Anda di halaman 1dari 66

PROPOSAL SKRIPSI

PENCIPTAAN KARYA PRODUKSI

KEPEMIMPINAN DEMOKRATIS PRODUSER DALAM PRODUKSI


PROGRAM DOKUMENTER TELEVISI
DI BALIK BUDAYA EPISODE WAYANG KILA

Disusun Oleh:

MUHAMMAD ALIF HAIKAL PUTRA WIDAYANTO

NIM: 01716142976

Program Studi Manajemen Produksi Siaran

JURUSAN PENYIARAN

SEKOLAH TINGGI MULTI MEDIA

YOGYAKARTA

2021
PROPOSAL SKRIPSI

PENCIPTAAN KARYA PRODUKSI

KEPEMIMPINAN DEMOKRATIS PRODUSER DALAM PRODUKSI


PROGRAM DOKUMENTER TELEVISI
DI BALIK BUDAYA EPISODE WAYANG KILA

Disusun Oleh:

MUHAMMAD ALIF HAIKAL PUTRA WIDAYANTO

NIM: 01716142976

Program Studi Manajemen Produksi Siaran

JURUSAN PENYIARAN

SEKOLAH TINGGI MULTI MEDIA

YOGYAKARTA

2021

i
PROPOSAL SKRIPSI
PENCIPTAAN KARYA PRODUKSI
Judul:

KEPEMIMPINAN DEMOKRATIS PRODUSER DALAM PRODUKSI


DOKUMENTER TELEVISI
DI BALIK BUDAYA EPISODE WAYANG KILA

Oleh:
Muhammad Alif Haikal Putra Widayanto
NIM: 01716142976
Program Studi Manajemen Produksi Siaran

Telah diseminarkan dan disetujui oleh:


Dewan Penilai Proposal Skripsi
Sekolah Tinggi Multi Media “MMTC” Yogyakarta
Pada Tanggal Bulan 2021

Pembimbing Utama : ……………………………. ……………

Pembimbing Pendamping : ……………………………. ……………

Mengetahui

Ketua Jurusan Penyiaran Ketua Program Studi


Manajemen Produksi Siaran

Ari Mintarti, S.PT., M.Sn Drs. Anwar Harsono, M.Pd


NIP. 1966 0121 19403 2 001 NIP. 1958 0906 198603 1 002

ii
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa

yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat

menyelesaikan Proposal Skripsi Penciptaan Karya Produksi dengan judul

Kepemimpinan Demokratis Produser Dalam Produksi Dokumenter Televisi

Di Balik Budaya Episode Wayang Kila sebagai syarat menyelesaikan

Pendidikan Diploma IV di Sekolah Tinggi Multi Media “MMTC”

Yogyakarta, jurusan Penyiaran, program studi Manajemen Produksi Siaran.

Penulis menyadari bahwa terselesaikannya proposal skripsi ini tidak

lepas dari dukungan berbagai pihak baik berupa bimbingan, saran maupun

kritik. Oleh karena itu, dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima

kasih kepada:

1. Ir. Noor Iza, M.Sc. Ketua Sekolah Tinggi Multi Media “MMTC”

Yogyakarta.

2. Dr. Sudono. M.Si. Puket I Bidang Akademik Sekolah Tinggi Multi

Media “MMTC” Yogyakarta.

3. Ari Mintarti, S.PT., M.Sn. Ketua Jurusan Penyiaran Sekolah Tinggi

Multi Media “MMTC” Yogyakarta.

4. Drs. Anwar Harsono, M.Pd. Ketua Program Studi Manajemen

Produksi Pemberitaan Sekolah Tinggi Multi Media “MMTC”

Yogyakarta.

5. Seluruh dosen dan tim pengajar yang selalu memberikan dukungan.

6. Orangtua dan keluarga yang selalu mendoakan dan mendukung

dalam berbagai hal.

iii
7. Teman produksi dan teman-teman seperjuangan yang ikut

membantu.

Penulis menyadari bahwa dalam pembuatan proposal ini masih

banyak kekurangan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan saran dan kritik

yang bersifat membangun karena proposal ini dibuat sebagai pengajuan

pembuatan Skripsi Penciptaan Karya Produksi.

Yogyakarta, Februari 2021

Penulis

Muhammad Alif Haikal P.W

iv
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .............................................................................................. i


HALAMAN PERSETUJUAN.............................................................................. ii
KATA PENGANTAR .......................................................................................... iii
DAFTAR ISI .......................................................................................................... v
DAFTAR GAMBAR .......................................................................................... vvi
DAFTAR TABEL................................................................................................ vii
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. vviiiii
BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................... 1
A. Latar Belakang Penciptaan .............................................................................. 1
B. Rumusan Ide Penciptaan ................................................................................. 3
C. Keaslian Karya ................................................................................................ 7
D. Tujuan dan Manfaat ........................................................................................ 9
BAB II KAJIAN SUMBER PENCIPTAAN ..................................................... 11
A. Studi Pustaka ................................................................................................. 11
B. Observasi ....................................................................................................... 12
C. Wawancara .................................................................................................... 12
D. Karya Acuan.................................................................................................. 13
BAB III LANDASAN TEORI ............................................................................ 15
A. Produser......................................................................................................... 15
B. Kepemimpinan Demokratis Produser Program NonDrama.......................... 18
C. Dokumenter Televisi ..................................................................................... 22
BAB IV PERENCANAAN PROSES PENCIPTAAN ..................................... 28
A. Ide Penciptaan ............................................................................................... 28
B. Media, Peralatan, dan Teknik Produksi ........................................................ 34
C. Tahapan Penciptaan ...................................................................................... 36
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 41
LAMPIRAN ......................................................................................................... 42

v
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1 Lentera Indonesia NET ...................................................................... 7


Gambar 1.2 Indonesia Bagus NET......................................................................... 8
Gambar 1.3 Voices : Outside The Box Viddsee .................................................... 8
Gambar 2.1 Lentera Indonesia NET ...................................................................... 13
Gambar 2.2 Voices : Outside The Box VIddsee .................................................... 14

vi
DAFTAR TABEL

Tabel 4.1 Treatment ............................................................................................... 29


Tabel 4.2 Daftar Alat.............................................................................................. 35
Tabel 4.3 Jadwal Produksi ..................................................................................... 38
Tabel 4.4 Anggaran Dana ...................................................................................... 39

vii
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran : Desain Produksi

viii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Televisi masih menjadi media massa yang sangat memengaruhi

masyarakat Indonesia, karena merupakan media elektronik yang bersifat

audio visual dan efektif dalam hal penyajian informasi maupun hiburan.

Kedua hal tersebut termasuk kebutuhan pokok bagi masyarakat tertentu,

sehingga apabila tidak terpenuhi maka akan menjadi sebuah masalah.

Informasi dibutuhkan untuk menambah pengetahuan serta meningkatkan

keterampilan sedangkan hiburan dibutuhkan untuk mengisi maupun

menikmati waktu luang.

Program hiburan terbagi menjadi dua, yaitu program drama dan

nondrama. Menurut Rusman Latief & Yusiatie Utud (2015: 7), perbedaan

kedua program tersebut adalah nondrama tidak membutuhkan daya

khayalan untuk memproduksi, bukan cerita yang direka-reka tetapi suatu

kondisi realitas yang dikemas secara kreatif untuk dijadikan program yang

menghibur. Sedangkan drama lebih pada unsur cerita khayalan yang

disusun menjadi suatu cerita yang menghibur.

Program dokumenter adalah program nondrama yang menyajikan

cerita nyata, dilakukan pada lokasi sesungguhnya didukung narasi. Fred

Wibowo (2007: 146) menjelaskan “Program yang menyajikan suatu

kenyataan berdasarkan pada fakta objektif yang memiliki nilai esensial dan

eksistensial, artinya menyangkut kehidupan, lingkungan hidup, dan situasi

1
nyata”. Dalam produksinya, dokumenter sendiri menyangkup banyak

aspek, seperti sutradara, penulis naskah, penata kamera, penata audio,

penata cahaya, dan produser.

Produser adalah pimpinan produksi yang mengoordinasikan kepada

seluruh kegiatan pelaksanaan sejak praproduksi, produksi, pascaproduksi.

Seorang produser harus memiliki kemampuan, selera, dan jiwa

kepemimpinan yang baik karena di tangan produser suatu program bisa baik

atau tidak. Dalam beberapa kasus gagalnya sebuah produksi atau

ketidakharmonisan jalanya sebuah produksi di akibatkan oleh buruknya

manajemen produksi itu sendiri termasuk kesalahan metode kepemimpinan

yang di gunakan oleh produser. Kerabat kerja yang tidak diberi kebebasan

berpendapat dan juga tidak di berikan hak yang sama oleh produser bisa

menjadi faktor gagalnya sebuah produksi.

Oleh karena itu, penulis sebagai produser harus bisa menjadi

pemimpin yang mengayomi dan memberi saya nyaman dalam produksi

program dokumenter tv ini agar mendapat hasil sesuai yang di harapkan.

