Anda di halaman 1dari 8

[FILSAFAT SENI]

Volume 1 Nomor 1 2019


e-ISSN : 0000-0000

Analisis Sinematografi Film 5 CM Melalui Pendekatan Seni Sebagai Imitasi

Syifa Nur Azizah1, Mia Felicia Madjid2, Kartika Eka C.W3, Retno Ayu Wulandari4

Program Studi Desain Komunikasi Visual,


Fakultas Bahasa dan Seni, Universitas Indraprasta PGRI
Jl. Nangka No. 58C, Tanjung Barat, Jakarta 12530, Indonesia

fanizahanna@gmail.com

Article History
accepted xx/xx/xxx approved xx/xx/xxx published xx/xx/xxx

Abstrak

Film merupakan suatu karya yang memiliki unsur di dalamnya, salah satunya
sinematografi. Sinematografi merupakan seni pengambilan gambar menggunakan teknik-
teknik tertentu yang memfokuskan elemen komposisi sebagai pondasi utama untuk
menyalurkan ekspresi. Selain menjadi media ekspresi, film juga berfungsi sebagai media
komunikasi dan menyampaikan informasi. Film 5cm menjadi salah satu film yang
menyajikan keindahan alam Gunung Mahameru di Jawa Timur. Tujuan dari penelitian ini
untuk menganalisis tentang sinematografi dalam film 5 cm melalui pendekatan seni
sebagai imitasi. Tulisan ini menggunakan metode penelitian kualitatif dengan cara
mendeskripsikan dan menginterpretasikan teknik pengambilan gambar yang terdapat
pada film 5cm, yang kemudian dikaitkan dengan teori seni sebagai imitasi. Hasil dari
penelitian ini menunjukkan bahwa film 5cm memang menerapkan teori imitasi milik Plato
yang terlihat dari teknik sinematografi yang digunakan.

Kata kunci: analisis, sinematografi, film 5cm, seni, teori Plato

Abstract

Film is a work that has elements in it, one of which is cinematography. Cinematography is
the art of taking pictures using certain techniques that focus the composition elements as
the main foundation for channeling expression. In addition to being a medium of
expression, film also functions as a medium of communication and convey information.
The 5cm film is one of the films that presents the natural beauty of Mount Mahameru in
East Java. The purpose of this study will be to analyze cinematography in 5 cm film
through an imitation art approach. This paper uses qualitative research methods by
describing and interpreting the shooting techniques contained in the 5cm film, which are
then associated with art theory as imitation. The results of this study indicate that the 5cm
film does apply Plato's imitation theory as seen from the cinematographic techniques
used.

Keywords: analysis, cinematography, 5cm film, art, Plato's theory

1
Analisis Sinematografi Film 5 CM Melalui Pendekatan Seni Sebagai Imitasi
Syifa Nur Azizah, Mia Felicia Madjid, Kartika Eka C.W, Retno Ayu Wulandari (© 2019)

