BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1990-an, tetapi saat ini tergeser dengan perangkat lunak yang lain terutama
Macromedia Flash.
Dalam beberapa dekade terakhir, proses konversional sudah mulai
ditinggalkan oleh banyak studio. Proses digitalisasi gambar menjadi vektor, dalam
pembuatan bentuk objek, dan pewarnaan semua dikerjakan dengan mudah melalui
komputer. Secara ekonomi, teknik baru dalam pembuatan animasi ini menekan
biaya produksi jauh lebih murah. Selain itu lebih cepat dari pada proses
konvensional yang memakan banyak waktu pengerjaan. Efisiensi yang dapat
dicapai itu menjadikan banyak studio animasi beralih pada teknologi digital dalam
produksi animasi.
2.4. Blender
Blender adalah produk profesional gratis dan perangkat lunak komputer
open-source 3D grafis yang digunakan untuk membuat film animasi, efek visual,
seni, 3D model, aplikasi 3D interaktif dan video game.
Animasi studio Belanda Neo Geo dan Not a Number Technologies (NaN)
mengembangkan Blender sebagai aplikasi in-house, dengan penulis utama adalah
Ton Roosendaal. Nama Blender terinspirasi oleh lagu oleh Yello, dari album Baby.
Ton Roosendaal mendirikan NaN pada Juni 1998 untuk lebih
mengembangkan dan mendistribusikan program. Mereka awalnya didistribusikan
program sebagai shareware sampai NaN bangkrut pada tahun 2002.
Pada tanggal 18 Juli 2002, dalam menanggapi kebangkrutan Roosendaal
memulai kampanye "Free Blender", sebagai crowdfunding prekursor awal.
Kampanye ini bertujuan untuk open-sourcing Blender untuk pembayaran satu kali
dari € 100.000 (US $ 100.670 pada saat itu) yang dikumpulkan dari masyarakat.
Pada tanggal 7 September 2002, diumumkan bahwa mereka telah mengumpulkan
cukup dana dan akan merilis kode sumber Blender. Hari ini, Blender adalah
perangkat lunak bebas, open-source dan terlepas dari Blender Institute's two half
time dan two full-time employees yang dikembangkan oleh masyarakat.
Yayasan Blender awalnya memiliki hak untuk menggunakan lisensi
ganda, sehingga, selain GPL, Blender akan tersedia juga di bawah Lisensi Blender
yang tidak memerlukan kode sumber tetapi pembayaran diperlukan untuk Blender
Foundation. Namun, mereka tidak pernah melaksanakan opsi ini dan
ditangguhkan tanpa batas waktu di tahun 2005. Saat ini, Blender adalah semata-
mata tersedia di bawah GNU GPL.
Ekspor Web
Blend4Web, kerangka WebGL open source, dapat digunakan untuk
mengkonversi adegan Blender keseluruhan dengan grafis, animasi, suara
12
dan fisika untuk bekerja di browser web standar. Ekspor dapat dilakukan
dengan satu klik, bahkan sebagai halaman web mandiri.
Pengembangan
Sejak pembukaan sumber, Blender telah mengalami refactoring signifikan
dari basis kode awal dan penambahan besar untuk set fitur tersebut.
Perbaikan meliputi sistem animasi penyegaran; sistem pengubah berbasis
tumpukan; sistem partikel diperbarui (yang juga dapat digunakan untuk
mensimulasikan rambut dan bulu); dinamika fluida; dinamika lembut
tubuh; shader GLSL dukungan [29] dalam mesin permainan; canggih UV
membuka bungkusan; sepenuhnya recoded membuat pipa, sehingga
terpisah membuat berlalu dan "membuat tekstur"; simpul berbasis editing
materi dan compositing; dan lukisan proyeksi. Bagian dari perkembangan
tersebut didorong oleh musim panas Google program Code, di mana
Blender Foundation telah berpartisipasi sejak tahun 2005.
Indonesia (PBI (1931), Pendiri dan Ketua Partai Indonesi Raya (Parindra) yang
merupakan Penggabungan Budi Utomo dan PBI. Soetomo lahir di Desa Ngepeh,
kabupaten Nganjuk, hari Minggu Legi, 30 Juli 1888. Pemuda itu oleh ayahnya
diberinama Soenroto; namanya diganti ketika dia mengikuti sekolah rendah
Belanda (ELS) di Bangil. Soetomo memasuki sekolah kedokteran (STOVIA) pada
tanggal 10 Januari 1903, dan dalam masa kemahasiswaannya inilah ia tampil
sebagai penggerak utama berdirinya Boedi Oetomo pada bulan Mei 1908.
Setelah menyelesaikan studi 11 April 11, Soetomo menjalani pola
kebiasaan berpindah-pindah dari satu tempat ke tempat lain. Mula-mula ia bekerja
di Lubuk Pakam, sebuah kota kecil dekat Medan, kemudian berturut-turut pindah
ke Malang, Kepanjen, Magetan, dan Blora. Di rumah sakit Blora pada tahun 1917,
ia berkenalan dengan seorang perawat berkebangsaan Belanda, Ny. E. J. de Graff
yang suaminya telah meninggal beberapa tahun sebelumnya. Pada tahun itu juga
kemudian mereka menikah secara islam.
Dari blora, Soetomo dipindahkan ke Baturaja, Sumatra Selatan. Di
tempat kerjanya yang baru ini, Soetomo mengajukan usul kepada pimpinan Dinas
Kesehatan Rakyat, agar orang Indonesia yang Inlandsch Aris diberi kesempatan
untuk belajar di Negeri Belanda. Ia (dan dr. Muhammad Sjaaf) merupakan yang
pertama yang terpilih untuk kesempatan studi tersebut, dan Soetomo beserta
istrinya berangkat ke Negeri Belanda pada bulan November 1919.
Soetomo didaftarkan pada Universitas Amsterdam dengan nomor D. 355
pada tanggal 22 Desember 1919 dan lulus dengan mendapat gelar Arts pada
tanggal 2 Desember 1921. Setelah pelantikannya ia bekerja dengan Profesor S.
Mendes da Costa, seorang ahli dermatologi kenamaan, dan melanjutkan studi
untuk spesialisasi dalam penyakit kulit dan kelamin pada universitas Hamburg di
bawah bimbingan Guru Besar Jerman terkenal yaitu P.G. Unna da H.C. Plaut.
Selama berada di Negeri Belanda, Soetomo sangat aktif di Indische Vereeniging
dan merupakan pemggerak dalam perubahan perkumpulan tersebut menjadi
perhimpoenan Indonesia tahun 1922.