Rasa nyaman yang bisa di berikan salah satunya adalah menjadi produser

yang demokratis yaitu memberikan hak yang sama kepada setiap kerabat

kerja dalam menyampaikan pendapat baik dalam ide cerita maupun per-

produksian selama tidak mengganggu hak kerabat kerja yang lain.

Seorang produser harus memiliki kemampuan dan jiwa

kepemimpinan yang baik, karena kinerja nya adalah kunci keberhasilan

program. Menurut Everett Chambers (1988: 5), “The producer would be

responsible for the day-to-day work-developing the scripts, casting the

2
actor, hiring and working with the director”. Memiliki jiwa kepemimpinan

juga termasuk dalam kekuatan produser dalam memproduksi sebuah

program, karena dengan jiwa kepemimpinan yang baik terutama produser

yang menganut kepemimpinan demokratis maka dapat menjadikan

lingkunan produksi yang nyaman, humanis, dan kreatif yang pada akhirnya

menghasilkan suatu program dokumenter yang bagus dan berkualitas.

Oleh karena itu, dalam penciptaan karya tugas akhir kali ini, dibuat

sebuah karya berformat dokumenter televisi berjudul Di Balik Budaya

Episode “Wayang Kila” yang akan mengangkat tentang asal-usul dan latar

belakang terbentuknya budaya wayang kila yang ada di Kecamatan Lakbok,

Ciamis, Jawa Barat. Dengan berharap penonton yang menyaksikan acara

Dibalik Budaya dapat menikmati program kami dan juga mendapat edukasi

yang lebih mendalam tentang budaya-budaya yang ada di bumi Indonesia

tercinta. Sehingga penulis mengambil judul “KEPEMIMPINAN

DEMOKRATIS PRODUSER DALAM PRODUKSI DOKUMENTER

TELEVISI DIBALIK BUDAYA EPISODE WAYANG KILA”.

B. Rumusan Ide Penciptaan

1. Ide Penciptaan

Penulis menyadari bahwa perkembangan teknologi di Indonesia,

mengakibatkan media massa yang paling digemari (televisi) mulai

terganggu. Remaja bahkan orang dewasa sudah beralih ke media digital.

Maka dari itu, diperlukan suatu inovasi terkait dengan konten dan

kemasan dalam suatu program di televisi. Namun terlepas dari inovasi,

3
kondisi internal produksi sebuah program harus di perhatikan, penulis

sebagai produser harus bisa membuat kondisi lingkunan produksi yang

nyaman, humanis, dan kreatif yang pada akhirnya menghasilkan suatu

program dokumenter yang bagus dan berkualitas.

Indonesia memiliki beragam sekali kebudayaan, banyak orang

sudah mengetahui tentang kebudayaan tersebut tetapi belum tentu

dengan asal-usul atau latar belakang terciptanya budaya tersebut.

Di Balik Budaya merupakan program dokumenter televisi yang

mengulik tentang apa yang ada di balik sebuah budaya tersebut, atau

dalam kata lain mencari tahu asal-usul atau latar belakang dari

terbentuknya sebuah budaya tersebut. Setiap episodenya akan

menampilkan berbagai budaya yang berbeda dari seluruh pelosok

Indonesia. Walaupun merupakan program budaya tetapi program ini

akan dikemas secara modern dan elegan sehingga dapat dinikmati oleh

berbagai kalangan usia.

2. Konsep Karya

a. Format Program Acara

Dalam produksi Di Balik Budaya ini, penulis menggunakan

format dokumenter. Penulis memilih format dokumenter karena

mengangkat topik sesuai dengan kenyataan dan dapat

menyampaikan informasi secara lengkap dan mendalam dari sudut

pandang kebudayaan.

4
b. Nama Program

Nama program penulis adalah Di Balik Budaya episode

“Wayang Kila”. Di Balik Budaya sendiri memiliki arti penulis ingin

membuat sebuah program dokumenter yang mengulik tentang apa

yang ada di balik sebuah budaya tersebut, atau dalam kata lain

mencari tahu asal-usul atau latar belakang dari terbentuknya sebuah

budaya tersebut.

Sedangkan Wayang Kila adalah wayang yang terbuat dari

jerami dan berasal dari Kecamatan Lakbok, Kabupaten Ciamis,

Jawa Barat. Berawal dari keprihatinan dan rasa cinta kepada tanah

kelahiran, maka masyarakat daerah Lakbok mencoba menciptakan

sebuah teni tradisional yang di latar belakangi dari asal-usul Lakbok

dan Kidung Lakbok. Terbuat dari jerami karena wilayah Kecamatan

Lakbok termasuk lumbung padi Kabupaten Ciamis dan hampir

wilayahnya di kelilingi oleh Persawahan.

c. Durasi

Program ini berdurasi 17 menit. Dengan durasi tersebut,

penulis mengharapkan dapat memberikan edukasi dan

mengembalikan minat penonton pada televisi.

d. Sasaran Program

Sasaran atau target audience dari program ini adalah pria dan

wanita kalangan remaja hingga dewasa. Dimulai dari usia 17 sampai

40 tahun dengan Social Economy Status (SES) yaitu Ekonomi

5
Menengah (B) dan klasifikasi program Remaja-Bimbingan

Orangtua (R-BO).

e. Penyiaran

Di Balik Budaya tayang seminggu satu kali setiap hari

Minggu pukul 13.00 WIB, guna menemani pemirsa makan siang.

f. Karakteristik Produksi

Produksi dokumenter televisi ini menggunakan karakteristik

Taping Production dengan sistem produksi rekaman Single Camera

menggunakan 2 kamera dalam satu tempat dengan angle yang

berbeda.

g. Lokasi Penciptaan

Lokasi penciptaan produksi yaitu di Kecamatan Lakbok,

Kabupaten Ciamis, Jawa Barat.

h. Kerabat Kerja

1) Produser : Muhammad Alif Haikal P.W.

2) Sturadara : Fahad Hidayat

3) Penulis Naskah : Ikhwan Fathoni

4) Penata Kamera : Alfian Qamarul Mathak

5) Asisten Penata Kamera : Muhammad Fariz Bazkara

6) Penata Suara : Muhammad Faridz

7) Penata Cahaya : Muhammad Ryo Andita

8) Penyunting : Mukti Ali

6
C. Keaslian Karya

Sebagai seorang produser, tentunya memiliki beberapa karya acuan.

Karya acuan tersebut yang nantinya dapat dijadikan sebagai referensi

terbentuknya sebuah program dokumenter Di Balik Budaya. Namun dalam

prosesnya, penulis dan kerabat kerja lainya tetap mengutamakan orisinalitas

karya agar program kami tetap memiliki jati dirinya sendiri.

Di Balik Budaya merupakan program dokumenter televisi yang

mengulik tentang apa yang ada di balik sebuah budaya tersebut, atau dalam

kata lain mencari tahu asal-usul atau latar belakang dari terbentuknya

sebuah budaya tersebut.

Salah satu program yang penulis jadikan acuan adalah program

dokumenter televisi milik NET yaitu Lentera Indonesia

Gambar 1.1
Lentera Indonesia NET
( sumber: https://www.youtube.com/watch?v=_dOF4iydiqA )

Lentera Indonesia adalah program dokumenter di NET. yang

diangkat dari kisah-kisah pengalaman nyata para anak muda yang rela

melepaskan peluang karier dan kemapanan kehidupan kota besar untuk

menjadi guru dan mengajar di desa desa terpencil di seluruh pelosok negeri

7
selama satu tahun. Namun sedikit berbeda, Di Balik Budaya akan lebih

terfokus di asal-usul atau latar belakang terciptanya suatu budaya.

Selain itu, program dokumenter televisi yang penulis jadikan acuan

adalah Indonesia Bagus yang tayang di NET.

Gambar 1.2
Indonesia Bagus NET
( sumber: https://www.youtube.com/watch?v=9rnHQN3DW-c )

Seperti namanya, Indonesia Bagus adalah acara dokumenter yang

ditayangkan oleh stasiun televisi NET. Program ini tidak hanya

menampilkan keindahan alam Indonesia tetapi juga keunikan kehidupan

berbudayanya. Program ini menampilkan penduduk asli daerah tersebut

sebagai narator sekaligus pembawa cerita. Sedangkan program Di Balik

Budaya tidak menggunakan narasi dan narator sehingga akan langsung di

bawakan oleh narasumber.

Dari program dokumenter di platform Viddsee ada Voices: Outside

The Box yang menjadi referensi visual.

Gambar 1.3
Voices : Outside The Box Viddsee
(sumber: https://www.viddsee.com/video/outside-the-box-ep-2/dpet7 )

8
Program Dokumenter berikutnya ialah Voices: Outside The Box

yang menampilkan para pengubah permainan yang mendorong batas-batas

yang tidak konvensional. Selami hati dan pikiran mereka untuk menemukan

cara mereka membentuk masa depan dan budaya kita, satu desain yang

menakjubkan dalam satu waktu. Hampir sama dengan program tersebut

tetapi Di Balik Budaya akan lebih bertema budaya dengan menampilkan

visual secara elegan dan moderen.