This work is licensed under a CC-BY-NC

PENDAHULUAN

Perkembangan film di Indonesia saat ini sangat pesat, banyak film Indonesia memiliki
kualitas bagus yang dapat diterima dan diapresiasi masyarakat serta dapat menjadi sarana
edukasi masyarakat. Saat ini karya film Indonesia memiliki banyak sisi positif dari segi nilai
maupun seni. Perfilman Indonesia banyak menceritakan tentang budaya, adat istiadat dan
keindahan alam Indonesia. Berkembangnya dunia perfilman Indonesia mendorong para
creator film untuk menghasilkan karya yang berkualitas, menghibur dan mendidik masyarakat.
Film merupakan media komunikasi untuk menyampaikan pesan kepada audience. Film
menggabungkan dua unsur media yaitu audio (suara) dan visual (gambar) sehingga film
merupakan media yang mudah dimengerti. Film merupakan sebuah hasil karya seni yang
mempunyai makna tersendiri dibandingkan dengan media komunikasi lainnya. Sobur (2004)
mengungkapkan bahwa film adalah suatu bentuk komunikasi massa elektronik yang berupa
media audio visual yang mampu menampilkan kata-kata, bunyi, citra, dan kombinasinya. Film
juga merupakan salah satu bentuk komunikasi modern yang kedua muncul di dunia.
Sedangkan menurut McQuail (2003:13) film berperan sebagai sebuah sarana baru yang
digunakan untuk menyebarkan hiburan yang sudah menjadi kebiasaan terdahulu, serta
menyajikan cerita, peristiwa, musik, drama, lawak, dan sajian teknis lainnya kepada
masyarakat umum.
Film 5 cm adalah film yang diadaptasi dari novel karya Donny Dhirgantoro yang
terinspirasi dari kisah nyata di mana setiap tanggal 17 Agustus disebagian besar puncak
gunung di Indonesia sering diadakan upacara kemerdekaan Indonesia. Proses pembuatan film
5 cm berlokasi di gunung Mahameru, Jawa Timur. Mahameru adalah adalah gunung api
tertinggi di pulau Jawa, terletak di antara Kabupaten Malang dan Lumajang, Jawa Timur. Di
dalam film ini menampilkan keindahan alam gunung Mahameru. Dalam membuat film 5 cm,
memiliki beberapa aspek untuk mendukung terjadinya proses komunikasi yang dikenal dengan
nama sinematografi (cinematography).
Sinematografi sebagai ilmu terapan merupakan bidang ilmu yang membahas tentang
teknik menangkap gambar dan menggabung-gabungkan gambar tersebut sehingga
menjadirangkaian gambar yang dapat menyampaikan ide. Teknik sinematografi yaitu, rule of
thirds, headroom, noseroom atau lookroom, lead room atau lead space, diagonals, figure to
ground, pattern and repetition, balance, frame within a frame, static composition, dynamic
composition, deep space composition, shot composition, framing. Penggunaan teknik
sinematografi yang baik akan mendukung film dalam menyampaikan pesan ke pada penonton.
Alasan kami memilih film 5 cm sebagai objek kajian kami, alih-alih fokus terhadap alur cerita,
yang kami utamakan adalah bagaimana teknik sinematografi ini menunjukkan teori imitasi
yang dikemukakan oleh Plato.
Berdasarkan pemaparan latar belakang di atas, penulis tertarik untuk melakukan
penelitain tentan “ANALISIS SINEMATOGRAFI FILM 5 CM MELALUI PENDEKATAN SENI SEBAGAI
IMITASI”.

METODE

2
Analisis Sinematografi Film 5 CM Melalui Pendekatan Seni Sebagai Imitasi
Syifa Nur Azizah, Mia Felicia Madjid, Kartika Eka C.W, Retno Ayu Wulandari (© 2019)

