Anda di halaman 1dari 20

Analisis Alih Kode Dalam Dialog Film “ Calon Bini “

Karya Sutradara Asep Kusdinar


Makalah Ini Di Susun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Analisis Kesalahan Bahasa
Dosen Pengampu : Ibu Egi Nusivera M. Pd

Di Susun Oleh :

Atsilah Diah Seftiandani 1801045067


Arlin Nur Apriyatin 1801045079
Nur Alfiah Laila 1801045107

Universita Muhammadiyah Prof. Dr. Hamka


Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

2021
KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmannirrahim

Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatu

Puji serta syukur kehadirat illahi Rabbi yang telah memberikan saya sehat
wal’afiyat, sehat jasmani maupun rohani. Sehingga saya dapat menyelesaikan tugas
matakuliah Analisis Kesalahan bahasa yang diampu oleh Dosen Ibu Egi Nusivera M,
Pd beserta teman-teman yang telah membantu menuangkan ide pemikirannya ke dalam
makalah saya ini.

Shalawat serta salam tak lupa pula saya haturkan kepada junjungan Nabi
Muhammas SAW yang telah membawa umatnya dari zaman kebodohan hingga zaman
yang terang benderang saat ini. Semoga dengan dibuatnya makalah ini dapat menambah
wawasan bagi penulis dan pembaca.

Jakarta, 21 April 2021

i
Daftar Isi

Table of Contents
KATA PENGANTAR..................................................................................................................................i
BAB I......................................................................................................................................................1
PENDAHULUAN.....................................................................................................................................1
1.1 Latar Belakang.......................................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah..................................................................................................................2
1.3 Tujuan Penelitian...................................................................................................................2
BAB II.....................................................................................................................................................3
KAJIAN TEORI.........................................................................................................................................3
1.1 Hakikat Bahasa.......................................................................................................................3
2.2 Hakikat Film...........................................................................................................................3
2.3 Hakikat Alih Kode...................................................................................................................3
2.4 Peristiwa Tutur.......................................................................................................................4
BAB III....................................................................................................................................................6
METODOLOGI PENELITIAN....................................................................................................................6
3.1 Metode..................................................................................................................................6
3.2 Tempat dan Waktu Penelitan................................................................................................6
3.3 Objek Penelitian.....................................................................................................................6
3.4 Teknik Pengumpulan dan Analisis Data.................................................................................6
3.5 Instrumen Penelitian.............................................................................................................7
BAB IV....................................................................................................................................................8
HASIL DAN PEMBAHASAN.....................................................................................................................8
4.1 Alih Kode yang Terjadi dalam Film Calon Bini........................................................................8
BAB V...................................................................................................................................................15
PENUTUP.............................................................................................................................................15
5.1 Kesimpulan..........................................................................................................................15
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................................................16

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Bahasa adalah sarana interaksi yang sudah tersusun dalam bentuk satuan-satuan,
seperti contohnya kata, kelompok kata, klausa, dan kalimat yang diucapkan secara lisan
maupun tertulis. Kita dapat membandingkan hakikat Bahasa tersebut sebagai berikut :
Bahasa adalah sarana komunikasi manusia yang sudah disusun melalui suara atau
ungkapan tulis yang terstruktur untuk membentuk satuan. Seperti morfem, kata, dan
kalimat yang diterjemahkan dari Bahasa inggris “the system of human communication by
means of a structured arrangement of sounds (or written representation) to form lager
unis, eg. Morphemes, words, sentences” (Wiratno & Santosa, 2014).

Bahasa Indonesia masuk ke dalam Bahasa Nasional yang merupakan Bahasa asli
sebagai masyarakat Indonesia, sebagai masyarakat Indonesia juga kita wajib bertanggung
jawab untuk melestarikan. Tanpa adanya sebuah Bahasa maka segala teknologi tidak akan
berkembang di Indonesia. Bahasa Indonesia juga bukan hanya sebagai sarana komunikasi
antar manusia, tetapi juga sebagai alat pemersatu bangsa Indonesia. Rasa kagum bangsa
Indonesia belum sepenuhnya tertanam , bahkan ada yang menganggap bahwa Bahasa
asing lebih tinggi tingkatannya dibandingkan dengan Bahasa nasional mereka sendiri
yaitu Bahasa Indonesia. (Assapari, 2014).

Masyakarat Indonesia juga tak luput dari pembelajaran Bahasa Indonesia itu
sendiri. Dan dalam pembelajaran Bahasa Indonesia, salah satu peristiwa yang dapat kita
analisis yaitu kesalahan berbahasa yang bersifat inheren dalam setiap penggunaan baik
secara lisan maupun tertulis. Baik orang dewasa yang telah menggunakan bahasanya,
anak-anak, maupun orang asing yang sedang belajar Bahasa tersebut. Kesalahan tersebut
bisanya terdapat pada kesalahan Ketika mereka memakainya. Faktor penghambat dari
kesalahan berbahasa ini menyebabkan gangguan pada peristiwa interaksi, kecuali dalam
pemakaian secara khusus. Dalam masyakarat Bahasa tertentu, misalnya masyarakat jawa
yaitu kesalahan berbahasa terjadi pada kesalahan gramatika maupun yang berkenaan
dengan konteks yang berpengaruh terhadap pandangan orang lain mengenai kesalahan
berbahasa tersebut. (Supriani & Siregar, 2012)