D. Tujuan dan Manfaat

1. Tujuan

Menciptakan sebuah karya produksi Dokumenter Televisi Di

Balik Budaya episode “Wayang Kila” dengan kepemimpinan produser

yang demokratis dapat membuat suasana produksi menjadi nyaman,

humanis, dan kreatif sehingga bisa menghasilkan karya produksi

dokumenter tv yang bagus dan berkualitas.

2. Manfaat

a. Bagi Masyarakat

1) Memperoleh tayangan yang menghibur dan informatif dalam

program dokumenter televisi.

2) Mengenal lebih dalam tentang kebudayaan di Indonesia.

3) Menunjukkan sebuah kebudayaan di Indonesia yang mungkin

belum diketahui.

4) Mengajak masyarakat untuk menghargai dan melestarikan

budaya yang ada di Indonesia.

9
b. Bagi Lembaga Sekolah Tinggi Multi Media Yogyakarta

1) Menjadi referensi karya dokumenter televisi dan pembelajaran

mahasiswa Sekolah Tinggi Multi Media Yogyakarta.

2) Menjadi bahan evaluasi khususnya dalam meningkatkan

kreativitas mahasiswa untuk menciptakan karya produksi.

c. Bagi Penulis

1) Melatih penulis sebagai produser yang dapat memimpin dan

dapat bekerja sama dalam tim.

2) Menambah pengetahuan dan wawasan dalam menciptakan

program dokumenter televisi.

3) Mengaplikasikan pembelajaran teori selama berada di Sekolah

Tinggi Multi Media Yogyakarta.

10
BAB II

KAJIAN SUMBER PENCIPTAAN

Sumber penciptaan karya produksi program dokumenter televisi Di Balik

Budaya episode “Wayang Kila” berasal dari proses pengumpulan data-data,

sebagai berikut:

A. Studi Pustaka

Penulis mencari beberapa literatur yang berkaitan dengan subjek

atau objek yang diangkat. Data-data tersebut diperoleh dari beberapa buku,

yaitu:

1. Teknik Produksi Program Televisi karangan Fred Wibowo

sebagai pedoman penulis dalam produksi dokumenter televisi.

2. Siaran Televisi Non-Drama: Kreatif, Produktif, Public

Relations, dan Iklan karangan Rusman Latief dan Yusiatie Utud

sebagai pedoman penulis dalam bidang produksi televisi non-

drama.

3. Leadership And Teamworking : Membangun Tim Yang Efektif

dan Berkinerja Tinggi Melalui Kepemimpinan karangan Kaswan

sebagai pedoman penulis dalam menjadi produser dalam

produksi program dokumenter televisi.

4. Manajemen Media Penyiaran : Strategi Mengelola Radio &

Televisi karangan Morissan, M.A. sebagai pedoman penulis

dalam produksi program dokumenter televisi

11
Selain itu penulis juga mengunduh data-data dari internet seperti

search engine Google dan beberapa situs lain, di antaranya adalah

wikipedia, youtube, dan viddsee.

B. Observasi

Pengumpulan data dengan melihat serta mengamati subjek atau

objek penelitian baik secara langsung maupun melalui media. Observasi ini

bertujuan untuk mendapatkan data sesuai dengan apa yang dilihat dan

didengar. Berikut kegiatan observasi yang penulis lakukan:

1. Mengamati program dokumenter televisi melalui platform

youtube dan viddsee untuk mengembangkan konsep program Di

Balik Budaya.

2. Melihat penampilan kesenian Wayang Kila melalui platform

youtube

3. Menanyakan langsung tentang kesenian Wayang Kila kepada

pencetusnya melalui aplikasi whatsapp

C. Wawancara

Menurut Fachruddin (2012: 126), “Wawancara atau interview

merupakan pertemuan tatap muka dengan seseorang yang mengajukan

pertanyaan-pertanyaan dengan orang lain”. Namun dalam kondisi pandemi

seperti saat ini, dalam beberapa situasi mengakibatkan proses wawancara di

lakukan secara daring melalui aplikasi whatsapp. Penulis mendapatkan

banyak informasi dan data dari hasil wawancara, sebagai berikut:

12
1. Nurul Hidayat, salah satu pencetus kesenian Wayang Kila

menjelaskan tentang apa itu wayang kila dan latar belakang

terciptanya kesenian atau kebudayaan tersebut.

2. Zery, penggiat seni dan budaya di Kecamatan Lakbok

menjelaskan tentang kesenian dan kebudayaan yang ada di

daerah Lakbok serta menginformasikan tentang masalah-

masalah sosial yang terjadi di Kecamatan Lakbok.

D. Karya Acuan

Beberapa karya yang dijadikan referensi penulis sebagai penciptaan

karya produksi dokumenter televisi Di Balik Budaya episode “ Wayang

Kila” adalah:

Gambar 2.1
Lentera Indonesia NET
(sumber: https://www.youtube.com/watch?v=_dOF4iydiqA)

Program dokumenter televisi yang di tayangkan di NET ini,

konsisten dalam menampilkan perjalanan para muda-mudi dalam

menyusuri wilayah Nusantara demi mengabdikan diri di pelosok negeri. Hal

ini menjadi referensi penulis dalam program Di Balik Budaya mencari

budaya atau kesenian yang ada di seluruh Nusantara untuk di cari tahu asal-

usul atau latar belakang terciptanya kesenian atau budaya tersebut.

13
Gambar 2.2
Voices : Outside The Box - Viddsee
(sumber: https://www.viddsee.com/video/outside-the-box-ep-2/dpet7 )

Program dokumenter pada platform Viddsee yaitu Voices : Outside

The Box juga merupakan referensi penulis. Program ini menampilkan para

pengubah permainan yang mendorong batas-batas yang tidak konvensional.

Selami hati dan pikiran mereka untuk menemukan cara mereka membentuk

masa depan dan budaya kita, satu desain yang menakjubkan dalam satu

waktu. Program dokumenter tersebut mengemas visual secara simple dan

elegan sehingga terlihat moderen, maka dari itu penulis terinspirasi untuk

menyajikan program dokumenter budaya dengan visual yang elegan dan

moderen agar penonton tidak bosan.

14
BAB III

LANDASAN TEORI

A. Produser

Menurut Rusman Latief & Yusiatie Utud (2015: 124), produser

adalah pimpinan produksi yang mengoordinasikan kepada seluruh kegiatan

pelaksanaan sejak praproduksi, produksi, pascaproduksi. Sehingga kinerja

produser merupakan kunci keberhasilan suatu program.

Produser memiliki tanggungjawab untuk memimpin seluruh tim

produksi sesuai tujuan yang ditetapkan bersama, baik aspek kreatif maupun

manajemen produksi. Maka dari itu produser harus mempunyai kemampuan

dalam seni memimpin, mengorganisasi kerabat kerja yang mempunyai

karakter dan latar belakang yang berbeda sehingga mempunyai satu visi dan

tujuan program.

Dengan tanggung jawab yang besar, seorang produser juga harus

mengerti banyak hal, mulai dari kamera, tata cahaya, tata suara, teknik

editing, blocking, serta harus memiliki kemampuan inisiatif, kreativitas

yang tinggi, dan selera yang baik. Sehingga menyajikan program terbaik

untuk penonton. Oleh karena itu, penulis sebagai produser harus memiliki

wawasan yang luas, terutama dalam mengikuti perkembangan pertelevisian

di Indonesia.

Menurut Anton Mabruri KN (2013: 30) tugas, tanggung jawab, serta

hak produser adalah sebagai berikut:

Tugas dan tanggung jawab:

15
1. Mencari dan mendapatkan ide cerita untuk diproduksi :

Ide cerita sangatlah penting guna memulai sebuah

produksi, maka dari itu produser bersama dengan

sutradara atau penulis melakukan brainstorming guna

menentukan ide cerita yang akan di gunakan dalam

produksi.

2. Membuat proposal produksi berdasarkan ide atau

skenario film/program televisi : Pembuatan proposal

produksi oleh produser sangatlah penting guna

mendukung jalanya produksi termasuk SOP, anggaran

dana, dan kerjasama dengan pihak lain.

3. Menyusun rancangan produksi : Rancangan produksi

berfungsi sebagai kerangka dari mulai pra produksi

hingga paska produksi guna melancarkan jalanya

produksi.

4. Menyusun rencana pemasaran : Penyusunan pemasaran

program siaran harus di laksnakanan dengan benar agar

sesuai dengan target audience dan juga keberhasilan film

itu sendiri.

5. Mengupayakan anggaran dana untuk produksi : Dana

merupakan salah satu aspek penting dalam sebuah

produksi, maka dari itu produser wajib memperhatikan

dan mengelola dana produksi agar bisa di gunakan tepat

sasaran.

16
6. Mengawasi pelaksanaan produksi melalui laporan yang

diterima dari semua departemen : Pengawasan pelaksaan

produksi sudah menjadi hal yang wajib bagi seorang

produser karena tanggung jawab produksi terbesar ada di

tangan seorang produser.

