Anda di halaman 1dari 43

DINAMISASI VISUAL PADA EDITING

DOKUMENTER “Pesona Wakatobi”

A. Latar Belakang
Televisi merupakan salah satu media massa yang berkembang pesat

saat ini. Televisi merupakan alat komunikasi jarak jauh menggunakan media

audio visual, sehingga televisi merupakan media yang paling efektif dalam

menyebarkan informasi. Televisi sebagai media memiliki berbagai jenis

program, yang memberikan pesan, baik hiburan, informasi edukasi maupun

budaya.

Salah satu program acara yang ditayangkan di televisi adalah

dokumenter. Dokumenter sering dianggap sebagai rekaman aktualitas

potongan rekaman sewaktu kejadian sebenarnya berlangsung, saat orang

yang terlibat di dalamnya berbicara, kehidupan nyata seperti apa adanya,

spontan dan tanpa media perantara.

Banyak acara dokumenter yang membahas konten yang menarik.

Namun terkadang informasi yang ingin disampaikan terlalu memakan waktu

yang cukup lama, sehingga penonton lama untuk memahami informasi

tersebut. Hal tersebut dikarenakan kurangnya variasi gambar atau

penyambungan gambar yang kurang sesuai dengan konten. Untuk itu

1
dibutuhkan kreatifitas dalam pembuatan sebuah karya produksi mulai dari

proses pra produksi, produksi, hingga pasca produksi.

Proses pasca produksi atau editing merupakan tahapan akhir dalam

sebuah proses produksi karya visual. Pada proses penciptaan karya produksi

ini, penulis mengambil peran sebagai editor. Penulis memilih peran ini agar

penulis bisa menuangkan ide dengan memperbaiki gambar yang selanjutnya

akan disusun menjadi kesatuan sebuah karya dokumenter.

Salah satu unsur editing adalah dengan membuat dinamisasi visual

melalui proses editing. Dengan dinamisasi visual, akan tercipta penyesuaian

antara konsep editing dan konsep program acara yang dapat

menggambarkan proses dinamis. Maka dari itu, penulis menggunakan

beberapa perpaduan teknik editing diantaranya teknik cutting by narration,

cutting by rhytem, transisi, motion graphic, dan juga teknik coloring.

Sebagai editor, penulis melakukan pengamatan dan analisis mengenai

kekurangan karya yang sudah ada. Kekurangan tersebut akan berpengaruh

terhadap hasil kualitas karya. Adapun karya dokumenter yang menurut saya

ada sedikit kekurangan diantaranya Dokumenter Tari Topeng, Palebon Puri

Ubud,

Film Dokumenter Tari Topeng (Sumber:

https://www.youtube.com/watch?v=E47pm3ScYHo). Karya ini bercerita

tentang sebuah keluarga seniman yang terus mempertahankan tari topeng

dengan cara mengajarkan ke setiap penerus keluarga. Pada karya ini teknik

cutting by narration dan cutting rhytem belum diterapkan secara maksimal.

2
Palebon Puri Ubud (sumber: https://www.youtube.com/watch?

v=mFB2jHwBOJA). Prosesi Pelebon Anak Agung Niang Agung di Puri

Agung Ubud yang dilaksanakan pada tanggal 2 maret 2018 berhasil

memecahkan REKOR MURI sebagai BADE tertinggi yaitu 27,5 meter

dengan berat 11 ton dan di usung oleh lebih dari 3.900 orang. Pada karya ini

teknik coloring masih belum sempurna, dimana ada beberapa shot yang

terlihat warnanya terlalu pucat.

Film Dokumenter ”Waria dengan Tuhan” (sumber:

https://www.youtube.com/watch?v=R8Dj297nikA), menceritakan tentang

kehidupan para waria. Pada karya ini teknik cutting by narration, cutting

rhytem, dan teknik coloring belum diterapkan secara maksimal, sehingga

informasi yang disampaikan tidak dapat ditangkap dengan jelas.

Melihat permasalahan di atas, penulis akan memproduksi suatu karya

dokumenter dengan teknik editing yang tepat, sehingga menghasilkan karya

yang berkualitas. Maka dari itu penulis mengambil judul Dinamisasi Visual

pada Editing Dokumenter “Pesona Wakatobi”

B. Rumusan Ide Penciptaan


Karya produksi dokumenter ini penulis memiliki rumusan ide

penciptaan yang menjadi rancangan untuk membuat karya dokumenter

“Pesona Wakatobi”. Permasalahan yang harus dipecahkan penulis dalam

produksi karya dokumenter “Pesona Wakatobi”, diantaranya:

3
a. Bagaimana cara menerapkan dinamisasi dengan menggunakan motion

graphic?
b. Bagaimana penerapan teknik cutting, transisi, dan coloring untuk

mendukung dinamisasi pada program dokumenter “Pesona Wakatobi”?

1. Konsep Karya

Penulis sebagai editor mengambil judul Dinamisasi Visual pada

Editing Dokumenter “Pesona Wakatobi”. Dalam proses editing ini

sebagai editor akan menerapkan bagaimana mewujudkan dinamisasi visual

yang dapat dilakukan dengan beberapa teknik editing. dan bagaimana

memperhatikan dinamisasi antar visual dan audio.

Selain melalui pemilihan shot yang memiliki komposisi yang baik

dan informatif, penyampaian informasi dengan menerapkan efek transisi

untuk membantu menyampaikan informasi secara bersambung. Transisi

digunakan untuk membedakan perbedaan waktu maupun tempat.

2. Format Karya
Format karya program yang digunakan adalah dokumenter televisi.

Dalam sebuah program acara dokumenter, kita dapat

mengimplementasikan kreativitas dan pesan dalam bentuk visual dan

audio, sehingga penonton akan lebih tertarik dan dapat menangkap pesan

yang disampaikan.
Dalam produksi program dokumenter ini, penulis menggunakan

format audio WAV dengan sample rate 48.000 Hz dan 24 bit sesuai

dengan standar penyiaran. Serta format karya produksi video

menggunakan format MP4 dengan fps 25, resolusi 1920x1080 pxl.