1
Adapun tiga hal yang menjadi istilah kesalahan berbahasa yang pertama Lapses
adalah kesalahan berbahasa yang disebabkan oleh penutur, penutur tersebut beralih
menyatakan sesuatu sebelum tuturannya selesai. Yang kedua yaitu Error adalah kesalahan
berbahasa disebabkan penutur melanggar kaidah atau aturan dalam kebahasaan. Ketiga
yaitu mistake adalah kesalahan berbahasa disebabkan penutur tidak tepat dalam
menyatakan kata pada kondisi tertentu. (Marnetti, 2020)

1.2 Rumusan Masalah


1. Bahasa yang digunakan dalam beralih kode dalam film Calon Bini ?
2. Definisi serta jenis – jenis alih kode apa saja yang terdapat pada film Calon bini?
3. Bagaimana analisis kesalahan berbahasa menggunakan alih kode pada film calon
bini?
4. Faktor penyebab terjadinya alih kode dalam film Calon Bini ?

1.3 Tujuan Penelitian

1. Mengetahui analisis kesalahan berbahasa menggunakan alih kode dalam film calon
bini?
2. Manfaat Teoretis Manfaat penelitian ini bagi peneliti terdapat tiga point penting, yakni :
a. Untuk mengetahui terjadinya alih kode dalam film Calon Bini.
b. Untuk menambah dan memperluas wawasan pengetahuan tentang alih kode.
c. Untuk menambah dan mengetahui wawasan pengetahuan tentang terjadinya alih kode
dalam film Calon Bini.

` 3. Manfaat Praktis Manfaat penelitian ini bagi pembaca terdapat tiga point penting, yakni :

a. Sebagai tambahan informasi tentang teori alih kode dan dunia perfilm-an di Indonesia.

b. Sebagai tambahan informasi tentang alih kode khususnya yang terjadi dalam film Calon
Bini

2
BAB II

KAJIAN TEORI

Untuk menganalisis penelitian ini, maka perlu diperhatikan beberapa teori yang berkaitan
dengan masalah yang akan dibahas. Oleh karena itu penulis mengambil berupa teori,
pendapat, dan pikiran pokok para ahli yang membahas hakikat film, kemudian dijadikan
acuan untuk menunjang penelitian dan mempermudah peneliti melakukan analisis.

1.1 Hakikat Bahasa


Bahasa merupakan sarana informasi yang digunakan untuk mengekspresikan sebagai
sarana komunikasi pada situasi tertentu. Bahasa memiliki peranan penting agar kita
mengembangkan empat keterampilan yaitu berbicara, menyimak, membacam dan
menulis. Dengan menguasai empat keterampilan tersebut kita dapat berkomunikasi
dengan baik dan mampu melakukan perubahan terhadap perkembangan pribadi,
masyarakat, dan bangsa. Karena sekarang peserta didik dituntut untuk menggunakan
Bahasa untuk berinteraksi dengan baik kepada lawan tutur. Bahkan Bahasa dapat
menciptakan Kerjasama antar penutur dan lawan tutur. (Noermanzah, 2019)

2.2 Hakikat Film


Istilah film bermula pada suatu media yang sejenis plastik, kemudian dilapisi oleh
peka cahaya. Media peka cahaya ini sering disebut selluloid. Dalam bidang fotografi
film ini menjadi media yang sering digunakan untuk menyimpan cahaya pada saat
tertangkap lensa. Dalam bidang sinematografi perihal media penyimpan ini
mengalami kemajuan yang begitu pesat. Bahkan media menyimpan selluloid (film),
analog, dan yang terakhir yaitu media digital. Seiring berjalannya waktu media
penyimpanan dalam bidang sinematografi, maka hakikat film menjadi bergeser.
Bahkan saat ini sudah semakin turun film yang menggunakan media selluloid pada
tahap pengambilan gambar. (Diahloka, 2012).

2.3 Hakikat Alih Kode


Alih kode merupakan aspek yang bergantung pada Bahasa dalam masyarakat
bilingual atau multilingual. Artinya dalam masyarakat bilingual atau multilingual
mungkin seorang penutur menggunakan bermacam kode dalam tuturannya sesuai
kondisi penutur. Alih kode juga adalah kondisi dimana penutur dengan sengaja
mengganti kode Bahasa yang sedang ia pakai karena suatu alasan. Berdasarkan
sifatnya, alih kode dapat dirumuskan menjadi dua jenis yaitu alih kode intern dan alih

3
kode ekstern. Alih kode ekstern adalah alih kode yang terjadi antar Bahasa asli
dengan Bahasa asing. Contohnya seperti Bahasa Indonesia dengan Bahasa Eropa.
Sedangkan alih kode intern yang terjadi pada Bahasa jawa dan Bahasa Indonesia.
(Farouq, 2019)

Faktor Penyebab Alih Kode Suwito (1983: 72) mengatakan, bahwa faktor penyebab
terjadinya alih kode ada enam, yaitu penutur, mitra tutur, hadirnya penutur ketiga, pokok
pembicaraan, untuk membangkitkan rasa humor, dan untuk sekedar bergengsi. 1) Penutur
(O1) Seorang penutur ketika berbicara kepada lawan bicara kadang-kadang dengan sadar
mengganti kode bahasanya dengan maksud tertentu, seperti mengkritik, merayu,
merendahkan diri, menyindir, menghormati, dan sebagainya. 2) Lawan Tutur (O2) Setiap
penutur pada umumnya akan berusaha mengimbangi bahasa yang digunakan oleh lawan
bicaranya.oleh karena itu, bagi penutur yang menguasai lebih dari satu bahasa biasanya
akan berusaha mengganti kode bahasanya sesuai dengan bahasa lawan bicaranya 3)
Hadirnya penutur ketiga (O3) Dua orang yang berasal dari daerah yang sama biasanya akan
berinteraksi menggunakan bahasa daerahnya. Namun, ketika hadir pihak ketiga yang
berbeda latar kebahasaannya, maka dua orang yang pertama akan mengganti kode bahasa
mereka ke bahasa yang dikuasai oleh ketiganya .