7. Bertanggung jawab atas kontrak secara hukum dengan

berbagai pihak dalam produksi yang dikelola : Kontrak

kerja dengan berbagai pihak dalam sebuah produksi patut

dicermati dan dijalankan dengan baik agar tidak

merugikan pihak-pihak yang bekerjasama.

8. Bertanggung jawab atas seluruh produksi : Karena pada

dasarnya seorang produser adalah pemimpin dalam

sebuah produksi maka bisa dipastikan tanggung jawab

seluruh elemen produksi ada di tangan seorang produser.

Hak Produser:

1. Memilih dan menetapkan penulis naskah dan sutradara :

Produser berhak menentukan siapa kerabat kerjanya

sesuai dengan kemampuanya guna kelancaran produksi.

2. Penetapan pemain atau kru utama : Produser ber hak

menetapkan pemain dan kru produksi utama berdasarkan

calon yang telah ditetapkan dalam rancangan produksi

dan juga berdasarkan usulan sutradara dan manajer

produksi. Hal ini di lakukan agar pemain atau kru

17
produksi utama merupakan seseorang yang tepat dalam

produksi tersebut.

3. Pengarahan Produksi : Seorang produser ditugaskan

mengarahkan dan memberikan pandangan (guide) kepada

manajer produksi, serta meletakkan dasar-dasar strategi

bagi pelaksanaan produksi dan pengelolaan produksi

(administrative).

4. Mendapatkan laporan dari semua departemen berupa

progress report : Produser berhak mendapat laporan dari

semua departemen guna mengetahui sejauh jalanya

produksi dan apa saja yang telah dilakukan dalam

produksi tersebut.

5. Pengambilan keputusan : Produser berhak memberikan

keputusan bila terjadi konflik di lapangan, terutama bila

produksi terganggu

6. Pemberhentian kerabat kerja : Produser ber hak

memberhentikan/mengganti pemain/kru produksi apabila

terjadi penyimpangan dalam pelaksanaan produksi

tersebut yang merugikan jalannya produksi.

B. Kepemimpinan Demokratis Produser Program Non Drama

Menurut Peter Northouse (2011: 1) kepemimpinan merupakan

proses di mana seorang individu mempengaruhi kelompok individu untuk

18
mencapai tujuan bersama. Kempampuan seorang pemimpin dalam

mempengaruhi pengikutnya merupakan faktor dominan yang menentukan

keberhasilan suatu organisasi, karena pemimpin memiliki peran sebagai

koordinator, motivator, dan katalisator yang akan membawa organisasi pada

puncak keberhasilan. Pemimpin memiliki peran yang sangat penting dalam

menentukan arah dan tujuan organisasi. Oleh sebab itu, keberhasilan atau

kegagalan suatu organisasi diasosiasikan dengan pemimpinya.

Kepemimpinan produser termasuk dalam fungsi manajemen yakni

pengarahan dan pemberian pengaruh. Kepemimpinan yang dilakukan oleh

produser merupakan kepemimpinan manajerial yaang merupakan suatu

proses pengarahan dan pemberian pengaruh pada kegiatan-kegiatan dari

sekelompok atau kerabat kerja yang saling berhubungan tugasnya.

Pemberian pengaruh ini dapat diartikan sebagai kemampuan pemimpin

dalam mempengaruhi bagaimana para kerabat kerja melaksanakan

perintahnya. Hal tersebut juga tergantung dari bagaimana sang pemimpin

atau produser menerapkan gaya kepemimpinanya.

Gaya kepemimpinan pada dasarnya dapat dilihat dari berbagai

macam sudut pandang. Gaya bersikap dan bertindak akan tampak dari cara

produser memberi perintah, cara member tugas, cara berkomunikasi, cara

membuat keputusan, cara menegakkan kedisiplinan, cara memimpin rapat

produksi, dan lain-lain. Gaya kepemimpinan bersifat fleksibel. Efektivitas

dari sutau gaya kepemimpinan tergantung dari situasi. Seorang pemimpin

atau produser memerlukan kemampuan untuk “membaca” situasi yang

dihadapinya guna dapat menerapkan gaya kepemimpinan yang tepat, seperti

19
yang digunakan penulis dalam menerapkan gaya kepemimpinanya dalam

produksi Di Balik Budaya yaitu kepemimpinan demokratis.

Gaya kepemimpinan demokratis sedikit banyak mirip dengan

paham politik demokrasi. Kepemimpinan demokratis menuntut pembagian

kekuasaan yang setara. Artinya, tidak ada satu pihak yang lebih

mendominasi dari lainnya dalam proses pengambilan keputusan (decision

making). Produser yang menganut gaya ini membuka kesempatan sama

besar bagi para kerabat kerja untuk berpartisipasi lebih aktif untuk

mengambil keputusan. suara dari tiap-tiap kerabat kerja juga diperlakukan

sama penting. Di sini, ide boleh ditukar secara bebas tanpa dihakimi karena

diskusi sangat dianjurkan. Peran pemimpin adalah untuk menawarkan

bimbingan dan kendali atas jalannya musyawarah. Pemimpin juga ditugasi

untuk memutuskan siapa di dalam produksi yang dapat berkontribusi pada

keputusan yang dibuat. Namun, tetap keputusan final ada di tangan

produser.

Seorang psikolog organisasional keturunan Jerman-Amerika, Kurt

Lewin, mengatakan ada tiga elemen inti dari kepemimpinan demokratis,

yaitu:

- Pemimpin mengharapkan bawahan untuk melapor mengenai

progres tugas.

- Leader mengharapkan bawahan menunjukkan kepercayaan diri

dan kemampuan maksimalnya untuk menyelesaikan sesuatu tanpa

pengawasan terus-menerus.

20
- Pemimpin mengharapkan bawahan melibatkan orang lain dalam

proses pengambilan keputusan dan tidak bertindak sendiri.

Selain tiga elemen di atas, beberapa karakteristik utama dari kepemimpinan

demokratis juga meliputi:

- Anggota kelompok didorong untuk berbagi

gagasan dan pendapat, meski pemimpin tetap

yang ketok palu atas keputusan akhir.

- Anggota kelompok merasa lebih terlibat

dalam proses pengambilan keputusan

sehingga mereka lebih cenderung peduli

dengan hasil akhirnya.

Melansir Very Well Mind, peneliti menemukan bahwa

kepemimpinan demokratis adalah salah satu gaya yang paling efektif.

Pasalnya, cara ini meningkatkan produktivitas kerja setiap anggota secara

drastis, kontribusi yang lebih baik dari anggota kelompok, dan juga

peningkatan moral kelompok. Gaya leadership ini mendorong kreativitas

dan menghargai suara setiap anggota. Selain itu, gaya kepemimpinan ini

melibatkan penilaian umpan balik antara produser dan kerabat kerja lainya.

Produser dapat menilai kinerja anggotanya, begitupun sebaliknya.

Gaya kepemimpinan demokratis juga erat kaitanya dengan salah

satu teknik yang sudah umum digunakan dalam berpikir kreatif di Indonesia

yaitu brainstorming. Menurut Rawlinson J. Geoffrey (1970: 51)

brainstorming adalah suatu cara untuk mendapatkan banyak ide dari

sekelompok manusia dalam waktu yang sangat singkat. Memilih gaya

21
kepemimpinan demokratis juga termasuk dalam kekuatan produser dalam

memproduksi sebuah program, karena dengan jiwa kepemimpinan yang

baik terutama produser yang menganut kepemimpinan demokratis maka

dapat menjadikan lingkunan produksi yang nyaman, humanis, dan kreatif

yang pada akhirnya menghasilkan suatu program dokumenter yang bagus

dan berkualitas.

C. Dokumenter Televisi

Menurut Fred Wibowo (2007: 146) “Program dokumenter

merupakan program yang menyajikan suatu kenyataan berdasarkan pada

fakta objektif yang memiliki nilai esensial dan eksistensial, artinya

menyangkut kehidupan, lingkungan hidup, dan situasi nyata”.

Gaya atau penyajian dokumenter sangat beragam dalam hal teknik

pengambilan gambar, teknik editing, dan teknik penceritaanya; mulai dari

yang sederhana hingga yang rumit. Program dokumenter bukanlah suatu

cerita tetapi merupakan urutan kejadian yang sudah terjadi di masa lampau.

Meskipun program dokumenter bukan berita faktual dan up to date, juga

bukan sinetron yang dapat menguras emosi penonton, namun unsur estetika

akan memberi nilai tambahan. Dengan kata lain, program dokumenter harus

dibuat sedemikian indah tanpa keluar dari cerita yang sebenarnya. Sebisa

mungkin mendekati peristiwa sebenarnya dan tetap berpedoman pada

kaidah 5W+1H.

22
Didalam bukunya Dokumenter dari Pra produksi hingga Produksi

Gerzon R Ayawalia (2008) menyebutkan ada empat alasan yang

menerangkan bahwa dokumenter adalah film nonfiksi.

1. Pertama : setiap adegan dalam film dokumenter

merupakan rekaman kejadian sebenarnya, tanpa interpretasi

imajinatif seperti halnya dalam film fiksi. Bila pada film fiksi

latar belakang (setting) adegan dirancang, pada dokumenter

latar belakang harus spontan otentik dengan situasi dan

kondisi asli (apa adanya).