Metodelogi adalah proses, prinsip, dan prosedur yang digunakan untuk mendekati
problem dan mencari jawaban. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode
kualitatif dengna cara mendeskripsikan dan menginterprestasikan Teknik pengambilan gambar
yang terdapat pada film 5 cm. Metode Kualitatif menurut Sugiyono (2005) bahwa penelitian
kualitatif adalah penelitian yang digunakan untuk meneliti pada kondisi objek alamiah, dimana
peneliti merupakan instrumen kunci.
Data yang digunakan berdasarkan jurnal, buku dan artikel yang kemudian dianalisis
dan disimpulkan. Data yang telah diperoleh diolah agar menjadi sebuah informasi yang mudah
dimengerti. Hasil dari penelitian ini mengenai teknik sinematografi dalam teori seni sebagai
imitasi yang dikemukakan oleh Plato.
Metode analisis data yang dilakukan adalah metode analisis deskriptif yaitu metode
yang bertujuan untuk mendeskripsikan apa yang terjadi sesuai dengan teori. Metode deskripsi
menurut Sugiyono (2005:21) menyatakan bahwa metode deskriptif adalah suatu metode yang
digunakan untuk menggambarkan atau menganalisis suatu penelitian tetapi tidak digunakan
untuk membuat kesimpulan yang lebih luas.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Film
Film merupakan salah satu dari sekian bentuk media massa yang mampu memberikan
nilai hiburan pada masyarakat disaat kepenatan aktifitas masyarakat dalam menjalani rutinitas
kehidupan sehari-hari. Film berperan sebagai sarana komunikasi yang digunakan untuk
menyebarakan hiburan yang menyajikan cerita, peristiwa, musik, drama, humor dan sajian
teknis lainnya pada masyarakat umum (Sumarno, 1996: 13). Film sering digunakan sebagai alat
sosialisasi atau sebagai media untuk mengkonstruksi wacana tertentu bagi kesadaran
masyarakat. Film merupakan aktualisasi perkembangan kehidupan masyarakat pada masanya.
Dari zaman ke zaman film mengalami perkembangan, baik dari teknologi yang digunakan
maupun tema yang diangkat. Bagaimanapun, film telah merekam sejumlah unsur-unsur
budaya yang melatarbelakanginya.
Sobur (2004) mengungkapkan bahwa film adalah suatu bentuk komunikasi massa
elektronik yang berupa media audio visual yang mampu menampilkan kata-kata, bunyi, citra,
dan kombinasinya. Film juga merupakan salah satu bentuk komunikasi modern yang kedua
muncul di dunia. Sedangkan menurut McQuail (2003:13) film berperan sebagai sebuah sarana
baru yang digunakan untuk menyebarkan hiburan yang sudah menjadi kebiasaan terdahulu,
serta menyajikan cerita, peristiwa, musik, drama, lawak, dan sajian teknis lainnya kepada
masyarakat umum (“Pengertian Sinematografi Secara Umum dan Menurut Para Ahli -
Sastrawacana,” n.d., 2019).

Sejarah Film dunia


Film diciptakan pada tahun 1895 oleh Lumiere Brothers yang berjudul Sortie del'usine
Lumira de Lyon dalam bahasa Prancis yang berarti "Pegawai yang Pulang dari Pabrik Lumiere di
Lyon". Sama seperti judulnya, film 46 detik ini memperlihatkan para pegawai yang keluar saat
jam pulang kerja dari pabrik milik ayah Lumiere Bersaudara di Lyon, Prancis. Sebelumnya film
buatan Lumiere Bersaudara rilis, Louis Le Prince membuat film dengan judul Roundhay Garden
Scene atau "Adegan Taman Roundhay” yang berdurasi dua detik. Meskipun Louis Le Prince
membuat film terlebih dahulu, namun yang diakui sebagai film pertama adalah milik Lumiere
Bersaudara karena memiliki durasi yang lebih panjang.
Dalam proses pembuatan film pertama mereka, Louise dan Auguste Lumiere

3
Analisis Sinematografi Film 5 CM Melalui Pendekatan Seni Sebagai Imitasi
Syifa Nur Azizah, Mia Felicia Madjid, Kartika Eka C.W, Retno Ayu Wulandari (© 2019)

