Anda di halaman 1dari 19

STRATEGI PEMBELAJARAN BEHAVIORISTIK MELALUI PENGGUNAAN

MEDIA VIDEO DALAM PELAJARAN PAI DI SMP 1 PGRI KOTA KEDIRI

MAKALAH
Disusun Sebagai Salah Satu Tugas Mata Kuliah

TEKNOLOGI DAN MEDIA PEMBELAJARAN

Program Magister Pendidikan Agama Islam Semester II

Dosen Pengampu
Dr. H. M. Badrus M. Pd.I

Oleh:
MOHAMMAD ALQODHI ABI SAIDIL MAHZUMI
NPM. 2207001524

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (PAI)


PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS ISLAM TRIBAKTI KEDIRI
MEI 2023

1
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latarbelakang Masalah

Di era perkembangan IPTEK yang begitu pesat dewasa ini, profesionalisme


guru dituntut untuk menerapkan perkembangan IPTEK tersebut kedalam proses
pembelajaran. Hal ini akan memberikan pengaruh dan perkembangan terhadap
proses pembelajaran, Menurut Suprihatin, Guru yaitu seorang tenaga pendidik yang
memberikan ilmu berupa pengetahuan yang disampaikan pada siswa saat
pembelajaran.1

Dalam pelaksanaan pembelajaran sarana atau media pembelajaran termasuk


teknologi pembelajaran sangat membantu guru dalam mencapai tujuan
pembelajaran. Terdapat beberapa hal yang perlu dipersiapkan oleh guru sebelum
memulai pembelajaran yakni lima komponen yang sangat berpengaruh terhadap
keberhasilan kegiatan pembelajaran. Lima komponen pembelajaran tersebut yaitu,
tujuan, materi, metode, media dan evaluasi pembelajaran. Kelima unsur tersebut
saling berpengaruh antara yang satu dengan yang lainnya.2 Namun dari kelima unsur
tersebut, media pembelajaran menjadi hal penting dengan memandang kemajuan
zaman yang terus berkembang. Seorang guru dituntut harus menyesuaikan diri
dengan perkembangan zaman yang serba teknologi.

Walaupun media ini sangat penting dalam melaksanakan pembelajaran


namun tidak semua guru dalam melaksanakan pembelajaran menggunakan media,
termasuk guru mata pelajaran pendidikan agama Islam pada jenjang SD, SMP dan
SMA. Media pembelajaran yang saat ini banyak digunakan oleh guru cenderung
masih bersifat konvensional seperti papan tulis, powerpoint, dan buku paket sebagai
media cetak utama penyampai materi pada siswa. Dengan tidak maksimalnya

1
Tri Setia dkk, “Penggunaan Media Video Berpengaruh Terhadap Aktivitas Belajar Biologi
Siswa Madrsah Aliyah Pamenang Barat” , EDU-BIO Jurnal Pendidikan Biologi, Vol. 6, 2 (Desember
2022), h. 52.
2
Endik Kuswanto dan Romelah, “Penggunaan Media Video dalam Pembelajaran PAI di SMA
Islam”, h. 161.
2
pemilihan media ini pada akhirnya akan menggiring guru secara tidak langsung
dalam pemilihan metode pem-belajaran yang cenderung konvensional dan hanya
terpusat pada guru.3

Mata pelajaran PAI (Pendidikan Agama Islam) merupakan pelajaran wajib


di semua Sekolah. Dalam proses pembelajaran PAI guru masih belum maksimal
dalam mengembangkan kegiatan pembelajaran yang inovatif dan menarik. Guru
masih menggunakan model konvensional dan tidak bervariasi, sehingga membuat
siswa bosan dan jenuh terhadap mata pelajaran PAI. Kondisi tersebut tampak ketika
siswa mengikuti pelajaran kurang serius, tidak memperhatikan saat guru
menjelaskan, ribut sendiri, cenderung main-main di kelas, dan tidak ingin bertanya
mengenai materi yang belum dipahami. Indikasi tersebut menunjukkan kurangnya
motivasi belajar siswa dalam mengikuti pelajaran di kelas. Guru sering
menggunakan media yang telah tersedia yaitu text book, selain itu metode ceramah
masih mendominasi dalam proses pembelajaran, sehingga model pembelajaran
cenderung berpusat pada guru4