3. Karakteristik Karya
a. Menggunakan multi camera

4
Pengambilan gambar dilakukan dengan menggunakan kamera DSLR

Canon 60D
b. Perekaman audio
Perekaman dialog dilakukan secara langsung dengan menggunakan clip

on. Sedangkan untuk narasi dilakukan saat pasca produksi.


c. Durasi
Karya produksi dokumenter “Pesona Wakatobi” ini sesuai dengan

naskah dan konsep yang memiliki durasi 20 menit, dengan

menampilkan keindahan alam Wakatobi dan wawancara dari para

wisatawan. Meskipun dalam durasi singkat namun sudah bisa

memberikan informasi dan hiburan kepada masyarakat.


4. Sasaran Program
Sasaran atau target audience dari program acara musik show televisi

ini adalah:
a. Jenis Kelamin : Pria dan Wanita
b. Usia : Semua usia
Penulis berharap dengan target audience tersebut, masyarakat mampu

menyerap informasi yang disajikan.


5. Kerabat Kerja
1) Produser :
2) Program Director :
3) Penulis Naskah :
4) Camera Person :
5) Lighting Person :
6) Audio Person :
7) Editor : Anugrah Wisnu Dwi Fajar

C. Orisinalitas
Orisinalitas sebuah karya adalah keaslian atau keotentikan karya

tersebut sehingga berbeda dengan karya sejenis yang lain. Produksi

dokumenter “Pesona Wakatobi” merupakan hasil pemikiran murni dari

5
penulis bersama tim, namun ada beberapa pendekatan karya acuan untuk

memperkuat gagasan yang dibuat dan karya tersebut dapat dipertanggung

jawabkan. Pembuatan karya produksi ini melakukan pendekatan karya audio

visual yang telah diproduksi terlebih dahulu yaitu teknik editing pada acara

Jawara Bumi Ruwa Jurai - Inside Indonesia dan Tanah Reog.

Jawara Bumi Ruwa Jurai - Inside Indonesia menggunakan teknik

dinamisasi dalam editing. Penulis mengamati dalam dokumenter ini teknik

coloring yang digunakan sangat cocok. Penulis akan menggunakan lumetri

color pada karya produksi penulis sebagai koreksi warna yang akan

mendukung dinamisasi visual. Teknik cutting by rhythem dan cutting by

narration pun sudah diterapkan dengan baik pada dokumenter ini.

Gambar 1. Jawara Bumi Ruwa Jurai - Inside Indonesia

Sumber: https://www.youtube.com/watch?v=9FS2oJsBhbE

Tanah Reog menggunakan teknik dinamisasi dalam editing. Penulis

mengamati dalam dokumenter ini teknik cutting by narration yang diterapkan

bisa menyampaikan informasinya. Maka dari itu penulis membuat karya

sejenis dengan teknik cut by narration dan cut by rhythem yang akan

diterapkan.

6
Gambar 2. Tanah Reog

Sumber: https://www.youtube.com/watch?v=xVLzW5eFGCs

D. Tujuan dan Manfaat


1. Tujuan Penciptaan
Menciptakan karya produksi yang dikemas secara modern dalam

program acara dokumenter “Pesona Wakatobi” dan dapat menerapkan

peran dan tanggung jawab seorang editor dalam produksi dokumenter

dalam hal membuat dinamisasi visual.


2. Manfaat Penciptaan
a. Manfaat bagi penulis
1) Mengaplikasikan ilmu yang telah didapatkan selama menjalani

perkuliahan, baik secara teori maupun praktik, khususnya teknik

editing.
2) Menghasilkan suatu karya produksi.
3) Mengaplikasikan teknik editing (teknik cutting dan transisi) untuk

menghasilkan hasil karya akhir yang berkualitas.


4) Dapat menerapkan konsep dinamisasi visual dengan menggunakan

motion graphic

7
5) Dapat menerapkan teknik coloring pada karya dokumenter esona

Wakatobi”
b.Manfaat bagi STMM MMTC
Memperkaya arsip berupa karya tulis dan karya produksi di

perpustakaan Sekolah Tinggi Multimedia MMTC Yogyakarta, sehingga

dapat dijadikan referensi.


c. Manfaat bagi Masyarakat
Memberikan tayangan yang edukatif, informatif, dan menarik bagi

masyarakat dengan kualitas editing yang baik dan benar.

E. Kajian Sumber Pustaka


Karya produksi Dokumenter ”Pesona Wakatobi”, penulis menggunakan

beberapa kajian pustaka sebagai referensi dalam pembuatan karya produksi.

Adapun referensinya sebagai berikut:


1. Kajian Sumber Karya Video
Dalam karya ini penulis mencari ide dan melakukan pendekatan

beberapa karya yang dapat diimplementasikan dalam karya produksi

yang akan dibuat penulis. Diantaranya:


a. Ngabean, Pelebur Jiwa Menuju Nirwana - Inside Indonesia

menggunakan teknik dinamisasi dalam editing. Penulis mengamati

dalam dokumenter ini teknik coloring yang digunakan sangat baik.

Penulis akan menggunakan lumetri color pada karya produksi penulis

sebagai koreksi warna yang akan mendukung dinamisasi visual.

Teknik cutting by rhythem dan cutting by narration pun sudah

diterapkan dengan baik pada dokumenter ini, sehingga gambar yang

dihasilkan pada karya ini sangat menarik.

8
Gambar 3. Ngabean, Pelebur Jiwa Menuju Nirwana-Inside Indonesia
https://www.youtube.com/watch?v=n4fvkL8LMO4&t=89s

b. Net TV Indonesia Bagus-Pulau Bawean, Balinya Jawa Timur


Indonesia Bagus menampilkan dinamisasi visual yang baik. Teknik

coloring, transisi, cutting by narration dan cutting by rhytem yang

digunakan sudah tepat.

Gambar 4. Indonesia Bagus-Pulau Bawean, Balinya Jawa Timur


Sumber: https://www.youtube.com/watch?v=q7juHurPufc

c. Indonesia Bagus - Surganya Para Pecinta Belimbing dan Tari Thengul

di Bojonegoro

Teknik coloring yang diterapkan pada produksi ini terinspirasi dari

program acara Indonesia Bagus yang dapat menampilkan dinamisasi

visual dari transisi berbagai macam shot, serta teknik coloring yang

tidak terkesan flat dan jumping warna. Coloring yang baik menjadi

acuan penulis dalam menerapkan teknik coloring pada editing.