2. Kedua : yang dituturkan dalam film dokumenter

berdasarkan peristiwa nyata (realita), sedangkan pada film

fiksi isi cerita berdasarkan karangan (imajinatif). Bila film

dokumenter memiliki interpretasi kreatif, maka dalam film

fiksi yang dimiliki adalah intrepretasi imajinatif.

3. Ketiga : sebagai sebuah film nonfiksi, sutradara

melakukan observasi pada suatu peristiwa nyata, lalu

melakukan perekaman gambar sesuai apa adanya.

4. Keempat : apabila struktur cerita pada film fiksi mengacu

pada alur cerita atau plot, dalam dokumenter konsentrasinya

lebih pada isi dan pemaparan.

Film dokumenter biasanya di-shoot di sebuah lokasi nyata, tidak

menggunakan aktor dan temanya terfokus pada subjek-subjek seperti

sejarah, ilmu pengetahuan, sosial atau lingkungan. Tujuan dasarnya adalah

untuk memberi pencerahan, informasi, pendidikan, melakukan persuasi dan

23
memberikan wawasan tentang dunia yang kita tinggali. Tidak seperti

kebanyakan film-film fiksi, dokumenter berurusan dengan fakta - fakta,

seperti manusia, tempat dan peristiwa serta tidak dibuat.

Di dalam video dokumenter terdapat dua unsur utama, yaitu :

a. Gambar (Visual) Gambar yang diambil berdasarkan

peristiwa tertentu. Orang – orang yang direkam dalam video

tersebut, benar – benar ada dan pernah ada, bukan sebagai

pemeran yang menggantikan seseorang dalam video

tersebut.

b. Kata – kata (Verbal) Kata – kata dalam video dokumenter

berasal dari penuturan langsung dari subjek yang menjadi

tokoh dalam video dokumenter tersebut. Kata – kata yang

dilontarkan biasanya berupa kesaksian atas sejarah maupun

peristiwa tertentu. Namun kata – kata tersebut juga bisa

berasal narator atau narasumber untuk menggambarkan

peristiwa maupun memberikan keterangan tertentu pada

tempat – tempat yang direkam dalam gambar.

Menurut Gerzon R Ayawalia (2008) Ada banyak tipe, kategori, dan

bentuk penuturan dalam karya visual dokumenter. Dalam beberapa hal

terlihat adanya kemiripan yang membedakan adalah spesifikasinya.

Belakangan banyak juga dokumenter yang menggabungkan gaya dan

bentuk dari bermacam pendekatan seni audio-visual. Beberapa contoh yang

berdasar gaya dan bentuk bertutur itu, antara lain :

24
• Laporan Perjalanan : Penuturan model laporan perjalanan

menjadi ide awal seseorang untuk membuat film nonfiksi.

Awalnya, mereka hanya ingin mendokumentasikan

pengalaman yang didapat selama melakukan perjalanan

jauh.

• Sejarah : Umumnya dokumenter sejarah berdurasi

panjang. Dengan adanya sejarah di televisi, dokumenter

sejarah dapat direpresentasikan secara utuh, mengingat lewat

tayangan televisi dokumenter tersebut dapat ditayangkan

secara terperinci tanpa terikat waktu sebagaimana film.

• Potret / Biografi : Sesuai dengan namanya, jenis ini lebih

berkaitan dengan sosok seseorang. Mereka yang diangkat

menjadi tema utama biasanya seseorang yang dikenal luas –

di dunia atau masyarakat tertentu – atau seseorang yang biasa

namun memiliki kehebatan, keunikan ataupun aspek lain

yang menarik.

• Perbandingan : Karya visual ini dapat dikemas ke dalam

bentuk dan tema yang bervariasi, selain dapat pula

digabungkan dengan bentuk penuturan lainnya, untuk

mengetengahkan sebuah perbandingan.

• Kontradiksi : Dari sisi bentuk maupun isi, tipe kontradiksi

memiliki kemiripan dengan tipe perbandingan; hanya saja

tipe kontradiksi cenderung lebih kritis dan radikal dalam

mengupas permasalahan.

25
• Ilmu Pengetahuan : Dokumenter Ilmu Pengetahuan adalah

jenis film dokumenter berisi film dokumentasi tentang

pendidikan dan edukasi yang memberikan informasi bisa

dari bidang sains, teknologi, budaya dan lain-lain.

• Nostalgia : Bentuk nostalgia terkadang dikemas dengan

menggunakan penuturan perbandingan, yang

mengetengahkan perbandingan mengenai kondisi dan situasi

masa lampau dengan masa kini.

• Rekonstruksi : Pada umumnya dokumenter bentuk ini

dapat ditemui pada dokumenter investigasi dan sejarah,

termasuk pula pada film etnografi dan antropology visual.

Dalam tipe ini, pecahan – pecahan atau bagian – bagian

peristiwa masa lampau maupun masa kini disusun atau

direkonstruksi berdasarkan fakta sejarah.

• Investigasi : Dokumenter Investigasi adalah jenis film

dokumenter berisi rekaman penyelidikan dan investigasi

secara jurnalistik suatu kasus atau peristiwa yang sedang

dibahas dengan tujuan mengetahui lebih dalam. Jenis

dokumenter ini memang kepanjangan dari investigasi

jurnalistik.

• Association Picture Story : Disebut juga sebagai film

eksperimen atau film seni. Sejumlah pengamat film

menganggap bentuk ini merupakan film seni atau

26
eksperimen. Gabungan gambar, musik, dan suara atmosfer

(noise) secara artistik menjadi unsur utama.

• Buku Harian : Karya visual jenis ini disebut juga diary

film. Dari namanya, buku harian, jelas bahwa bentuk

penuturannya sama seperti catatan pengalaman hidup sehari

– hari dalam buku harian pribadi.

• Dokudrama : Merupakan bentuk dan gaya bertutur yang

memiliki motivasi komersial. Karena itu subjek yang

berperan, di sini adalah artis film. Dalam dunia pariwara,

dokumenter pun memiliki peluang, antara lain yang dikenal

dengan sebutan profil niaga atau company profile

Kunci utama dalam video dokumenter merupakan penyajian fakta.

Video dokumenter berhubungan dengan tokoh, peristiwa dan lokasi yang

nyata. Video dokumenter merupakan merekam peristiwa yang sungguh –

sungguh terjadi tidak menciptakan suatu kejadian.

27
BAB IV

PERENCANAAN PROSES PENCIPTAAN

A. Ide Penciptaan

1. Sinopsis

Di Balik Budaya merupakan program dokumenter televisi yang akan

mengupas mulai dari latar belakang, asal-usul, hingga makna di balik

budaya dan kesenian dari berbagai daerah di Indonesia. Dengan

mengangkat hal tersebut diharapkan program ini dapat meningkatkan

pengetahuan serta minat masyarakat terhadap budaya lokal sehingga tetap

terjaga dan senantiasa lestari.

Lakbok merupakan salah satu wilayah terpenting di Kabupaten

Ciamis karena menjadi pemasok bahan pangan utama bagi masyarakat

Ciamis, Jawa Barat, bahkan nasional. Hamparan sawah yang sangat luas

dan subur membuktikan padatnya aktifitas pertanian di tanah ini.

Lakbok juga dikenal dengan masyarakatnya yang multikultur. Hal

ini menyebabkan Lakbok memiliki banyak budaya dan kesenian dari Sunda

dan Jawa seperti Kuda Lumping, Calung, Degung, dan Ketoprak. Walaupun

demikian, belum ada kesenian yang murni dari Lakbok. Hal ini membuat

warga Lakbok merasa resah dan akhirnya membuat sebuah budaya baru

bernama Wayang Kila.

Wayang Kila merupakan kesenian wayang yang terbuat dari jerami

dan diiringi oleh beberapa alat musik seperti bangbaraan, kokoplak, dan

28
kendang apung. Nama Kila merupakan singkatan dari Kidung (nyanyian)

Lakbok. Kidung itu sendiri merupakan isi cerita dari Wayang Kila.

