Pendahuluan
Keterlibatan siswa dalam belajar disamping menerima materi
pelajaran dari guru siswa juga aktif baik dari segi fisik maupun mental.
Dalam proses tersebut guru sebagai pendidik harus memberikan
keteladanan, membangun kemauan, dan mengembangkan potensi serta
DOI: 10.21274/taalum.TTTT.V.N.1-17
MochMisbakhulmunir: Penggunaan, media, video pemb,
1
Djiwandono, W. Sri Esti, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: PT. Gramedia,
2002), h.17
Metode
Desain Penelitian ini menggunakan data kualitatif, yaitu suatu proses
pemahaman berdasarkan pada suatu fenomena sosial dan masalah manusia.
Pada pendekatan ini, peneliti menekankan sifat realitas yang terbangun
secara sosial, hubungan erat antara peneliti dan subyek yang di teliti.
pendekatan kualitatif menekankan pada makna, penalaran, definisi sutau
situasi tertentu (dalam konteks tertentu) dan lebih banyak terkaitdengan
kehidupan sehari-hari. Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif
interaktif yakni studi mendalam dengan menggunakan teknik pengumpulan
data langsung dari orang dan lingkungan ilmiahnya. Penelitian yang
menginterprestasikan fenomena-fenomena bagaimana orang mencari makna
dari padanya.2
Penelitian ini ditujukan untuk mendeskripsikan dan menganalisis
fenomena, peristiwa, aktivitas sosial, sikap, kepercayaan, persepsi,
pemikiran orang secara individual maupun kelompok. Data yang telah di
dapat tidak akan dirubah dengan simbol ataupun bilangan karena metode
penelitian kualitatif ini tidak menggunakan data statistik.
2
Sukmadinata, S, Nana, Metodologi Penelitian Pendidikan, (Bandung: PT
remaja Rosdakarya, 2006), h. 61
3
Daryanto, Media Pembelajaran, Jakarta: PT Sarjana Tutorial Nurani
Sejahtera, 2012.
4
Rusman, Pembelajaran Berbasis Teknologi Informasi dan Komunikasi:
Mengembangkan Profesionalitas Guru, Cet 2, (Jakarta: PT Rajawali Pers, 2012.).,
h.77
b. Ranah Afektif.
Ketika terdapat salah satu unsur dari emosi atau
keinginan untuk belajar afektif, video biasanya bekerja dengan
baik. Model peran dan pesan dramatis pada video bisa
mempengaruhi sikap. Karena potensinya yang besar untuk
dampak emosional, video bisa bermanfaat dalam membentuk
sikap personal dan sosial.
c. Ranah Kemampuan Motorik
Video sangat hebat untuk menampilkan bagaimana
sesuatu bekerja. Sebagai misalnya, terdapat sebuah video
pendidikan singkat berjudul Colonial Cooper. Dibuat di Colonial
Williamsburg, video tersebut menampilkan seorang tukang kayu
abad ke-18 membuat gentong. Pertunjukan kemampuan motorik
bisa dengan mudah dilihat melalui media ketimbang dalam
kehidupan nyata. Jika guru sedang mengajar proses tahap demi
tahap, guru bisa menampilkannya dalam waktu saat itu juga,
mempercepatnya untuk memberikan sebuah tinjauan atau
melambatkannya untuk menampilkan detai-detail yang spesifik.
Dengan sebuah DVD guru bisa menghentikan tindakan untuk
kajian cermat atau mempercepatnya satu bingkai dalam satu
waktu. Merekam kinerja siswa bisa memberikan umpan balik
kepada latihan. Para pemelajar bisa mengamati kinerja mereka
sendiri dan juga menerima umpan balik dari guru.5
5
Rusman, Pembelajaran Berbasis Teknologi Informasi dan Komunikasi:
Mengembangkan Profesionalitas Guru, Cet 2, Jakarta: PT Rajawali Pers, 2012. h.
82.
6
Djamarah, S. Bahri dan Zain, A, Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta:
Rineka Bahri Cipta, 2010.) h. 98
4) Fungsi Kompensatoris.
Fungsi kompensatoris media pembelajaran terlihat
dari hasil penelitian bahwa media visual yang memberikan
konteks untuk memahami teks bagi siswa yang lemah dalam
membaca untuk mengorganisasikan informasi dalam teks dan
mengingat kembali. Dengan kata lain media pembelajaran
berfungsi untuk mengakomodasikan siswa yang lemah dan
lambat menerima dan memahami isi pelajaran yang disajikan
dengan teks atau disajikan secara verbal.7
7
Oemar Hamalik. Media Pendidikan. (Bandung: PT. Citra Aditya Bakti
2008)., h.254
8
Oemar Hamalik, Media Pendidikan, Cet. Ke - 7, Bandung: PT Citra
Aditya Bhakti, 1994. h. 97
9
Ibid.,,
10
Rusman, Pembelajaran Berbasis Teknologi Informasi dan Komunikasi:
Mengembangkan Profesionalitas Guru, Cet 2, Jakarta: PT Rajawali Pers, 2012.
h.220
11
Daryanto, Media Pembelajaran, Jakarta: PT Sarjana Tutorial Nurani
Sejahtera, 2012.