9
Gambar 5. Indonesia Bagus - Surganya Para Pecinta Belimbing dan

Tari Thengul di Bojonegoro

Sumber: https://www.youtube.com/watch?v=VCJDSjLmOg8

2. Kajian Sumber Pustaka


Selain melihat referensi karya, penulis juga mencari data pustaka

untuk memperkuat tema dan konsep gagasan yang akan dijalankan, agar

mendapat data-data yang akurat untuk mendukung judul yang penulis

buat. Diantaranya:
a. Buku Cutting Rhythm-Shaping The Film Edit
Buku Cutting Rhythm-Shaping The Film Edit adalah buku teori dan

praktik editing. Buku ini menjelaskan tentang teknik cutting by

rhythem. Dalam buku ini, menjelaskan teknik editing dengan baik,

sehingga mudah dipahami dan membantu dalam permasalahan yang

biasa terjadi dalam editing.

10
Gambar 6. Buku Cutting Rhythm-Shaping The Film Edit

Sumber: Koleksi Pribadi

b. Buku Grammar of The Edit Second Edition


Buku ini ditulis oleh Roy Thompson dan Christoper Bowen. Buku ini

membahas tentang dasar atau gramatika dalam membuat karya. Buku

ini juga menunjukkan istilah-istilah atau ilmu mengenai editing dan

penyusunan gambar yang baik.

Gambar 7. Buku Grammar of The Edit Second Edition


Sumber: Koleksi Pribadi

c. Buku Cut by Cut Editing your Film or Video


Buku ini ditulis oleh Gael Chandler. Buku ini mengulas tentang cara

kerja seorang editor dalam melakukan teknik cutting dan timming

yang tepat dalam melakukan cutting. Cutting dan timming yang tepat

11
dalam editing akan membentuk penyampain konten yang baik,

sehingga membentuk dinamisasi.

Gambar 8. Buku Cut by Cut Editing your Film or Video


Sumber: Koleksi Pribadi

F. Landasan Teori
1. Dokumenter

Dokumenter sering dianggap sebagai rekaman aktualitas potongan

rekaman sewaktu kejadian sebenarnya berlangsung, saat orang yang

terlibat di dalamnya berbicara, kehidupan nyata seperti apa adanya,

spontan dan tanpa media perantara. Atau bisa juga diartikan Dokumenter

adalah program informasi yang bertujuan untuk pembelajaran dan

pendidikan namun disajikan dengan menarik. Misalnya program

dokumenter yang menceritakan mengenai suatu tempat, kehidupan atau

sejarah scorang tokoh, atau kchidupan atau sejarah suatu masyarakat

(Morissan, 2008: 222).

2. Editing

12
a. Pengertian Editing

Editing adalah pekerjaan memotong-motong dan merangkai

(menyambung) potongan-potongan gambar sehingga menjadi film

berita yang utuh dan dapat dimengerti. Post production atau disebut

juga bagian editing, merupakan bagian yang akan mensortir hasil-hasil

shooting, baik drama maupun non-drama. Atau bisa juga diartikan

editing adalah pekerjaan memilih gambar (shot) dan menyesusaikan

gambar itu dengan gamhar berikutnya sehingga menjadi suatu sequence

yang memiliki cerita yang logis dan saling berkaitan (Morissan,

2008:221).

b. Tujuan Editing

Hasil editing yang kita harapkan, sangat bergantung pada

pendekatan yang dilakukan, yang terpenting adalah ketika melakukan

pengeditan, hal pertama adalah menetapkan tujuan untuk melakukan

editing. Namun, secara umum, tujuan editing adalah sebagai berikut:

1) Menyusun dan menggabungkan setiap shot secara berurutan dari

proses syuting yang tidak berurutan.

2) Memilih gambar dan klip yang terbaik, dan menghilangkan bagian

yang tidak penting

3) Menambahkan efek, grafik, musik, dan lain-lain, supaya penonton

terbawa suasana

4) Memperbaiki setiap kesalahan dalam tiap shot dengan cara

mengedit

13
c. Manfaat Editing
Editing dalam sebuah program televisi dipengaruhi oleh

beberapa faktor dengan keberhasilannya dalam proses editing. Dengan

adanya editing, kita dapat menyajikan alur cerita yang secara berurutan,

sehingga penonton dapat menikmati alur dari cerita ataupun informasi

yang disajikan.
d. Tahapan editing
Ada tahapan pasca produksi yang harus dilakukan oleh editor,

(Waloeya, 2012:37) secara umum ada 7 tahapan yakni:


1) Membuat Project
Tahap pertama adalah membuka software editing yang

digunakan. Software yang digunakan adalah Adobe Premiere

Creative Cloud pada pasca produksi dokumenter televisi Pesona

Wakatobi
2) Transfer Data
Transfer data dari memory SDHC dan harddisk eksternal ke

komputer yang digunakan untuk editing


3) Editing List
Editor mencatat dan memilih gambar yang dipilih berdasarkan

kode clip yang ada, lalu memisahkan shot-shot yang tidak terpakai.

Shat yang tidak terpakai hanya dipisahkan bukan dibuang atau

dihapus karena shot tersebut masih ada kemungkinan untuk

digunakan sebagai shot tambahan.


4) Rough Cut (offline editing)
Editor memotong dan merangkum gambar menjadi satu alur cerita

dalam sebuah sequence. Potongan shot ini masih bersifat kasar dan

belum rapi.

5) Fine Cur dan Trimming

14
Editor melakukan pemotongan dan penghalusan gambar yang

sudah tersusun dengan baik, kemudian merapikan setiap

pemotongan antar shot. Di tahap ini editor juga memberikan

transisi sebagai penyambungan perpindahan shot serta scene

6) Mastering (online editing)

Tahap ini terdiri dari proses color balancing/perbaikan warna dan

audio mixing. Penyelarasan warna dilakukan agar menutupi

ketimpangan warna antar shot serta menambah karakter dari karya

tersebut. Dalam tahap ini, sudah tidak ada revisi atau perbaikan

yang dilakukan dengan susunan gambar

7) Release Master

Pada tahap ini proses editing telah selesai dilakukan. Hasil akhir

kemudian diubah dalam bentuk movie dengan cara encoding video.

Dengan kata lain proses penyatuan audio, video, transisi, title,

video efek, grafis, ataupun elemen pendukung lainya menjadi

sebuah file video format yang bisa diputar kembali. Tahapan demi

tahapan alangkah baiknya dikerjakan secara berurutan, hal ini

dikarenakan setiap tahapan saling berkaitan.