Merujuk pada berbagai persoalan di atas, maka solusi yang ditawarkan untuk
melakukan pembelajaran PAI adalah menggunakan media sesuai dengan materi
yang disajikan. Media pembelajaran merupakan segala sesuatu yang dapat
digunakan untuk menyalurkan bahan pembelajaran, sehingga dapat merangsang
perhatian, minat, pikiran, dan perasaan siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran 5
Pendapat lainnya media pembelajaran merupakan alat bantu dalam proses belajar
mengajar untuk merangsang pikiran, perasaan, perhatian dan kemampuan atau
ketrampilan pembelajar sehingga dapat mendorong terjadinya proses belajar6

3
Aghni, R. I. “Fungsi dan Jenis Media Pembelajaran dalam Pembelajaran Akuntansi”. Jurnal
Pendidikan Akuntansi Indonesia, Vol. 16, 1, (2018).
4
Maemanah, S.,dkk, “Kemampuan Pemecahan Masalah Melalui Model Flipped Classroom Pada
Pembelajaran Kimia Abad Ke 21”. Orbital: Jurnal Pendidikan Kimia, Vol. 3, 2, (2019), h.143–154.
5
Khanifatul. Pembelajaran Inovatif. Ar-Ruzz Media, 2017.
6
Tafonao, T. “Peranan Media Pembelajaran Dalam Meningkatkan Minat Belajar”
Mahasiswa. Jurnal Komunikasi Pendidikan, Vol. 2, 2 (2018), h.103.
3
Media pembelajaran memiliki peran yang penting sebagai salah satu
komponen sistem pembelajaran. Tanpa media pembelajaran, proses pembelajaran
sebagai proses komunikasi tidak dapat berlangsung secara maksimal. Hubungan
komunikasi antara guru dan peserta didik dalam kegiatan pembelajaran akan lebih
baik dan efisien dengan menggunakan media. Salah satu media pembelajaran yang
sedang berkembang saat ini adalah media audio visual. Peranan media pembelajaran
dalam proses belajar dan mengajar sangat penting dilaksanakan oleh para pendidik
saat ini, karena peranan media pembelajaran dapat digunakan untuk menyalurkan
pesan pengirim kepada penerima dan melalui media pembelajaran juga dapat
membantu peserta didik untuk menjelaskan sesuatu yang disampaikan oleh
pendidik7

Jenis media audio visual menurut Manshur dan Ramdlani (2020)8 adalah
jenis media yang digunakan dalam kegiatan pembelajaran dengan melibatkan
pendengaran dan penglihatan sekaligus dalam satu proses atau kegiatan. Pesan dan
informasi yang dapat disalurkan melalui media ini dapat berupa pesan verbal dan
nonverbal yang mengandalkan penglihatan dan pendengaran. Beberapa contoh
media audio visual adalah film, video, program TV dan lain-lain. Jenis media yang
lain adalah Multimedia yang merupakan jenis media paling kompleks dari
keseluruhan jenis media yang ada. Karakter utama multimedia adalah adanya
interaksi dan kesempatan pengguna untuk mengontrol media menggunakan alat
kontrol yang tersedia pada media. 9 Pada penelitian ini lebih dikhususkan media
video.

Media audio visual bertujuan untuk memberikan pengaruh dalam menunjang


interaksi pembelajaran yang dilakukan oleh guru dan siswa di dalam kelas. Peran
guru sebagai penyampai pesan dalam bentuk materi, akan lebih mudah
menyampaikan materinya kepada siswa sebagai penerima pesan. Selain itu,
penggunaan media audio visual juga dapat mendukung terlatihnya kebiasaan dalam
7
Tafonao, T. “Peranan Media Pembelajaran,… h. 103.
8
Manshur, U dan Ramdlani, M, Media Audio Visual Dalam Pembelajaran PAI, Al Murabbi:
Jurnal Pendidikan Agama Islam, Vol. 5, 1 (2020).), h. 1–8.
9
Aghni, R. I. “Fungsi dan Jenis Media…, h. 34
4
penggunaan IPTEK dalam dunia pendidikan yang terus berkembang, agar wawasan
tentang pendidikan menjadi lebih luas10

Perkembangan zaman yang terjadi pada saat ini menuntut guru untuk lebih
kreatif dalam memotivasi siswa agar dapat mengikuti pembelajaran dengan baik.
Guru di harapkan dapat menciptakan suasana belajar yang menyenangkan, membuat
siswa tertarik untuk belajar, tidak membosankan dan dapat memudahkan siswa
dalam memahami materi yang diajarkan oleh guru. Hal tersebut berlaku untuk
semua mata pelajaran yang diajarkan pada lembaga pendidikan, termasuk mata
pelajaran PAI.