Soetomo kembali ke Indonesia pertengahan tahun 1923 dan ditugaskan di
Surabaya. Sejak itu, ia bekerja di Rumah Sakit Umum (CBZ) dan NIAS. Tetapi,
14
Soetomo pada waktu itu juga menerjunkan diri ke dalam berbagai kegiatan
politik. Indische Studieclub didirikan pada tanggal 11 Juli 1924 dan di bawah
pimpinan Soetomo melaksanakan kegiata-kegiatan yang menakjubkan, tidak
hanya dalam bidang politik , tetapi juga dalam lapangan sosial ekonomi. Sebagai
“Pak Tom” , Soetomo menjadi seorang tokoh nasional.
Pada bulan Januari 1928, Soetomo ketua dewan penasehat sebuah
organisasi yang baru dibentuk (tetapi tidak begitu berhasil) yaitu, Permoefakatan
Perhimpoenan Politik Kebangsaan Indonesia (PPPKI). Dalam bulan Januari 1931,
Stdieclub diubah menjadi persatoean Bangsa Indonesia (PBI) dan dalam bulan
Desember 1935, Soetomo dengan sukses berhasil menyatukan PBI dengan Boedi
Utomo menjadi satu partai, yaitu Partai Indonesia Raya (Parindra).
Dalam bulan Maret 1936, Soetomo melakukan studi-tour selama satu
tahun berbagai Negara, jaitu Jepang, Singapura, India, Sri Langka, Mesir, Negeri
Belanda, Inggris, Turki, dan Palestina. Bangsa Indonesia mendapat informasi
yang sangat berharga dari dari pengalamannya dan pikiran-pikirannya yang secara
tetap disumbangkannya lewat harian Soeara Oe-moem dan Koran-koran lain.
Segera setelah Soetomo kembali ke Indonesia, ia mulai menderita berbagai
penyakit dan meninggal dunia pada tanggal 30 Mei 1938, sebelum mencapai umur
50 tahun. Menurut keinginannya yang terakhir, Pak Tom dimakamkan di halaman
gedung Nasional Indonesia di antara rakyat bangsanya.
Pahlawan Pendidikan
Belum genap 20 tahun usianya ketika ia bersama kawan-kawan dekatnya
di STOVIA mendirikan Budi Oetomo. Dan belum 50 tahun umurnya ketika ia
meninggalkan segala sesuatu yang selalu disebutnya “dunia yang fana inji” untuk
selama-lamanya. Namun, pengabdiannya selama lebih kurang 30 tahun akan
membuat tidak seorang pun yang mengerti makna kemerdekaan akan melupakan
peranan dan sumbangan dr. Soetomo. Meskipun kaitan historis antara
kemerdekaan Indonesia dan peran tokoh perintis seperti dia tidak terpisahkan,
tetapi pada generasi-generasi yang semakin jauh pada masa perjuangan
kemerdekaan kaitan itu bisa melonggar, bahkan mungkin suatu kali bisa lepas.
15
Kemerdekaan bisa lalu tanpa perjuangan serta tanpa pengorbanan generasi yang
mendahuluinya.
Amnesia sejarah sebagaimana sejenis penyakit kolektif bukan
menggenjala tanpa sebab. Dan pula tidak tanpa akibat. Salah satu penyebab yang
amat “praktis” adalah langkanya ungkapan-ungkapan yang tersedia di masyarakat
yang dapat berfungsi sebagai “pengikat” yang merekam kenyataan-kenyataan
sejarah, khususnya hubungan yang tidak terpisahkan antara perjuangan dan
kemerdekaan. Sedang sebagai akibat yang langsung diderita dari amnesia sejarah
dalam hubungan ini adalah terurainya makna kemerdekaan dari keharusan dan
pengertian tentang pengorbanan.Sebagai pengantar mengenai tokoh Soetomo,
tulisan ini lebih sekedar sebuah pengkajian obyektif, ia bernada apresiatif, malah
di sana sini cenderung “membela”. Van der Veur berusaha menempatkan Soetomo
dalam sejarah pergerakan nasional sesuai dengan peran yang ia lakukan.
Misalnya, terhadap penilaian Bernard Dahm yang menyebut Soetomo tidak
melihat adanya hal yang semacam itu pada diri asoetomo. Di pihak lain pilihan
kedua yaitu karangan “Bunga Rampai Karangan Soetomo” yaitu “Kenang-
kenangan: Beberapa pungutan kisah penghidupan orang pertama pada tahun 1934-
diharapkan dapat pula memberi gambaran dari berbagai sudut tentang kehidupan
Soetomo sebagai pelopor kemerdekaan. Pikiran serta cita-citanya terlukis secara
padat dan ringkas dalam “Bunga Rampai Karangan Soetomo”.
Sedangkan kenang-kenangan : Beberapa pungutan kisah penghidupan
orang yang bersangkutan dengan penghidupan diri saya”, memberi latar belakang
riwayat hidup Soetomo, khususnya latar belakang keluarga serta teman-teman
sejawatnya dengan siapa ia tumbuh berkembang menjadi salah satu tokoh
nasional. Kisah-kisah yang terangkai dari ketiga karangan lepas ini mampu secara
bersama mengungkapakan diri Soetomo lebih lengkap.
semacam ini amat melukai hatinya. Fitnahan itu secara langsung menyangkut
harkat dan martabatnya sebagai tokoh Jawa. Sehingga suatu kali salah seorang
sahabatnya, seorang aktivis terkemuka (orang Barat) menasihatinya, “Soetomo
badanmu itu terlalu lembek, perasaanmu terlalu halus guna berjuang di lapangan
politik. Undurlah dirimu dari lapangan ini. (Kenang-kenangan: Beberapa
Poengoetan kissah Peghidoepan orang jang bersangkoetan dengan penghidoepan
diri saja).
Soetomo bergulat dengan “kelemahan internal” yang disadarinya. Dan
mungkin ia “terlalu Jawa” untuk masa-masa lebih kompleks dan berjangkauan
luas sesudah periode Boedo Oetomo. Bagaimanapun kedudukannya dalam sejarah
nasional tak tergoyahkan. Ia salah seorang pemula gerakan nasional. Pendiri
Indonesiche Studieclub di Surabaya tahun 1924, Partai Bangsa Indonesia tahun
1930 dan Parindra tahun 1935. Sampai akhir hayatnya ia tetap mengabdikan diri.
Kepribadiannya tak sempat dirusakkan oleh kedudukan, korupsi serta kekayaan
dan kehidupan berjumpa dari corak dan gaya hidup kalangan priayi pada masa itu.
Soetomo tampil sebagai pelopor gerakan tanpa cacat pribadi. Dengan riwayat
semacam itu, dapat dikatakan bahwa Soetomo adalah seorang putra yang
dilahirkan di dalam haribaan sejarah dan budaya Indonesia untuk mendukung
suatu tugas tertentu yang cocok dengan fase awal dari perjuangan kemerdekaan
republik Indonesia.