3. Editor
a. Pengertian Editor
Editor adalah sineas profesional yang bertanggung jawab

mengkonstruksi cerita secara estetis dari shot-shot yang dibuat

15
berdasarkan skenario dan konsep penyutradaraan sehingga menjadi

sebuah film cerita yang utuh.


Seorang editor dituntut memiliki sense of story telling

(kesadaran/rasa/indra penceritaan) yang kuat, sehingga sudah pasti

dituntut sikap kreatif dalam menyusun shot-shotnya. Maksud sense of

story telling yang kuat adalah editor harus sangat mengerti akan

konstruksi dari struktur cerita yang menarik, serta kadar dramatik yang

ada didalam shot-shot yang disusun dan mampu mengesinambungkan

aspek emosionalnya dan membentuk irama adegan/cerita tersebut

secara tepat dari awal hingga akhir film.


b. Tugas dan tanggung jawab editor

Tahap Praproduksi;

 Menganalisa skenario dengan melihat adegan yang tertulis dalam

skenario dan mengungkapkan penilaiannya pada sutradara.


 Berdiskusi dengan departemen yang lain dalam script conference

untuk menganalisa skenario, baik secara teknis, artistik dan

dramatik.
 Dalam produksi film ceriita untuk bioskop, editor bersama produser

dan sutradara menentukan proses pascaproduksi yang akan

digunakan seperti kinetransfer, digital intermediate atau negative

cutting.

Tahap Produksi:

Dalam tahap ini seorang editor tidak memiliki tugas dan

kewajiban khusus. Namun dalam proses produksi ini seorang editor

dapat membantu mengawasi pendistribusian dan kondisi materi mulai

16
dari laboratorium sampai materi tersebut berada di meja editing. Pihak

yang dibantu oleh editor adalah individu profesional yang ditunjukkan

oleh rumah produksi yang bersangkutan dalam melaksanakan

pendistribusian materi tersebut. Hal ini biasanya dilakukan oleh

manajer unit, koordinator pascaproduksi (post production supervisor)

ataupun seorang runner.

Tahap Pascaproduksi:

 Membuat struktur awal shot-shot sesuai dengan struktur skenario

(rough cut 1).


 Mempresentasikan hasil susunan rought cut 1 kepada sutradara dan

produser.
 Setelah dilakukan revisi berdasarkan hasil diskusi dengan sutradara

dan produser, maka dengan kreativitas dan imajinasi editor, ia

membentuk struktur baru yang lebih baik. Dalam struktur baru ini

editor harus bisa membangun emosi, irama dan alur yang menarik.
 Mempresentasikan dan mendiskusikan struktur baru yang

dihasilkannya bersama sutradara dan produser hingga struktur yang

paling diharapkan (final edit).


 Menghaluskan hasil final edit (trimming) hingga film selesai dalam

proses kerja editing (picture lock).


 Dalam produksi film cerita untuk bioskop, editor bersama sutradara

membagi hasil editing tersebut menjadi beberapa bagian (reeling)

untuk kebutuhan laboratorium, pengolahan suara dan musik.

Sementara untuk film for television, editor bersama sutradara

17
membagi hasil editing tersebut menjadi beberapa bagian untuk

pertimbangan kebutuhan jeda iklan (commercial break).


 Editor dapat menjadi rekanan diskusi untuk pengolahan suara dan

musik. Diskusi ini berupa penentuan suara efek dan musik sebagai

pembentuk kesatuan gambar dan suara yang saling mendukung.


 Dalam produksi film cerita untuk bioskop, editor dapat juga menjadi

pengawas pada proses laboratorium hingga pada proses cetak hasil

pertama film (copy A). Sementara dalam produksi film for television,

editor dapat menjadi pengawas proses transfer hasil editing yang

siap untuk ditayangkan (master edit) ke dalam pita video.


c. Hak-hak Editor
 Mengajukan usul kepada sutradara untuk mengubah urutan

penuturan sinematik guna mendapatkan konstruksi dramatik yang

lebih baik.
 Mengajukan usul kepada sutradara untuk menambah, mengurangi

atau mengganti materi gambar dan suara yang kurang atau tidak

sempurna secara teknis maupun efek dramatisnya.


 Mendapatkan ruang editing serta sarana kerja yang layak/standar.
 Mendapatkan honorarium yang sesuai dengan kontrak yang telah

disepakati dan disetujui oleh produser.


 Berhak meminta kontrak baru jika ada permintaan tambahan

(misalnya pembuatan trailer) untuk bahan promosi film.


 Berhak untuk menolak permintaan yang sifatnya pribadi dan

menyimpang dari ketentuan yang sudah ada dalam skenario.

4. Dinamisasi Visual
Dinamisasi berasal dari kata dinamis yang menurut Kamus Besar

Bahasa Indonesia (KBBI) mempunyai arti cepat bergerak dan mudah

menyesuaikan diri dengan keadaan, secara sederhana dapat diartikan

18
adalah penyelarasan atau penyesuaian terhadap perubahan tersebut.

Dinamisasi visual merupakan perpaduan penyesuaian gambar dari sebuah

gagasan agar terlihat dinamis dan nyaman saat dinikmati penonton.


Dalam penyampaian informasi kepada penonton, dinamisasi

memiliki unsur yang bisa menjadikan gambaran tentang kualitas

komunikasi, situasi, action menimbulkan perhatian penontonnya.

5. Elemen-elemen yang harus diperhatikan dalam editing


Editing dibangun oleh beberapa elemen. Hasil dari sebuah editing

tergantung pada bagaimana elemen tersebut digunakan, bagus tidaknya

dan apakah gambar mengganggu atau tidak saat ditonton. Elemen-elemen

tersebut adalah:
a. Motivasi
Dalam mengedit harus selalu ada motivasi atau alasan yang jelas

pada saat memindah, menyambung, atau saat menggunakan

perpindahan serta fade. Motivasi ini bisa dalam gambar, suara maupun

kombinasi gambar dengan suara.


b. Informasi
Gambar yang memiliki informasi adalah dasar dari sebuah editing.