Pentingnya pemanfaatan media video sebagai salah satu sumber belajar


siswa dalam Pembelajaran PAI yang berlangsung di dalam kelas dengan
memanfaatkanmmedia yang sesuai, dapat memacu kreativitas dan antusias siswa
dalam mengikuti pembelajaran. Pemanfaatan media belajar yang relevan dengan
materi belajar, juga dapat memberikan pengalaman belajar yang sangat dibutuhkan
siswa dalam mengonstruksi sebuah pengetahuan Agama. Adapun media video
dipilih berdasarkan kenyataan di lapangan bahwa konsep belajar pada dasarnya
mengkonstruksi lingkungannya.

Dari penjelasan permasalahan diatas, penulis hendak membahas


permasalahan terkait strategi pembelajaran behavioristik melalui penggunaan media
video pembelajaran dalam pelajaran PAI di SMP PGRI 1 kota Kediri.

B. Rumusan masalah

1. Apa pengertian behavioristik?

2. Apa pengertian Video pembelajaran?

3. Bagaimana proses pembelajaran berbasis Video dalam pelajaran PAI di SMP 1


PGRI Kota Kediri Perspektif Teori Behavioristik?

10
Manshur, U dan Ramdlani, M, Media Audio Visual…, h. 1–8.

5
6
BAB II

PEMBAHASAN

A. Teori behavioristik

1. Pengertian Teori Behavioristik

Teori Behavioristik adalah teori yang mempelajari perilaku manusia.


Perspektif behavioral berfokus pada peran dari belajar dalam menjelaskan
tingkah laku manusia dan terjadi melalui rangsangan berdasarkan (stimulus)
yang menimbulkan hubungan perilaku reaktif (respons) hukum-hukum
mekanistik. Asumsi dasar mengenai tingkah laku menurut teori ini adalah bahwa
tingkah laku sepenuhnya ditentukan oleh aturan, bisa diramalkan, dan bisa
ditentukan. Menurut teori ini, seseorang terlibat dalam tingkah laku tertentu
karena mereka telah mempelajarinya, melalui pengalaman-pengalaman
terdahulu, menghubungkan tingkah laku tersebut dengan hadiah. Seseorang
menghentikan suatu tingkah laku, mungkin karena tingkah laku tersebut belum
diberi hadiah atau telah mendapat hukuman. Karena semua tingkah laku yang
baik bermanfaat ataupun yang merusak, merupakan tingkah laku yang
dipelajari.11

Pendekatan psikologi ini mengutamakan pengamatan tingkah laku dalam


mempelajari individu dan bukan mengamati bagian dalam tubuh atau
mencermati penilaian orang tentang penasarannya. Behaviorisme menginginkan
psikologi sebagai pengetahuan yang ilmiah, yang dapat diamati secara obyektif.
Data yang didapat dari observasi diri dan intropeksi diri dianggap tidak obyektif.
Jika ingin menelaah kejiwaan manusia, amatilah perilaku yang muncul, maka
akan memperoleh data yang dapat dipertanggungjawabkan keilmiahannya.12
Jadi, behaviorisme sebenarnya adalah sebuah kelompok teori yang memiliki
11
Eni Fariyatul Fahyuni, Istikomah. Psikologi Belajar & Mengajar. Sidoarjo. (Nizamia Learning
Center. 2016) h. 26- 27.
12
Desmita. Psikologi Perkembangan Peserta Didik. (Bandung : Remaja Rosdakarya. 2011), h.
44- 45.
7
kesamaan dalam mencermati dan menelaah perilaku manusia yang menyebar di
berbagai wilayah, selain Amerika teori ini berkembang di daratan Inggris,
Perancis, dan Rusia. Tokoh-tokoh yang terkenal dalam teori ini meliputi
E.L.Thorndike, I.P.Pavlov, B.F.Skinner, J.B.Watson, dll.

a. Thorndike

Menurut Thorndike (1911), salah seorang pendiri aliran tingkah laku,


teori behavioristik dikaitkan dengan belajar adalah proses interaksi antara
stimulus (yang berupa pikiran, perasaan, atau gerakan) dan respons (yang
juga berupa pikiran, perasaan, dan gerakan). Jelasnya menurut Thorndike,
perubahan tingkah laku boleh berwujud sesuatu yang konkret (dapat diamati),
atau yang non-konkret (tidak bisa diamati).

