidikan yang berangsur-angsur berubah dan

memiliki keterbatasan, hal ini sangat diperlukan guna terwujudnya proses

pendidikan yang baik.

Perubahan-perubahan perilaku sangat berpengaruh dalam dunia pendidikan

dimana system pendidikan harus mampu menyesuaikan dengan perubahan sosial

yang ada guna menyadarkan tentang perilaku yang baik dan benar sehingga

menghindarkan dari perilaku buruk individu atau kelompok, perubahan ini sendiri

berpengaruh juga pada minat belajar siswa dimana siswa terkadang acuh dengan

pelajaran yang tidak sukai atau membosankan. Sehingga guru sebagai pendidik
harus mampu menyediakan model pembelajaran yang menarik minat siswa untuk

belajar.

Metode-metode dan model pembelajaran yang tepat dalam mengahadapi

perubahan zaman sangat diperlukan agar sumberdaya manusia dari lulusan institut

pendidikan mampu bersaing dengan kerasnya dunia kerja dan bisnis (jenjang karir).

Proses pembelajaran yang baik adalah hal utama yang harus diperhatikan

untuk menghasilkan penerimaan informasi yang maksimal sehingga informasi yang

telah disampaikan dapat dipahami dan diaplikasikan. Dalam Sanjaya (2011: 27)

mengatakan pembelajaran adalah terjemahan dari “instruction”, yang banyak

dipakai dalam dunia pendidikan di Amerika Serikat. Istilah ini banyak dipergaruhi

oleh aliran psikologi kognitif-holistik, yang menempatkan siswa sebagai sumber

dari kegiatan.

Siswa merupakan komponen utama pembelajaran dimana pembelajaran

ditujukan untuk siswa, sehingga penggunaan metode atau penerapan model

pembelajaran harus tepat hal ini tidak lepas dari peran guru sebagai penyalur

informasi, guru harus mampu menerapkan moetode dan model pembelajaran yang

sesuai serta mampu memahami siswa yang cenderung berbeda-berda sifat atau

perilaku.

Dalam era modern ini muncul berbagai model serta metode pembelajaran

yang bervariasi seperti penggunaan media dalam proses pembelajaran, pemanfataan

media ini harus diikuti dengan kreatifitas guru dalam mendesain media agar

menarik. Hal ini merupakan penunjang dalam proses pembelajaran dimana

terkadang guru hanya menggunakan metode yang kurang menarik bagi siswa.
Dalam pembelajaran IPS sendiri banyak komponen materi yang akan di

sampaikan pada siswa yang bersifat visual (gambar dan video), dengan

perkembangan teknologi kini mata pelajaran ini didukung dengan media elektronik

yang mampu menampilkan secara visual objek yang disampaikan sehingga siswa

yang menerima materi tidak lagi berangan-angan dengan objek yang dijelaskan

oleh guru, contohnya dalam mata pelajaran IPS Sejarah yang dulu hanya dijelaskan

dnegan metode ceramah atau bercerita kini dengan hadirnya media elektronik

materi yang dijelaskan dapat ditampilkan langsung lengkap dengan gambar dan

video walaupun tidak semua materi yang ada memiliki gambar atau rekaman video.

Dalam hal ini pemanfaatan media film bagi peningkatan hasil belajar siswa sangat

berpengaruh bagi pemaham siswa akam objek materi yang disampaiakan, di

harapkan pengguanan media film atau visual dapat diterapkan pada sekolah-sekolah

di seluruh Indonesia

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, maka permasalahan dalam penelitian ini

adalah sebagai berikut:

1. Apakah penggunaan media film pada siswa kelas IX SMP Negeri 1 Wangi-

Wangi Selatan dapat meningkatkan keefektivan guru dalam pembelajaran

IPS?

2. Apakah penerapan media film pada siswa kelas IX SMP Negeri 1 Wangi-

Wangi Selatan dapat meningkatkan Aktivitas siswa dalam pembelajaran

IPS?
3. Apakah penerapan media film pada siswa kelas IX SMP Negeri 1 Wangi-

Wangi Selatan dapat meningkatkan hasil belajar IPS?