Fungsi Alih Kode sendiri disetiap penuturan suatu Dahasa biasanya mempunyai fungsi
tertentu. Demikian pula dengan adanya peristiwa alih kode yang dilakukan oleh seorang
penutur terhadap lawan tuturnya. Fungsi alih kode ini berkaitan erat dengan DahasaD atau
Dahasa-faktor yang melatarbelakangi terjadinya alih kode.

2.4 Peristiwa Tutur


peristiwa tutur (speech event) adalah terjadinya atau berlangsungnya interaksi
ahasatic dalam satu bentuk ujaran atau lebih yang melibatkan dua pihak, yaitu penutur
dan lawan tutur, dengan satu pokok tuturan, di dalam waktu, tempat, dan situasi
tertentu. Menurut Chaer (2004: 47), maka dari itu suatu peristiwa tutur harus
memenuhi delapan komponen, yang diakronimkan menjadi SPEAKING, yaitu Setting
and scene, Participant, Ends, Act sequences, Key, Instrumentalities, Norms, dan
Genre. Dell Hymes (via Chaer, 2004: 48)
a. S (Setting and Scene) Setting berkenaan dengan waktu dan tempat tutur
berlangsung, sedangkan Scene mengacu pada situasi tempat dan waktu, atau situasi
psikologis pembicaraan. Waktu, tempat, dan situasi tuturan yang berbeda dapat
menyebabkan penggunaan variasi ahasa yang berbeda.

4
b. P (Participants) Participants adalah pihak-pihak yang terlibat dalam
pertuturan, bisa pembicara dan pendengar, penyapa dan pesapa, atau pengirim dan
penerima (pesan). Status sosial partisipan sangat menentukan ragam ahasa yang
digunakan.
c. E (Ends: purpose and goal) Ends merujuk pada maksud, tujuan, dan hasil
pertuturan.
d. A (Act sequences) Act sequences mengacu pada bentuk ujaran dan isi
ujaran. Bentuk ujaran ini berkenaan dengan kata-kata atau wacana yang digunakan,
bagaimana penggunaannya, dan hubungan antara apa yang dikatakan dengan topik
pembicaraan. Isi menunjuk pada pesan yang akan disampaikan.
e. K (Key: tone or spirit of act) Key mengacu pada nada, cara, dan semangat
dimana suatu pesan disampaikan: dengan senang hati, dengan serius, dengan humor,
dengan santai, dengan singkat, dengan sombong, dengan mengejek, dan sebagainya.
Hal ini dapat ditunjukkan dengan gerak tubuh dan isyarat.
f. I (Instrumentalities) Instrumentalities mengacu pada saluran atau jalur
ahasa yang digunakan, seperti jalur lisan, tertulis, melalui telegraf atau telepon.
Instrumentalities ini juga mengacu pada kode ujaran yang digunakan, seperti ahasa,
dialek, ragam atau register.
g. Norms (Norm of interaction an interpretation) Norm of interaction an
interpretation mengacu pada norma-norma atau aturan dalam berinteraksi, juga
mengacu pada norma penafsiran terhadap ujaran dari lawan bicara. Misalnya,
bagaimana caranya bertutur, ahasa atau ragam ahasa apa yang pantas digunakan
untuk bertutur, dan sebagainya.
h. G (Genre) Genre mengacu pada jenis bentuk penyampaian atau kategori
kebahasaan yang digunakan oleh pelaku tutur. Misalnya seperti narasi, percakapan,
diskusi, puisi, pepatah, doa, dan sebagainya.

5
BAB III

METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Metode
Penelitian dilakukan dengan menganalisis dialog – dialog yang terdapat pada film
“Calon Bini” karya sutradara Asep Kusdinar, Dialog – dialog dalam film tersebut
peneliti analisis berdasarkan alih kode yang terdapat di masing masing dialog.
Penelitian kemudian dilanjutkan dengan menyusun analisis data sampai pembuatan
simpulan dan penyusunan laporan penelitian. Penelitian yang dilakukan termasuk
dalam penelitian kualitatif karena bertujuan untuk mengkaji dan mendeskripsikan ke
dalam bentuk kata-kata. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif.

3.2 Tempat dan Waktu Penelitan


Dalam melakukan penelitian, kelompok kami mengerjakan penelitian dari rumah
masing-masing karena dalam keadaan pandemi Covid-19 yang tidak memungkinkan
untuk melakukan penelitian secara langsung. Waktu pengerjaan peneitian ini selama 2
Bulan, dari tanggal 17 Maret 2021 hari disetujuinya judul penelitian kami sampai
tanggal 21 April 2021.