Meskipun Thorndike tidak menjelaskan bagaimana cara mengukur


berbagai tingkah laku yang non-konkret (pengukuran adalah satu hal yang
menjadi obsesi semua penganut aliran tingkah laku), tetapi teori Thorndike
telah memberikan inspirasi kepada pakar lain yang datang sesudahnya. Teori
Thorndike disebut sebagai aliran koneksionisme (connectionism).

Prosedur eksperimennya ialah membuat setiap binatang lepas dari


kurungannya sampai ketempat makanan. Dalam hal ini apabila binatang
terkurung maka binatang itu sering melakukan bermacam-macam kelakuan,
seperti menggigit, menggosokkan badannya ke sisi-sisi kotak, dan cepat atau
lambat binatang itu tersandung pada palang sehingga kotak terbuka dan
binatang itu akan lepas ke tempat makanan.13

b. Ivan Petrovich Pavlov

Classic Conditioning (pengkondisian atau persyaratan klasik) adalah


proses yang ditemukan Pavlov melalui percobaannya terhadap hewan anjing,
di mana perangsang asli dan netral dipasangkan dengan stimulus bersyarat
secara berulang-ulang sehingga memunculkan reaksi yang diinginkan. Dari

13
Budi Haryanto, Psikologi Pendidikan dan pengenalan Teori-teori Belajar, (Sidoarjo.
Universitas Muhammadiyah Sidoarjo. 2004), h. 63- 65.
8
contoh tentang percobaan dengan hewan anjing bahwa dengan menerapkan
strategi Pavlov ternyata individu dapat dikendalikan melalui cara dengan
mengganti stimulus alami dengan stimulus yang tepat untuk mendapatkan
pengulangan respon yang diinginkan, sementara individu tidak menyadari
bahwa ia dikendalikan oleh stimulus yang berasal dari luar dirinya.14

c. John B. Watson

Berbeda dengan Thorndike, menurut Watson pelopor yang datang


sesudah Thorndike, stimulus dan respons tersebut harus berbentuk tingkah
laku yang bisa diamati (observable). Dengan kata lain, Watson mengabaikan
berbagai perubahan mental yang mungkin terjadi dalam belajar dan
menganggapnya sebagai faktor yang tidak perlu diketahui. Bukan berarti
semua perubahan mental yang terjadi dalam benak siswa tidak penting.
Semua itu penting. Akan tetapi, faktor-faktor tersebut tidak bisa menjelaskan
apakah proses belajar sudah terjadi atau belum.

Hanya dengan asumsi demikianlah, menurut Watson, dapat


diramalkan perubahan apa yang bakal terjadi pada siswa. Hanya dengan
demikian pula psikologi dan ilmu belajar dapat disejajarkan dengan ilmu
lainnya seperti fisika atau biologi yang sangat berorientasi pada pengalaman
empiris. Berdasarkan uraian ini, penganut aliran tingkah laku lebih suka
memilih untuk tidak memikirkan hal-hal yang tidak bisa diukur, meskipun
mereka tetap mengakui bahwa hal itu penting.

d. Burrhus Frederic Skinner

Menurut Skinner, deskripsi antara stimulus dan respons untuk


menjelaskan parubahan tingkah laku (dalam hubungannya dengan
lingkungan) menurut versi Watson tersebut adalah deskripsi yang tidak
lengkap. Respons yang diberikan oleh siswa tidaklah sesederhana itu, sebab
pada dasarnya setiap stimulus yang diberikan berinteraksi satu dengan
lainnya, dan interaksi ini akhirnya mempengaruhi respons yang dihasilkan.
14
Yudrik Jahja. Psikologi Perkembangan. (Jakarta: Kencana Prenamadia Group, 2013), h. 100-
102.
9
Sedangkan respons yang diberikan juga menghasilkan berbagai konsekuensi,
yang pada gilirannya akan mempengaruhi tingkah laku siswa.