Masa yang disebut masa colonial dr. Soetomo masih saja dianggap
seorang dokter bumi putra sedangkan istri beliau seorang bekas juru rawat,
walaupun seorang Belanda., tetap dianggap sebagai juru rawat, bukannya istri
seorang dokter. Dr. Soetomo ciri khasnya sebagai seorang manusia ialah kebaikan
hatinya, kejujurannya, kesederhanaannya dan kebenciannya terhadap apa-apa
yang berbau korupsi; ini benar-benar sifat yang luar biasa yang dimiliki oleh
seseorang di duniaini. Ia juga seorang yang tabah hati, yang segan atau enggan
berbicara tentang dirinya sendiri, sebaliknya dia suka memuji kebaikan orang lain.
Pernyataan-pernyataan yang menunjukkan Soetomo dan teman-temannya
di STOVIA sebagai pendiri Boedi Oetomo telah dibuat oleh banyak sarjana asing.
Pernyataan-pernyataan demikian itu juga telah dibuat oleh tokoh-tokoh terkemuka
18
bangsa Indonesia seperti Profesor dr. Sardjito, Mr. Soesanto Tirtoprodjo, dr.
Angka, dan dr. Kadijat. Karena beberapa di antara mereka ini ada di STOVIA
pada saat Boedi Oetomo didirikan, maka pernyataan-pernyataan mereka tentulah
memiliki bobot kebenaran yang tidak dapat diabaikan.
Prinsip-prinsip Soetomo
1. Persatuan Indonesia Paling Utama
Soetomo adalah seorang nasionalisme Indonesia. Akan tetapi
bagaimanapun juga ia seperti kebanyakan nasionalisme lainnya, sering menemui
kesulitan dalam menyajikan atau menggambarkan sikap pandangan Indonesia.
Tulisan-tulisannya jelas menghindari idiologi Barat. Tulisan-tulisan tersebut
berorientasikan Hindu-Jawa dengan mengaitkannya kepada kejadian-kejadian
dalam cerita Ramayana dan Mahabarata, pandangan Gandhi dan Tagore serta
kebajikan bersemedi (meditasi).
Ketika berada di Jawa Tengah dan Jawa Timur, ia benar-benar merasa “di
rumah sendiri”. Organisasi-organisasi politik yang dibentuknya didominasikan
oleh kaum intelektual Jawa. Ia menggambarkan permainan gamelan untuk
melukiskan bagaimana seharusnya masyarakat berfungsi, yakni bahwa di
dalamnya “setiap orang ikut sebagai suatu kesatuan” bahwa setiap orang harus
tahu “irama yang harus diikuti”, kapan ia “harus bermain” dan kapan “harus
berhenti”
“Persatuan” bukannlah harus dicapai dengan segala daya upaya. Soetomo
secara tandas menolak untuk menjadi seorang “politikus” dan ia lebih suka hidup
dengan kejujuran. Berbicara terus terang, dan tidak korupsi. Kenyataan haruslah
dihadapi; perbedaan-perbedaan haruslah diterima, tetapi janganlah diperuncing;
dan kebenaran yang pahit sekalipun rasanya hendaklah diakui, paling tidak sekali
pada suatu waktu.
19
yang ada pada Budi Utomo. Waktu itu sudah banyak berdiri partai politik. Karena
itu, ia ikut giat mengusahakan agar Budi Utomo bergerak di bidang politik dan
keanggotaannya terbuka buat seluruh rakyat.
Kemudian pada tahun 1924, ia mendirikan Indonesische Studie Club (ISC)
yang merupakan wadah bagi kaum terpelajar Indonesia. ISC berhasil mendirikan
sekolah tenun, bank kredit, koperasi, dan sebagainya. Pada tahun 1931 ISC
berganti nama menjadi Persatuan Bangsa Indonesia (PBI). Di bawah
pimpinannya, PBI berkembang pesat.
Sementara itu, tekanan dari Pemerintah Kolonial Belanda terhadap
pergerakan nasional semakin keras. Lalu Januari 1934, dibentuk Komisi BU-PBI,
yang kemudian disetujui oleh kedua pengurus-besarnya pertengahan 1935 untuk
berfusi. Kongres peresmian fusi dan juga merupakan kongres terakhir BU,
melahirkan Partai Indonesia Raya atau disingkat PARINDRA, berlangsung 24-26
Des 1935. Sutomo diangkat menjadi ketua. Parindra berjuang untuk mencapai
Indonesia merdeka
Selain bergerak di bidang politik dan kedokteran, dr. Sutomo juga aktif di
bidang kewartawanan. Ia bahkan memimpin beberapa buah surat kabar. Dalam
usia 50 tahun, ia meninggal dunia di Surabaya pada tanggal 30 Mei 1938.
Tempoe Doeloe
Tempoe Doeloe tidak ada satupun rakyat Soerabaia yang tidak kenal nama
Dokter Soetomo. Mereka sering menyebutnya Pak Tom, begitu saja. Tidak ada
yang berani mengatakannya dengan gaya cengengesan.
Bayangkan, ia dikenal sebagai dokter sukarela. Artinya, dipanggil tengah malam
pun bersedia. Tidak dibayar pun juga tidak apa-apa. Dan itu semua ia lakukan
setulus hati. Lha siapa yang tidak terharu demi melihat sikapnya yang demikian
itu.
Lahir di Desa Ngapeh, Nganjuk 30 Juli 1888. Ayah Sutomo, Raden
Suwaji, adalah seorang priyayi pegawai pengreh yang maju dan modern.
Beruntunglah Sutomo, karena dibesarkan di keluarga yang berkecukupan,
terhormat dan sangat memanjakannya. Limpahan kasih sayang, tertuju pada
Sutomo kecil, terutama dari sang kakek dan nenek. Kakek Sutomo bernama R Ng
23
Suatu malam, Pak Lurah datang ke rumah menemui kakek saya. Dalam
pembicaraan dengan kakek saya, Pak Lurah yang biasanya bersuara lantang, saat
itu bicaranya pelan-pelan dan cenderung berbisik dan tampak serius sekali,
bahkan begitu seriusnya Pak Lurah tidak menyentuh hidangan yang disajikan
Beberapa hari kemudian, menurut Bulik saya ada beberapa pria tak dikenal yang
“sliweran” di depan dan di belakang rumah. Kata Bulik saya – para pria itu
bertampang “sangar” dan serius. Para pria itu mengamati rumah dan rumah
tetangga sekitar berkali-kali.