C. Tujuan Penelitian

1. Meningkatkan keefektivan guru dalam pembelajaran IPS kelas IX SMP

Negeri 1 Wangi-Wangi Selatan Kabupaten Wakatobi.

2. Meningkatkan aktivitas siswa dalam pembelajaran IPS kelas IX SMP

Negeri 1 Wangi-Wangi Selatan Kabupaten Wakatobi.

3. Meningkatkan hasil belajar IPS siswa kelas IX SMP Negeri 1 Wangi-Wangi

Selatan Kabupaten Wakatobi.

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

Dapat dijadikan sebagai referensi dalam penulisan selanjutnya dengan

obyek kajian yang sama atau serupa mengenai “Meningkatkan Hasil Belajar IPS

Dengan Menggunakan Media Film Pada Siswa Kelas IX SMP Negeri 1 Wangi-

Wangi Selatan”.

2. Manfaat praktis

a. Bagi pemerintah, dapat dimanfaatkan sebagai bahan referensi dalam

mengevaluasi penggunaan media film dalam meningkatkan hasil belajar

IPS di SMP.

b. Bagi akademisi, dapat dijadikan sebagai bahan referensi penelitian dan

pengetahuan tentang Meningkatkan Hasil Belajar IPS Dengan

Menggunakan Media Film Pada Siswa Kelas IX SMP Negeri 1 Wangi-

Wangi Selatan.
c. Bagi guru, dapat dijadiakan bahan acuan tentang penggunaan media film

pada siswa kelas IX SMP Negeri 1 Wangi-Wangi Selatan dalam

meningkatkan hasil belajar siswa.

d. Bagi sekolah, dapat dijadikan bahan acuan dalam meningkatkan prestasi

belajar IPS siswa mengunakan media film.


BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Konsep Pendidikan

Pendidikan merupakan salah satu hal yang penting dan tak boleh terlewati

dalam hidup ini, dikarenakan pendidikan adalah proses pemanusiaan manusia dari

ketidak tahuan menuju perubahan yang kompleks, sederhananya dari salah menjadi

benar. Yang akan merujuk pada aspek kehidupan individu (siswa) atau kelompok

masyarakat dimana jika pendidikan tak diterapkan pada individu atau kelompok

dari dan sebelum lahir maka akan berpengaruh pada aspek kehidupan individu atau

kelompok tersebut. Sadulloh (2010: 1) mengemukakan bahwa pendidikan

merupakan kegiatan yang hanya dilakukan manusia dengan lapangan yang sangat

luas, yang mencakup semua pengalaman serta pemikiran manusia tentang

pendidikan.

Merujuk pada konsep secara bahasa (lughawiyah) tentang pendidikan,

pendidik dan mendidik tersebut, dapat disederhanakan sebagai usaha manusia

untuk menumbuhkembangkan potensi-potensi bawaan baik jasmani maupun rohani

untuk memperoleh hasil dan prestasi, sehingga ia dapat mencapai kecerdasan.

Pendidikan dapat dairtikan sebagai suatu hasil peradaban bangsa yang

dikembangkan atas dasar pandangan hidup bangsa itu sendiri (nilai dan norma

masyarakat) yang berfungsi sebagai filsafat pendidikannya atau sebagai cita-cita

dan pernyataan tujuan pendidikannya, bagaimanapun peradaban suatu masyarakat,

didalamnya terjadi sesuatu proses pendidikan sebagai usaha manusia untuk

melestarikan dan mengembangkan hidupnya (Hafid dkk, 2013: 27).


Dalam hal ini perubahan sikap seseorang kearah positif merupakan tujuan

utama dari pendidikan yang mempunyai kata dasar didik serta menitih beratkan

pada ranah psikologi guna kesehatan dan perkembangan fisik yang berangsur

tumbuh dan berkembang dengan memuat norma serta nilai-nilai pada masyarakat

dimana nilai dan norma sendiri diterapkan dan menjadi dasar atau ideology

masyarakat tersebut.

B. Konsep Belajar dan Pembelajaran

Dalam keseharian kita selaku manuisa hampir tidak pernah terlepas dari

kegiatan belajar baik itu individu atau kelompok masyarakat. Secara sadar ataupun

tidak sesungguhnya sebagaian besar aktifitas kita merupakan kegiatan belajar.