Oleh karena itu, untuk memahami tingkah laku siswa secara tuntas,
diperlukan pemahaman terhadap respons itu sendiri, dan berbagai
konsekuensi yang diakibatkan oleh respons tersebut (lihat bel-Gredler, 1986).
Skinner juga memperjelaskan tingkah laku hanya akan membuat segala
sesuatunya menjadi bertambah rumit, sebab alat itu akhirnya juga harus
dijelaskan lagi. Misalnya, apabila dikatakan bahwa seorang siswa berprestasi
buruk sebab siswa ini mengalami frustasi akan menuntut perlu dijelaskan apa
itu frustasi. Penjelasan tentang frustasi ini besar kemungkinan akan
memerlukan penjelasan lain. Begitu seterusnya.15

2. Tahap-tahap Perkembangan Behavioristik

Fakta penting tentang perkembangan ialah bahwa dasar perkembangan


adalah kritis. Sikap, kebiasaan dan pola perilaku yang dibentuk selama tahun
pertama, menentukan seberapa jauh individu berhasil menyesuaikan diri dalam
kehidupan mereka selanjutnya. Menurut Erikson (Hurlock, 1980: 6) berpendapat
bahwa masa bayi merupakan masa individu belajar sikap percaya atau tidak
percaya, bergantung pada bagaiamana orang tua memuaskan kebutuhan anaknya
akan makanan, perhatian, dan kasih sayang . Pola-pola perkembangan pertama
cenderung mapan tetapi bukan berarti tidak dapat berubah. Ada 3 kondisi yang
memungkinkan perubahan:

a. Perubahan dapat terjadi apabila individu memperoleh bantuan atau bimbingan


untuk membuat perubahan.

b. Perubahan cenderung terjadi apabila orang-orang yang dihargai


memperlakukan individu dengan cara yang baru atau berbeda (kreatif dan tidak
monoton)

c. Apabila ada motivasi yang kuat dari pihak individu sendiri untuk membuat
perubaha
15
Haryanto, Psikologi Pendidikan,…,h. 67-70.
10
Dengan mengetahui bahwa dasar-dasar permulaan perkembangan
cenderung menetap, memungkinkan orang tua untuk meramalkan perkembangan
anak dimasa akan datang. Penganut aliran lingkungan (behavioristk) yakin bahwa
lingkungan yang optimal mengakibatkan ekspresi faktor keturunan yang maksimal.

Proses perkembangan itu berlangsung secara bertahap, dalam arti:

a. Bahwa perubahan yang terjadi bersifat maju meningkat atau mendalam atau
meluas secara kualitatif maupun kuantitatif. (prinsip progressif)

b. Bahwa perubahan yang terjadi antar bagian dan atau fungsi organisme itu
terdapat interpedensi sebagai kesatuan integral yang harmonis. (prinsip
sistematik)

c. Bahwa perubahan pada bagian atau fungsi organisme itu berlangsung secara
beraturan dan tidak kebetulan dan meloncatloncat.(prinsip berkesinambungan).

3. Aplikasi Teori Behavioristik dan Ciri-ciri Terhadap Pembelajaran

a. Aplikasi Teori Behavioristik

1) Mementingkan Pengaruh Lingkungan

2) Mementingkan bagian-bagian

3) Mementingkan Peranan Reaksi

4) Mengutamakan mekanisme terbentuknya hasil belajar melalui prosedur


stimulus respons

5) Mementingkan perana kemampuan yang telah terbentuk sebelumnya

6) Mementingkan pembentukan kebiasaan melalui latihan dan pengulangan

7) Hasil belajar yang dicapai ialah munculnya perilaku yang diinginkan

b. Ciri – ciri Teori Behavioristik

Pertama, aliran ini mempelajari perbuatan manusia bukan dari


kesadarannya, melainkan mengamati perbuatan dan tingkah laku yang

11
berdasarkan kenyataan. Pengalamanpengalaman batin di kesampingkan serta
gerak-gerak pada badan yang dipelajari. Oleh sebab itu, behaviorisme adalah
ilmu jiwa tanpa jiwa. Kedua, segala perbuatan dikembalikan kepada refleks.
Behaviorisme mencari unsur-unsur yang paling sederhana yakni perbuatan-
perbuatan bukan kesadaran yang dinamakan refleks. Refleks adalah reaksi
yang tidak disadari terhadap suatu pengarang. Manusia dianggap sesuatu
yang kompleks refleks atau suatu mesin. Ketiga, behaviorisme berpendapat
bahwa pada waktu dilahirkan semua orang adalah sama. Menurut
behaviorisme pendidikan adalah maha kuasa, manusia hanya makhluk yang
berkembang karena kebiasaan-kebiasaan, dan pendidikan dapat
mempengaruhi reflek keinginan hati.16