3.3 Objek Penelitian


Objek penelitian yang kami gunakan adalah dialog – dialog dalam Film “Calon Bini”
yang terdapat alih kode bahasanya dalam dialog tersebut, dengan peneliti
menganalisis dan mengkategorikanalih kode apa dalam dialog tersebut.

3.4 Teknik Pengumpulan dan Analisis Data

Teknik Pengumpulan data yang kami gunakan adalah, pertama kami menonton
film “Calon Bini” karya sutradara Asep Kusdinar secara menyeluruh . Pengumpulan
data dalam penelitian ini Kami menggunakan metode simak, dengan menggunakan
metode simak tidak berpartisipasi. metode simak dengan tidak berpartisipasi sendiri
merupakan metode simak dengan peneliti tidak ikut dalam proses pembicaraan
Menurut Sudaryanto (1988: 3), Metode menyimak ini dilakukan dengan berulang kali,
sehingga mendapatkan data yang benar-benar akurat sesuai objek yang diteliti dan
hal-hal yang menjadi permasalahan dalam penelitian.Teknik pengumpulan data yang
digunakan dalam penelitian ini disesuaikan dengan metode yang digunakan. Metode
simak, menggunakan teknik lanjutan berupa (1) teknik catat pada kartu data dan (2)
teknik transkrip data. Yang dimaksud dengan teknik catat adalah mengadakan
pencatatan data yang relevan dan sesuai dengan sasaran dan tujuan penelitian. Teknik
transkrip data yaitu menerjemahan berbagai ragam bahasa ke dalam bahasa Indonesia.
Setelah melakukan pengamatan, peneliti melakukan pencatatan dialog terkait alih
kode yang terjadi pada film tersebut. Pencatatan ini dilakukan untuk memudahkan
dalam mentranskrip data-data yang telah diperoleh. Tahap selanjutnya dalam

6
pengumpulan data, yaitu transkrip data. Transkrip data ini dalam bentuk autografis.
Setelah data ditranskrip menjadi bentuk tulisan, data tersebut diklasifikasikan sesuai
dengan tujuan penelitian ini ke dalam kartu data.Setelah itu kami mencatat dan
mengumpulkan bagian bagian yang masuk dalam alih kode yang bisa kami analisis
lebih mendalam. Kemudian, apabila terdapat bahasa yang selain bahasa Indonesia
kami terjemahkan terlebih dahulu dialog tersebut. Setelah itu peneliti telusur lebih
dalam dengan teori teori yang sudah kami cari.

3.5 Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian yang digunakan adalah human instrument yang


mrupakan peneliti sendiri yang berperan sebagai perencana, pelaksana,
pengumpul data, penganalisis, pengolah data, sampai pada tahap pelaporan hasil
penelitian. Dalam hal ini didukung dengan seperangkat teori tentang jenis, bentuk,
faktor penyebab, dan fungsi alih kode. Secara khusus peneliti memiliki
kemampuan dan dasar pengetahuan sesuai dengan acuan teori yang ada untuk
menganalisis peristiwa tutur yang terjadi pada film “ Calon Bini “
Selain itu, terdapat kriteria-kriteria alih kode yang dikuasai oleh peneliti.
Kriteria alih kode menggunakan parameter sebagai berikut ini. a. Alih kode terjadi
apabila seseorang mengganti kode bahasa satu ke kode bahasa yang lain, baik
ragam ataupun dialeg dalam satu bahasa. b. Alih kode dibedakan menjadi dua,
yaitu alih kode intern dan alih kode ekstern. Alih kode intern adalah alih kode
yang terjadi dalam lingkup bahasa nasional. Bahasa nasional ini meliputi bahasa
daerah beserta variasi-variasinya dan bahasa Indonesia. Alih kode ekstern adalah
alih kode yang terjadi dari bahasa asli dengan bahasa asing. Bahasa asli yang
dimaksud adalah bahasa nasional dan bahasa daerah beserta variasi-variasinya.

7
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

Dalam penelitian ini dipergunakan analisis deskriptif kualitatif dalam analisis


data. Data yang dianalisis berupa pemakaian bahasa Indonesia yang di dalamnya terdapat
alih kode, yaitu dari bahasa Indonesia ke bahasa daerah, dan bahasa Indonesia ke bahasa
asing. Terdapat juga peralihan ragam bahasa, yaitu ragam bahasa Indonesia resmi atau
formal ke bahasa Indonesia informal dan ragam bahasa informal ke bahasa Indonesia
formal. Dalam penelitian ini dideskripsikan jenis alih kode, faktor-faktor penyebab alih
kode, dan fungsi alih kode dalam film “ Calon Bini “. Jenis alih kode yang ditemukan
adalah alih kode berdasarkan sifatnya berupa alih kode sementara dan alih kode
berdasarkan arah peralihannya terbagi menjadi dua, yaitu alih kode intern dan alih kode
ekstern. Alih kode intern meliputi alih kode antarbahasa dan alih kode antar ragam.
Faktor-faktor penyebab terjadinya alih kode yaitu meliputi: (1) mitra tutur (participant),
(2) pokok pembicaraan (topik), (3) situasi tutur, (4) tujuan, dan (5) hadirnya orang ketiga.
Fungsi alih kode yaitu meliputi: (1) untuk menerangkan atau menjelaskan, (2) untuk
menghormati mitra tutur , (3) untuk mengakrabkan diri, (4) untuk mengubah situasi atau
humor, (5) untuk mengutip ucapan orang lain, (6) untuk sekedar bergengsi, (7) untuk
menunjukkan rasa marah, (8) untuk meyakinkan mitra tutur, dan (9) untuk menunjukkan
kemampuan berbahasa.