menggunakan alat yang mereka ciptakan bernama sinematograf dengan memanfaatkan


peralatan fotografi milik ayahnya. Alat tersebut terinspirasi dari teknologi kinetoskop milik
Thomas Alfa Edison. Setelah dikembangkan, sinematograf buatan Lumiere Bersaudara
menampilkan gambar bergerak yang bisa dilihat banyak orang. Untuk itu, mereka membuat
kamera dan proyektor yang bisa membuat gambar menjadi berukuran lebih besar sehingga
bisa dinikmati oleh banyak orang. Kemudian, mereka memutarkan film perdananya di Salon du
Grand Caf, Paris pada tanggal 28 Desember 1895.
Film bisu Selanjutnya pada tahun 1899, George Melies menjadi orang pertama yang
menampilkan film dengan gaya editing berjudul “Trip To The Moon”. Lalu, ada Edwin Peter
yang memproduksi film dengan judul “Life Of In American Fireman” pada tahun 1902. Sampai
tahun 1927, gambar bergerak yang dihasilkan masih berupa film bisu atau tanpa suara. Karena
semua film diproduksi tanpa suara, maka era ini disebut sebagai era film bisu. Meskipun film
yang diproduksi merupakan film bisu, tapi penonton tetap bisa menikmati film yang
mempunyai dialog dan berisi berbagai suara serta musik yang membuat film semakin menarik.
Caranya adalah dengan memutarkan film bisu diiringi dengan permainan musik dari
kelompok orkestra yang memainkan musik secara live atau langsung. Pada beberapa
pertunjukan film, kelompok orkestra, organ teater, atau kadang-kadang efek suara dan
komentar mengenai film akan diucapkan oleh narator untuk mengisi dialog dalam film. Untuk
beberapa negara disediakan teks berisi dialog yang dicetak dan diletakkan di beberapa titik
untuk menyampaikan dialog dari film yang sedang dimainkan. Teks ini disebut sebagai
intertitles.
Dengan adanya intertitles ini, tidak diperlukan lagi narator ketika film sedang
ditayangkan.. Meskipun intertitles memiliki popularitas yang tinggi di beberapa negara, hanya
Jepang yang masih menggunakan narator untuk menyampaikan dialog. Setelah film mulai
populer, lagu bergambar kemudian digunakan sebagai pengisi film-film sebelumnya. Hal ini
disebabkan oleh lagu bergambar atau illustrate song yang sempat populer di Amerika pada
abad 19. Lagu bergambar sendiri merupakan penggabungan antara gambar bergerak dengan
lagu-lagu yang dimainkan.
Pemutaran lagu bergambar ini tidak sama dengan film, karena lagu akan direkam, lalu
dipasangkan dengan beberapa kaca yang sudah bergambar, lalu diganti saat rekaman lagu
dimainkan sehingga gambar-gambar terlihat bergerak seiring lagu. Hal ini juga menjadi salah
satu ide awal film memiliki suara (Wening, 2019).

Sinematografi
Sinematografi adalah pengaturan pencahayaan dan kamera ketika merekam gambar
fotografi untuk sebuah sinema. Agar dapat menghasilkan sebuah film yang baik, maka kaidah
sinematografi perlu diperhatikan (Miyarso, 2011). Dengan adanya penataan kamera yang baik
sebuah film dapat menjadi lebih menarik dan sesuai dengan jalan cerita yang dibuat.
Sinematografi yang baik akan membantu penonton untuk dapat memahami ide atau jalan
cerita yang diangkat. Adapun beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam dunia sinematografi
adalah camera angle, continuity, cutting, dan composition (Welly, n.d.).
Terdapat beberapa hal penting dalam sinematografi, salah satunya adalah
penempatan kamera atau yang biasanya dikenal dengan camera angle. Camera angle adalah
penempatan posisi kamera untuk merekam sebuah adegan pada film. Setiap adegan pada film
dapat diambil dari beberapa perspektif yang berbeda. Beberapa kaidah dalam sinematografi
antara lain berdasarkan jarak pengambilan (close up shot, medium shot, dan longshot),
berdasarkan tinggi (low angle shot, eye level shot, dan high angle shot). Bisa juga
dikombinasikan misalkan eye level shot dan medium shot secara bersamaan. Setiap
sutradara film memiliki gaya yang unik untuk mengarahkan dan mengambil gambar

4
Analisis Sinematografi Film 5 CM Melalui Pendekatan Seni Sebagai Imitasi
Syifa Nur Azizah, Mia Felicia Madjid, Kartika Eka C.W, Retno Ayu Wulandari (© 2019)

adegan. Gaya inilah yang akan membedakan antara seorang sutradara dengan
sutradara lainnya. Tetapi tentu saja ada aturan yang harus tetap dipatuhi untuk
menjaga kesinambungan dalam perpindahan objek dan letak objek.