Menjelang Maghrib ada jip terbuka berhenti di depan rumah yang
ditumpangi oleh lima pria bersenjata. Yang mengemudikan jeep berpistol
dipinggang, sedangkan penumpang yang lain bersenjata laras panjang. Jeep itu
hanya berhenti sebentar – kemudian menghilang lagi. Tak lama kemudian datang
dua jeep beriringan. Jeep pertama ditumpangi oleh lima pria bersenjata. Jeep
kedua ditumpangi empat orang, tiga pemuda dan seorang wanita hamil. Satu dari
pemuda itu turun dari jeep kedua disertai wanita yang sedang hamil, kemudian
dua pemuda yang naik jeep pertama turun dengan sigap mengawal pemuda dan
wanita hamil.
Dalam waktu yang hampir bersamaan, Pak Lurah masuk kerumah dari
halaman belakang rumah dan mencari kakek saya, kemudian bersama-sama
menyambut dan mempersilahkan pemuda bersama wanita hamil masuk kerumah.
Setelah bersalaman kakek mengantar pemuda dan wanita hamil masuk ke kamar
depan. Tapi sang pemuda enggan masuk ke kamar depan dan minta diantar ke
kamar dibelakang.
Setelah berbincang sejenak, pemuda tadi meninggalkan wanita yang hamil
di kamar belakang kemudian pemuda tadi bersama pengawalnya keluar dan naik
jeep lagi entah pergi kemana.
Ternyata tamu misterius itu adalah SOETOMO yang oleh arek Suroboyo
biasa dipanggil Bung Tomo sedang mengungsikan isterinya yang sedang hamil 7
bulan – mengandung putra pertamanya yang kelak diberi nama Bambang
Sulistomo
27
Dua minggu kemudian Bung Tomo dan isterinya pindah ke salah satu
rumah di Jl. Dr. Soetomo Madiun. Pertimbangan tinggal di Jl. Dr. Soetomo adalah
karena rumah tersebut dekat dengan rumah sakit satu-satunya yang ada di kota
Madiun, mengingat isterinya sedang hamil tua.
Ketika perang usai, Ibu Sulistina sering berkorespondensi dengan Bulik
saya, tetapi ketika saya tanya, “apakah masih ada surat-surat dari Bu Sulistina,?”
jawab Bulik saya, “wis ra ono kabeh”.
Suatu ketika saya pernah tanya ke Ibu saya: “Mami koq tak pernah cerita
sama anak-anaknya kalau dulu dijaman perang, Bung Tomo pernah ngungsi di
rumah madiun?” Ibu saya hanya termenung lama, kemudian jawabnya: “Lha
piyee, aku mbiyen karo adik-adik setengahe disumpah karo Bapak, yo Eyangmu
kuwi, supaya gak cerito karo sopo wae soal Bung Tomo”. Tetapi Ibu saya
membenarkan cerita Bulik saya.
Sekarang ini, Ibu saya (R. Ngt. Soetarti) sudah tua dan telah berusia 85
tahun.
11) Kejujuran,
12) Akhlak Mulia.
Hal yang sama juga berlaku untuk mata pelajaran matematika, bahasa
Inggris, fisika, biologi, kimia, dan mata pelajaran lainnya.
INS kemudian merupaka singkatan dari “Indonesia National School”
menitikberatkan pendidikannay pada dunia kerja. INS menyelenggarakan
pendidikan pada jenjang berikut
a. Ruang bawah, yakni setara dengan Sekolah Rendah atau Sedkolah Dasar. Lma
pendidikannya tujuh tahun.
b. Ruang Atas, yakni setar dengan Sekolah Menengah Lama Pendidikannya enam
tahun.
Tujuan sekolah yang diselenggarakan oleh Mohammad Syafei adalah:
1. Mendidik anak-anak agar mampu berpikir secara rasional;
2. Mendidik anak-anak agar mampu bekerja secara teratur dan bersungguh-
sungguh;
3. Mendidik anak-anak agar menjadi manusia yang berwatak baik
4. Menanamkan rasa persatuan.
5. Alhasil peserta didik disiapkan untuk menjadi insan mandiri dan
wirausahawan yang menciptakan lapangan kerja, bukan pegawai. Hal yang
amat berbeda dengan pola pendidikan di Jawa yang disiapkan untuk menjadi
pegawai negeri.
Dasar pendidikan yang dikembangkan adalah kemasyarakatan keaktifan,
kepraktisan, serta berpikir logis dan rasional. Berkenaan dengan itulah maka isi
pendidikan yang dikembangkannya adalah bahan-bahan yang dapat
mengembangkan pikiran, perasaan, dan keterampilan atau yang dikenal dengan
3H.
Pada umur 15 tahun, ia pergi haji dan tinggal di Mekah selama lima tahun.
Pada periode ini, Ahmad Dahlan mulai berinteraksi dengan pemikiran-pemikiran
pembaharu dalam Islam, seperti Muhammad Abduh, Al-Afghani, Rasyid Ridha
dan Ibnu Taimiyah. Ketika pulang kembali ke kampungnya tahun 1888, ia
berganti nama menjadi Ahmad Dahlan.
Pada tahun 1903, ia bertolak kembali ke Mekah dan menetap selama dua
tahun. Pada masa ini, ia sempat berguru kepada Syeh Ahmad Khatib yang juga
guru dari pendiri NU, KH. Hasyim Asyari. Pada tahun 1912, ia mendirikan
Muhammadiyah di kampung Kauman, Yogyakarta.
Sepulang dari Mekkah, ia menikah dengan Siti Walidah, sepupunya
sendiri, anak Kyai Penghulu Haji Fadhil, yang kelak dikenal dengan Nyai Ahmad
Dahlan, seorang Pahlawanan Nasional dan pendiri Aisyiyah. Dari perkawinannya
dengan Siti Walidah, KH. Ahmad Dahlan mendapat enam orang anak yaitu
Djohanah, Siradj Dahlan, Siti Busyro, Irfan Dahlan, Siti Aisyah, Siti Zaharah.[1]
Di samping itu, KH. Ahmad Dahlan pernah pula menikahi Nyai Abdullah,
janda H. Abdullah. la juga pernah menikahi Nyai Rum, adik Kyai Munawwir
33
Krapyak. KH. Ahmad Dahlan juga mempunyai putera dari perkawinannya dengan
Nyai Aisyah (adik Adjengan Penghulu) Cianjur yang bernama Dandanah. Ia
pernah pula menikah dengan Nyai Yasin Pakualaman Yogyakarta.