4.1 Alih Kode yang Terjadi dalam Film Calon Bini


Pada penelitian ini hanya ditemukan alih kode yang bersifat sementara,
Sedangkan alih kode permanen tidak ditemukan pada dialog yang terjadi dalam Film
calon Bini ini. Alih kode yang terjadi dalam film calon Bini ini bersifat sementara.
Alih kode Sementara ini terjadi karena penutur melakukan peralihan kode bahasa
yang Sifatnya hanya sebentar atau terjadi tidak terus-menerus. Penutur pada awalnya
Menggunakan bahasa indonesia dan beralih ke bahasa lain yang hanya bersifat
Sementara atau sebentar saja, kemudian beralih kembali ke bahasa awal. Jadi
Penggunaan bahasa kedua oleh penutur hanya sejenak yang kemudian akan Beralih
kembali ke bahasa awalnya.
Dalam peristiwa alih kode sementara dalam film calon Bini ini terdapat empat
Peralihan kode bahasa, yaitu: (1) peralihan kode dari bahasa indonesia ke bahasa
Bahasa jawa ke bahasa indonesia, (2) peralihan kode dari bahasa indonesia ke Bahasa
inggris ke bahasa indonesia. Alih kode sementara yang terjadi dalam film calon Bini
dapat dilihat pada data Berikut ini.

8
(1) Teman Ningsih : “Ningsih minta tanda tangan dong”
Ningsih : “kan uwes toh mas...”
(Calon Bini / 00:00:59)
Pada data (1) terdapat peristiwa alih kode yang terjadi di suasana tempat
kelulusan sekolah, dengan suasana tuturan yang tidak formal antara Ningsih dan
temannya Percakapan terjadi dengan tuturan yang santai karena antara Ningsih dan
temannya terjalin ikatan pertemanan, dengan tujuan untuk meminta ttd pada seragam
–seragam sekolah untuk kenang – kenangan. Topik pembicaraan yang
melatarbelakangi peristiwa alih kode tersebut adalah meminta tanta tangan pada
seragam seragam baju mereka, karena mereka sudah lulus sekolah.
Pada awalnya Teman menggunakan bahasa Indonesia yang kemudian Ningsih
yang membuat beralih kode menggunakan bahasa Jawa, karena ingin mengakrabkan
diri dengan mitra tuturnya, yaitu temannya. Peralihan kode ini hanya sebentar terjadi.
Hal ini ditunjukkan dengan adanya peralihan kode dari bahasa Indonesia ke bahasa
Jawa yaitu dengan adanya kata kan uwes toh mas yang berarti kan udah mas.
(2) Teman Ningsih : “Ojo rabi ndisik, aku mau melamar dirimu”
Teman- teman lain : “cie..cie..”
(Calon Bini / 00:01:06)
Pada data (2) terdapat peristiwa alih kode yang terjadi di Sekolah. Peristiwa tutur
terjadi antara Teman ningsih dengan Ningsih dengan suasana pembicaraan yang
santai. Topik pembicaraan yang melatarbelakangi peristiwa alih kode tersebut adalah
pembicaraan mengenai suasana hati teman Ningsih terhadap Ningsih. Pada awalnya
Teman Ningsih menggunakan bahasa Jawa yang kemudian beralih kode
menggunakan bahasa Indonesia. Penutur beralih kode menggunakan bahasa Indonesia
karena penutur ingin menceritakan perasaan hati yang sedang dialaminya saat itu
terhadap Ningsih. Peralihan kode ini hanya terjadi sebentar, karena dialog hanya
terjadi sebentar yang kemudian Ningsih langsung beranjak pergi.
Terjadinya alih kode pada data (2) ini ditandai dengan munculnya peralihan
bahasa yang dilakukan oleh Teman Ningsih. Penggunaan bahasa pertama adalah
bahasa Jawa, kemudian beralih dalam bahasa Indonesia dan kembali pada
penggunaan bahasa awal, yaitu bahasa Jawa. Penggunaan bahasa Jawa ini ditunjukkan
dengan adanya ungkapan rasa hatinya yakni pada kalimta Ojo rabi ndisik yang artinya
jangan menikah dulu.
(3) Sapto : “Ningsih, sepenanti menanti waktu lamanya, maukah
kau menjadi calon istriku ?”
Ningsih : “Mas Sapto”
Sapto : “Dalem..”
Ningsih : “Kowe ngomong opo wae, aku tetep ogah mas”
(Calon Bini / 00:03:00)