Setiap shot baru berarti mempunyai informasi yang baru pula dan

susunan harus ideal agar gambar menarik. Karena semakin penonton

mendapatkan banyak informasi dan mengerti maka ia akan semakin

menikmati dan seperti terlibat dalam cerita sebuah tayangan. Tugas

seorang editor untuk mendapatkan gambar yang penuh informasi dalam

sebuah program, namun tanpa kesan menggurui penonton.


c. Komposisi
Meskipun editor tidak bisa menciptakan suatu komposisi gambar,

namun salah satu tugas editor adalah memilih dan menyusun shot yang

19
ada dengan komposisi menjadi dapat diterima. Karena komposisi shot

yang buruk adalah hasil dari proses shooting yang buruk.

Gambar 9. Komposisi
Sumber: http://stranger-publish.blogspot.com/2014/11/teknik-ambilan-

gambar-videografi.html
d. Suara

Suara adalah elemen penting dalam editing yang mendukung

tersampaikannya kedalaman cerita. Suara dapat membangun suasana

dan emosi yang menjadi suatu daya tarik serta dapat digunakan untuk

menyiapkan penonton dalam pergantian scene ataupun cerita.

e. Angle kamera
Adalah elemen paling penting dalam editing, pada prinsipnya saat

perpindahan shot yang satu dengan yang lain harusnya berbeda angle.

Perbedaan angle satu objek/subjek adalah kurang dari 45 derajat,

sedangkan untuk garis khayal antara dua objek adalah tidak lebih dari

180 derajat, jika melebihi ini maka akan terjadi jumping gambar.

20
Gambar 10. Angle Kamera
Sumber: https://steemit.com/art/steemit-film-school-camera-shots

f. Kontinuitas
Kontinuitas atau kesinambungan gambar dimana setiap

perpindahan shot baru dengan angle dan komposisi baru merupakan

kelanjutan dari shot sebelumnya. Dalam dunia videografi di kenal 5

jenis kesinambungan (kontinuiti) yaitu :


1) Content Continuity

Kontinuitas gambar pada isi cerita yang terangkum dalam

sambungan berbagai shot. Hal tersebut bisa berbentuk benda (tata

artistik, properti), sinar cahaya (tata cahaya), wardrobe, dan make

up.

2) Movement Continuity

Kontinuitas gambar pada gerakan yang direkayasa ataupun

yang terjadi dengan sendirinya (natural). Gerakan dalam adegan

diperankan oleh pemain dan figuran, sedangkan gerakan natural

merupakan gerakan yang terjadi karena faktor alam, misalnya awan

ditiup angin, riak dari air terjun ataupun burung terbang bebas.

3) Dialogue Continuity

21
Kontinuitas dialog yang terwujud dalam percakapan para

pemeran sesuai dengan tuntutan cerita dan logika visual (kebutuhan

gambar sesuai dengan naskah).

4) Position Continuity

Kontinuitas gambar untuk blocking subjek. Posisi properti

(tata artistik), dan berbagai posisi lainya yang disesuakan dengan

komposisi gambar dalam berbagai sudut arah kamera

5) Sound Continuity

Kontinuitas suara dalam gambar, baik yang bersifat Direct

Sound (suara yang direkam langsung pada saat shooting) maupun

Indirect Sound (sound effect dan ilustrasi musik).

6. Transisi

Terdapat empat jenis transisi dalam editing video, yaitu:

a. Cut

Transisi jenis ini merupakan transisi secara tajam antara satu

gambar ke gambar lainnya. Transisi dengan cut ini terjadi secara

langsung antar obyek. Sementara itu cut merupakan transisi yang paling

sering digunakan dalam proses editing. Adapun fungsi dan juga

kegunaan dari cut sendiri adalah untuk menggambarkan detail dari

suatu obyek, meningkatkan atau menurunkan irama kejadian, transisi

yang berhubungan dengan perubahan tempat dan waktu serta transisi

yang melibatkan aksi yang berkesinambungan. Cara melakukan transisi

dengan cut ini juga cukup mudah yaitu tinggal memilih gambar yang

22
ingin dipindah lalu di cut dan ditempatkan pada durasi yang diinginkan.

Saat melakukan cut kita harus memperhatikan letak pemotongan agar

tidak merusak kualitas video. Jenis cut sendiri terbagi sebagai berikut.

 Straight Cut

Straight Cut merupakan jenis transisi cut yang mana shot A

digantikan dengan shot B tanpa ada interupsi sebelumnya seperti

pergantian suasana dari siang ke petang, dan lain sebagainya.

 Match Cut

Match cut merupakan jenis penggabungan dua shot dengan

ketentuan obyek memiliki ukuran dan besar yang sama.

 Jump Cut

Jump cut yaitu pergantingan shot yang tidak berkesinambungan

yang diakibatkan karena perbedaan antara shot pertama dengan shot

kedua. Misalnya lompatan shot dari adegan dirumah yang kemudian

menampilkan adengan suasana di pantai, pegunungan atau yang

lainnya. Penggunaan cut ini sangat sesuai untuk video yang

bertemakan keceriaan, kesenangan, antusiasme, dan semangat juang

yang tinggi.

Gambar 11. Cut

23
Sumber: https://support.apple.com/

b. Dissolve

Perpindahan dengan dissolve terjadi secara berangsur-angsur

dengan cara bagian akhir dari gambar pertama perlahan-lahan

tercampur dengan gambar berikutnya. Setelah itu gambar kedua terlihat

semakin jelas. Perpindahan jenis dissolve in biasa digunakan untuk

menjembatani shot action, saat pergantian tempat dan waktu, dan

penunjuk hubungan antara dua shot.

Selain itu dissolve juga digunakan untuk menyatakan suatu

kejadian yang romantis, sedih, mengalir, halus, lamunan masa depan

dan kejadian masa lampau. Efek ini bisa juga digunakan untuk video

yang berisi tentang kenangan seseorang, mengulas riwayat hidup

seorang tokoh, dan mengenang kejadian-kejadian di masa lalu.

Gambar 12. Dissolve

Sumber: http://speedvr.co.uk/vr-post-production/editing

24
c. Fade

Fade merupakan jenis transisi yang dilakukan pada awal atau akhir

sebuah adegan melalui sebuah blank. Fade sendiri dibedakan menjadi

dua jenis yaitu fade in dan fade out.

 Fade In

Fade in adalah perubahan dari gelap ke terang yanga mana

diawali dengan sebuah kedaan gelap kemudian muncul gambar dalam

keadaan normal kemudian berangsur-angsur berada pada kondisi

normal.