Pendekatan Seni Sebagai Imitasi


Seni sebagai imitasi merupakan sebuah teori yang mengemukakan bahwa karya seni
adalah tiruan-tiruan dari alam yang mengambil inspirasi dari alam untuk kemudian dituangkan
ke dalam sebuah karya. Pendekatan ini lebih dikenal sebagai pendekatan mimetik yang
dipelopori oleh Plato.  Menurut Abrams (1976), Pendekatan Mimetik merupakan pendekatan
estetis yang paling primitif. Akar sejarahnya terkandung dalam pandangan Plato dan
Aristoteles. Plato berpendapat bahwa sastra, seni, hanya berupa peniruan, peneladanan, atau
penverminan dari kenyataan, maka ia ada dibawah kenyataan itu sendiri (Teeuw, 1984: 220).
Sedangkan Aristoteles, muridnya, justru menolak filsafat ide Plato dan sistem nilainya
yang bersifat hierarki. Aristoteles menurut Teeuw (1984:220) berpendapat bahwa dalam
proses penciptaan, sastrawan tidak semata-mata meniru kenyataan melainkan sekaligus
menciptakan, menciptakan sebuah dunia dengan kekuatan kreativitasnya. Dunia yang
diciptakan pengarang adalah sebuah dunia yang baru, dunia yang diidealkan, dunia yang
mungkin dapat terjadi (Ira Rahayu, 2016).

Sinopsis
Bercerita tentang persahabatan 5 remaja, mereka adalah Genta (Fedi Nuril), Zafran
(Herjunot Ali), Riani (Raline Shah), Arial (Denny Sumargo), dan Ian (Igor Saykoji). Mereka sudah
bersahabat 10 tahun lamanya.
Genta seorang lelaki yang memiliki jiwa kepemimpinan tinggi serta mampu
mengayomi semua sahabatnya dan diam diam memendam rasa pada Riani, Zafran seorang
lelaki puitis yang terpesona dengan kecantikan adiknya Arial bernama Arinda (Pevita Pearce),
Arial seoarang lelaki yang memiliki hobi olahraga dan berbadan atletis namun selalu gugup
kalau didekati wanita, Riani seorang gadis yang cantik diantara persahabatan mereka ia cerdas
dan memiliki ambisi, dan yang terakhir Ian Seorang lelaki pencinta indomie dan punya impian
ke markas Mencester United namun diantara para sahabatnya ian masih seorang mahasiswa
dan paling lambat untuk lulus.
Mereka selalu kompak dalam segala hal tidak ada pertengkaran maupun perselisihan
di dalam persahabatan mereka. Pada akhirnya Genta tiba tiba memiliki rasa jenuh dengan
keadaan persahabatan mereka yang seperti itu saja dan ingin suasana baru. Mereka pun
sependapat dengan Genta dan juga ada banyak mimpi yang mereka belum capai selama ini.
Akhirnya Genta memiliki sebuah rencana dan mengusulkan untuk mereka agar tidak bertemu,
tidak berkomunikasi satu sama lain baik dari ponsel atau sosial media lainnya.
Pada awalnya Zafran memberi usul untuk tidak bertemu selama 6 bulan tapi Riani
menolak dan berusaha menyadarkan mereka. Hingga akhirnya Arial pun mengusulkan untuk
tidak bertemu 3 bulan lamanya. Dan untuk mencapai impian mereka yang belum terwujud
serta menjalankan kehidupan mereka masing masing mereka berlimapun sepakat.
Dalam 3 bulan mereka berlima hanya terfokus untuk menggapai impian mereka dan
kehidupannya masing masing. Genta lelaki yang sukses dengan bisnis yang ia jalankan
dikantor, Zafran seorang pujangga yang masih berpuitis dan aktif dalam bandnya, Arial pria
atletis yang sukses memikat wanita yang membuat jantungnya berdegum hingga terdiam,