9
Pada data (3) terdapat peristiwa alih kode yang terjadi di Jembatan. Peristiwa
tutur terjadi antara Sapto dengan Ningsih dengan suasana pembicaraan yang santai.
Topik pembicaraan yang melatarbelakangi peristiwa alih kode tersebut adalah
pembicaraan mengenai suasana hati Sapto terhadap Ningsih. Pada awalnya Sapto
menggunakan bahasa Jawa yang kemudian beralih kode menggunakan bahasa
Indonesia. Penutur beralih kode menggunakan bahasa Indonesia karena penutur ingin
menceritakan perasaan hati yang sedang dialaminya saat itu terhadap Ningsih.
Peralihan kode ini hanya terjadi sebentar, karena dialog hanya terjadi sebentar yang
kemudian Ningsih langsung beranjak pergi.
Terjadinya alih kode pada data (3) ini ditandai dengan munculnya peralihan
bahasa yang dilakukan oleh Sapto. Penggunaan bahasa pertama adalah bahasa Jawa,
kemudian beralih dalam bahasa Indonesia dan kembali pada penggunaan bahasa awal,
yaitu bahasa Jawa. Penggunaan bahasa Indonesia ini ditunjukkan dengan adanya
ungkapan rasa hatinya yakni pada kalimat maukah kau menjadi calon istriku ?.
Sedangkan dialog bahasa Jawa yakni berupa sepenanti menanti waktu lamanya
(Setelah menunggu nunggu waktu lamanya).
(4) Petugas tiket : “tiket..tiket, tiketmu mana ?”
Sapto : “orapopo mas, aku anak lurah, calon suami ningsih”
Petugas tiket : “rapopo piye ? ningsih sopo?”
Sapto : “mas..”
Petugas tiket : “ga ada tiket kamu ga boleh masuk, balik dulu!”
(Calon Bini / 00:12:30)
Pada data (4) terdapat peristiwa alih kode yang terjadi di dalam Stasiun, dengan
suasana ricuh. Peristiwa tutur terjadi antara Sapto dengan Petugas tiket. Topik
pembicaraan yang melatarbelakangi peristiwa alih kode tersebut adalah mengenai
Sapto yang ingin masuk dan mendesak masuk ke gerbong kereta agar dapat bertemu
Ningsih yang akan pergi ke Jakarta.
Pada awalnya Petugas tiket melarang Sapto masuk menggunakan bahasa
Indonesia yang kemudian beralih kode menggunakan bahasa Jawa. Penutur beralih
kode menggunakan bahasa Jawa karena penutur dalam keadaan marah atas perilaku
Sapto yang tidak menaati peraturan untuk memasuki kereta. Peralihan kode ini hanya
terjadi sebentar, karena Petugas tiket kembali menggunakan bahasa Indonesia, sesuai
kode awal.
Terjadinya alih kode pada data (4) ini ditandai dengan munculnya peralihan
bahasa yang dilakukan oleh Petugas tiket. Penggunaan bahasa pertama adalah bahasa
Indonesia, kemudian beralih dalam bahasa Jawa dan kembali pada penggunaan bahasa
awal, yaitu bahasa Indonesia. Penggunaan bahasa Jawa ini ditunjukkan dengan adanya
ungkapan rapopo piye ? ningsih sopo? yang artinya gimana tidak apa – apa ?
Ningsih siapa ?.

(5) Sapto : “lara atiku sih, tapi aku janji. Aku akan selalu setia kepadamu,
tak enteni kowe mulih... ih lucu”

10
(Calon Bini / 00:14:52)
Pada data (5) terdapat peristiwa alih kode yang terjadi di dalam kamar Sapto,
dengan suasana hening. Peristiwa tutur terjadi antara Sapto dengan dirinya sendiri
sembari menatap foto Ningsih. Topik pembicaraan yang melatarbelakangi peristiwa
alih kode tersebut adalah mengenai Sapto yang menunggu Ningsih agar pulang dari
Jakarta.
Terjadinya alih kode pada data (5) ini ditandai dengan munculnya peralihan
bahasa yang dilakukan oleh Sapto. Penggunaan bahasa pertama adalah bahasa Jawa,
kemudian beralih dalam bahasa Indonesia dan kembali pada penggunaan bahasa awal,
yaitu bahasa Jawa. Penggunaan bahasa Jawa ini ditunjukkan dengan adanya ungkapan
lara atiku sih yang artinya sakit hatiku sih dan kalimat tak enteni kowe mulih (aku
tunggu kamu pulang).

(6) Ningsih : “Saya Ningsih mas..”


Gempol : “Gempol. Mau saya bawakan tasnya mba ?”
Ningsih : “Oh..nda usah mas”
Gempol : “Nda papa”
Ningsih :”Nda usah”
(Calon Bini / 00:19:41)
Pada data (6) terdapat peristiwa alih kode yang terjadi di suasana tempat kerja
Ningsih, dengan suasana tuturan yang tidak formal antara Ningsih dan Gempol yang
merupakann pegawai ditempat kerja Ningsih juga, Percakapan terjadi dengan tuturan
yang santai karena dengan tujuan untuk mengenalkan diri masing - masing. Topik
pembicaraan yang melatarbelakangi peristiwa alih kode tersebut adalah Gempol dan
ningsih saling berkenalan dan Gempol membantu membawakan barang – barang
Ningsih.
Pada awalnya Gempol menggunakan bahasa Indonesia yang kemudian
Ningsih yang menjawabnya menggunakan bahasa Jawa membuat Gempol beralih
kode menggunakan bahasa Jawa, karena ingin mengakrabkan diri dengan mitra
tuturnya, yaitu Ningsih. Peralihan kode ini hanya sebentar terjadi. Hal ini ditunjukkan
dengan adanya peralihan kode dari bahasa Indonesia ke bahasa Jawa yaitu dengan
adanya kalimat nda papa yang berarti tidak apa - apa.