Dalam pendidikan belajar merupakan proses dimana siswa mencoba memahami

setiap unsur kehidupan baik itu informasi yang ia dapat itu dari lingkup pendidikan

formal serta non-formal atau lingkungan sekitarnya, selain itu belajar merupakan

hal utama yang harus ditingkatkan dalam proses perkembangan siswa agar siswa

tersebut memiliki pengetahuan luas dan berdasar sehingga siswa tersebut tidak

keliru memahami kebutuhan dan aspek kehidupan manusia. Dalam Sumantri (2015:

2) belajar adalah suatu perubahan perilaku yang relatif permanen dan dihasilkan

dari pengalaman masa lalu ataupun dari pembelajaran yang bertujuan atau

direncanakan.

Dalam Anita (2007: 3) belajar adalah proses mental dan emosional atau

proses berpikir dan merasakan. Seseorang dikatakan belajar bila pikiran dan

perasaannya aktif. Aktivitas pikiran dan perasan itu sendiri tidak dapat diamati

orang lain, akan tetapi terasa oleh yang bersangkutan (orang yang sedang belajar
itu). Belajar merupakan aktivitas, baik fisik maupun psikis yang menghasilkan

perubahan tingkah laku yang baru pada diri individu yang belajar dalam bentuk

kemampuan yang relatif konstan dan bukan disebabkan oleh kematangan atau

sesuatu yang bersifat sementara. Prubahan kemampuan yang disebabkan oleh

kematangan, pertumbuhan, dan penrkembangan seprti anak yang mampu berdiri

dari duduknya atau perubahan fisik yang oleh kecelakaan tidak dapat dikategorikan

sebagai hasil dari perbuatan belajar meskipun perubahan itu berlangsung lama dan

konstan.

Pembelajaran adalah terjemahan dari “instruction”, yang banyak dipakai

dalam dunia pendidikan di Amerika Serikat. Istilah ini banyak dipengaruhi oleh

aliran Psikologi Kognitif-holistik, yang menempatkan siswa sebagai sumber

kegiatan (Sanjaya, 2011: 27). Namun demikian pemaknaan kata pembelajaran

merujuk pada upaya membelajarkan siswa tentang seluruh unsur yang sifatnya

universal. Kurniawan (2014: 27) bisa kita pahami bahwa dalam proses

pembelajaran merujuk pada segala peristiwa (events) yang bisa memberikan

pengaruh langsung terjadinya belajar pada manusia.

Pembelajaran sendiri berhubungan dengan proses dari belajar yang dimana

terjadinya interaksi antara guru dan siswa dengan tujuan mendapatkan hasil dari

proses dengan efektifnya proses pembeljaran. Apabila efektifitas dari pembelajaran

ini terganggu maka akan menimbulkan proses pembelajaran yang berujuk pada

hasil yang buruk. Dalam Jihad & Haris (2013: 12) mengemukakan bahwa Dalam

proses pembelajaran, baik guru maupun siswa bersama-sama menjadi pelaku


terlaksananya tujuan pembelajaran. Tujuan pemebelajaran ini akan mencapai hasil

yang maksimal apabila pembelajaran berjalan secara efektif

Dalam Rusman (2014: 144) Mengemukakan bahwa pembelajaran pada

hakikatnya merupakan suatu proses interaksi antara guru dan siswa, baik interaksi

secara langsung seperti kegiatan tatap muka maupun secara tidak langsung, yaitu

dengan menggunakan berbagai media. Pembelajaran pada pokoknya merupakan

tahapan-tahapan kegiatan guru dan siswa dalam menyelenggarakan program

pembelajaran, yaitu rencana kegiatan yang menjabarkan kemampuan dasar dan

teori pokok yang secara rinci memuat pembelajaran untuk setiap materi pokok mata

pelajaran.

C. Konsep Hasil Belajar

Proses belajar terjadi karena adanya suatu tujuan yang ingin dicapai. Tujuan

yang dimaksud adalah berupa hasil belajar. Hasil belajar harus menunjukkan suatu

perubahan tingkah laku yang bersifat menetap, fungsional, positif dan disadari.