Kedua orang tua dan kehidupan rumah tangga K.H. Ahmad Dahlan
adalahpusat dan sumber pembinaan mental jiwa agama , intelektual dan karakter
pribadi K.H. Ahmad Dahlan terbentuk, K.H. Ahmad dahlan belajar segala ilmu
agama dan cabang-cabangnya , pertama dengan kesedua orang tuanya, selanjutnya
suka belajar sendiri membaca kitab-kitab akarangan ulama-ulama Mesir, Hijaz
(Arab) dan sebaaginya, meskipun ilmunya juga didapat diwaktu di Mekah
(bermukim di sana)., Di samping itu, beliau suka memperluas ilmu dan
penyelidikannya sapai pada haqqul yaqin.
K.H. Ahmad Dahlan yang semula di kenal sebagai pedagang, Guru Agama
dan Khotib Mesjid besar Kauman juga sebagi seorang mualim yang berani dan
bijaksana berpikiran merdeka, toleran dalam ppergaulan, tampak kelembutan
budi, peramah serta cintasesama manusia, cinta fakir miskin, tenang menghadapi
persoalan dan fasih, jelas kata-katanya, berbicaarmudah diterima, mudah
dipahami.
K.H. Ahmad dahlan selalu dapat meletakkan segala persoalan dan sesuatu
di tempat semestinya, melakukan suatu perkara dengan tidak tergesa-gesa, selalu
menggunakan kecerdasan akalnya.
Kencintaan dan kasih sayang pada fakir miskin tampak jelas, suatu ketika
diajaknya murid-murid dan santrinya beliau melaksanaakn surat Al Ma’un.
disuruhnya setiap santri membawa fakir miskin, dicarinya fakir miskin di pasar
Bringharjo, di jalan Malioboro, di sekita alun-alun utara, dibawanya fakir miskin
ke Mesjid Besar di sana diberinya sandang dan pangan di samping tuntunan
agama Islam.
K.H. Ahmad Dahlan meruapakan salah satu tokoh Islam yang sangat giat
memperjuangkan kemajuan umat Islam melalui bidang pendidikan. Dia adalah
seorang tokoh pendiri Muhammadiyah pada tahun 1912 di Yogyakarta.
Ada beberapa hal yang melatarbelakangi K.H. Ahmad Dahlan mendirikan
Muhammadiyah ini :
34
oleh para ulama, dan berorentasi tradisional. Maksud perkumpulan N.U. adalah
memegang teguh salah satu mazhab dari madzhab Imam yang berempat, yaitu : 1.
Syafi’i, 2. Maliki, 3. Hanafi, 4. Hambali, dan mengerjakan segala yang
menjadikan kemaslahatan untuk agama Islam..
Hasyim Asy’ari dilahirkan pada tanggal 14 Februari 1871 di Jombang
Jawa Timur. Beliau berjasa besar dalam mendirikan organisasi Islam terbesar di
Indonesia yaitu Nahdlatul Ulama (NU) yang didirikan pada tanggal 31 Januari
1926. Di samping mendirikan NU, KH. Hasyim Asy’ari dalam rangka
merealisasikan cita-citanya, mendirikan pesantren Tebuireng di Jombang pada
tahun 1899. Mula-mula ia belajar agama Islam pada ayahnya sendiri Kyi Asy’ari.
Kemudian ia belajar ke pondok pesantren di Purbolinggo, kemudian pindah lagi
ke Plangitan, Semarang, Madura, dan lain-lain.
Sewaktu ia belajar di Siwalan Panji (Sidoarjo) pada tahun 1891, Kyi
Ya’kub yang mengajarnya tertarik kepada tingkah lakunya yang baik dan sopan
santunnya yang halus, sehingga ingin mengambilnya sebagai menantu, dan
akhirnya ia dinikahkan dengan putri Kyainya itu bernama Khadijah (tahun 1892).
Tidak lama kemudian ia pergi ke Makkah bersama istrinya untuk menunaikan
ibadah haji dan bermukim selama satu tahun, sedang istrinya meninggal di sana..
Pada kunjungan yang kedua ke Makkah ia bermukim selama delapan
tahun untuk menuntut ilmu agama Islam dan bahasa Arab. Sepulang dari Makkah
ia membuka pesantren untuk mengamalkan dan mengembangkan ilmu
pengetahuanya, yaitu Pesantren Tebuireng di Jombang (Pada tanggal 26 Rabi’ul
Awal tahun 1899 M).
Pembaharuan Tebuireng yang pertama ialah dengan mendirikan Madrasah
Salafiyah (tahun 1919) sebagai tangga untuk memasuki tingkat menengah
pesantren Tebuireng.
Pada tahun 1929 KH Hasyim Asy’ari menunjuk KH Ilyas menjadi kepala
Madrasah Salafiyah. (Mahmud Yunus, 1979: 235). Dengan demikian KH Ilyas
dapat melaksanakan hasratnya untuk memperbaharui keadaan dalam pesantren
Tebuireng menurut cita-cita pendirinya KH. Hasyim Asy’ari.
Setiap bulan Sya’ban para kyai dari berbagai daerah mengunjungi
pesantren Tebuireng untuk belajar selama satu bulan. Sebagai ilustrasi tentang
pengakuan terhadap keahlianya. Dapat disebutkan bahwa seorang bekas gurunya
38
panjangnya, dalam pengabdian serta perjuangan untuk agama, bangsa dan negara,
telah terukir alam tinta mas.
Pengabdian serta perjuangan telah terbukti dengan kepribadiannya selama
masa revolusi fisik untuk merebut dan mempertahankan kemerdekaan negara
republik Indonesia ini, dan selanjutnya mengisi kemerdekaan tersebut melalaui
bidang pendidikan dan pengajaran. Bukan cuma itu, buah pemikiran beliau yang
dituangkan ke dalam sejumlah kitab, masih banyak yang belum diketahui.
Melukiskan orang besar sekaliber KH. M. Hasyim Asy?ari, serta pemikirannya
bukanlah suatu yang mudah, karena ada kehawatiran akan mereduksi gambaran
sang tokoh dan karya-karyanya. Namun masih tersisa harapan, semoga hal
tersebut dapat merangsang pembaca untuk menggali lebih dekat, baik seputar
kelahiran, keluarga, perjalanan studi, gagasan-gagasan besar dan peninggalan
yang harus dirawat, serta pemikiran beliau yang dituangkan dalam karya kitab-
kitab yang berbahasa Arab (kitab kuning). Kelahiran dan Masa Kecil tidak jauh
dari jantung kota Jombang ada sebuah dukuh yang bernama Ngedang Desa
Tambak Rejo yang dahulu terdapat Pondok Pesantren yang konon pondok tertua
di Jombang, dan pengasuhnya Kiai Usman. Beliau adalah seorang kiai besar, alim
dan sangat berpengaruh, istri beliau Nyai Lajjinah dan dikaruniai enam anak.