 Fade Out

Sementara itu, fade out adalah kebalikan dari kondisi fade In,

yang mana gambar bertransisi dari kondisi terang ke keadaan gelap

hingga gambar tersebut berubah dalam kondisi normal.

Biasanya fade in dan fade out selalu digunakan secara bersama-

sama yang bertujuan untuk memisahkan satu alur cerita dengan alur

cerita lainnya, seperti pergantian waktu, pergantian tempat, dan

pergantian jalan cerita. Meskipun demikian penggunaan Fade in tidak

boleh terlalu berlebihan karena akan membuat jalan cerita menjadi

rancu dan terpotong-potong sehingga jalan cerita sulit dipahami oleh

penonton.

25
Gambar 13. Fade In-Fade Out

Sumber: https://bcastell.com/posts/scene-detection

d. Wipe

Transisi dengan wipe merupakan transisi dimana satu gambar

tergantikan oleh gambar lain seolah-olah gambar yang pertama

terdorong keluar oleh gambar kedua hingga sepenuhnya gambar

kedualah yang muncul di layar. Wipe sendiri menggunakan efek

sapuan yang tajam sehingga shot selanjutnya bisa menggantikan shot

yang pertama. Pergantian dengan wape ini biasanya digunakan untuk

mengawali sebuah adegan dalam cerita, mengisyarat perbedaan waktu,

dan perubahan tempat. Program-program acara yang sangat

menguntungkan bila menggunakan pergantian gambar secara wipe

diantaranya adalah program musik, dan cerita musikal.

Wipe sendiri dilakukan dengan beberapa bentuk yang terdiri dari

wipe kanan ke kiri, wipe kiri ke kanan, wipe atas ke bawah, wipe bawah

26
ke atas, dan wipe bentuk yang makin mengecil. Sementara jenis wipe

yang masih sering digunakan adalah Invisible wipe yang biasa

digunakan ketika terjadi perpindahan lokasi atau adegan.

Gambar 14. Wipe

Sumber: http://www.ambery.com/auvimidiefpr.html

7. Cutting by Rhythem

Adalah teknik perpindahan gambar berdasarkan tempo dan beat

dari ketukan, birama, suara musik, ataupun sound effect yang terpadu

dalam setiap objek. (Naratama: 2004).

8. Cutting by Narration

Adalah teknik perpindahan gambar berdasarkan pada narasi yang telah ada

pada naskah. Sehingga akan mendapatkan keselarasan antara gambar dan

27
audio. Tujuannya adalah untuk menambah penyampaian informasi yang

ingin disampaikan.

9. Motion Graphic

Motion graphic adalah teknik untuk menggerakkan still images

sehingga objek terlihat tidak membosankan, namun terlihat dinamis dan

menarik. Terdapat dua metode dalam teknik ini, yakni dengan

menggerakkan gambar, atau menggabungkan sequen gambar-gambar yang

memiliki kontinuitas sehingga terlihat bergerak. Dalam pembuatannya,

motion graphic adalah elemen yang penting untuk membuat penonton

tidak merasa bosan. Ada beberapa cara yang harus diperhatikan dalam

metode motion graphic menurut Michael Lonka:

a. Timming

Penggunaan timing dapat membuat perbedaan yang besar dalam

menciptakan suatu atmosfir yang tepat. Misalnya, munculnya retakan

pada visual sebaiknya ditunjukkan satu per satu dari atas ke bawah,

sehingga terlihat retakan tersebut seolah-olah sedang terjadi.

b. Pergerakan

Penggunaan pergerakan diperlukan untuk membuat suatu animasi

terlihat lebih nyata. Misalnya, bila terdapat sebuah animasi seseorang

sedang berjalan, maka background dapat diletakkan gambar lampu-

lampu jalan dan perumahan yang bergerak kearah berlawanan namun

28
lamban dan gambar sebuah kota beserta langit yang bergerak kearah

yang sama namun lebih lamban lagi.

c. Atraksi

Perhatiaan penonton harus dialihkan kearah yang tepat, misalnya

bila ada tulisan yang ingin diperlihatkan dalam sebuah animasi, tulisan

tersebut sebaiknya diberi efek pergerakan yang dinamis, atau dibuat

kelap-kelip.

Istilah "Motion Graphics" dipopulerkan oleh Trish dan buku Chris

Meyer tentang penggunaan Adobe After Effects, berjudul "Menciptakan

Motion Graphics". Ini adalah awal dari aplikasi desktop yang

mengkhususkan diri pada produksi video, tetapi tidak mengedit atau 3D

program. Program-program baru dikumpulkan bersama-sama efek khusus,

penulisan, dan toolsets koreksi warna, dan terutama datang antara

mengedit dan 3D dalam proses produksi.

10. Color Correction


Menurut Alexis Van Hurkman, koreksi warna mengacu pada proses

yang lebih bersifat teknis, yaitu membuat penyesuaian untuk

memperbaiki masalah kualitatif yang jelas dalam sebuah gambar,

membawanya ke arah yang netral. Saat Color Correction ada beberapa

macam hal dasar yang diperhatikan, yaitu


a. Exposure

29
Exposure merupakan jumlah cahaya yang masuk ke dalam

sensor gambar dalam kamera. Color correction dalam hal ini dapat

mengubah kecerahan gambar, sehingga gambar atau shot yang over

exposure ataupun under exposure dapat dijaga dalam intensitas cahaya

normal

b. White balance
White balance merupakan kemampuan kamera untuk membuat

hal-hal berwarna putih tampak putih dalam gambar dengan

memgkompensasi pengaruh warna cahaya di bawah lingkungan

pengambilan gambar. Fungsi color correction pada white balance ini

adalah mengkoreksi keseimbangan warna putih yang tidak sesuai

dengan keadaan aslinya saat pengambilan gambar, maka dari itu

dengan mengubah parameter dari white balance dapat mengubah nilai

dari intenitas cahaya.

c. Contrast
Contrast adalah perbedaan gradasi, kecerahan, atau nada (warna)

antara bidang gelap (shadow) dengan bidang terang, atau warna putih

yang mencolok sekali pada suatu objek.


d. Hue
Hue merupakan refleksi dari suatu warna yang berguna untuk

menunjukkan setiap warna dalam objek agar identitas setiap warna

dapat dikenali dengan jelas.


e. Saturation
Saturation adalah tingkat kepekaan suatu warna. Kepekaan

tersebut dapat diukur dari seberapa dekat dan jauh sebuah wama pada

pigmen aslinya. Warna-wama dasar yang terang adalah warna dengan

30
saturation tinggi, sementara warna-warna pastel saturationnya rendah.