Perwujudan hasil belajar akan selalu berkaitan dengan kegiatan evaluasi. Untuk itu

diperlukan teknik dan prosedur evaluasi belajar yang dapat menilai secara efektif

proses dan hasil belajar. Dalam Anita (2007: 19) hasil belajar merupakan kulminasi

dari suatu proses yang telah dilakukan dalam belajar. Kulminasi akan selalu diiringi

dengan kegiatan tindak lanjut. Hasil belajar menunjukkan suatu perubahan tingkah

laku atau perolehan perilaku yang baru dari siswa yang bersifat menetap,

fungsional, positif, dan disadari.

Hasil belajar merupakan hasil dari suatu interaksi tindak belajar dan tindak

mengajar. Jadi belajar pada hakikatnya yaitu berubahnya perilaku peserta didik
meliputi kognitif, afektif, serta psikomotoriknya. Sehingga setiap pendidik pastinya

akan mengharapkan agar hasil belajar peserta didiknya itu meningkat setelah

melakukan proses pembelajaran. Namun hasil belajar dapat dipengaruhi oleh

beberapa faktor, dalam Mujtahid (2011: 35) berpendapat bahwa hasil belajar

memang dipengaruhi oleh banyak faktor, antara lain; kemampuan guru, keadaan

peserta didik, sarana prasarana dan lain-lain. Namun terlepas dari itu semua, bahwa

hasil belajar merupakan tanggung jawab guru. Kegagalan peserta didik dalam

mencapai tujuan yang telah ditentukan adalah kegagalan guru.

D. Konsep Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS)

IPS secara sederhana dapat didefinisikan sebagai perpaduan dari berbagai

bagian konsep atau meteri ilmu-ilmu social yang diramu untuk kepentingan

program pendidikan dan pembelajaran disekolah/madrasah.

Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan salah satu bidang studi yang

rumit karena luasnya ruang lingkup dan merupakan gabungan dari sejumlah disiplin

ilmu seperti Ekonomi, Sejarah, Geografi, Sosiologi, Antropologi dan apa yang

disebut dengan “sipil” perlu ditekankan. Tetapi ilmu-ilmu social dan kemanusiaan

telah ditambahkan berdasarkan konsepnya kedalam konfigurasi topic-topik yang

ada.

Ilmu Pengetahuan Sosial sebagai disiplin operasional yang efektif dan

memperhatikan studi tentang manusia dimasyarakat, dalam situasi global saat ini

dapat memainkan peran yang sangat penting. Namun demikian berdasarkan data

keberadaannya, dalam mengajarkan ilmu-ilmu pendidikan social didominasi oleh

proses belajar mengajar dengan menggunakan buku teks (Fajar, 2004: 31-32).
Pembelajaran IPS dengan cakupan yang sangat luas tidak hanya bergantung pada

buku teks sebagai sumber belajar siswa, lingkungan, social budaya, politik dan

ekonomi masyarakat sekitarnya merupakan bagian dari proses pembelajarannya

sehingga tujuan pembelajaran IPS dapat terlaksana secara maksimal.

Tujuan utama dari pembelajaran IPS adalah membantu peserta didik sebagai

warga Negara dalam membuat keputusan yang rasional berdasarkan informasi

untuk kepentingan publik/umum dari masyarakat demokratis dan budaya yang

beragam di dunia yang saling tergantung. Tujuan belajar IPS adalah mendukung

kompetensi warga Negara dalam hal pengetahuan, proses intelektual, dan karakter

yang demokratis, yang diperlukan siswa untuk terlibat aktif dalam kehidupan

publik. Dengan membentuk kompetensi wargga Negara sebagai suatu tujuan utama.

NCSS menenkankan pentingnya mendidik siswa yang berkomitmen pad aide-ide

dan nilai-nilai demokrasi (Wahidmurni, 2017: 18).

Pembelajaran IPS lebih menekankan pada aspek “pendidikan” dari pada

transfer konsep karena dalam pembelajaran IPS siswa diharapkan memperoleh

pemahaman terhadap sejumlah konsep dan mengembangkan serta melatih sikap,

nilai, moral dan ketrampilannya berdasarkan konsep yang telah dimilikinya. IPS

juga membahas hubungan antara manusia dengan lingkungannya. Lingkungan

masyarakat dimana anak didik tumbuh dan berkembang sebagai bagian dari

masyarakat dan dihadapkan pada berbagai permasalahan di lingkungan sekitarnya.