KH Hasyim Asyari belajar dasar-dasar agama dari ayah dan kakeknya,
Kyai Utsman yang juga pemimpin Pesantren Nggedang di Jombang. Sejak usia 15
tahun, beliau berkelana menimba ilmu di berbagai pesantren, antara lain Pesantren
Wonokoyo di Probolinggo, Pesantren Langitan di Tuban, Pesantren Trenggilis di
Semarang, Pesantren Kademangan di Bangkalan dan Pesantren Siwalan di
Sidoarjo.
Pada tahun 1892, KH Hasyim Asyari pergi menimba ilmu ke Mekah, dan
berguru pada Syekh Ahmad Khatib Minangkabau, Syekh Mahfudh at-Tarmisi,
Syekh Ahmad Amin Al-Aththar, Syekh Ibrahim Arab, Syekh Said Yamani, Syekh
Rahmaullah, Syekh Sholeh Bafadlal, Sayyid Abbas Maliki, Sayyid Alwi bin
Ahmad As-Saqqaf, dan Sayyid Husein Al-Habsyi.
Bagi kaum Wanita apa yang telah diperjuangkan oleh Raden Ajeng Kartini
memang sangat berpengaruh baik. Terbayang jika di era modern ini Wanita masih
belum mengenal emansipasi dan tidak mendapat jenjang pendidikan yang layak,
tentu banyak generasi muda bangsa yang tidak berpendidikan. Raden Ajeng
Kartini lahir pada tahun 1879 di kotaRembang. Ia anak salah seorang bangsawan
yang masih sangat taat pada adat istiadat. Setelah lulus dari Sekolah Dasar ia tidak
diperbolehkan melanjutkan sekolah ke tingkat yang lebih tinggi oleh orang
tuanya. Ia dipingit sambil menunggu waktu untuk dinikahkan. Kartini kecil sangat
sedih dengan hal tersebut. Ia ingin menentang tapi tak berani karena takut
dianggap anak durhaka. Untuk menghilangkan kesedihannya, ia mengumpulkan
buku-buku pelajaran dan buku ilmu pengetahuan lainnya yang kemudian
dibacanya di taman rumah dengan ditemani Simbok (pembantunya).
Akhirnya membaca menjadi kegemarannya, tiada hari tanpa membaca.
Semua buku, termasuk surat kabar dibacanya. Kalau ada kesulitan dalam
memahami buku-buku dan surat kabar yang dibacanya, ia selalu menanyakan
kepada Bapaknya. Melalui buku inilah, Kartini tertarik pada kemajuan berpikir
wanita Eropa (Belanda, yang waktu itu masih menjajah Indonesia). Timbul
keinginannya untuk memajukan wanita Indonesia. Wanita tidak hanya didapur
tetapi juga harus mempunyai ilmu. Ia memulai dengan mengumpulkan teman-
teman wanitanya untuk diajarkan tulis menulis dan ilmu pengetahuan lainnya. Di
tengah kesibukannya ia tidak berhenti membaca dan juga menulis surat dengan
teman-temannya yang berada di negeri Belanda. Tak berapa lama ia menulis surat
pada Mr.J.H Abendanon. Ia memohon diberikan beasiswa untuk belajar di negeri
Belanda.
Beasiswa yang didapatkannya tidak sempat dimanfaatkan Kartini karena ia
dinikahkan oleh orang tuanya dengan Raden Adipati Joyodiningrat. Setelah
menikah ia ikut suaminya ke daerah Rembang.
Suaminya mengerti dan ikut mendukung Kartini untuk mendirikan sekolah
wanita. Berkat kegigihannya Kartini berhasil mendirikan Sekolah Wanita di
Semarang, Surabaya, Yogyakarta, Malang, Madiun, Cirebon dan daerah lainnya.
Nama sekolah tersebut adalah “Sekolah Kartini”. Ketenarannya tidak membuat
42
Kartini menjadi sombong, ia tetap santun, menghormati keluarga dan siapa saja,
tidak membedakan antara yang miskin dan kaya.
Pada tanggal 17 September 1904, Kartini meninggal dunia dalam usianya
yang ke-25, setelah ia melahirkan putra pertamanya. Setelah Kartini wafat, Mr.J.H
Abendanon memngumpulkan dan membukukan surat-surat yang pernah
dikirimkan R.A Kartini pada para teman-temannya di Eropa. Buku itu diberi judul
“DOOR DUISTERNIS TOT LICHT” yang artinya “Habis Gelap Terbitlah
Terang”.
biasa. Semuanya mempunyai hak yang sama dalam segala hal, bukan itu saja
karya-karya beliau, persamaan hak antara kaum laki-laki dan kaum wanita tidak
boleh ada perbedaan. Beliau juga mempunyai keyakinan bahwa kecerdasan rakyat
untuk berpikir, tidak akan maju jika kaum wanita ketinggalan.
Inilah perjuangan Raden Ajeng Kartini yang telah berhasil menempatkan
kaum wanita d tempat yang layak, yang mengangkat derajat wanita dari tempat
gelap ke tempat yang terang benderang. sesuai dengan karya tulis beliau yang
terkenal, yang berjudul “Habis Gelap Terbitlah Terang”.
Perjuangan RA Kartini dalam Lapangan Pendidikan
Dalam hal pendidikan di sekolah, Kartini menganjurkan agar anak-anak
diberi pendidikan modern. Ini bukan berarti R.A. Akan membelandakan atau
mengeropakan orang Indonesia. Mereka tetap sebagai orang Indonesia .
Maksudnya, bahwa segi pendidikan yang baik dari luar yang diambil dicapur dari
segi yang baik pula dari Indonesia.
Dari gabungan itu, Kartini bercita-cita memajukan pendidikan dan
kebudayaan Indonesia. Keinginan itu ditulis dalam suratnya tertanggal 10 Juni
1902 yaitu yang ditunjukan kepada Ny. Abendanon antara lain: Kami sekali-kali
tiada hendak menjadikan murid-murid kami jadi setengah orang Eropa atau orang
jawa kebelanda-belandaan. Maksud kami dengan mendidik akan menjadikan
orang Jawa itu, orang yang berjiwa karena cinta dan gembira akan tanah air dan
bangsanya. Dalam salah satu surat yang lain Kartini berpendapat: bila barang
sesuatu yang bagus daripada bangsa yang satu dicampur dengan barang sesuatu
yang bagus daripada bangsa lain, maka akan timbul yang baik
Hal-hal yang diperjuangkan R.A.Kartini :
a. Kartini selalu menganjurkan agar kaum dan bangsanya mau mengambil dan
meniru segi-segi yang baik dari Barat.
b. Kartini menganjurkan agar pendidikan budi pekerti dipehatikan.
c. Yang memegang peranan penting dalam hal pendidikan
d. Pembelajaran bahasa Melayu atau bahasa Indonesia, dan bahasa Belanda
hendaknya diajarkan di sekolah tidak hanya pelajaran membaca, menulis, dan
berhitung.