2. Treatment

Tabel 4.1
TREATMENT

Format Dokumenter
Nama Program Di Balik Budaya
Episode Wayang Kila
Durasi 17 menit
TREATMENT
Produser Muhammad Alif Haikal
P.W
Sutradara Fahad Hidayat
Penulis Naskah Ikhwan Fathoni
No Deskripsi Video Audio Durasi
1. Pola Teknik 1. Clapper - Blank audio 30”
2. Color Bar - Tune 1 Khz
3. Countdown - Countdown time
Sequence 1
2. Eye Catcher 4. Macam-macam - Atmosfer 30”
bentuk wayang kila permainan
5. Ekspresi dalang wayang kila
wayang kila
6. Alat musik
pengiring
7. Pentas wayang
kila

29
3. Judul Program 8. Dibalik 15”
Indonesia (Grafis
Animasi)

Suasana Ciamis dan 9. Video Udara


4. kecamatan Lakbok Kabupaten Ciamis - Musik latar 1’30”
10. Ikon kecamatan
Lakbok
11. Hamparan
sawah kecamatan
Lakbok
12. Warga duduk-
duduk santai di
depan rumah
13. Warga bersiap-
siap berangkat ke
sawah
14. Anak kecil
duduk di gubuk
sawah membawa
telur rebus

Keresahan Nurul 15. Cuplikan


5. Hidayat tentang kesenian Degung - Wawancara 2’
tidak adanya 16. Cuplikan Nurul Hidayat
kesenian asli dari kesenian Calung tentang tidak
Lakbok adanya kesenian
asli dari Lakbok

30
17. Cuplikan
kesenian Kuda
Lumping
18. Cuplikan
kesenian Ketoprak
19. Nurul Hidayat
Masyarakat Lakbok duduk
mencoba membuat - Wawancara
6. kebudayaan baru dan Nurul Hidayat 1’45”
proses terciptanya 20. Papan nama tentang proses
Wayang Kila Sanggar Seni Hasta membuat
Kencana kebudayaan baru
21. Dokumentasi dan proses
kegiatan Sanggar pembuatan
Seni Hasta Wayang Kila
22. Papan nama
Sanggar Seni Putra
Budaya Sari
23. Dokumentasi
kegiatan Sanggar
Seni Putra Budaya
Sari
24. Dokumentasi
kegiatan Ki Dalang
Dian Hediana di
Sanggar
25. Nurul Hidayat
duduk

Sequence 2
7. Kecamatan Lakbok 26. Video udara - Atmosfer sawah 3’30”
sebagai “Lumbung sawah di Lakbok

31
Padi” Ciamis dan 27. Anak kecil - Wawancara
kaitannya dengan duduk di gubuk Nurul Hidayat
unsur-unsur Wayang sawah mengupas tentang Lakbok
Kila cangkang telur sebagai
rebus “Lumbung Padi”
28. Warga Lakbok Ciamis
bekerja di sawah
29. Warga Lakbok
duduk bersantai - Wawancara
mengawasi sawah Nurul Hidayat
30. Nurul Hidayat dan Ki Dalang
duduk Dian Herdiana
31. Tumpukan tentang Unsur-
jerami unsur dalam
32. Bahan-bahan Wayang Kila dan
pembuatan kaitannya dengan
Wayang Kila pertanian di
33. Ki Dalang Dian Lakbok
Herdiana duduk
34. Proses
pembuatan
Wayang Kila
35. Detail bentuk
Wayang Kila
36. Barongan
hewan dari jerami
37. Detail
Kokoplak
38.Detail
Bangbaraan
39. Detail Kendang
apung

32
Sequence 3
8. Krisis Sosial di 40. Anak kecil - Atmosfer sawah 3’30”
Lakbok duduk di gubuk
sawah memakan
putih telur rebus
dan melihat kuning
telur
41. Ki Dalang Dian
Herdiana - Wawancara Ki
mempersiapkan Dalang Dian
beberapa wayang Herdiana tentang
42. Wayang Kila Masalah sosial di
berjajar siap Lakbok
dimainkan
43. Masyarakat
Lakbok duduk di
pos ronda
44. Kantor pejabat
di Lakbok
45. Poster di sekitar
kantor pejabat
Lakbok

46. Ki Dalang Dian


9. Kidung Lakbok Herdiana - Wawancara Ki 2’30”
sebagai bentuk kritik memainkan Dalang Herdiana
sosial Wayang Kila tentang makna
Kidung Lakbok

33
47. Detail Obor api
berkobar
48. Wayang Kila
saling beradu saat
dimainkan
49. Ki Dalang Dian
Herdiana
mengakhiri
pementasan
Sequence 4
10. Penutup 50. Ki Dalang Dian - Kesimpulan dan 1’30”
Herdiana duduk pesan dari Ki
51. Warga Lakbok Dalang Dian
saling Herdiana
bercengkrama
52. Video udara
persawahan
Kecamatan Lakbok
53. Anak kecil
duduk di gubuk
sawah memakan
kuning telur rebus
yang tersisa sampai
habis

B. Media, Peralatan, dan Teknik Produksi

1. Media

Media yang digunakan adalah televisi karena program Menemukan

Indonesia harus sesuaiSecara spesifik video dokumenter ini akan

34
menggunakan aspect ratio 16:9, Full HD (1920x1080) 25 fps progressive

dengan sistem audio stereo 48000Hz dengan format wave/wav.

2. Peralatan

Tabel 4.2
DAFTAR ALAT

No. Nama Alat Jumlah


1. Kamera Sony a7 Mark II 2

2. Tripod Kamera 2

3. Baterai Sony NP-FW 50 4

4. SD Card 64GB / 128GB 2

5. Lensa SONY FE 50mm F/1.8 1

6. Lensa SONY FE 24-770mm F/4 1

7. Stabilizer Zhiyun Crane 2 1

8. H4N 2

9. Mic Rode Rycote 2

10 Clip On Senheiser G3 2

35
3. Teknik Produksi

a. Sistem Perekaman Visual

Dalam produksi program dokumenter televisi Di Balik Budaya

episode “Wayang Kila” ini menggunakan teknik single kamera.

Untuk mendapatkan variasi gambar yang lebih menarik, kamera

yang digunakan sebanyak 2 kamera Mirrorless Sony Alpha 7 Mark

II dengan memory card 64 GB/128 GB sebanyak 2 buah. Serta

menggunakan 2 jenis lensa yaitu lensa fix untuk mendapat gambar

yang lebih terfokus dan detail, sementara lensa kit untuk

mendapatkan gambar secara nyata dan lebar.

b. Sistem Perekaman Audio

recorder H4N dan Mic Rode Rycote digunakan untuk

pengambilan atmosphere sound. Sementara untuk wawancara akan

menggunakan Clip On Senheiser G3. Hasil dari rekaman audio akan

edit menggunakan software dari proses mixing sampai mastering.

C. Tahapan Penciptaan

Dalam pembuatan program dokumenter televisi, adapun tahapan-

tahapan pada produksi yaitu:

1. Pra Produksi

Sebagai produser, penulis berperan penting dalam proses pra

produksi, dengan bertanggung jawab mulai dari pencarian ide, konsep,

peralatan, penjadwalan produksi bahkan anggaran produksi sampai

konsumsi dan pasca produksi.

36
Dalam pencarian ide, penulis dan kerabat kerja lain terutama

sutradara dan penulis naskah berdiskusi dengan tim untuk membuat

desain produksi. Format program yang terpilih adalah dokumenter

televisi. Setelah itu dilakukanlah riset mengenai program dokumenter

serta cerita apa yang akan di angkat. Setelah di tentukan tema budaya,

dan menentukan judul program yaitu Di Balik Budaya. Sutradara

memiliki sebuah cerita yang ia usulkan yaitu tentang kebudayaan

wayang kila, setelah melakukan diskusi antara penulis sebagai produser,

sutradara, dan penulis naskah maka telah di tentukan cerita atau topik

yang akan di angkat pada program dokumenter penulis adalah tentang

kesenian wayang kila.

Penulis tertarik untuk mengangkat cerita wayang kila tersebut

karena asal-usul dan latar belakang terciptanya wayang kila yang sangat

unik dan menarik sesuai dengan program Di Balik Budaya yang

mengangkat tentang latar belakang terciptanya suatu budaya atau

kesenian. Setelah itu penulis dan kerabat kerja lainya melakukan riset

dengan cara mencari informasi tentang kebudayaan tersebut melalui

internet dan juga menghubungi salah satu penggagas kesenian wayang

kila melalui aplikasi whatsapp.

Setelah mengumpulkan data, dibuatlah treatment sesuai dengan

konsep program serta pemilihan lagu yang sudah ditentukan. Penulis

juga membuat jadwal produksi agar mempermudah tim melakukan pra

sampai pasca produksi.

37
Tabel 4.3
JADWAL PRODUKSI

FEB MAR APR


NO KEGIATAN
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4

Pra Produksi
1 Riset

2 Pengembangan konsep

3 Desain Produksi

4 Detail Konsep Program


& List Alat Teknik

5 Shot List

6 Bedah Treatment

7 Final Check

Produksi
9 Shooting Program

Paska Produksi
11 Editing

12 Final Preview

Penciptaan program dokumenter televisi juga perlu adanya

anggaran dana untuk menunjang produksi. Penulis sebagai produser

harus merencanakan dan membuat rincian anggaran keperluan selama

produksi. Tidak lupa penulis juga berdiskusi dengan tim mengenai

anggaran tersebut.