Berdasarkan uraian di atas peneliti menyimpulkan bahwa pembelajaran IPS

sebagai proses belajar yang mengintegrasikan konsep-konsep terpilih dari berbagai

ilmu-ilmu sosial dan humaniora siswa agar berlangsung secara optimal.


E. Konsep Media Pembelajaran

Dengan perkembangan teknologi yang begitu pesat, dunia pendidkan

mengalami perubahan sistem yang semula sifatnya tradisional menuju modernisasi.

Dengan memodernisasi sistem pendidikan, diharapkan perkembangan yang ada

dari sarana pendidikan dapat meningkatkan pemahaman siswa pada obyek kajian

pembelajaran selain itu pemodernisasian ini diharapkan agar system pendidikan di

indonesisa sendiri tidak tertinggal dengan Negara lain. Adapun bentuk dari

modernisasinya pendidikan dengan penggunaan media pembelajaran yang antara

lain berupa media film.

Media berasal dari bahasa latin dan merupakan bentuk jamak dari kata

medium yang secara harafiah dapat dairtikan sebagai perantara atau pengantar

(Sanjaya, 2011: 204). Dalam hal ini media dijadikan sebagai perantara dari objek

dan peristiwa yang akan ditampilkan sehingga tanpa menghadirkan hal tersebutpun

kita bisa mengetahui seluk beluknya dimana media berfungsi menampilkan yang

jauh menjadi dekat dekat atau menampilkan kejadian yang lalu sehingga kita bias

menyaksikannya menggunakan bantuan media tersebut yang dimaksud.

Dalam korelasinnya dengan pendidikan media diperuntukan untuk

membantu dan mempermudah proses belajar dan pembelajaran guru dalam

menyampikan informasi sehingga merangsang siswanya agar termotivasi dan

memiliki prestasi belajar yang baik. Dalam Suryani dan Agung (2012: 135)

mengatakan bahwa, media merupakan segala sesuatu yang dapat dipergunakan

untuk menyalurkan pesan dan dapat merangsang pikiran, membangkitkan


semangat, perhatian, dan kemauan siswa sehingga dapat mendorong terjadinya

proses pembelajaran pada diri siswa.

Media sendiri merupakan pengantar atau perantara yang berupa alat yang

digunakan dalam mempermudah kegiatan dalam proses belajar, sehingga belajar

tidaklah terasa berat dan belajar sendiri menjadi menarik. Dari sisnilah motivasi dan

hasil belajar siswa dapat meningkat karena proses belajar tidak lagi monoton dan

menjadi menyenangkan. Jadi media pembelajaran sangatlah membantu dan

membawa perubahan yang signifikan pada proses dan hasil belajar.

F. Kerangka Berpikir

Guru
Hasil belajar kurang
optimal
Pembelajaran IPS
Penerapan media
film

Hasil belajar
meningkat

Gambar 1: kerangka berpikir

G. Hipotesis Tindakan

1. Penggunaan media film dapat meningkatkan keevektikan guru dalam

pembelajaran IPS kelas IX SMP Negeri 1 Wangi-Wangi Selatan Kabupaten

Wakatobi
2. Penggunaan media film dapat meningkatkan aktivitas siswa dalam

pembelajaran IPS kelas IX SMP Negeri 1 Wangi-Wangi Selatan Kabupaten

Wakatobi.

3. Penggunaan media film dapat meningkatkan hasil belajar IPS siswa kelas

IX SMP Negeri 1 Wangi-Wangi Selatan Kabupaten Wakatobi.

H. Penelitan Relevan

Dalam penelitian yang dilakukan oleh Asmir dengan menggunakan media

videografi mendapatkan kesimpulan antara lain sebagai berikut:

1. Aktivitas belajar siswa mengalami peningkatan pada siklus 1 65% dan

pada siklus II meningkat menjadi 85%.

2. Aktivitas mengajar guru dalam pelaksanaan pembelajaran berhasil

ditingkatkan dengan menerapkan media pembelajaran Videografi

sebesar 62,5% pada siklus I, namun belum mencapai indicator kinerja

80%. Aktivitas mengajar guru meningkat menjadi 87,33%.