12
Sungkono. Pengembangan. Media Slide Suara. (Yogyakarta: Fakultas
Ilmu Pendidikan UNY. 2003). h.93
13
Anik Ghufron. Panduan Penelitian dan Pengembangan Bidang
Pendidikan dan Pembelajaran. (Lemlit Universitas Negeri Yogyakarta.2007)., h.
69
4. Membuat treatment.
Dalam mengembangkan treatment ini dituntut adanya
kreatifitas: 1) Menentukan format programnya. 2) Visualisasi ide
3) Orientasi visual 4) Menyusun pokok-pokok atau garis besar isi
program, sesuai dengan urutan penampilan program. Agak
berbeda dengan sinopsis, treatment mencoba memberikan uraian
ringkas secara deskriptif (bukan tematis) tentang bagaimana
suatu episode cerita atau rangkaian peristiwa pembelajaran
nantinya akan digarap. Kalau pada sinopsis penulisannya dibuat
sedemikian singkat, akan tetapi di dalam treatment semua alur
cerita yang akan ada dalam video tersebut diuraikan dari awal
kemunculan gambar sampai program berakhir diuraikan secara
diskriptif. Namun demikian dalam pembuatan storyboard belum
menggunakan istilah-istilah teknis dalam teknik video
penggunaan istilah teknis baru dilakukan pada pembuatan
shooting script.
5. Membuat skrip atau naskah program.
Dalam pembuatan naskah video, dibagi dalam 2 bagian:
Bagian kiri, berisi tentang gambar visual yang meliputi: 1).
berorientasi visual (obyek dan subyek), 2). Berdimensi lingkup
visualisasi, 3). Sudut pengambilan gambar/posisi kamera, 4).
Efek teknis, 5). Tata pencahayaan, dan 6). Lokasi pengambilan
gambar.
Secara umum dalam penulisan naskah bahan ajar audio/video
terdapat sejumlah unsur yang dapat berdiri sendiri maupun
dikombinasikan. Unsur-unsur tersebut adalah: 1) Unsur Suara.
Dalam penulisan naskah bahan ajar audio/video, unsur suara
yang ditampilkan dapat beragam dan dipilih sesuai dengan
tujuan. Unsur suara dapat dibedakan menjadi:
a) Suara Pelaku, Suara pelaku yang dituliskan dalam naskah
media noncetak sangat bervariasi, dan dapat disesuaikan
dengan format penyajian yang dipilih.
14
Amir Fatah.S & Agus Purwanto. Digital Multimedia: animasi, sound
editing &video editing. (Yogyakarta. CV. Andi Offset. 2008)., h. 85
15
Achsan. 2010. Standar Penyusunan Program. ((http: //nustaff/
site.gunadrama.ac.id. / blog/acshan/2023/05/31/standar penyusunan-program
23/05/31/13.00.)
16
Drs. H. Moh. Rifa’i, Fiqih Islam Lengkap, (Semarang:PT Karya Toha
Putra, 2014)., h. 55
Kesimpulan.
Kesimpulan dari penulisan kali ini bahwasanya persoalan media
pembelajaran dapat membantu meningkatkan mutu dan relevansi
Pendidikan di Indonesia. Mekanisme produksi media pembelajaran
diharapkan mampu diterapkan guru dalam proses pengembangan sumber
media pembelajaran maupun itu pelajaran umum ataupun PAI. Pembuatan
identitas media, pembuatan naskah (synopsis dan treatmen), story board,
proses produksi dab pasca produksi dalam video pembelajaran menjadi
suatu kegiatan pembelajaran yang baru, karena tidak melulu tentang
ceramah dan pemberian tugas saja. Dengan adanya penulisan ini diharapkan
dapat berguna bagi pembaca dan apabila banyak sekali kekurangan ataupun
kesalahan dalam penulisan penulis mohon maaf yang sebesar-besarnya.
Daftar Rujukan
Achsan. 2010. Standar Penyusunan Program. ((http: //nustaff/
site.gunadrama.ac.id. / blog/acshan/2023/05/31/standar penyusunan-
program 23/05/31/13.00.)
Amir Fatah.S & Agus Purwanto. 2008. Digital Multimedia: animasi, sound
editing &video editing. Yogyakarta. CV. Andi Offset. 2008
Drs. H. Moh. Rifa’i, 2014. Fiqih Islam Lengkap. Semarang:PT Karya Toha
Putra.