5
Analisis Sinematografi Film 5 CM Melalui Pendekatan Seni Sebagai Imitasi
Syifa Nur Azizah, Mia Felicia Madjid, Kartika Eka C.W, Retno Ayu Wulandari (© 2019)

Riani sukses dengan nilai akademiknya, dan Ian dengan susah payah menyelesaikan skripsinya
hingga berhasil mengikuti sidang skripsi.
Setelah 3 bulan berlalu pada tanggal 14 Agustus mereka memiliki rencana untuk
bertemu di stasiun kereta. Di puncak tertinggi di pulau jawa yaitu puncak Mahameru tepatnya
Gunung Semeru, mereka merayakan pertemuannya disana.
Sebuah perjalanan yang penuh perjuangan dan rintangan. Saat mulai mendaki gunung,
bebatuan, batunya pun mulai runtuh hingga jatuh ke arah mereka berlima. Bebatuan tersebut
mengenai Arinda yang ikut dalam rombongan, dan mengenai Ian yang sudah jatuh pingsan.
Kisah haru dan sedih pun terjadi ketika ian dinyatakan sudah tiada. Namun teriakan Zafran
mampu membangkitkan ian kembali. Tangisan berubah menjadi kebahagiaan dan
menumbuhkan semangat mereka untuk kembali mendaki puncak Mahameru.
Tepat pada tanggal 17 Agustus mereka tiba di puncak tertinggi pulau jawa yaitu
puncak mahameru. Mereka terharu dan bangga pada Indonesia yang memiliki pemandangan
sangat indah, sebagai tanda cinta kepada bangsa mereka menancapkan bendera merah putih
dan berkibar di pucak mahameru.
Petualangan dalam cerita ini tidak hanya mengenai adrenalin dan melihat kebesaran
sang maha pencipta dari atas puncak gunung. Tetapi petualangan dalam perjalanan hati
seseorang. Hati untuk mencintai persahabatan yang erat dan mencintai negeri sendiri. Banyak
hal yang sudah terjadi dalam cerita ini. Seperti Genta yang pada akhirnya mengungkapkan
perasaannya pada Riani, dan Riani yang ternyata diam diam menyukai Zafran. Bahkan Arinda
diam diam memperhatikan Genta. Ceritapun di tutup dengan mereka yang berbahagia satu
sama lain dengan mimpi mimpi yang telah terwujud tanpa mereka sadari.

Analisis Sinematografi Film 5 CM Melalui Pendekatan Seni Sebagai Imitasi


Analisis berdasarkan pendekatan seni sebagai imitasi adalah analisis yang
menghubungkan karya dengan teori yang telah dikemukakan. Adapun teknik pendekatan
mimetik dengan cara memahami alur cerita dari film untuk kemudian dianalisis
berdasarkan teknik pengambilan gambar (sinematografi) yang ada dalam film dan
dihubungkan dengan teori Plato.
Teknik yang digunakan berupa long shot, extreme long shot, serta medium long
shot ini menunjukkan sisi-sisi yang mungkin tak pernah ditunjukkan kepada masyarakat
dan memberikan kesan estetika tersendiri. Selain itu, teknik tersebut pun berfungsi
untuk menunjukkan latar tempat secara efektif apabila digunakan sebagai media
promosi wisata, dan menampilkan suasana tertentu. Teknik sinematografi yang
digunakan dalam film ini adalah:

Scene Visual Bagian scene Pembingkaian Pesan

Dalam adegan ini


adanya teknik
pembingkaian yang
Medium Close
1 Pembuka bertujuan untuk
Up (MCU))
memperlihatk
ekspresi wajah dari
para aktor

6
Analisis Sinematografi Film 5 CM Melalui Pendekatan Seni Sebagai Imitasi
Syifa Nur Azizah, Mia Felicia Madjid, Kartika Eka C.W, Retno Ayu Wulandari (© 2019)