3. Melalui penerapan media pembelajaran Videografi, hasil belajar siswa

kelas XI IS 1 pada mata pelajaran sejarah dapat ditingkatkan dari

ketuntasan 47% pada observasi awal menjadi 66,67% pada siklus I dan

meningkat lagi menjadi 90.47% pada siklus II. Sebanyak 14 dari 21

orang siswa pada siklus I mendapat nilai 70 tetapi belum mencapai

indicator kinerja 80%. Hasil belajar siswa meningkat secara signifikan

pada siklus II yakni sebanyak 19 dari 21 orang siswa yang memperoleh

nilai ≥ 70.
Selanjutnya penelitian yang dilakukan oleh Hasbullah dengan

menggunakan Media audio visual dengan kesimpulan:

1. Penggunaan media audio visual (film) dalam pembelajaran IPS di SMP

Negeri 3 Kendari dapat meningkatkan efektivitas mengajar guru dimana

pada siklus I hanya mencapai 75% dan pada siklus II mengalami

peningkatan yang signifikan yaitu mencapai 100%.

2. Penggunaan media audio visual (film) dalam pembelajaran IPS di SMP

Negeri 3 Kendari dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa, dimana

pada siklus I hanya mencapai 53,84% sedangkan pada siklus II

mengalami penigkatan yang signifikan yaitu mencapai 92,30%

3. Dari segi hasil belajar yang diperoleh siswa pada siklus I secara klasikal

hanya mencapai 60% dengan nilai rata-rata 74,54 sedangkan pada siklus

II hasil belajar siswa menigkat menjadi 87% dengan nilai rata-rata

76,96.

Selanjutnya adalah penelitian Arifin dengan menggunakan Media gambar

dengan kesimpulan:

1. Hasil belajar siswa pada siklus I menunjukan adanya penigkatan

dibandingkan sebelum diberi pembelajaran dengan media gambar.

Sebelum diberi pembelajaran, hasil belajar siswa menunjukan dari 24

siswa kelas VII 16 orang (66,7%) siswa mendapatkan nilai di bawah 60,

dan hanya 8 orang siswa (33,3%) yang mendapatkan diatas 60. Secara

keseluruhan rata-rata kelas menjadi 61,5. Sesudah pembelajaran

menggunakan media gambar pada siklus I dilakukan hasilnya menjadi


5 orang siswa mendapatkan nilai dibawah 70 (tidak tuntas), dan 19

orang mendapatkan nilai minimal 70 (tuntas). Secara keseluruhan rata-

rata kelas menjadi 77,3. Hasil masih kurang memuaskan.

2. Pada siklus II hasil belajar siswa sesudah diberi pembelajaran pada

siklus II dengan menggunakan media gambar menunjukan peningkatan.

Sebelum diberi pembelajaran, hasil belajar siswa pada siklus I

menunjukan dari 24 terdapat 5 orang siswa mendapatkan nilai dibawah

70, dan 19 orang mendapatkan nilai diatas 70. Secara keseluruhan rata-

rata menjadi 77,3. Sesudah siklus II dilakukan hasilnya menjadi 2 orang

siswa mendapatkan nilai dibawah 70 (tidak tuntas), dan 22 orang

mendapatkan nilai diatas 70 (tuntas). Secara keseluruhan rata-rata

menjadi 83,1.
BAB III

METODE PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian

Adapun penelitian ini bertempat di SMP Negeri 1 Wangi-Wangi Selatan,

Kabupaten Wakatobi dengan waktu penelitian selama empat bulan mulai dari bulan

Maret 2018 sampai bulan Juni 2018 dengan menerapkan proses pembelajaran

menggunakan media film.

B. Subyek Penelitian

Subjek penelitian ini yaitu:

1. Guru mata pelajaran IPS, yaitu bagaimana keefektifan guru menggunakan

media film dalam proses pembelajaran.

2. Siswa kelas IX SMP Negeri 1 Wangi-Wangi Selatan, yaitu berupa aktivitas

siswa dalam menerima pembelajaran dengan menggunakan media film.

3. Hasil belajar, yaitu melihat peningkatan hasil belajar siswa setelah

melakukan proses pembelajaran dengan menggunakan media film.