Monochrome (hitam dan putih) seluruhnya tidak mermiliki saturation

karena tidak punya intensitas warna di dalamnya.


f. Lightness
Lightness atau kecerahan merupakan tingkap terang dan

gelapnya sebuah warna. Semakin tinggi kadar kadar lighness pada

gambar, maka warnasnya akan tampak semakin terang. Sebaliknya

jika kurang, makan akan tampak semakin buram

11. Software Adobe Premiere CC


Adobe Premiere merupakan software editing yang diciptakan oleh

Adobe Inc. Adobe Premiere Pro merupakan software yang akan

digunakan penulis untuk penyuntingan video. Software ini memiliki

beberapa kelebihan: dapat import video, audio, grafis dalam berbagai

macam format; Dapat menambahkan ,acam-macam filter, efek, title; dapat

mengeksport video dalam berbagai macam format.

G. Perencanaan Proses Penciptaan


1. Ide Penciptaan

Dalam karya dokumenter televisi dibutuhkan hasil gambar yang

menarik dan variatif. Untuk itu penyesuaian antara konsep teknik editing

dengan konsep program sangatlah diperlukan agar terwujudnya dinamisasi

visual yang informatif. Penulis akan menerapakan cutting by narration,

31
cuting by rhythm, dan teknik coloring. Tahapan yang dilakukan penulis

untuk medapatkan dinamisasi visual adalah sebagai berikut:

a. Menerapkan cutting by narration sesuai dengan narasi yang telah ada

untuk menjelaskan visual yang sedang ditampilkan pada layar.

b. Menggunakan beberapa efek transisi yang tepat untuk melakukan

penyambungan antar gambar, agar gambar yang dihasilkan terlihat

dinamis

c. Menggunakan backsound yang tepat dan menerapkan teknik cutting by

rhythm agar mendukung informasi pada suatu gambar yang

ditampilkan.

d. Menambahkan efek color correction untuk memperbaiki warna yang

disebabkan oleh pengambilan gambar dari beberapa tempat yang

berbeda.

2. Sinopsis

Dalam dokumenter “Pesona Wakatobi menceritakan tentang

keindahan Pulau Wakatobi. Kabupaten Wakatobi memiliki potensi sumber

daya alam, peninggalan sejarah, seni dan budaya yang sangat besar sebagai daya

tarik wisata, baik bagi wisatawan nusantara maupun mancanegara.

Wakatobi merupakan kawasan kepulauan yang terdiri dari empat pulau

utama yaitu Wangi-Wangi, Kaledupa, Tomia, dan Binongko. Letak geografis

Kepulauan Wakatobi merupakan gugusan pulau-pulau karang yang sebagian

besar memiliki topografi landai, terutama dibagian selatan Pulau WangiWangi,

bagian utara dan selatan Pulau Kaledupa, bagian barat dan timur Pulau Tomia,

32
serta wilayah bagian selatan Pulau Binongko dengan ketinggian tempat berkisar

antara 3 – 20 meter di atas permukaan laut Kabupaten Wakatobi berada dalam

gugusan pulau-pulau di jazirah Tenggara Kepulauan Sulawesi Tenggara tepatnya

di sebelah Tenggara Pulau Buton.

3. Treatment
Terlampir

4. Media, Peralatan dan Teknik Produksi


a. Media
Media yang digunakan untuk menuangkan gagasan dan ide ini

adalah media televisi. Hal ini dikarenakan televisi merupakan media

yang sangat tepat untuk memberikan informasi atau hiburan.

Karakteristik penyiaran menggunakan media televisi dengan aspek ratio

16:9 High Definition Video (HDV 1280 x 720) dan sample rate 44.100

Hz sehingga lebih mudah diterima dengan cepat penyebaran

informasinya dan secara maksimal baik dari segi audio maupun visual

kepada khalayak.

b. Peralatan
Berikut daftar peralatan yang digunakan untuk produksi Dokumenter

“Pesona Wakatobi”
Tabel 1. Peralatan

No Nama Alat Jumlah


1 Komputer 1 buah
2 Laptop 1 buah
3 Hardisk eksternal WD 1 Tb 1 buah

33
c. Teknik Produksi

Ada beberapa teknik editing yang digunakan dalam membuat

program dokumenter televisi “Pesona Wakatobi” untuk mendukung

proses editing yang maksimal, yaitu:

1) Cutting

a) Cutting by narration

Cutting by Narration adalah teknik perpindahan gambar

berdasarkan pada narasi yang telah ada dalam naskah. Sehingga

akan mendapatkan kcselarasan antara gambar dan audio.

Tujuannya adalah untuk menambah penyampaian informasi yang

ingin disampaikan.

b) Cutting by rhythm

Menggunakan teknik cutting by rhythm untuk mensinkronkan

antara visual yang sesuai dengan ketukan dari musik atau

backsound.

2) Color Correction

Teknik ini digunakan untuk koreksi warna pada tiap shot agar

tidak terjadi jumping warna

3) Transisi

Penguunaan teknik transisi ini untuk penjeda pergantian antar

shot sebelumnya dengan shot yang baru. Transisi yang akan

34
digunakan pada produksi dokumenter televisi ini yaitu; dissolve, dan

fade

5. Tahapan Penciptaan

Dalam editing program dokumenter televisi terdapat tiga tahapan, yaitu:

a. Pra Produksi

Pada tahap pra produksi, penulis hanya mengikuti perkembangan

dari sutradara agar mempunyai gambaran mengenai konten yang akan

di edit. Berdiskusi dan menganalisa skenario dalam segi teknis, artistik

dan dramatis. Dalam tahap pra produksi ini, editor bersama dengan

sutradara dan produser menentukan proses pasca produksi yang akan

digunakan.

b. Produksi

Dalam proses produksi, sebagai editor membantu mengawasi

pendistribusian hasil dari take itu, sampai materi tersebut terkumpul

semua dan dilakukan pemilihan hasil shot yang baik yang akan

digunakan pada saat proses editing.