(7) Marni : "itu kamarnya omah, omah tuh jarang keluar, jarang
ngomong
Sekalinya ngomong bawaannya marah, galak banget.
Hidupnya gak lama lagi."
Ningsih : "masa mba? "
Marni : "Pembagian tugas...! Kamu bersih-bersih lantai bagian atas,
Lantai bawah, siram tanaman, masak
Ningsih : " Loh.. Terus mbak Marni tugase opo? "
Marni : "ya.. Aku ngurusin kamu lah, kan aku senior"
Ningsih : "Walah dalah.. "

11
(Calon Bini / 00:22:48)
Pada data (7) terdapat peristiwa alih kode yang terjadi di dalam Rumah
majikan Marni dan Ningsih, dengan suasana santai. Peristiwa tutur terjadi antara
Ningsih dengan Marni. Topik pembicaraan yang melatarbelakangi peristiwa alih kode
tersebut adalah mengenai Marni yang memberitahu bagian bagian rumah majikannya
dan pembagian tugas rumah.
Pada awalnya Ningsih merespon Marni menggunakan bahasa Indonesia yang
kemudian beralih kode menggunakan bahasa Jawa. Penutur beralih kode
menggunakan
bahasa jawa karena penutur dalam keadaan kaget dan heran terhadap yang diucapkan
Marni. Peralihan kode ini hanya terjadi sebentar, karena Ningsih kembali
menggunakan bahasa Indonesia, sesuai kode awal.
Terjadinya alih kode pada data (7) ini ditandai dengan munculnya peralihan
bahasa yang dilakukan oleh Ningsih. Penggunaan bahasa pertama adalah bahasa
Indonesia, kemudian beralih dalam bahasa Jawa dan kembali pada penggunaan
bahasa awal, yaitu bahasa Indonesia. Penggunaan bahasa Jawa ini ditunjukkan dengan
adanya ungkapan lah terus mbak Marni tugase opo? (Lah terus mbak Marni tugasnya
apa?).

(8) Barjo : "Ningsih makannya asik banget, makan akeh tapi esih
kelihatan kece. Gak kaya...... "
Marni : "Apa?! "
Barjo : "Ora.... "
(Calon Bini / 00:25:50)
Pada data (8) terdapat peristiwa alih kode yang terjadi di dalam Rumah
majikan Marni, dengan suasana santai yakni Ningsih,Barjo,dan Marni sedang makan
bersama. Peristiwa tutur terjadi pada Barjo dengan Mirna. Topik pembicaraan yang
melatarbelakangi peristiwa alih kode tersebut adalah mengenai Barjo yang melihat
Ningsih makan dengan lahap, dan membandingkannya dengan Mirna.
Pada awalnya Barjo berkata menggunakan bahasa Indonesia yang
kemudian beralih kode menggunakan bahasa Jawa. Penutur beralih kode
menggunakan
bahasa jawa karena penutur dalam keadaan kaget dan terpukau terhadap Ningsih yang
makan banyak dan lahap. Peralihan kode ini hanya terjadi sebentar, karena Barjo
kembali menggunakan bahasa Indonesia, sesuai kode awal. Terjadinya alih kode pada
data (8) ini ditandai dengan munculnya kalimat makan akeh tapi esih kelihatan kece
yang artinya makan banyak tapi masih terlihat kece (cakep)

(9) Mama satria : "omah tuh.. Punya Bini buat kamu"


Satria : "Astaga omah.. Udah ga jaman kali Bini Bini an"
Mama Sastria : "Omamu emang aneh, kamu tahu? Dia tuh suka main
aplikasi Bini,
pasti diajarin sama teman-temannya"
Ayah Satria : "omahmu itu drama queen"

12
(Calon Bini / 00:52:00)
Pada data (9) terdapat peristiwa alih kode yang terjadi di dalam Mobil
Satria, dengan suasana santai yakni Satria dan kedua orang tuanya sedang berbincang
- bincang bersama mengenai Satria yang ingin diBinikan oleh Omah. Peristiwa tutur
terjadi pada Ayah Satria, topik pembicaraan yang melatarbelakangi peristiwa alih
kode
tersebut adalah mengenai Omah yang suka menBini – Binikan satria, hingga bermain
aplikasi pencari Bini.
Pada awalnya Ayah Satria berbicara menggunakan bahasa Indonesia yang
kemudian beralih kode menggunakan bahasa Inggris. Penutur beralih kode
menggunakan bahasa Inggris karena penutur dalam keadaan ingin menjelaskan
karakter omah amupun kebiasaan omah dirumah. Terjadinya alih kode pada data (9)
ini ditandai dengan munculnya kalimat Drama queen yang artinya ratu drama atau
orang yang suka berakting.

(10) Ibu Ningsih : "Kamu mau ndo?"


Ningsih : "mau bu".
Omah : " hmm.. Enake mambune, Ini rasanya surga"
Ibu Ningsih : "Rumahnya yang kaya surga bu"
Omah : "bukan... Minum teh jahe dikelilingin temen itu
surga.."
(Calon Bini / 01:00:58)
Pada data (10) terdapat peristiwa alih kode yang terjadi di dalam Rumah
majikan Marni, dengan suasana santai yakni Ningsih,Omah,dan Ibunya Ningsih
sedang minum wedang jahe bersama. Peristiwa tutur terjadi pada Omah dengan
Ningsih dan ibunya. Topik pembicaraan yang melatarbelakangi peristiwa alih kode
tersebut adalah mengenai Omah yang merasa senang dan menikmati wedang jahe
buatan ibunya Ningsih.
Pada awalnya Omah berbicara menggunakan bahasa Jawa yang kemudian
beralih kode menggunakan bahasa Indonesia. Penutur beralih kode menggunakan
bahasa Indonesia karena penutur dalam keadaan ingin menjelaskan perasaan yang
dirasakannya sekarang. Terjadinya alih kode pada data (10) ini ditandai dengan
munculnya kalimat enake mambune yang artinya enak sekali aromanya