C. Prosedur Penelitian

Dalam penelitian ini, prosedur penelitian dilakukan dengan menggunakan

siklus-siklus tindakan (daur ulang). Adapun prosedur pelaksanaan tindakan

kelas dapat dilihat dalam bagan dibawah ini:


Perencanaan

Refleksi Siklus ke-I Pelaksanaan

Pengamatan

Perencanaan

Refleksi Siklus ke-II Pelaksanaan

Pengamatan

Gambar 2: siklus penelitian Tindakan, diadopsi dari Arikunto (2017: 42)

Penelitian ini dilaksanakan dalam dua siklus yang diawali dengan

pembuatan perangkat pembelajaran secara kolaboratif antara guru mata pelajaran

IPS dengan peneliti, kemudian rencana kegiatan pelaksanaan pembelajaran dengan

menggunakan media film, agar keefektifan guru dapat berjalan dengan lancar perlu

memperhatikan hal-hal berikut:

1. Perencanaan

Ada tiga hal rencana tindakan kelas pada penelitian ini yaitu:

a) Mengidentifikasi masalah yang terjadi didalam kelas atau tempat penelitian.


b) Menganalisa dan merumuskan masalah yang terjadi untuk dibenahi dalam

pelaksanaan tindakan, dan

c) Meencanakan perbaikan atau perencanaan tindak lanjut dengan langkah

sebagai berikut: (1) merumuskan perangkat pembelajaran sesuai dengan

kondisi dan kebutuhan pembelajaran dengan menggunakan media film, (2)

merumuskan langkah-langkah perbaikan yang akan ditempuh dalam bentuk

hipotesis tindakan, (3) menganalisa kelayakan hipotesis dan kelayakan

pelaksanaannya yang dituangkan dalam Rencana Perbaikan Pembelajaran

(RPP).

2. Pelaksanaan

Tahap ini adalah pelaksanaan dari perencanaan yang telah ditetapkan.

Pelaksanaan dilakukan dengan menerapkan media film untuk meningkatkan

efektifitas guru, aktivitas siswa dan hasil belajar dalam pembelajaran IPS.

3. Pengamatan dan Evaluasi

Pengamatan dilakukan oleh teman sejawat sebagai mitra kolaborator atau

partner kerja yang berfungsi sebagai penilai aktivitas belajar siswa dan efektifitas

guru dalam proses pembelajaran. Kolaborator mencatat semua aktivitas yang

dilakukan oleh guru dan siswa selama pembelajaran, yaitu mulai kegiatan awal

hingga kegiatan akhir. Pada akhir siklus diakhiri dengan tes. Tes ditujukan untuk

melihat hasil belajar dari setiap kegiatan pembelajaran yang telah dilakukan pada

setiap siklus untuk menunjukan adanya peningkatan atau sebaliknya.


4. Refleksi

Selama penelitian dilaksanakan, hasilnya dianalisis dan dikaji keberhasilan

dan kegagalannya. Data yang diperoleh dari proses belajar dan Pembelajaran,

apabila hasil analisis pada siklus pertama terdapat revisi dan kekurangan maka

analisis direfleksikan untuk menentukan tindakan pada siklus 2 dalam rangka

mencapai tujuan.

D. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian adalah tes

dan pengamatan.

1. Tes

Tes ditujukan untuk mengungkapkan hasil belajar siswa selama penelitian

dengan menggunakan media film dalam pembelajaran IPS. Teknik tes ini berupa

butir soal yang diberikan oleh guru. Soal yang digunakan untuk mengetahui

ketercapaian tujuan pembelajaran. Berdasarkan hasil analisis tes tersebut dapat

diketahui peningkatan hasil belajar siswa.

2. Pengamatan

Pengamatan digunakan untuk menjawab permasalahan yang diajukan

dalam penelitian ini. Lembar pengamatan digunakan untuk mengamati kinerja guru

dan aktivitas siswa saat pembelajaran dilaksanakan oleh pengamatan.

E. Teknik Analisis Data

Penelitian ini dianalisis dengan menggunakan analisis data kualitatif dan

kuantitatif dimana data obsevasi menggambarkan suasana dan aktivitas belajar

siswa selama proses kegiatan pembelajaran berlangsung, Hasil observasi dianalisis


dengan menggunakan presentase (%) banyak frekuensi suasana dan aktivitas siswa

dibagi dengan seluruh nilai jumlah frekuensi, dan dikali 100%.