38
Tabel 4.4
ANGGARAN DANA

NO. KEPERLUAN KETERANGAN JUMLAH


1. Transport Bensin Mobil = Rp. 500.000 Rp. 600.000
Bensin Motor = Rp. 100.000
2. Konsumsi Volenteer Hari 1 = Rp. 30.000 x 3 orang Rp. 360.000
Hari 2 = Rp. 30.000 x 3 orang
Hari 3 = Rp. 30.000 x 3 orang
Hari 4 = Rp. 30.000 x 3 orang
3. Fee Narasumber 1 orang narasumber = Rp. 250.000 Rp. 250.000
4. Fee Volenteer Rp. 100.000 x 3 orang Rp. 300.000
5. Sewa Kamera Full Set Kamera Rp. 1.650.000
6. Sewa Audio Full Set Audio Rp. 550.000
7. Sewa Lighting Full Set Lighting Rp. 520.000
8. Logistik Logistik Teknik Rp. 160.000
9. Kebutuhan Editing Konsumsi Editor dll. Rp. 100.000
10 Saving Money Dana Tak Terduga Rp. 510.000
TOTAL Rp. 5.000.000

2. Produksi

Dalam tahap ini penulis akan mengaplikasikan semua yang sudah

di persiapan dalam pra produksi termasuk treatment dan shot list yang

sudah dibuat. Sebagai seorang produser, penulis juga akan memantau

jalannya produksi, mengambil keputusan jika ada masalah dalam

produksi, melakukan koordinasi dan komunikasi kepada tim dan banyak

pihak terkait produksi, serta akan membantu dan mencari solusi kepada

kerabat kerja yang membutuhkan bantuan. Namun tahap ini belum

dilaksanakan karena penulis harus mengikuti sidang proposal terlebih

dahulu sebelum nantinya melanjutkan ke tahap produksi.

39
3. Pasca Produksi

Setelah tahap produksi selesai, penulis sebagai produser akan

melakukan pemeriksaan terhadap seluruh materi produksi. Mulai dari

mengawasi proses pasca produksi yaitu editing bersama editor dan

sutradara sehingga hasilnya sesuai dengan konsep program yang

produser dan kerabat kerja lain telah tentukan sebelumnya.

40
DAFTAR PUSTAKA

Latief, Rusman & Yusiatie Utud. 2015. Siaran Televisi Non-Drama. Jakarta:
Kencana Prenada Media Group

Morissan. 2008. Manajemen Media Penyiaran. Jakarta: Kencana Prenada Media


Group

Kaswan, 2014. Leadrship and Teamworking. Bandung: Alfabeta

Wibowo, Fred. 2007. Teknik Produksi Program Televisi. Jakarta: Pinus Book
Publisher

Fachruddin, Andi. 2012. Dasar-dasar Produksi Televisi. Jakarta: Kencana Prenada


Media Group

41
LAMPIRAN

42
Lampiran

DESAIN PRODUKSI
PROGRAM DOKUMENTER TELEVISI
“DI BALIK BUDAYA – WAYANG KILA”

JURUSAN PENYIARAN
SEKOLAH TINGGI MULTIMEDIA MMTC
YOGYAKARTA
2021

43
A. LATAR BELAKANG

Televisi masih menjadi media massa yang sangat memengaruhi

masyarakat Indonesia, karena merupakan media elektronik yang bersifat

audio visual dan efektif dalam hal penyajian informasi maupun hiburan.

Kedua hal tersebut termasuk kebutuhan pokok bagi masyarakat tertentu,

sehingga apabila tidak terpenuhi maka akan menjadi sebuah masalah.

Informasi dibutuhkan untuk menambah pengetahuan serta meningkatkan

keterampilan sedangkan hiburan dibutuhkan untuk mengisi maupun

menikmati waktu luang.

Program hiburan terbagi menjadi dua, yaitu program drama dan

nondrama. Menurut Rusman Latief & Yusiatie Utud (2015: 7), perbedaan

kedua program tersebut adalah nondrama tidak membutuhkan daya

khayalan untuk memproduksi, bukan cerita yang direka-reka tetapi suatu

kondisi realitas yang dikemas secara kreatif untuk dijadikan program yang

menghibur. Sedangkan drama lebih pada unsur cerita khayalan yang

disusun menjadi suatu cerita yang menghibur.

Program dokumenter adalah program nondrama yang menyajikan

cerita nyata, dilakukan pada lokasi sesungguhnya didukung narasi. Fred

Wibowo (2007: 146) menjelaskan “Program yang menyajikan suatu

kenyataan berdasarkan pada fakta objektif yang memiliki nilai esensial dan

eksistensial, artinya menyangkut kehidupan, lingkungan hidup, dan situasi

nyata”. Dalam produksinya, dokumenter sendiri menyangkup banyak

44
aspek, seperti sutradara, penulis naskah, penata kamera, penata audio,

penata cahaya, dan produser.

Wayang kila adalah seni pertunjukan wayang yang diiringi Naskah

kidung lakbok dari Aki Ranadjangga, Ma'lim anu nitis ka Buja Putih dan di

visualisasikan dalam bentuk Wayang yg terbuat dari Jerami. Aspek dalam

pertunjukan wayang kila diantaranya :

1. Wayang terbuat dari Jerami,

2. Dalang yang memainkan Wayang tersebut dan mengidungkan

Kidung Lakbok,

3. Barongan Hewan yang ada hubungannya dengan sawah.

4. musik pengiringnya menggunakan kokoplak, bangbaraan,

kendang apung dan suara dari para pemain (Ngabeluk dan kawih).

Pertunjukan Wayang Kila menceritakan tentang sejarah Kecamatan

Lakbok yang dahulu diperebutkan oleh bangsa sukapura dan banyumas,

Cerita ini mengingatkan bahwa Lakbok dahulunya adalah wilayah yang

mempunyai tanah yang subur dan makmur. Maka, Dalang selalu

memerankan tokoh Sanghyang Dewi Sri, yang jika diartikan Sri adalah

padi. Intisari dari kidung lakbok terdapat di bait 12, “Bahwa untuk apa

tengkar dan sombong karna bikin malu tetangga. Menurunkan ego

diperlukan demi membangun lakbok.”

Oleh karena itu, dalam penciptaan karya tugas akhir kali ini, dibuat

sebuah karya berformat dokumenter televisi berjudul “Di Balik Budaya”

yang akan mengangkat tentang asal-usul atau latar belakang terciptanya

suatu kebudayaan atau kesenian.

45
B. DESKRIPSI PROGRAM

Di Balik Budaya merupakan program dokumenter televisi yang akan

mengupas mulai dari latar belakang, asal-usul, hingga makna di balik

budaya dan kesenian dari berbagai daerah di Indonesia.

Setiap episode nya akan menampilkan kesenian dan budaya yang

berbeda dan di hadirkan dengan visual yang simple dan elegan sehingga

walaupun mengangkat tema budaya visualnya akan tetap terlihat moderen.

C. TUJUAN PROGRAM

Memberikan sajian program dokumenter televisi yang dapat

memberikan hiburan dan edukasi serta diharapkan program ini dapat

meningkatkan pengetahuan serta minat masyarakat terhadap budaya lokal

sehingga tetap terjaga dan senantiasa lestari.

D. MANFAAT PROGRAM

a) Bagi Lembaga Sekolah Tinggi Multi Media “MMTC” Yogyakarta:

Menjadi bahan pembelajaran dan referensi bagi mahasiswa Sekolah

Tinggi Multi Media “MMTC” Yogyakarta

b) Bagi Mahasiswa:

Menjadikan tolak ukur tiap individu bagaimana mengasah

kemampuan untuk menciptakan program dokumenter televisi yang

menarik dan matang baik dari segi audio dan visual serta mampu

diminati oleh penonton.

46
c) Bagi Masyarakat:

Memberikan tayangan yang menghibur dan dapat mengedukasi

sehingga diharapkan masyarakan dapat mengenal dan melestarikan

budaya di Indonesia

d) Bagi Instansi:

Menjadikan Di Balik Budaya sebagai media kerjasama dalam

branding Dinas Kebudayaan Lokal atau Instansi yang bersangkutan.

E. SINOPSIS

Di Balik Budaya merupakan program dokumenter televisi yang akan

mengupas mulai dari latar belakang, asal-usul, hingga makna di balik

budaya dan kesenian dari berbagai daerah di Indonesia. Dengan

mengangkat hal tersebut diharapkan program ini dapat meningkatkan

pengetahuan serta minat masyarakat terhadap budaya lokal sehingga tetap

terjaga dan senantiasa lestari.

Lakbok merupakan salah satu wilayah terpenting di Kabupaten

Ciamis karena menjadi pemasok bahan pangan utama bagi masyarakat

Ciamis, Jawa Barat, bahkan nasional. Hamparan sawah yang sangat luas

dan subur membuktikan padatnya aktifitas pertanian di tanah ini.

Lakbok juga dikenal dengan masyarakatnya yang multikultur. Hal

ini menyebabkan Lakbok memiliki banyak budaya dan kesenian dari Sunda

dan Jawa seperti Kuda Lumping, Calung, Degung, dan Ketoprak. Walaupun

demikian, belum ada kesenian yang murni dari Lakbok. Hal ini membuat

warga Lakbok merasa resah dan akhirnya membuat sebuah budaya baru

bernama Wayang Kila.

47
Wayang Kila merupakan kesenian wayang yang terbuat dari jerami

dan diiringi oleh beberapa alat musik seperti bangbaraan, kokoplak, dan

kendang apung. Nama Kila merupakan singkatan dari Kidung (nyanyian)

Lakbok. Kidung itu sendiri merupakan isi cerita dari Wayang Kila.