B. Video Pembelajaran

1. Pengertian video Pembelajaran

Video merupakan teknologi yang berfungsi untuk menangkap, merekam,


memproses, mentransmisikan dan menata ulang gambar bergerak. Video yang
informasinya di simpang menggunakan signal dari video televisi, film, video
tape atau media non komputer lainnya.17

Video merupakan gambaran suatu objek yang bergerak bersama-sama


dengan suara alamiah atau suara yang sesuai. Video memiliki kemampuan
dalam melukiskan gambar hidup dan suara memberinya daya tarik tersendiri.
Pada umumnya video digunakan untuk tujuan-tujuan hiburan, dokumentasi dan
pendidikan. Video dapat menyajikan informasi, memaparkan proses, mejelaskan
konsep-konsep yang rumit, mengajarkan keterampilan, menyingkat atau
memperpanjang waktu dan mempengaruhi sikap.18

2. Media video dalam pembelajaran

16
Novi Irwan Nahar. Penerapan Teori Belajar Behavioristik Dalam Proses Pembelajaran.
Desember 2016. Jurnal Ilmu Pengetahuan Sosial Vol.1. hlm:4-5
17
Bambang Eka Purnama, Konsep Dasar Multimedia (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2013), h.87
18
Arsyad. Media Pembelajaran (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2011). h. 49
12
Media video yang dipilih dalam kegiatan pembelajaran perlu
pertimbangan dalam kurikulum. Pemanfaatan media harus dapat menunjang
aktivitas pembelajaran yang memfasilitasi siswa untuk mencapai kompetensi
yang diinginkan.19

Penggunaan media video pembelajaran harus mampu memfasilitasi


siswa dalam mencapai tujuan pembelajaran. Media audio visual seperti halnya
video dan multimedia dapat digunakan untuk membantu siswa dalam
mempelajari informasi dan pengetahuan tentang suatu proses atau prosedur.

Media video pembelajaran yang dipilih juga harus mampu melibatkan


mental siswa dalam proses belajar. Siswa yang terlibat secara intensif dengan
media video dan materi pelajaran yang ada didalamnya akan belajar lebih mudah
dan mampu mencapai kompetensi yang diinginkan.

Pada aspek kognitif video dapat dimanfaatkan guna mempelajari hal-hal


yang terkait dengan pengetahuan dan intelektual siswa. Pada aspek afektif media
video dapat dimanfaatkan untuk melatih unsur emosi, empati dan apresiasi
terhadap suatu aktivitas atau keadaan. Pada mata pelajaran Pendidikan Agama
Islam di SMP misalnya, yang terdapat materi tentang akhlak video dapat
digunakan untuk memberikan pelajaran dan contoh berperilaku baik.

Dalam hal ini terlihat media video sangat membantu proses pembelajaran
efektif. Karena video merupakan merupakan media yang melibatkan dua indera,
yakni pendengaran dan penglihatan, karena apa yang di pandang oleh mata dan
terdengar oleh telinga lebih cepat dan mudah di ingat dari pada apa yang hanya
dapat di baca atau di dengar saja.

3. Manfaat video

Manfaat video dalam meningkatkan efektivitas dan esensi proses


pembelajaran, antara lain :

a. Mengatasi keterbatasan jarak dan waktu

19
Arsyad. h, 51.
13
b. Dapat di ulang bila perlu untuk menambah kejelasan

c. Pesan yang di sampaikan cepat dan mudah di ingat

d. Mengembangkan pikiran dan pendapat peserta didik

e. Mengembangkan imajinasi

f. Memperjelas hal-hal yang abstrak dan memberikan gambaran yang lebih


realistis

g. Sangat kuat mempengaruhi emosional

h. Sangat baik menjelaskan suatu proses dan keterampilan, mampu menunjukan


rangsangan yang sesuai dengan tujuan dan respon yang di harapkan dari peserta
didik

i. Semua peserta didik dapat belajar dari video, baik yang pandai maupun
yang kurang pandai

j. Menumbuhkan minat dan motivasi belajar

k. Lebih nudah untuk di evaluasi

Namun selain kelebihan-kelebihan di atas, ia pun tidak bisa lepas dari


kelemahannya, yakni media terlalu menekankan pentingnya materi ketimbang
proses pengembangan materi tersebut. Di lihat dari ketersediaannya, masih
sedikit sekali video di pasaran yang sesuai tujuan pembelajaran di sekolah. Din
sisi lain, produksi video sendiri menumbuhkan waktu dan biaya yang cukup
banyak.20