(11) Ningsih : "Mas Satria, omah... "


Omah : "Satria, itu Ningsih calon binimu.. "
Sapto : "loh.. Dih ora bisa! Aku ndisek."
Satria : "Aku kesini ingin melamar kamu, sekarang juga"
Sapto : "Emangnya lu bawa cincin berlian berapa karat? "
Satria : "Saya gak bawa cincin, ga bawa ini"
(Calon Bini / 01:24:29)
Pada data (11) terdapat peristiwa alih kode yang terjadi di dalam rumah
Ningsih,

13
dengan suasana tegang. Peristiwa tutur terjadi antara Ningsih, Satria, Omah dan
Sapto. Topik pembicaraan yang melatarbelakangi peristiwa alih kode tersebut adalah
mengenai Satria yang ingin melamar Ningsih. Pada awalnya Omah menyatakan
bahwa Ningsih merupakan calon bini Satria, tetapi Sapto sigap dengan merespon
menolak hal tersebut menggunakan bahasa Jawa yang kemudian beralih kode
menggunakan bahasa Indonesia. Penutur beralih kode menggunakan bahasa
Indonesia karena penutur dalam keadaan ingin menantang terhadap yang diucapkan
Satria. Peralihan kode ini hanya terjadi sebentar, karena Sapto kembali
menggunakan bahasa Jawa, sesuai kode awal.
Terjadinya alih kode pada data (11) ini ditandai dengan munculnya peralihan
bahasa yang dilakukan oleh Sapto. Penggunaan bahasa pertama adalah bahasa Jawa,
kemudian beralih dalam bahasa Indonesia dan kembali pada penggunaan bahasa
awal, yaitu bahasa Jawa. Penggunaan bahasa Jawa ini ditunjukkan dengan adanya
ungkapan loh.. Dih ora bisa! Aku ndisek! (Tidak bisa ! aku duluan !). sedangkan
peralihan bahasa Indonesianya yakni dialog Emangnya lu bawa cincin berlian
berapa karat ?.

14
BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan analisis data tentang alih kode dalam
peristiwa tutur film “Calon Bini”, maka kesimpulan yang diperoleh adalah
jenis alih kode yang mendominasi dalam dialog film “Calon Bini” yakni Alih
kode berdasarkan sifatnya , berupa alih kode sementara meliputi alih kode dari

15
bahasa Indonesia ke bahasa Jawa ke bahasa Indonesia, dari bahasa Indonesia
ke bahasa Inggris ke bahasa Indonesia. Faktor penyebab terjadinya alih kode
dalam film “Calon Bini” ada lima, yaitu (1) pemeran serta, (2) topik
pembicaraan, (3) situasi tutur, (4) tujuan, dan (5) hadirnya orang ketiga. Pada
umumnya kecenderungan alih kode lebih besar kemungkinannya untuk terjadi
dalam wacana lisan. Namun, alih kode dan campur kode dapat juga terjadi
pada wacana tulis yang dilatarbelakangi oleh sebab-sebab tertentu, misalnya
tidak adanya ungkapan yang tepat dalam bahasa yang dipakai itu, sebagai
“pemanis” dalam cerita fiksi (karya sastra), dan sebab-sebab lainnya.

DAFTAR PUSTAKA

Assapari, M. M. (2014). Eksistensi Bahasa Indonesia sebagai Bahasa Nasional dan


Perkembangannya di Era Globalisasi. Prasi, 9(35), 29–37.
https://ejournal.undiksha.ac.id/index.php/PRASI/article/view/8943/5776

Diahloka, C. (2012). PENGARUH SINETRON TELEVISI DAN FILM TERHADAP


PEREKMBANGAN MORAL REMAJA Carmia Diahloka Universitas Tribhuwana

16
Tunggadewi, Malang. Jurnal Reformasi, 2, 23–29.

Farouq, M. A. Y. El. (2019). Analisis Peristiwa Alih Kode dan Campur Kode pada Novel
Negeri 5 Menara Karya Ahmad Fuadi. Hasta Wiyata, 2(2), 14–25.
https://doi.org/10.21776/ub.hastawiyata.2019.002.02.02

Marnetti, N. (2020). Analisis Kesalahan Berbahasa Pada Penulisan Media Luar Ruang di
Kabupaten Indragiri Hilir. Kelasa, 13(2), 117–126.
https://doi.org/10.26499/kelasa.v13i2.70

Noermanzah. (2019). Bahasa sebagai Alat Komunikasi, Citra Pikiran, dan Kepribadian.
Prosiding Seminar Nasional Bulan Bahasa (SEMIBA), 306–319.

Supriani, R., & Siregar, I. R. (2012). Penelitian Analisis Kesalahan Berbahasa. Edukasi
Kultura, 67–76.

Wiratno, T., & Santosa, R. (2014). Bahasa, Fungsi Bahasa, dan Konteks Sosial. Modul
Pengantar Linguistik Umum, 1–19. http://www.pustaka.ut.ac.id/lib/wp-
content/uploads/pdfmk/BING4214-M1.pdf

17

Anda mungkin juga menyukai