F. TREATMENT

Format Dokumenter
Nama Program Di Balik Budaya
Episode Wayang Kila
Durasi 17 menit
TREATMENT
Produser Muhammad Alif Haikal
P.W
Sutradara Fahad Hidayat
Penulis Naskah Ikhwan Fathoni
No Deskripsi Video Audio Durasi
1. Pola Teknik 1. Clapper - Blank audio 30”
2. Color Bar - Tune 1 Khz
3. Countdown - Countdown time
Sequence 1
2. Eye Catcher 4. Macam-macam - Atmosfer 30”
bentuk wayang kila permainan
5. Ekspresi dalang wayang kila
wayang kila
6. Alat musik
pengiring
7. Pentas wayang
kila

48
3. Judul Program 8. Dibalik 15”
Indonesia (Grafis
Animasi)

Suasana Ciamis dan 9. Video Udara


4. kecamatan Lakbok Kabupaten Ciamis - Musik latar 1’30”
10. Ikon kecamatan
Lakbok
11. Hamparan
sawah kecamatan
Lakbok
12. Warga duduk-
duduk santai di
depan rumah
13. Warga bersiap-
siap berangkat ke
sawah
14. Anak kecil
duduk di gubuk
sawah membawa
telur rebus

Keresahan Nurul 15. Cuplikan


5. Hidayat tentang kesenian Degung - Wawancara 2’
tidak adanya 16. Cuplikan Nurul Hidayat
kesenian asli dari kesenian Calung tentang tidak
Lakbok adanya kesenian
asli dari Lakbok

49
17. Cuplikan
kesenian Kuda
Lumping
18. Cuplikan
kesenian Ketoprak
19. Nurul Hidayat
Masyarakat Lakbok duduk
mencoba membuat - Wawancara
6. kebudayaan baru dan Nurul Hidayat 1’45”
proses terciptanya 20. Papan nama tentang proses
Wayang Kila Sanggar Seni Hasta membuat
Kencana kebudayaan baru
21. Dokumentasi dan proses
kegiatan Sanggar pembuatan
Seni Hasta Wayang Kila
22. Papan nama
Sanggar Seni Putra
Budaya Sari
23. Dokumentasi
kegiatan Sanggar
Seni Putra Budaya
Sari
24. Dokumentasi
kegiatan Ki Dalang
Dian Hediana di
Sanggar
25. Nurul Hidayat
duduk

Sequence 2
7. Kecamatan Lakbok 26. Video udara - Atmosfer sawah 3’30”
sebagai “Lumbung sawah di Lakbok

50
Padi” Ciamis dan 27. Anak kecil - Wawancara
kaitannya dengan duduk di gubuk Nurul Hidayat
unsur-unsur Wayang sawah mengupas tentang Lakbok
Kila cangkang telur sebagai
rebus “Lumbung Padi”
28. Warga Lakbok Ciamis
bekerja di sawah
29. Warga Lakbok
duduk bersantai - Wawancara
mengawasi sawah Nurul Hidayat
30. Nurul Hidayat dan Ki Dalang
duduk Dian Herdiana
31. Tumpukan tentang Unsur-
jerami unsur dalam
32. Bahan-bahan Wayang Kila dan
pembuatan kaitannya dengan
Wayang Kila pertanian di
33. Ki Dalang Dian Lakbok
Herdiana duduk
34. Proses
pembuatan
Wayang Kila
35. Detail bentuk
Wayang Kila
36. Barongan
hewan dari jerami
37. Detail
Kokoplak
38.Detail
Bangbaraan
39. Detail Kendang
apung

51
Sequence 3
8. Krisis Sosial di 40. Anak kecil - Atmosfer sawah 3’30”
Lakbok duduk di gubuk
sawah memakan
putih telur rebus
dan melihat kuning
telur
41. Ki Dalang Dian
Herdiana - Wawancara Ki
mempersiapkan Dalang Dian
beberapa wayang Herdiana tentang
42. Wayang Kila Masalah sosial di
berjajar siap Lakbok
dimainkan
43. Masyarakat
Lakbok duduk di
pos ronda
44. Kantor pejabat
di Lakbok
45. Poster di sekitar
kantor pejabat
Lakbok

46. Ki Dalang Dian


9. Kidung Lakbok Herdiana - Wawancara Ki 2’30”
sebagai bentuk kritik memainkan Dalang Herdiana
sosial Wayang Kila tentang makna
Kidung Lakbok

52
47. Detail Obor api
berkobar
48. Wayang Kila
saling beradu saat
dimainkan
49. Ki Dalang Dian
Herdiana
mengakhiri
pementasan
Sequence 4
10. Penutup 50. Ki Dalang Dian - Kesimpulan dan 1’30”
Herdiana duduk pesan dari Ki
51. Warga Lakbok Dalang Dian
saling Herdiana
bercengkrama
52. Video udara
persawahan
Kecamatan Lakbok
53. Anak kecil
duduk di gubuk
sawah memakan
kuning telur rebus
yang tersisa sampai
habis

G. DESAIN PROGRAM

a. Nama Program : Di Balik Budaya


(Episode : Wayang Kila)
b. Kategori Program : Informasi dan Hiburan
c. Format Program : Dokumenter Televisi

53
d. Media : Televisi
e. Jam Tayang : Minggu pukul 13.00 WIB
f. Durasi : 17 menit
g. Target Audience
• Usia : 17 tahun – 40 tahun (Pria & Wanita)
• S.E.S :B

H. DESAIN PRODUKSI
a. Karakter Produksi : Outdoor / Interior
b. Format Produksi : Record, Single Camera
c. Unsur Produksi : Audio, Visual
d. Lokasi : Kecamatan Lakbok, Ciamis, Jawa Barat
e. Kerabat Kerja :
NO. NAMA PROFESI
1. Muhammad Alif Haikal P.W Produser
2. Fahad Hidayat Sutradara
3. Ikhwan Fathoni Penulis Naskah
4. Alfian Qamarul Mathak Penata Kamera
5. Muhammad Fariz Bazkara Asisten Penata Kamera
6. Muhammad Ryo Andita Penata Cahaya
7. Muhammad Faridz Penata Suara
8. Mukti Ali Penyunting

I. DAFTAR ALAT

No. Nama Alat Jumlah


1. Kamera Sony a7 Mark II 2

2. Tripod Kamera 2

54
3. Baterai Sony NP-FW 50 4

4. SD Card 64GB / 128GB 2

5. Lensa SONY FE 50mm F/1.8 1

6. Lensa SONY FE 24-770mm F/4 1

7. Stabilizer Zhiyun Crane 2 1

8. H4N 2

9. Mic Rode Rycote 2

10 Clip On Senheiser G3 2

J. ANGGARAN DANA
NO. KEPERLUAN KETERANGAN JUMLAH
1. Transport Bensin Mobil = Rp. 500.000 Rp. 600.000
Bensin Motor = Rp. 100.000
2. Konsumsi Volenteer Hari 1 = Rp. 30.000 x 3 orang Rp. 360.000
Hari 2 = Rp. 30.000 x 3 orang
Hari 3 = Rp. 30.000 x 3 orang
Hari 4 = Rp. 30.000 x 3 orang
3. Fee Narasumber 1 orang narasumber = Rp. 250.000 Rp. 250.000
4. Fee Volenteer Rp. 100.000 x 3 orang Rp. 300.000
5. Sewa Kamera Full Set Kamera Rp. 1.650.000
6. Sewa Audio Full Set Audio Rp. 550.000
7. Sewa Lighting Full Set Lighting Rp. 520.000
8. Logistik Logistik Teknik Rp. 160.000
9. Kebutuhan Editing Konsumsi Editor dll. Rp. 100.000
10 Saving Money Dana Tak Terduga Rp. 510.000
TOTAL Rp. 5.000.000

55
K. TIME TABLE

FEB MAR APR


NO KEGIATAN
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
Pra Produksi
1 Riset
2 Pengembangan
konsep

3 Desain Produksi
4 Detail Konsep
Program & List
Alat Teknik

5 Shot List
6 Bedah Treatment
7 Final Check
Produksi
9 Shooting Program
Paska Produksi
11 Editing
12 Final Preview

L. SHOOTING SCHEDULE

NO HARI, TANGGAL WAKTU DESKRIPSI

1. 08.30 – 09.00 Install Alat

2. 09.00 – 11.00 Take Wawancara


3. Sabtu, 26 Maret 11.00 – 13.00 Isoma
4. 2021 13.00 – 17.00 Take Suasana Kecamatan Lakbok
5. 17.00 – 17.30 Uninstall Alat
6. 17.30 – 18.30 Isoma

56
7. 08.30 – 09.00 Install Alat
8. 09.00 – 11.30 Wawancara
9. Minggu, 27 Maret 11.30 – 13.00 Isoma
10. 2021 13.00 – 15.00 Take Suasana Sanggar Budaya
11. 15.00 – 15.30 Uninstall Alat
12. 15.30 – 16.00 Isoma

57

Anda mungkin juga menyukai