Rumus mencari presentase adalah

∑ 𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑓𝑟𝑒𝑘𝑢𝑒𝑛𝑠𝑖 𝑎𝑘𝑡𝑖𝑣𝑖𝑡𝑎𝑠


% aktivitas belajar =∑ 𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 (𝑓𝑟𝑒𝑘𝑢𝑒𝑛𝑠𝑖)𝑎𝑘𝑡𝑖𝑣𝑖𝑡𝑎𝑠 x 100%

(Kurniasih dan sani, 2014: 67-68)

F. Indikator Kineja

Indikator kinerja yang di lakukan untuk menentukan keberhasilan

pelaksanaan pembelajaran menggunakan media film, adapun indikatornya adalah

sebagai berikut:

1. Indikator keefektifan mengajar guru dinyatakan tuntas, jika minimal 90%

skenario pembelajaran yang telah dirancang terlaksana dengan baik.

2. Indikator aktivitas belajar siswa yaitu minimal 80% siswa memperoleh skor

rata-rata minimal 75 atau kategori aktif dalam Pembelajaran.

3. Indikator meningkatan hasil belajar siswa, di nyatakan tuntas jika minimal 80%

siswa memperoleh skor 75.


DAFTAR PUSTAKA

Anwar Hafid, Jafar Ahiri, Pendais Haq. 2013. Konsep Dasar Ilmu Pendidikan.
Bandung: Alfabeta.
Arnie Fajar. 2014. Portofolio dalam Pembelajaran IPS. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya.
Arifin. 2012. Meningkatkan Hasil Belajar IPS Sejarah Melalui Penggunaan Media
Gambar (PTK pada Siswa Kelas VII SMPN 3 Pasarwajo
Kabupaten Buton). Kendari: Universitas Halu Oleo.
Asep Jihad dan Abdul Haris. 2013. Evaluasi pembelajaran. Yogyakarta: Multi
Pressindo.
Asmir. 2015. Penerapan Media Videografi pada Pembelajaran Sejarah di Kelas
XI. IS SMA Negeri 9 Kabupaten Bombana. Kendari: Universitas
Halu Oleo.
Deni Kurniawan. 2014. Pembelajaran Terpadu Tematik (Teori, Praktik, dan
Penilaian). Bandung: Alfabeta.
Hasbullah. 2014. Penggunaan Media Audio Visual dalam Meningkatkan Hasil
Belajar IPS pada Siswa Kelas VIIᴳ SMP Negeri 3 Kendari.
Kendari: Universitas Halu Oleo.
Imas Kurniasi dan Berlin Sani. 2014. Ragam Pengembangan Model Pembelajaran.
Jakarta: Kata Pena.
Mohamad Syarif Sumantri. 2015. Strategi Pembelajaran Teori dan Praktik di
Tingkat Pendidikan Dasar. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Mujtahid. 2011. Pengembangan Profesi Guru. Malang: Uin-Maliki Press.
Nunuk Suryani dan Leo Agung. 2012. Strategi Belajar Mengajar. Yogyakarta:
Penerbit Ombak.
Nurani Soyomukti. 2013. Teori-Teori Pendidikan. Jogjakarta: Ar-Ruzz Media.
Wina Sanjaya. 2011. Perencanaan dan Desain Sistem Pembelajaran. Jakarta:
Prenada Media Group.
Rusman. 2014. Model-Model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme
Guru. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Sri Anita W. 2007. Materi Pokok Strategi Pembelajaran. Jakarta: Universitas
Terbuka.
Suharsimi Arikunto, Suhardjono, Supardi. 2015. Penelitian Tindakan Kelas.
Jakarta: PT Bumi Aksara.
Uyoh Sadulloh. 2010. Pengantar Filsafat Pendidikan. Bandung: Alfabeta.
Wahidmurni. 2017. Metodologi Pembelajaran IPS Penegembangan Standar
Proses Pembelajaran IPS di Sekolah/Madrasah. Yogyakarta:
Ar-Ruzz Media.

Anda mungkin juga menyukai