Pembingkaian atau
ruang visual dalam
adegan ini
memperlihatkan
Long objek manusia yang
2 Pertengahan
Shot(LS)) terlihat jelas dari
kepala sampai kaki
tetapi pemandang
alam masih
mendominasi
Dalam adegan ini
menampilkan
ukuran gambar
3 pembukaan Close-up(CU)) close up, yang
memiliki tujuan
memperlihatkan
ekspresi aktor
Pada adegan ini
menampilkan
ukuran gambar
Extreme
4 Tengah/Midel Extreme Close Up
Close-up(ECU)
untuk menunjukan
telingan arinda yang
berdarah.
Pada adegan ini
objek manusia
terlihat kecil
sedangkan
landscape terlihat
Extreme Long
5 Penutup luas dan
Shot(ELS)
mendominasi.
Teknik ini digunakan
untuk menampilkan
pemanadang alam
yang indah
Pada adegan ini
objek manusia
terlihat kecil
sedangkan
landscape terlihat
Extreme Long
6 Penutup luas dan
Shot(ELS)
mendominasi.
Teknik ini digunakan
untuk menampilkan
pemanadang alam
yang indah

7
Analisis Sinematografi Film 5 CM Melalui Pendekatan Seni Sebagai Imitasi
Syifa Nur Azizah, Mia Felicia Madjid, Kartika Eka C.W, Retno Ayu Wulandari (© 2019)

SIMPULAN

Film 5 cm adalah film yang sesuai dengan teori Plato yaitu seni adalah imitasi yang
diterapkan melalui teknik sinematografi. Penggunaan teknik sinematografi dalam film 5 cm ini
menunjukkan film tersebut merupakan sebuah imitasi. Karena kriteria utama dari teori Plato
sendiri adalah “kebenaran” mengenai objek yang dijadikan sebagai inspirasi. Teknik
sinematografi yang diterapkan dalam film ini adalah extreme long shot (ELS), long shot (LS),
medium shot (MS), medium close-up (MCU), Close-up (CU), extreme Close-up (ECU). Teknik
sinematografi yang digunakan lebih dominan adalah exterem long shot dan long shot sehingga
dapat menggambarkan kembali pemandangan alam sekitar Gunung Mahameru dengan
menangkap gambar tersebut layaknya fotografi, namun dalam jumlah banyak dan mampu
bergerak apabila disatukan. Sehingga, masyarakat yang menonton film ini mampu
membayangkan secara langsung seolah mereka memang berada disana.

DAFTAR PUSTAKA

Ira Rahayu. (2016). Analisis Bumi Manusia Karya Pramoedya Ananta Toer Dengan Pendekatan
Mimetik. Jurnal Pendidikan Bahasa Dan Sastra Indonesia, 44–59.
https://doi.org/10.1007/s11010-011-1216-4.

Miyarso, E. (2011). PERAN PENTING SINEMATOGRAFI DALAM PENDIDIKAN PADA ERA


TEKNOLOGI INFORMASI & KOMUNIKASI. Retrieved December 23, 2019, from
http://staffnew.uny.ac.id/upload/132313279/penelitian/peran+penting+sinematografi.p
df.

Pengertian Sinematografi Secara Umum dan Menurut Para Ahli - Sastrawacana. (n.d.).
Retrieved December 23, 2019, from https://sastrawacana.id/pengertian-sinematografi-
secara-umum-dan-menurut-para-ahli/.

Welly, D. (n.d.). ANALISIS UNSUR SINEMATOGRAFI DALAM MEMBANGUN REALITAS CERITA


PADA FILM THE BLAIR WITCH PROJECT.

Wening, T. (2019). Sejarah Film Dunia Berawal dari Video Berdurasi 46 Detik, lo! - Semua
Halaman - Bobo. Retrieved December 23, 2019, from
https://bobo.grid.id/read/081676536/sejarah-film-dunia-berawal-dari-video-berdurasi-
46-detik-lo?page=all.

Anda mungkin juga menyukai