C. Proses Pembelajaran Berbasis Video dalam Pelajaran PAI di SMP 1 PGRI


Kota Kediri Perspektif Teori Behavioristik

20
Yudhi Munadhi, Media Pembelajaran (Jakarta: Gaung Persada Press, 2012). h. 127
14
Disini peneliti hendak memaparkan hasil dan pembahasan tentang Pembelajaran
Berbasis Video dalam Pelajaran PAI di SMP 1 PGRI Kota Kediri Perspektif Teori
Behavioristik sebagaimana berikut :

Proses pembelajaran dalam forum kelas di sekolah dikendailkan oleh seorang


guru. Dalam artian guru menjadi pusat perhatian dalam proses pembelajaran.
Namun dalam kegiatan belajar guru harus mempersiapkan dengan matang materi
yang hendak disampaikan.

setiap pendidik harus menguasai materi pelajaran yang diampunya dan dapat
menyampaikan materi tersebut secara efektif dan efisien kepada peserta didik. Agar
pendidik dapat melaksanakan tugasnya tersebut dengan baik, diperlukan
pengalaman dan pengetahuan tentang siapa peserta didik, serta bagaimana
menyampaikan materi tersebut dengan baik. Untuk itu, pendidik perlu mendalami
kemampuan yang berkaitan dengan cara menyajikan materi yang menarik, teratur
dan terpadu. Disamping itu guru juga harus jeli dalam menggunakan media
pembelajaran. Karena pembelajaran akan tampak aktif tergantung guru
memanfaatkan media. Oleh karena itu butuh sebuah perencanaan dalam belajar
sebelum merepakan strategi dan metode belajar.

Perencaan juga dilakukan oleh M. Ulil Albab, guru di SMP PGRI 1 kediri.
Dimana dia melakukan sebuah perencaan pembelajaran dengan menggunakan video
pembelajaran yang relevan dengan materi PAI. Selain itu, video tersebut sesuai
dengan tingkat pemahaman siswa dan memberikan pesan yang jelas. Kemudian
dipersiapkan menyiapkan pertanyaan atau diskusi yang akan dilakukan setelah
menonton video.21

Penggunaan media video tersebut, sebenarnya dilandasi dengan rasa monoton


siswa yang jarang aktif didalam kelas. Siswa merasa jenuh dengan materi yang
disampaikan dengan metode ceramah. Siswa menjadi pasif karena pusat
pembelajaran berada di guru. Oleh karena itu, guru menggunakan media video,
karena media video dapat menjadi alat yang efektif untuk meningkatkan keterlibatan

21
M. Ulil albab, wawancara di SMP PGRI 1 Kediri
15
dan pemahaman siswa dalam pembelajaran PAI serta memanfaatkan potensi ini
untuk menciptakan suasana pembelajaran yang lebih menarik dan interaktif. 22
Dalam penggunaan video tersebut, diharapkan tercipta Susana pembelajaran yang
aktif dimana video sebagai bahan stimulus untuk merangsang siswa aktif
sebagaimana teori behavioristik Menurut Thorndike teori behavioristik dikaitkan
dengan belajar adalah proses interaksi antara stimulus (yang berupa pikiran,
perasaan, atau gerakan) dan respons (yang juga berupa pikiran, perasaan, dan
gerakan).

Kemudian dalam proses keberlangsungan pembelajaran PAI dengan


menggunakan strategi pemeblajaran behavioristik yang menggunakan media video
pembelajaran guru menerapkan dengan beberapa Langkah pembelajaran
sebagimana berikut.

1. Memperkenalkan tujuan pembelajaran: Guru dapat memperkenalkan tujuan


pembelajaran kepada siswa sebelum memulai pemutaran video.

2. Menonton video secara bersama-sama: Guru dan siswa menonton video dengan
fokus pada konsep-konsep yang ingin diajarkan.

3. Diskusi dan refleksi: Setelah menonton video, guru memfasilitasi diskusi


mengenai isi video dan mendorong siswa untuk merefleksikan konsep yang
dipelajari.