44
sekolah sampai kelas 2 B. Di sekolah itu, dia memperoleh pendidikan dasar yaitu
membaca, menulis dan bahasa Belanda. Selain itu, dia mempunyai banyak teman
dari bangsa sendiri maupun dari bangsa Belanda. Meskipun dia bersekolahnya
hanya sebentar, namun semangat untuk belajar masih sangat besar. Dia mencari
ilmu dari kehidupan diri sendiri dan lingkungan sekitarnya, sampai dia berhasil
menjadi pimpinan salah satu sekolah. Walaupun tangan kanannya cedera gara-
gara jatuh waktu bermain, dia tetap menjalankan tugasnya dengan baik.
Tetapi pada bulan Juli tahun 1893 kedamaian keluarga Dewi Sartika
berakhir karena ayahandanya dituduh terlibat dalam peristiwa pemasangan
dinamit. Hukuman yang diterima adalah hukuman buangan ke Ternate. Sang ibu
juga ikut menyertai ke Ternate sehingga Dewi Sartika dan saudara-saudaranya
dititipkan pada sanak keluarga tanpa bekal apapun karena harta bendanya disita
semuanya. sedangkan Dewi Sartika oleh bapak tuanya dibawa di tengah-tengah
kehidupan keluarganya di Cicalengka.
Di Cicalengka, Dewi Sartika tidak diperlakukan semestinya dan
dikucilkan. Dia hanya dianggap sebagai pelayan dan ditempatkan di belakang jauh
dari tempat yang lazim dihuni oleh keluarganya / anak didiknya. Walaupun dia
merasa kesepian dan sedih, dia tidak pernah menghiraukannya karena dia
mempunyai tugas-tugas yang harus diselesaikan setiap hari. Meskipun dia
menderita, tapi dia banyak mendapatkan pelajaran tentang memasak, menjahit,
menyulam dan kerajinan tangan yang diajarkan oleh istri Patih Arya.
Selain itu, Dewi Sartika punya tugas mengantar saudara-saudara
sepupunya pergi ke rumah nyonya Belanda untuk belajar membaca dan menulis
bahasa Belanda. Di situ Dewi Sartika tidak diperkenankan masuk, cuma
mendengar dari balik pintu. Karena kecerdasannya, dia bisa menangkap semua
pelajaran itu.
Awal Dewi Sartika merintis kariernya yaitu dia menjadi seorang pemimpin
dan guru yang mengajar di sekolah kautamaan istri. Pada tahun 1906, Dewi
Sartika menikah dengan R. A Soeriawinata. Setelah menikah ia tidak berhenti
bekerja dan suaminya dengan aktif bekerjasama dengan istrinya, sehingga pada
tahun 1912 Dewi Sartika berhasil mendirikan sembilan sekolah untuk anak gadis.
46
Saat ia telah berhasil mendirikan sekolahnya yang pertama, kini berusaha untuk
mengembangkannya ditingkat yang lebih tinggi. Salah satu hasil karyanya yaitu
sebagai pendiri pertama kali sekolah untuk anak-anak gadis dan sekolah istri,
sekolah yang pertama untuk jenisnya bagi seluruh Indonesia pada tanggal 16
Januari 1904 di Paseban.
Dewi Sartika wafat pada hari Kamis, tanggal 11 September 1947. pukul
09.00 WIB di tengah-tengah keluarga di rumah sakit Cineam. Beliau wafat dalam
usia 63 tahun.
Perjuangan Raden Dewi Sartika
Di sebuah ruangan kecil, di belakang rumah ibunya di Bandung, Dewi
Sartika mengajar di hadapan anggota keluarganya yang perempuan. Saat itu tahun
1902, ketika wanita pribumi masih jauh dari mandiri karena kungkungan adat.
Pendidikan bagi dia adalah jalan keluarnya. Inilah alasan kenapa Dewi Sartika
mencetuskan gagasan mendirikan sekolah wanita pribumi yang pertama di
Indonesia. Dia mengajarkan cara merenda, memasak, jahit-menjahit, membaca,
menulis, dan sebagainya. Muridnya membawa makanan, beras, garam.
Kegiatan ini perlahan tecium Inspektur Pengajaran Hindia Belanda di
Bandung, C. Den Hammer. Den Hammer menilainya kegiatan liar yang
membahayakan dan patut dicurigai. Tapi, setelah melihat secara dekat, Den
Hammer menilai positif, bahkan terkesan dengan pemikiran dan obsesi Dewi
Sartika yang ingin mendirikan sekolah wanita pribumi. Dukungan Den Hammer
ternyata tak cukup. Masih saja ada yang menghalangi usahanya. Alasannya
bertentang dengan adat istiadat.
Inilah yang lebih menyedihkan Dewi Sartika. Dalam salah satu artikelnya
dia menyayangkan, “… masih banyak di antara orang-orang setanah air saya yang
rupanya selalu berusaha untuk lebih dahulu menentang segala yang baru”. Den
Hammer ikut prihatin. Dia lalu mengusulkan agar Dewi Sartika meminta bantuan
dari Bupati Bandung R.A. Martanegara. Dewi Sartika ragu. Dia belum bisa
melupakan pengalaman pahit yang menimpa keluarganya sembilan tahun silam.
Ketika itu ayahnya, Raden Rangga Somanegara, harus menjalani hukuman buang
ke Ternate hingga meninggal dunia di sana. Pemerintah Hindia Belanda
47
yang berorientasi pada pendidikan, jurnalistik, bisnis dan bahkan politik. Kalau
dicermati begitu banyak kiprah yang telah diusung Rohana. Selama hidupnya
ia menerima penghargaan sebagai Wartawati Pertama Indonesia (1974), pada
Hari Pers Nasional ke-3, 9 Februari 1987, Menteri Penerangan Harmoko
menganugerahinya sebagai Perintis Pers Indonesia. Dan pada tahun 2008
pemerintah Indonesia menganugerahkan Bintang Jasa Utama.
simpul jaringan gerakan bawah tanah kelompok Syahrir adalah kader-kader PNI
Baru yang tetap meneruskan pergerakan dan kader-kader muda yakni para
mahasiswa progresif.
Sastra, seorang tokoh senior pergerakan buruh yang akrab dengan Syahrir,
menulis: “Di bawah kepemimpinan Syahrir, kami bergerak di bawah tanah,
menyusun kekuatan subjektif, sambil menunggu perkembangan situasi objektif
dan tibanya saat-saat psikologis untuk merebut kekuasaan dan kemerdekaan.”