c. Pasca Produksi

Pada pasca produksi merupakan tahapan akhir dari proses produksi

karya dokumenter ini. Maka penulis sebagai editor melakukan

pengawasan terhadap file yang akan di edit. Editor mulai mengubah

shot list menjadi editing list sesuai dengan hasil produksi. Tahapan

dalam editing sebagai berikut:

1) Membuat Project

35
Pada tahap ini adalah membuat project baru menggunakan software

Adobe Premiere CC dalam karya dokumenter televisi ini

2) Transfer Data

Memindahkan data dari memori SDHC ataupun harddisk ekstemal

ke komputer yang digunakan untuk editing

3) Editing List

Editor mencatat dan memilih gambar yang dipilih berdasarkan kode

clip yang ada, lalu memisahkan shot-shot yang tidak dipakai. Shot

yang tidak terpakai hanya dipisahkan bukan dibuang atau dihapus

karena shot tersebut masih ada kemungkinan untuk digunakan

sebagai shot tambahan.

4) Rough Cut

Tahap awal proses editing adalah rough cut yaitu dengan memotong

setiap shot yang masih kasar berdasarkan eerita pada naskah. Jika

rough cut sudah selesai maka editor menkonsultasikan kepada

sutradara untuk melanjukan pada tahap selanjutnya.

5) Fine Cut & Trimming

Selanjutnya pada tahap fine cut, penulis sebagai editor mulai

merapikan potongan shot dari rough cut agar tersusun dengan rapi

dan durasi yang ditargetkan dapat tercapai.

6) Coloring

36
Pada tahap ini penulis mengkoreksi atau memperbaiki kerusakan

warna khususnya pada warna yang dihasilkan pada saat pengambilan

gambar

7) Mixing

Jika proses editing telah selesai, editor menyerahkan hasil editing

kepada penata suara untuk melakukan mixing antar suara, narasi, dan

ilustrasi musik yang dibutuhkan.

8) Rendering

Tahap terakhir pada proses editing adalah melakukan rendering

seluruh hasil jadi pada timeline yung telah di edit dengan

menggunakan format codec H.264.mp4

6. Rincian Anggaran
Terlampir

7. Jadwal Pelaksanaan
Terlampir

37
Penutup
Demikian proposal skripsi ini dibuat, yang diajukan kepada lembaga

Sekolah Tinggi Multimedia “MMTC” Yogyakarta. Penulis berharap supaya

pembuatan skripsi Dokumenter “Pesona Wakatobi” ini berjalan dengan lancar dan

sesuai dengan tujuan pada proposal ini. Semoga dapat disetujui oleh penguji agar

segera terlaksana produksi dokumenter ini. Dalam pembuatan proposal skripsi ini

tentu masih banyak kekurangan. Bantuan, kritik, dan saran yang membangun dari

berbagai pihak sangat dibutuhkan, untuk membangun ke depan jauh lebih baik.

38
Daftar Pustaka
Thompson, Roy & Bowen, Christopher. 2009. Grammar of Edit Second Edition.

Oxford: Focal Press


Pearlman, Karen. 2009. Cutting Rhythem: Shaping The Film Edit. Oxford: Focal

Press
Millerson, Gerald & Owens, Jim. 2008. Video Production Handbook Fourth

Edition. Oxford: Focal Press


M.A, Morissan. 2008. Jurnalistik Televisi Mutakhir. Jakarta: Kencana Indonesia

Internet
http://seputarduniabroadcasting.blogspot.com/2017/10/fungsi-editing.html

(Diakses pada 1 januari 2019)


http://seputarduniabroadcasting.blogspot.com/2017/10/fungsi-editing.html

(Diakses pada 28 Desember 2018)


https://studiosini.com/transisi-pada-editing-video/
(Diakses pada 1 Januari 2019)
https://www.dafideff.com/2016/01/pengertian-motion-graphics-dan-cara-

membuatnya.html (Diakses pada 2 Januari 2019)

LAMPIRAN

39
Treatment

FORMAT Dokumenter

JUDUL Pesona Wakatobi


TREATMENT DURASI 20’

PENULIS NASKAH Anugrah Wisnu Dwi F


“Pesona Wakatobi”
SUTRADARA

PRODUSER

NO DESKRIPSI VIDEO/VISUAL AUDIO DURASI


PEMBUKAAN
1 Pembukaan Colorbar Tone 1 kHz 10”
Clapper Silent 10”
Countdown 10”
SEQUENCE 1
2 Teaser Tempat-tempat Ilustrasi 20’
wisata yang ada Musik
di Wakatobi

3 Id’s Program Id’s Program Backsound 10”

4 Kabupaten Wakatobi Tempat wisata di Narasi 4’

memiliki potensi sumber Wakatobi

daya alam, peninggalan Wisatawan yang


berkunjung
sejarah, seni dan budaya

yang sangat besar sebagai

40
daya tarik wisata, baik bagi

wisatawan nusantara maupun

mancanegara.
SEQUENCE 2
5 Wawancara pengelola Pengelola Tempat Wawancara 2’
tempat wisata Wisata

Tempat Wisata
6 Tempat Wisata Alam Tempat Wisata Narasi 3’
Alam

SEQUENCE 3
7 Tempat Wisata Kuliner Tempat Wisata Narasi 4’30”
Kuliner

SEQUENCE 4
5 Wawancara Pengunjung Tempat Wisata Wawancara 1’30”
Kebudayaan

Pengunjung

6 Tempat Wisata Tempat Wisata Narasi 3’30”


Kebudayaan Kebudayaan

PENUTUP

6 Closing Credit Title Musik 30”


ilustrasi

Rincian Anggaran
Tabel 2. Rincian Anggaran

41
No Nama Alat Jumlah Perincian Total Biaya
1 Komputer 1
2 Laptop 1
3 Hardisk External 1
(Sumber: Pribadi)

Jadwal Pelaksanaan
Tabel 3. Jadwal Pelaksanaan

Maret April Mei Juni


Keterangan
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
Pra Produksi
Pra Produksi
Rapat crew, Ide,

Observasi, Sinopsis,

Treatment, Naskah,

Shooting List
Produksi
Produksi
Pengambilan Gambar,

Voice Narasi
Pasca Produksi
Pasca Produksi
Editing, Scoring,

Recording Narasi,

42
Rendering, Preview

43

Anda mungkin juga menyukai