4. Praktik dan penguatan: Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk


mempraktikkan konsep yang dipelajari melalui berbagai kegiatan, seperti
permainan peran atau latihan dalam kelompok kecil. Selama praktik, guru
memberikan penguatan positif untuk memperkuat perilaku yang diinginkan.23

Dari Langkah-langkah diatas, guru hendak menciptakan penguatan pemahaman


materi PAI dengan video sebagai stimulus yang menarik dengan dikuatkan dengan
pemahaman melalui diskusi kemudian dilanjutkan dengan sebuah praktek yang
diharapakan adanya perubahan tingkah laku dari siswa.
22
M. Ulil albab, wawancara di SMP PGRI 1 Kediri
23
M. Ulil albab, wawancara di SMP PGRI 1 Kediri
16
Penguatan pemahaman melalui tersebut sesuai dengan pendapat Skinner,
deskripsi antara stimulus dan respons untuk menjelaskan parubahan tingkah laku
(dalam hubungannya dengan lingkungan) menurut versi Watson tersebut adalah
deskripsi yang tidak lengkap. Respons yang diberikan oleh siswa tidaklah
sesederhana itu, sebab pada dasarnya setiap stimulus yang diberikan berinteraksi
satu dengan lainnya, dan interaksi ini akhirnya mempengaruhi respons yang
dihasilkan. Sedangkan respons yang diberikan juga menghasilkan berbagai
konsekuensi, yang pada gilirannya akan mempengaruhi tingkah laku siswa. 24

Kemudian guru dalam proses belajar di kelas meminta siswa untuk aktif
mengikuti video, baik dengan mencatat poin-poin penting maupun dengan
berpartisipasi dalam diskusi kelompok setelah menonton. guru juga mendorong
siswa untuk mengajukan pertanyaan atau menyampaikan pemikiran mereka terkait
materi yang dipelajari.25

Selanjutnya untuk mengkur keberhaasilan siswa dalam menerapkan strategi ini,


guru mengukur keberhasilan penerapan strategi ini melalui observasi langsung
terhadap partisipasi siswa dalam diskusi kelompok, respons mereka terhadap
pertanyaan, dan kemampuan mereka dalam mengaplikasikan konsep-konsep PAI
dalam situasi nyata. guru juga melakukan penilaian formatif berdasarkan hasil tugas
atau proyek yang melibatkan penggunaan media video.26

Dari penerapan strategi tersebut, guru memaparkan manfaat adanya video yang
digunakan dalam pemeblajaran PAI yakni Penggunaan media video membantu
siswa untuk memvisualisasikan konsep-konsep PAI yang abstrak. Mereka dapat
melihat contoh-contoh nyata dalam video yang menggambarkan penerapan nilai-
nilai agama dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini juga dapat meningkatkan daya
ingat siswa dan memperkuat pemahaman mereka.

24
Haryanto, Psikologi Pendidikan,…, h. 67-70
25
M. Ulil albab, wawancara di SMP PGRI 1 Kediri
26
M. Ulil albab, wawancara di SMP PGRI 1 Kediri
17
18
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Teori Behavioristik adalah teori yang mempelajari perilaku manusia. Perspektif


behavioral berfokus pada peran dari belajar dalam menjelaskan tingkah laku
manusia dan terjadi melalui rangsangan berdasarkan (stimulus) yang menimbulkan
hubungan perilaku reaktif (respons) hukum-hukum mekanistik.

Video merupakan teknologi yang berfungsi untuk menangkap, merekam,


memproses, mentransmisikan dan menata ulang gambar bergerak. Video yang
informasinya di simpang menggunakan signal dari video televisi, film, video tape
atau media non komputer lainnya

Dalam proses pembelajaran dengan menggunakan media video pembelajaran


dimulai dengan perencanaan matang, kemudian dilakukan beberapa Langkah : 1.
Memperkenalkan tujuan pembelajaran: Guru dapat memperkenalkan tujuan
pembelajaran kepada siswa sebelum memulai pemutaran video.2. Menonton video
secara bersama-sama: Guru dan siswa menonton video dengan fokus pada konsep-
konsep yang ingin diajarkan.3. Diskusi dan refleksi: Setelah menonton video, guru
memfasilitasi diskusi mengenai isi video dan mendorong siswa untuk merefleksikan
konsep yang dipelajari.4. Praktik dan penguatan: Guru memberikan kesempatan
kepada siswa untuk mempraktikkan konsep yang dipelajari melalui berbagai
kegiatan, seperti permainan peran atau latihan dalam kelompok kecil. Selama
praktik, guru memberikan penguatan positif untuk memperkuat perilaku yang
diinginkan.

19

Anda mungkin juga menyukai