Situasi objektif itu pun makin terang ketika Jepang makin terdesak oleh
pasukan Sekutu. Syahrir mengetahui perkembangan Perang Dunia dengan cara
sembunyi-sembunyi mendengarkan berita dari stasiun radio luar negeri. Kala itu,
semua radio tak bisa menangkap berita luar negeri karena disegel oleh Jepang.
Berita-berita tersebut kemudian ia sampaikan ke Hatta. Sembari itu, Syahrir
menyiapkan gerakan bawah tanah untuk merebut kekuasaan dari tangan Jepang.
Syahrir yang didukung para pemuda mendesak Soekarno dan Hatta untuk
memproklamasikan kemerdekaan pada 15 Agustus karena Jepang sudah
menyerah, Syahrir siap dengan massa gerakan bawah tanah untuk melancarkan
aksi perebutan kekuasaan sebagai simbol dukungan rakyat. Soekarno dan Hatta
yang belum mengetahui berita menyerahnya Jepang, tidak merespon secara
positif. Mereka menunggu keterangan dari pihak Jepang yang ada di Indonesia,
dan proklamasi itu mesti sesuai prosedur lewat keputusan Panitia Persiapan
Kemerdekaan Indonesia (PPKI) yang dibentuk oleh Jepang. Sesuai rencana PPKI,
kemerdekaan akan diproklamasikan pada 24 September 1945.
Sikap Soekarno dan Hatta tersebut mengecewakan para pemuda, sebab
sikap itu beresiko kemerdekaan RI dinilai sebagai hadiah Jepang dan RI adalah
bikinan Jepang. Guna mendesak lebih keras, para pemuda pun menculik Soekarno
dan Hatta pada 16 Agustus. Akhirnya, Soekarno dan Hatta memproklamasikan
kemerdekaan RI pada 17 Agustus.
3. Nasional Indonesia
Revolusi menciptakan atmosfer amarah dan ketakutan, karena itu sulit
untuk berpikir jemih. Sehingga sedikit sekali tokoh yang punya konsep dan
64
Sugondo degan air mata, dan akhirnya meninggal di Swiss pada tanggal 9 April
1966.
9. Karya Sultan Syahrir
a. Pikiran dan Perjuangan, tahun 1950 (kumpulan karangan dari Majalah
“Daulat Rakyat” dan majalah-majalah lain, tahun 1931 – 1940).
b. Pergerakan Sekerja, tahun 1933
c. Perjuangan Kita, tahun 1945
d. Indonesische Overpeinzingen, tahun 1946 (kumpulan surat-surat dan
karangan-karangan dari penjara Cipinang dan tempat pembuangan di
Digul dan Banda-Neira, dari tahun 1934 sampau 1938).
e. Renungan Indonesia, tahun 1951 (diterjemahkan dari Bahasa Belanda:
Indonesische Overpeinzingen oleh HB Yassin).
f. Out of Exile, tahun 1949 (terjemahan dari “Indonesische Overpeinzingen”
oleh Charles Wolf Jr. dengan dibubuhi bagian ke-2 karangan Sutan
Sjahrir).
g. Renungan dan Perjuangan, tahun 1990 (terjemahan HB Yassin dari
Indonesische Overpeinzingen dan Bagian n Out of Exile).
h. Sosialisme dan Marxisme, tahun 1967 (kumpulan karangan dari majalah
“Suara Sosialis” tahun 1952- 1953).
i. Nasionalisme dan Internasionalisme, tahun 1953 (pidato yang diucapkan
pada Asian Socialist Conference di Rangoon, tahun 1953).
j. Karangan-karangan dalam “Sikap”, “Suara Sosialis” dan majalah-majalah
lain.
k. Sosialisme Indonesia Pembangunan, tahun 1983 (kumpulan tulisan Sutan
Sjahrir diterbitkan oleh Leppenas)
Sejumlah pamflet lepas yang cukup dikenal juga ditulisnya pada periode
ini, seperti “Een Natie in de maak” (Suatu bangsa tengah terbentuk) dan “Ons
volk en het buitenlandsche kapitaal” (Bangsa kita dan modal asing).
Pada rentang masa ini dibentuk pula Nationaal Indische Partij (NIP),
sebagai organisasi pelanjut Indische Partij yang telah dilarang. Pembentukan NIP
menimbulkan perpecahan di kalangan anggota Insulinde antara yang moderat
(kebanyakan kalangan Indo) dan yang progresif (menginginkan pemerintahan
sendiri, kebanyakan orang Indonesia pribumi). NIP akhirnya bernasib sama
seperti IP: tidak diizinkan oleh Pemerintah.
Pada tahun 1919, DD terlibat (atau tersangkut) dalam peristiwa protes dan
kerusuhan petani/buruh tani di perkebunan tembakau Polanharjo, Klaten. Ia
terkena kasus ini karena dianggap mengompori para petani dalam pertemuan
mereka dengan orang-orang Insulinde cabang Surakarta, yang ia hadiri pula.
Pengadilan dilakukan pada tahun 1920 di Semarang. Hasilnya, ia dibebaskan;
namun kasus baru menyusul dari Batavia: ia dituduh menulis hasutan di surat
kabar yang dipimpinnya. Kali ini ia harus melindungi seseorang (sebagai redaktur
De Beweging) yang menulis suatu komentar yang di dalamnya tertulis
“Membebaskan negeri ini adalah keharusan! Turunkan penguasa asing!”. Yang
membuatnya kecewa adalah ternyata alasan penyelidikan bukanlah semata tulisan
itu, melainkan “mentalitas” sang penulis (dan dituduhkan ke DD). Setelah melalui
pembelaan yang panjang, DD divonis bebas oleh pengadilan.
Aktivitas pendidikan dan Ksatrian Instituut
Sekeluarnya dari tahanan dan rentetan pengadilan, DD cenderung
meninggalkan kegiatan jurnalistik dan menyibukkan diri dalam penulisan
sejumlah buku semi-ilmiah dan melakukan penangkaran anjing gembala Jerman
dan aktif dalam organisasinya. Prestasinya cukup mengesankan, karena salah satu
anjingnya memenangi kontes dan bahkan mampu menjawab beberapa pertanyaan
berhitung dan menjawab beberapa pertanyaan tertulis.
Atas dorongan Suwardi Suryaningrat yang saat itu sudah mendirikan
Perguruan Taman Siswa, ia kemudian ikut dalam dunia pendidikan, dengan
mendirikan sekolah “Ksatrian Instituut” (KI) di Bandung. Ia banyak membuat
78